Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KONTRIBUSI ISLAM SPANYOL


KEPADA KEMAJUAN BARAT

Dosen Pengasuh: Dr. Muzakir,S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh :

Nama : Rifki, S.Ag


Nim : 201003031
Matakuliah : Sejarah Peradaban Islam
Prodi : Magister Pendidikan Agama Islam

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas

segala taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menuntut ilmu

hingga menjadi sarjana. Atas izin dan pertolongan Allah lah penulis dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam kepada Nabi

Muhammad Saw. Beserta sahabatnya sekalian.

Makalah yang berjudul “Kontribusi Islam Spanyol Kepada Kemajuan Barat”

merupakan salah satu tugas matakuliah Studi Al-Qur’an Bersama Bapak Dr.

Muzakir,S.Ag., M.Ag. Dengan beberapa rintangan dan tantangan namun atas rahmat

Allah Swt, doa, motivasi, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga segala

kesulitan dapat dilewati.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

mungkin terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan baik pada sudut penulisannya

maupun isinya. Oleh karena itu saran dan kritikannya sangat kami butuhkan sebagai

perbaikan dan penyempurnaan makalah ini selanjutnya.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan semua pihak yang menaruh perhatian terhadap pengetahuan dalam konteks
filsafat dan ilmu pengetahuan

Banda Aceh, 04 Januari 2021,


Penulis,

Rifki, S.Ag

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 9
C. Tujuan .............................................................................................................. 9

BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam, Kebudayaan dan Peradaban Barat ...................................................... 10
1. Pengertian Peradaban Islam ...................................................................... 10
2. Ciri dan Simbol Peradaban Islam ............................................................. 11
3. Karakteristik Peradaban Islam ................................................................. 13
4. Islam dan Peradaban Barat ........................................................................ 14

B. Proses dan Pengaruh Peradaban Islam untuk Kemajuan Barat ....................... 19


1. Proses Peradaban Islam Masuk di Barat ................................................... 19
2. Pengaruh Peradaban Islam Masuk di Dunia Barat .................................... 22

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 27
B. Saran .............................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT, telah menciptakan manusia dengan memberinya anugerah
akal. Dengan anugerah akal inilah manusia mampu mencapai puncak peradaban.
Islam sebagai agama yang menghargai penggunaan akal tentu saja mendorong
umat manusia untuk menggunakan akalnya demi kebahagiaan hidupnya baik di
dunia maupun di akherat kelak. Kelebihan anugerah akal dari Allah SWT,
manusia telah berada pada puncak kemajuan kebudayaan dan peradabannya.
Kemajuan peradaban telah saling berkontribusi dan pengaruh mempengaruhi
antar sesama manusia. Dalam hal ini, sejarah mencatat bahwa Islam telah
berkontribusi terhadap peradaban Barat.
Dari perspektif peradaban, Islam mewujudkan nilai guna yang besar
khususnya bagi manusia dengan mengadakan perubahan mendasar dari keadaan
yang negatif-destruktif menjadi positif-konstruktif Perubahan ini dilalui dengan
memperbanyak kreasi-kreasi penelitian, keilmuan, penggalian, penemuan dan
pengembangan. Kemudian Islam mengendalikan hasil kreasi-kreasi tersebut untuk
diarahkan pada keseimbangan antara prestasi, lingkungan, martabat dan
kedamaian, sehingga ilmu yang dikembangkan adalah keseimbangan antara
science for science (ilmu untuk ilmu), science for society (ilmu untuk masyarakat)
science for human dignity (ilmu untuk kemuliaan manusia), dan science for world
peace (kedamaian dunia). Dengan begitu, Islam adalah agama yang menjadi
dasar peradaban, senantiasa memproduksi peradaban yang baru, menjadi
pengendali peradaban, mengayomi peradaban dan akhirnya menjadi pengayom
bagi alam semesta.1
Peradaban Islam merupakan peradaban yang bersandar pada konsep tauhid
(mengesakan Allah) yang diwujudkan dalam tindakan riil dalam kehidupan
masyarakat Muslim. Konsep tauhid ini memiliki konskuensi bahwa apapun yang

1
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua. Merombak Pemikiran dan Mengembangkan
Aksi, Yogyakarta: Teras, 2012, hlm. 90.

4
diciptakan oleh para pakar Muslim setidaknya harus memiliki orientasi
mentauhidkan Tuham, Allah Maha Agung, Allah Maha Kuasa dan Allah Maha
Berilmu yang telah memberikan kekuatan pengetahuan.
Pada zaman klasik, Islam pernah mencapai masa keemasan dan kejayaan
yang tak akan pernah terlupakan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Pada saat
itu Islam telah menjadi pusat peradaban di seluruh dunia. Masa keemasan dan
kejayaan Islam itu antara lain adalah di Spanyol, saat itu Spanyol merupakan
pusat peradaban Islam yang sangat penting menyaingi Baghdad di Timur. Dari
sinilah orang eropa banyak menimba ilmu dan belajar di perguruan-perguruan
tinggi Islam. Islam menjadi guru bagi orang-orang Eropa, sehingga ketika Islam
mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya.
Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan
Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan
Islam di Spanyol saat itu.
Suatu hal lumrah jika kebudayaan yang mundur akan belajar dari
kebudayaan yang maju. Alami jika suatu kebudayaan yang terbelakang
mengadopsi konsep-konsep kebudayaan yang lebih maju. Tidak ada kebudayaan
di dunia ini yang berkembang tanpa proses interaksi dengan kebudayaan asing.
Ketika peradaban Islam unggul dibanding peradaban Eropa, misalnya, mereka
telah meminjam konsep-konsep penting dalam Islam, akantetapi, tidak berarti
bahwa semua kebudayaan dapat mengambil semua konsep dari kebudayaan lain.
Setiap kebudayaan memiliki identitas, nilai, konsep dan ideologinya sendiri-
sendiri yang disebut dengan worldview (pandangan hidup).
kebudayaan dapat meminjam konsep-konsep kebudayaan lain karena
memiliki pandangan hidup. Namun suatu kebudayaan tidak dapat meminjam
sepenuhnya (mengadopsi) konsep-konsep kebudayaan lain, sebab dengan begitu ia
akan kehilangan identitasnya. Peminjaman konsep dari suatu kebudayaan
mengharuskan adanya proses integrasi dan internalisasi konseptual. Namun dalam

5
proses itu, unsur-unsur pokoknya berperan sebagai filter yang menentukan
diterima tidaknya suatu konsep. Hal ini berlaku dalam sejarah pemikiran dan
peradaban Islam, yaitu ketika Islam meminjam khazana h pemikiran
Yunani, India, Persia, dan lain-lain.Pelajaran yang penting dicatat dalam hal
ini bahwa ketika para ulama meminjam konsep-konsep asing, mereka berusaha
mengintegrasikan konsep-konsep asing ke dalam pandangan hidup Islam dengan
asas pandangan hidup Islam. Memang, proses ini tidak bias berlangsung sekali
jadi. Perlu proses koreksi-mengoreksi dan itu berlangsung dari generasi ke
generasi.
Di era modern dan post-modern sekarang ini, pemikiran dan kebudayaan
Barat mengungguli kebudayaan-kebudayaan lain, termasuk peradaban Islam.
Namun tradisi pinjam-meminjam yang terjadi telah bergeser menjadi proses
adopsi, yakni mengambil penuh konsep-konsep asing, khusus di Barat, tanpa
proses adaptasi atau integrasi. Apa yang dimaksud dengan konsep di sini
berkaitan dengan konsep keilmuan, kebudayaan, sosial, dan bahkan keagamaan.
Dalam konteks pembangunan peradaban Islam sekarang ini, proses
adaptasi pemikiran merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan.Namun
sebelum melakukan hal itu diperlukan suatu kemampuan untuk menguasai
pandangan hidup Islam dan sekaligus Barat, esensi peradaban Islam dan
kebudayaan Barat.Dengan demikian, seorang cendekiawan dapat berlaku adil
terhadap keduanya.
Dalam khazanah Sejarah Peradaban Islam, Dinasti Umayyah (selanjutnya
disebut Amawiyyah) dibagi ke dalam dua zona dan periode kekuasaan, Timur
(yang berpusat di Damaskus) dan Barat (yang berpusat di Spanyol atau
Andalusia). Dalam Enseklopedi Islam (Ridwan, 1994:144) Andalusia adalah
sebuah nama yang dikenal di dunia Arab dan Islam untuk semenanjung Iberia.
Wilayah itu kini terdiri dari dua Negara, yaitu Spanyol dan Portugal.
Sejak Kemenangan Pasukan Islam di bawah kekuasaan Dinasti Amawiyyah I
(atau Amawiyyah Timur) dan berhasil merebut serta mengintervensi berbagai
kekuatan politik lainnya di Afrika Utara, dengan sendirinya Spanyol telah ikut
menyempurnakan keberhasilan mereka. Gubernur Afrika Utara, Mûsâ bin Nusayr

6
mengirim pasukan untuk melakukan penaklukan ke wilayah ini yang dipimpin
oleh Panglima Târiq bin Ziyad pada tahun 710 M. dan tidak mendapatkan
perlawanan yang intensif dari penguasa mereka. Hal ini terjadi karena secara
politis pemerintahan pada waktu itu sangat lemah dan tidak mendapat dukungan
yang berarti dari rakyat.2
Pasukan Târiq bin Ziyad berhasil mengalahkan Raja Roderick dan
menewaskannya dalam suatu pertempuran. Kemenangan ini menjadi modal bagi
Târiq bin Ziyad dan pasukannya untuk menaklukkan kota lainnya seperti Cordova,
Archedonia, Malaga, Elvira, dan akhirnya Toledo, yakni pusat kerajaan Visigoth.
Setelah mendengar keberhasilan pasukan Islam, pada tahun 712 M. Musa bin
Nusair memimpin suatu pasukan menuju Andalusia melalui jalan yang tidak
dilalui oleh pasukan Târiq dan berhasil melewati dan menaklukkan pantai barat
semenanjung Spanyol yakni Sevilla dan Merida yang kemudian bertemu dengan
pasukan Tariq di Toledo. Dengan bergabungnya dua pasukan, daerah yang
ditaklukan semakin meluas sampai ke Utara seperti Saragossa, Terrofona, dan
Barcelona.3
Setelah menjadi bagian dari wilayah Islam yang berlangsung dari tahun
711-755 M, wilayah Spanyol diperintah oleh para gubernur yang diangkat
langsung oleh pemerintahan pusat Dinasti Amawiyyah yang berada di Damaskus
(Syiria). Namun setelah tumbangnya kekuasaan Dinasti Amawiyyah Timur dan
berdirinya Dinasti Abbasiyyah, para âmir atau gubernur yang dulu beraviliasi
ke Damaskus, kini tidak lagi merasa terikat dengan dinasti sebelumnya yang
berpusat di Damaskus maupun dinasti yang baru yang dalam hal ini adalah Dinasti
Abbasiyyah yang berpusat di Baghdad. Kendati para gubernur itu secara de jure
mengakui eksistensi kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, secara de facto dan

2
Shalabî, Ahmad. 1984. Mausu‟at al-Târikh al-Islâmî wa al-Hadârat al-Islâmiyyah. Kairo:
Al-Nahdah al-Mishriyah. Hlm. 123
3
Ridwan, Kafrawi. (Ed.). 1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar. Baru Van Hoeve.. hlm.
144

7
politis, mereka tidak mau terikat atau melakukan bay'ah pada pemerintahan
baru di Baghdad.4
Sekalipun Dinasti Amawiyyah telah ditaklukan dan seluruh keturunannya
dikejar dan dibunuh, salah seorang dari mereka, ‘Abd al-Rahmân bin Mua'wiyyah
bin Hishâm bin ‘Abd al-Mâlik (yang kemudian bergelar ‘Abd al-Rahmân al-
Dakhîl yang berarti Sang Penyusup, berhasil meloloskan diri dari pengejaran
penguasa Dinasti Abbasiyyah. Dengan dukungan politik dari istana Banî
Rustâm di Afrika Utara, ‘Abd al-Rahmân al-Dakhîl mulai menyusup memasuki
kota Algeciras tahun 755 M. Dalam tahun 756 M., dimulailah masa pengakuan
dan bay'ah terhadap eksistensi dan kemenangan al-Dakhîl atas amir-amir di
sebagian Spanyol yang meliputi Sevilla, Archidon, Sidonia, dan Moron de
Frontura.
Akhirnya, pada tanggal 15 Mei 756 M., ‘Abd al-Rahmân al-Dakhîl
memproklamirkan berdirinya Imârah Amawiyyah II di Andalusia. Dengan
demikian, secara resmi dimulailah kekuasaan yang kedua dari Dinasti Amawiyyah
sebagai Negara yang berdiri sendiri, berdaulat yang lepas dari Abbasiyyah di
Baghdad (Sou’ayb, 1977:19; Shalabî, 1984:120-125). Wilayah Islam di Spanyol
dalam kekuasaan Amawiyyah II ini, menurut Hitti (1970:162), terbagi ke dalam
lima provinsi (vice royalty) yang dikepalai oleh seorang âmir atau sâhib dengan
Cordova sebagai pusat pemerintahan.
Dengan demikian, Spanyol bukan lagi sebagai sebuah provinsi dari sebuah
dinasti, akan tetapi sudah menjadi sebuah Negara yang berdaulat yang mempunyai
seorang raja yang lebih menyukai menggunakan gelar Amîr al-Mu’minîn daripada
Khalîfah. Sejak saat itu, Spanyol menjadi pusat perdaban Islam di wilayah Eropa
yang diperhitungkan oleh negara-negara Eropa dari segi pengaruhnya terhadap
peradaban Eropa pada masa itu.
Tulisan ini bermaksud mengkaji pengaruh peradaban Islam yang berpusat
di Spanyol dan pengaruhnya terhadap perdaban Barat pada abad pertengahan
tentang “Kontribusi Islam Spanyol Kepada Kemajuan Barat”

4
Shalabî, Ahmad. 1984. Mausu‟at al-Târikh al-Islâmî wa al-Hadârat al-Islâmiyyah. Kairo:
Al-Nahdah al-Mishriyah. Hlm. 129

8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang tersebut di atas, maka terdapat beberapa
pertanyaan yang dapat memberikan pengetahuan tentang Kontribusi Islam
Spanyol Kepada Kemajuan Barat. Dengan susunan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Korelasi Antara Islam, Kebudayaan dan Peradaban Barat ?
2. Bagaimana Proses dan Pengaruh Peradaban Islam untuk Kemajuan Barat ?

C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut di atas, maka terdapat beberapa
tujuan yang dapat memberikan pengetahuan tentang Kontribusi Islam Spanyol
Kepada Kemajuan Barat. Dengan susunan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Korelasi Antara Islam, Kebudayaan dan
Peradaban Barat
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses dan Pengaruh Peradaban Islam untuk
Kemajuan Barat

9
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam, Kebudayaan dan Peradaban Barat


1. Pengertian Peradaban Islam
Istilah "al-Islam" telah menjadi nama sebuah agama, khususnya agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu agama Islam. Tapi, secara generik,
"Islam" bukanlah nama dalam arti kata sebagai nama jenis atau sebuah proper
noun. Dan ini melibatkan pengertian tentang istilah itu yang lebih mendalam,
yang justru banyak ditemukan dalam Kitab Suci. Perkataan itu, sebagai kata
benda verbal yang aktif, mengandung pengertian sikap pada sesuatu, dalam hal
ini sikap pasrah atau menyerahkan diri kepada Tuhan. Sikap itulah yang
disebutkan sebagai sikap keagamaan yang benar dan diterima Tuhan:
"Sesungguhnya agama bagi Allah ialah sikap pasrah pada-Nya (al-Islam)” (Q.S.
Ali-Imran : 19)
Selain dapat diartikan sebagai nama sebuah agama, yaitu agama
Islam, perkataan al-Islam dalam firman ini bisa diartikan secara lebih umum,
yaitu menurut makna asalnya "pasrah kepada Tuhan". Inilah dasar pandangan
dalam al-Qur'an bahwa semua agama yang benar adalah agama Islam, dalam
pengertian semuanya mengajarkan sikap pasrah kepada Tuhan.5
Peradaban Islam merupakan realitas yang terjadi dalam sejarah kehidupan
manusia yang nilai-nilainya terkandung sumber ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan
Sunnah Nabi. Kata Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-
hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab
adalah ats-tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih
banyak orang yang menyinonimkan dua kata kebudayaan (Arab, ats-tsaqafah;
Inggris, culture) dan peradaban (Arab, al-hadhdrah; Inggris, civilization).6

5
Abdurrahman Wahid, „Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Islam‟, dalam Budhy
Munawar Rachman (Ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta:
Yayasan Wakaf Paramadina, 1994
6
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam Jakarta: PT Persada
Raja Grapindo Persada

10
Sedangkan kebudayaan merupakan bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi- manifestasi kemajuan
mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan
lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral,
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.7
Kebudayaan pada perspektif ini lebih dipandang sebagai bentuk respons
masyarakat manusia dengan berbagai prosesnya yang bersifat teknis dan
konseptual yang terus berkelanjutan terhadap persoalan di sekelilingnya.
Sebaliknya, peradaban mengandung pengertian yang lebih luas sebagai makna
puncak, spirit keseluruhan, dan bersifat universal, sebagai karakter umum dari
sebuah zaman dan titik akhir hasil dari berbagai hasil proses kebudayaannya.8
Melalui teori bahwa hampir setiap bangsa memiliki peradaban, maka
jumlah peradaban di dunia ini banyak sekali dan sulit dideteksi. Hanya saja dapat
dikelompokkan ke dalam rumpun tertentu berdasarkan pada ciri-ciri umumnya.
Abdul Aziz Othman Altwaijri mengamati peradaban dunia kemudian dan
membaginya menjadi enam macam. Dia menegaskan bahwa jika
mempertimbangkan dasar elemen budaya yang menentukan peradaban ada
enam peradaban besar kontemporer yang dapat diidentifikasi yaitu peradaban
Islam, peradaban Barat, peradaban India, peradaban Cina, peradaban Jepang dan
peradaban Amerika Latin.9 Kemudian Abu Zaid berdasarkan kesimpulan satu
dimensi saja, dia membaginya tiga: peradaban Mesir kuno adalah peradaban
'pasca kematian', peradaban Yunani adalah peradaban 'akal', sementara peradaban
Arab Islam adalah peradaban 'teks'.

2. Ciri dan Simbol Peradaban Islam


Masing-masing peradaban itu memiliki sesuatu yang ditonjolkan baik
secara terprogram maupun secara kebetulan yang disebut ciri-ciri. Yudhoyono
menjelaskan bahwa ciri per- adaban Barat adalah kebebasan seperti demokrasi
dan hak asasi manusia (human right), ciri perdaban Asia Timur adalah harmoni
7
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hlm. 18
8
Ibdi,..., hlm. 19
9
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta, Teras, 2012) hlm. 36.

11
seperti kedamaian dan kerukunan sedangkan ciri peradaban Islam adalah
keadilan (justice) seperti musyawarah dan persamaan derajat.

Ciri-ciri atau karakteristik tersebut berfungsi untuk mengenali dan


membedakan antara berbagai peradaban, tetapi bukan untuk mengadukannya,
seperti teori Clash Civilization (benturan peradaban) yang dipublikasikan Samuel
Huntington. Sesungguhnya peradaban tidak berbenturan kecuali oleh perilaku
yag menyimpang dari pemilik maupun pengagum peradaban itu. Ada ungkapan
yang relevan untuk menggambarkan posisi peradaban, yakni the man behind the
gun. Peradaban ibarat the gun yang bersifat penurut, menuruti kehendak the man
(orang penggunanya). Oleh karena itu, jika terjadi tindakan-tindakan radikal,
yang bersalah bukanlah peradabannya melainkan orang- orangnya.
Peradaban Barat, Asia Timur dan Islam, mestinya dapat disatukan karena
masing-masing peradaban itu memiliki ciri-ciri yang sama-sama yaitu positif:
kebebasan, harmoni dan keadilan. Ketiga ciri ini bisa diintegrasikan, satu
sama lain saling membutuhkan. Kebebasan membutuhkan harmoni dan keadilan,
harmoni membutuhkan kebebasan dan keadilan, dan keadilan juga
membutuhkan kebebasan dan harmoni. Sebaiknya konsentrasi kita dipusatkan
pada upaya penyatuan ketiga peradaban besar itu menjadi peradaban bersama.
Setiap peradaban memiliki simbol yang merefleksikan makna tertentu.
Adapun simbol peradaban Islam menurut Sayyed Hussein Nasr sebagaimana
dikutip oleh Muzamil Qomar adalah "bukanlah sebuah sungai yang mengalir,
tetapi sebuah kubus dari Ka'bah, stabilitas yang melambangkan karakter Islam
yang permanen dan tidak berubah". Artinya stabilitas yang tetap dan terus terjaga
dalam melakukan perubahan-perubahan yang baik dan sempurna.10
Selanjutnya, Islam, sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad lima belas abad yang lalu, berlaku pada semua ruang dan waktu,
semua tempat dan zaman, dan semua lapisan masyarakat. Hal ini sebagai refleksi
dari sifat pemberlakuannya yaitu permanen, universal dan internasional sehingga
harus didakwahkan dimana saja, kapan saja, dan dalam keadaan apapun.

10
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta, Teras, 2012) hlm. 37

12
Oleh karena itu, dibutuhkaan pencerahan yang matang, pelaksanaan yang
konsisten, dan evaluasi yang menyeluruh terhadap kerja dan aktivitas kaum
Muslimin dengan segera menutup kelemahannya masing-masing dan membuka
lembaran baru penuh strategi dan sinergi satu sama lainnya. Ini semua dilakukan
untuk mewujudkan kemajuan peradaban Islam secara menyeluruh dan merata
baik ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, ekonomi, hukum, kesehatan,
sosial dan sebagainya.11
Disinilah perlunya menampilkan Islam sebagai sebuah peradaban. Karena
dengan menampilkan Islam sebagai sebuah peradaban, maka kesan yang muncul
adalah bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad ini dapat membumi
bersahabat dengan masyarakat, memberikan serangkaian petunjuk kepada
mereka, memberikan contoh-contoh dalam kehidupan riil dan sosial bagi mereka,
memberikan pengayoman, sehingga mereka bisa diyakinkan bahwa Islam itu
benar-benar agama yang rahmatan li al-‘alamin (pengayom bagi alam
semesta).Tampilan seperti ini tentu dipandang sebagai hal yang penting agar
peradaban Islam tidak hanya indah dalam lisan tapi juga indah dalam
kenyataan.

3. Karakteristik Peradaban Islam


Peradaban Islam memiliki karakter sendiri dan dalam beberapa hal
berbeda dengan peradaban lainnya. Altwaijri menyimpulkan karakter tersebut
menjadi:
a. Peradaban Islam merupakan peradaban yang didasari ke-imanan Islam,
diilhami nilai-nilaainya dan prinsip-prinsipnya
b. Peradaban dengan kemanusiaan, berdimensi universal, dan tidak
diasosiasikan pada wilayah greografis, bangsa dan era sejarah khusus
c. Peradaban yang ramah yang memiliki adab-adab dan budaya-budaya
kemanusiaan, yang dialami oleh orang-orang mulai zaman kuno dan
banyak memberikan konstribusi pada kemajuan sains dan teknologi,
pengetahuan dan nilai-nilai keadilan, kesamaan, keindahan dan kebajikan

11
ibid

13
d. Peradaban seimbang yang menjamin keseimbangan dengan adil antara
sisi- sisi materialistik dan spiritual dengan moderasi yang patut dicontoh
yang selalu menjadi karakter pemikiran Islam dan keistimewaan
khusus melalui sejarahnya.
e. Peradaban abadi yang akan survive sepanjang keberaaan Islam, sebab
peradaban itu didasari ajaran Islam yang amat prinsip yang selalu dijamin
Allah

Karakter-karakter tersebut di atas harus mewarnai peradaban Islam


sehingga dibutuhkan kesatuan persepsi dan langkah dari umat Islam terutama
para tokohnya baik ulama, syaikh, kiai, ustadz, guru, dosen, muballigh, pejabat
Muslim, dermawan Muslim, politikus Muslim, dan seluruh orang Islam yang
memegang kendali dalam jabatan dan profesi apapun. Hal ini dibutuhkan
karena mengaktualisasikan karakteristik tersebut ke dalam perilaku umat
Islam yang kemudian menjadi peradaban itu sangatlah berat. Apalagi jika
peradaban Islam itu mencapai pencerahan. Bagi peradaban Islam, memang
ada sejumlah harapan yang bisa diwujudkan dalam kehidupan intelektual,
sosial, kultural dan religius sehari-hari. Harapan-harapan itu keadaannya menjadi
aksi dalam kehidupan umat Islam sehingga benar- benar realistik, bukan sekadar
slogan- slogan atau pemikiran-pemikiran melangit yang kosong dari realitas.
Peradaban Islam akan senantiasa diuji melalui bukti-bukti yang bisa diwujudkan.

4. Islam dan Peradaban Barat


Istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur- unsur
dari kebudayaan yang halus dan indah. Menurutnya, peradaban sering juga
dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi,
seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju
dan kompleks. Jadi, kebudayaan menurut definisi pertama adalah wujud ideal
dalam definisi Koentjaraningrat, sementara menurut definisi terakhir, kebudayaan
mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya. Dalam pengertian itulah,
peradaban yang dimaksud dalam buku ini. Islam yang diwahyukan kepada

14
Nabi Muhammad SAW. telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang,
bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa
yang maju. la dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu
kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia
hingga sekarang. Bahkan, kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari
peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Islam memang berbeda
dari agama-agama lain. H.A.R. Gibb di dalam bukunya Whither Islam
sebagaimana dikutip oleh Dedi Supriyadi, "Islam is indeed much more than a
system of theology, it is a complete civilization". (Islam sesungguhnya
lebih dari sekadar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna).
Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah
agama Islam, dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.12
Perjumpaan Islam dengan Yunani mendorong para filosof Muslim untuk
mempelajari karya-karya filosof Yunani, menerjemahkannya, dan kemudian
mengembangkannya sehingga turut memberikan sumbangan pada kemajuan
peradaban Islam. Namun, Islam memiliki jasa yang besar karena Islamlah
yang menyelamatkan peradaban Yunani yang pada awal Islam hampir
tenggelam, dan menginternasionalisasikannya sehingga dikenal di seantero
dunia.
Setelah perjumpaan dengan Yunani, seiring dengan ekspansi Islam ke
Spanyol, perjumpaan dilanjutkan Islam dengan Barat. Perjumpaan itu melalui
kontak politik, kontak militer, kontak sosial dan kontak ilmiah atau kontak
keilmuan yang terjadi secara langsung dan vis to vis terutama saat berada di
bawah kekuasaan dinasti Umayyah yang berada di Spanyol. Melalui Spanyol ini,
Islam memancarkan cahaya pencerahan di Barat.13
Gerakan filosofis dalam Islam yang menghasilkan khazanah paling
kaya dari budaya intelektual Islam serta mempengaruhi pemikiran Barat begitu
dalam dan berlangsung lama, adalah kontinuitas pengalaman-pengalaman
berpikir rasional Mu'tazilah selama abad-abad kedua, ketiga dan keempat.

12
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hlm.18
13
Ibid,..., hlm. 19

15
Mu'tazilah memang dikenal sebagai aliran teologi yang paling rasional dalam
Islam, yang memiliki kerangka berpikir ke depan. Aliran ini memiliki
semangat yang kuat untuk memberdayakan akal baik dalam memahami ajaran-
ajaran agama maupun dalam mencapai kemajuan.
Pola pikir Mu'tazilah yang mengapresiasikan akal itu pada perkembangan
berikutnya setelah kemunduran Islam tidak lagi dijadikan pola di kalangan umat
Islam, sebaliknya, pola pikir itu sangat direspons dan dikembangkan oleh Barat
sehingga kawasan Barat dapat mencapai kemajuan yang luar biasa terutama di
bidang pengetahuan.
Para filosofdan ilmuan muslim memiliki peran besar dalam melakukaan
transmisi keilmuan itu dari dunia Islam ke dunia Barat. A. Qodri Azizy
sebagaimana dikutip oleh Muzamil Qomar menegaskan bahwa dari segi
pemikiran, renaissance yang merupakan cikal bakal kemajuan Barat tidak bisa
lepas dari pengaruh dan sumbangan pemikiran para sarjana Muslim di abad
sebelumnya. Ketika Barat masih menyandang gelar dark ages (abad
kegelapan), dunia Muslim sudah memiliki peradaban yang maju dan sudah
memperkenalkan metode induktif dan beberapa metode yang menjadi embrio
kemajuan masa berikutnya di Barat.14
Islam telah menempuh perjalanan yang panjang ke arah Barat hingga ke
Maroko yang terkenal dengan daerah Maghriby, dan Spanyol dalam waktu yang
lebih dari dua abad. Perjalanan tersebut mengakibatkan terjadinya interaksi
antara Islam dengan Barat makin intens sekali, baik interaksi sosial, interaksi
kultural dan interaksi intelektual antara keduanya, sehingga terjadi titik
pertemuan antara peradaban Islam yang dibawa orang-orang Arab dan
peradaban Barat yang dimiliki Spanyol khususnya, sebuah pertemuan dua
macam peradaban dengan corak yang berlawanan yaitu peradaban Islamyang
Maju yang maju dan peradaban Barat yang terbelakang saat itu. Sebagai
peradaban yang telah maju, banyak menumbuhkaan kreasi-kreasi baru baik
bercorak kultural maupun intelektual. Kreasi kultural diwujudkan dalam bentuk

14
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta, Teras, 2012) hlm. 36

16
peningkatan semangat dan etos kerja, kedisiplinan dan pemanfaatan waktu.
Sedangkan kreasi intelektual diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya perenungan
untuk mengungkapkan konsep-konsep teoritis aplikatif.
Maurice Bucaille sebagaimana dikutip oleh Muzamil Qomar menuturkan
sebagai berikut:
“Di Cordoba (Qurtubah) perpustakaan khalifah memuat 400.000 buku, Ibn
Rusyd mengajar di situ. Banyak orang dari berbagai daerah di Eropa datang
ke Qurtubah untuk belajar seperti pada waktu ini banyak orang belajar
ke Amerika Serikat. Banyak manuskrip- rnanuskrip lama sampai kepada kita
dengan perantaraan orang-orang dan membawa kebudayaan kepada negeri-
negeri yang ditaklukkan. Banyak hutang kami (orang-orang Barat) kepada
pengetahuan Arab dalam matematika (kata al-Jabar adalah kata Arab),
astronomi, fisika dan optik, geologi, ilmu tumbuh-tumbuhan (botanik), ilmu
kedokteran (Ibnu Sina) dan lain-lain. Untuk pertarna kali sains mempunyai sifat
internasional dalam universitas Islam pada abad pertengahan”15

Muzamil Qomar menjelaskan bahwa “Para filosof dan ilmuan Muslim


ibarat guru sedangkan para filosof dan ilmuan Barat ibarat murid. Mereka
menjalankan tugasnya sebagai guru dalam membangun kepribadian murid,
antara lain; memberikan bimbingan kepada murid-murid yang belum mengerti,
memberikan petunjuk bagi mereka yang tersesat, memberikan pelatihan bagi
mereka yang belum terampil, memberikan pemahaman bagi mereka yang
belum paham, memberikan penjelasan bagi mereka yang belum jelas, dan
memberi pengetahuan mengenai orientasi yang dituju.
Lebih lanjut Muzamil Qomar Sebagai guru yang baik, para filosof dan
ilmuan justru bersikap sangat terbuka kepada siapapun, bersikap adil kepada
siapapun termasuk kepada orang-orang Barat yang berbeda agama sekalipun,
menyelamatkan mereka yang terancam dari bahaya kehancuran. Semua tindakan
ini dilakukan untuk kemajuan muridnya, yakni dunia Barat yang pada waktu itu
masih tertinggal bahkan terbelakang, di samping tentu juga untuk
mempertahankan integritas kepribadian guru, yakni para filosof dan ilmuan
Muslim tersebut agar tetap berkembang dan terus berkreasi.

15
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua,...., hlm. 36

17
Dari sini tampak betapa besarnya pengaruh peradaban Islam pada dunia
Barat melalui perjumpaan dan pergumulan yang intent sekali dengan literatur-
literatur hasil karya sarjana Islam. Melalui literatur-literatur ini, pikiran
mereka terpengaruhi, kemudian mereka mengikuti dan mengalokasikan dalam
pembahasan-pembahasan ilmiah mereka, bahkan mereka berusaha
mempertahankan hingga sekarang ini.
Itulah gambaran sepintas konstribusi Islam terhadap perdaban Barat
modern. Islam telah membukakan jalan bagi dunia Barat melalui berbagai kreasi
yang diciptakan, berbagai percobaan yang diupayakan, berbagai temuan yang
digali, dan berbagai teori yang dirumuskan. Ini semua mengilhami dan
mempengaruhi para sarjana Barat, sehingga mereka berupaya meniru dan
melanjutkan prestasi peradaban Islam tersebut hingga sekarang.
Pada masa klasik umat Islam telah mengukir prestasi yang gemilang.
Mereka telah berhasil mencapai kejayaan di berbagai bidang peradaban.
Kejayaan itu memantulkan sinarnya ke seantero dunia yang berasal dari Timur dan
Barat. Poros Timur berpusat di Baghdad sedangkan poros Barat berpusat di
Cordova Spanyol. Kedua poros itu meskipun berasal dari dua dinasti yang
berseteru yaitu Abbasiyyah di Timur dan Umayyah di Barat, namun keduanya
memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan peradaban Islam.
Pada saat itu umat Islam menjadi penguasa dunia, sementara negeri-negeri
yang telah maju seperti Romawi sedang mengalami kemunduran karena didera
kekalahan perang sedangkan negeri- negeri lainnya masih tertinggal. Keberhasilan
menjadi penguasa dunia itu sebagai hasil dari perjuangan panjang mulai dari Nabi
sebagai peletak dasar peradaban Islam pertama. Nabi merintis jalan paling awal
untuk dilalui peradaban, kemudian para sahabat, tabi'in dan tabi'at
melanjutkannya. Mereka tinggal melanjutkan bangunan yang telah dirancang oleh
Nabi.
Tak ketinggalan pula di Eropa, kekuasaan Islam tidak hanya terbatas di
Barat. Di Eropa Timur terdapat beberapa wilayah yang pernah ditaklukkan dan
berada di bawah pengaruh kekuasaan Islam, puncak kejayaan Islam atas Eropa
ketika berkuasanya Sulaiman al-Qanuni (al-Fatih), penguasa Turki Utsmani

18
dengan ibukota Konstantinopel pada tahun 1453. Setelah itu Islam meluas ke
Yunani, Balkan, Hongaria dan Polandia. Dari titik inilah barat banyak belajar
dari Islam dan dari titik ini pula Islam sesungguhnya memiliki kontribusi yang
besar terhadap peradaban Barat.

B. Proses dan Pengaruh Peradaban Islam untuk Kemajuan Barat


1. Proses Peradaban Islam Masuk di Barat
Kesadaran dunia Barat akan adanya peradaban Islam sebenarnya telah
dibangun oleh Rasulullah sejak masa-masa awal dakwah Islam. Pada tahun ke 6
Hijrah, Nabi mengirimkan utusan-utusannya kepada raja dan ratu dari negara
tetangga.Utusan-utusan itu dikirim ke Kaisar Byzantium (Heraclius).Raja Cyprus
atau Makaokas, raja Abbyssinia (Najashi) dan ke raja Persia (Kisra).16
Sehingga dari ajakan inilah Islam mulai dikenal di belahan dunia lainnya.
Kontak antara dunia barat dan Islam semakin menemui puncak
ketika masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Khalifah kedua ini mengutus
Khalid bin Walid dan Amr bin Ash untuk melancarkan peperangan ke
berbagai wilayah sekitar jazirah Arab dengan motivasi meluaskan wilayah kaum
muslimin. Bahkan peperangan ini termasuk di antara perang yang menyamai
prestasi Napoleon, Hanibal dan Alexander dalam sejarah. Peperangan ini
mengguncangkan Romawi dengan diambilnya wilayah kekuasaan mereka
yakni Syam dan Mesir.Seperti yang diketahui, pada tahun XXX SM Mesir
telah dikuasai oleh Romawi dan dijadikan sebagai sumber gandum yang penting
untuk mencukupi kebutuhan bangsa bangsa Romawi.17
Ekspansi demi ekspansi telah dilakukan oleh ummat muslim, sekalipun
ekspansi wilayah agak terhenti pada masa Utsman bin Affan serta Ali bin Abi
Thalib akibat persoalan politik di kalangan ummat muslim sendiri akan tetapi itu
tidak menyurutkan semangat mempertahankan wilayah kaum muslimin yang

16
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Cet I; Yogyakarta: Kota
Kembang, 1989), h. 27
17
Philip K. Hitti, Histrory of the Arabs (Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010, hlm. 21

19
telah di ambil alih ke tangan mereka. Penaklukan selanjutnya dilakukan pada
masa pemerintahan Bani Umayyah, tepatnya pada masa walid bin Abdul Malik.
a. Andalusia
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M.
melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam
dikenal dengan nam Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia,
ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan
Vandal inilah orang Arab menyebutnya
Andalusia.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan
Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan
pasukan ke sana. Mereka adalah Tarif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan
Musa bin Nusair. Tarif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik,
sedangkan Musa sebagai pengirim pasukan, sementara Tariq bin Ziyad
lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata, yaitu sebanyak 12.000 pasukan dan
berhasil menaklukan Spanyol pada tahun 92 H. atau 711 M.18
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuka
jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah
‘Umar bin ‘Abd al-Aziz tahun 99 H/717 M., dengan sasarannya
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang
geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau
seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian- bagian
penting dari Italia.

18
AbuJa‘far Muhammad bin Jarir al-Tabariy, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Juz. IV (Cet. I;
Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1407 H.), h. 11.

20
b. Sisilia
Dunia Kristen latin ini merasakan pengaruh muslim melalui Sisilia.
Serangan pertama ke Sisilia tahun 652 M., ketika kota Siracusa dimasuki
dan kekuasaannya tenggelam saat itu juga. Pada tahun 831 M., kota
Palermo dapat dikuasai umat Islam. Penaklukan daerah Italia terus
berlangsung hingga mencapai anti klimaks pada abad ke-9 yaitu pada
tahun 871 M., saat kota Bari direbut kembali oleh pasukan Kristen dan
menjadi pertanda berakhirnya kekuasaan muslim atas Italia dan Eropa
tengah.
Munculnya bangsa Norman yang dipimpin oleh Roger pada tahun
1060 M., hingga tahun 1091 M., telah berhasil menaklukan seluruh
kekuatan Islam dan Bizantium di Sisilia dan mengadopsi peradaban Islam
dalam kekuasaan mereka, baik dalam bidang sastra, seni, industri dan
bidang-bidang yang lain. Dengan demikian, kehadiran orang-orang
Arab di Spanyol dan Sisilia secara perlahan menjadi jalur masuk ke
Eropa Barat, meskipun Eropa Barat telat menjalin hubungan dengan
Imperium Bizantium, akan tetapi pendudukn ya lebih banyak mengambil
alih kebudayaan orang-orang Arab ketimbang orang-orang Bizantium.19

c. Kedatangan orang-orang salib di Timur Islam Dunia


Invasi atas Spanyol dan Sisilia memberi arti bahwa suatu waktu
Islam hadir di daerah pinggiran Kristen Latin. Namun demikian, invasi
tersebut memunculkan reaksi gerakan perang salib pada abad ke-11.
Selama perang salib ini telah mengakibatkan terjadi tukar menukar
pengaruh budaya di antara mereka, atau lebih tepatnya penerimaan orang-
orang Eropa atas corak-corak kebudayaan Islam.
Selanjutnya orang-orang salib menetap di Timur Islam dalam
waktu yang cukup lama sejak abad 5 H. sampai 7 H. (Abad 12 sampai 17
M.). Karenanya terjadi hubungan yang intensif dengan seluruh peradaban

19
W. Montgemary Watt, Islam dan Peradaban Dunia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997),
h. 42

21
Islam yang mengagumkan mereka. Walaupun peperangan terus terjadi
antara mereka dan kaum muslimin, akan tetapi para cendekiawan mereka
tidak menutup diri untuk mengambil seluruh peradaban Islam yang
disaksikannya.20
d. Pertukaran perniagaan antara Timur dan Barat
Peristiwa ini terjadi sejak kedatangan bangsa Fatimiah di Mesir
dan menjadikan Mesir sebagai pusat politik, perdagangan dan kebudayaan.
Karena itu penyerangan Mongol di Irak menjadikan Mesir sebagai
Ka’bah peradaban Islam di era dinasti Mamalik sebagaimana dikatakan
Ibnu Khaldun.
Mesir telah membantu kemajuan peradaban di Eropa, adapun kota-
kota di Eropa seperti: Pisa, Genova, Venezis, Napoli, Firenze memiliki
hubungan dagang dengan Mesir. Kota-kota inilah yang kemudian menjadi
bangkitnya Eropa atau yang dikenal dengan renaissance serta menjadi
cikal bakal peradaban modern di Eropa.

2. Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat


Dengan kedatangan Islam ke Spanyol merubah tatanan baru dan
pencerahan terhadap bangsa Eropa dengan sebuah peradaban baru yakni
peradaban Islam yang dibawa oleh bangsa Arab dan masuk melalui Spanyol.
Karenanya, sulit dipungkiri kemajuan Eropa tidak bisa dilepaskan dari
pemerintah Islam di Spanyol.
Montgemary Watt menyebutkan bahwa pengaruh kebudayaan Islam atas
barat dengan tiga hal; Pertama, sumbangan orang Arab ke Barat tidak diragukan
lagi terutama dalam hal-hal yang menyokong perbaikan tingkat
kehidupandan memperkokoh basis materialnya. Kedua, sebagian besar orang
Eropa kurangmenyadari pengaruh orang Arab dan karakter Islam yang
mereka ambil dan ketiga, kesastraan orang-orang Arab dan yang menyertainya

20
W. Montgemary Watt, Islam dan Peradaban Dunia,...., hlm. 18-22

22
telah merangsang tumbuhnya imajinasi Eropa dan kejeniusan politik orang
Romawi.21
Keterpengaruhan Eropa pada peradaban Islam, bukan saja pada bidang
ilmu pengetahuan akan tetapi juga semangat untuk hidup, sehingga
keterpengaruhan itu bersifat menyeluruh. Reformasi gereja, pembangkangan
terhadap kaum fiodal yang zalim, sistem pendidikan sastra, arsitektur adalah
akibat terpengaruhnya pada peradaban Islam. Menurut M. Qutub, Toga dalam
wisuda itu adalah meniru dari kopiah yang digunakan oleh pelajar Islam yang
telah lulus dari universitas Islam. 22
Di antara bukti-bukti pengaruh Islam di dunia Barat dapat diklasifikasi
dalam beberapa bidang sebagai berikut:
a. Intelektual
Penerjemahan-penerjemahan yang dilakukan oleh umat Islam dari
berbagai bahasa terkait dengan filsafat dan ilmu-ilmu yang lain
mengantarkan umat Islam mencapai puncak kejayaannya. Dari produk
terjemahan yang kemudian diintegrasikan dengan teks-teks al-Qur’an dan hadis
serta logika, pencapaian di bidang keilmuan sampai pada puncaknya.Di antara
yang cukup terkenal dengan produk terjemahannya itu adalah Yahya ibn al-
Bitriq (wafat 200 H/ 815 M) yang banyak menerjemahkan buku-buku
kedokteran pemikir Yunani, seperti Kitab al-Hayawan (buku tentang makhluk
hidup) dan Timaeus karya Plato.Al-Hajjaj Ibn Matar yang hidup pada masa
pemerintahan al-Ma’mun dan telah menerjemahkan buku Euklids ke dalam
bahasaArab serta menafsirkan buku al-Majisti karya Ptolemaeus. Abd al-Masih
ibn Na‘imah al-Himsi (w. 220 H./835 M.) yang menerjemahkan buku
Sophistica karya Aristoteles. Yuhana ibn Masawaih seorang dokter pandai
dari Jundisapur (w. 242 H/ 857 M.) yang kemudian diangkat oleh khalifah al-
Ma’mun sebagai kepala perpustakaan bait al- hikmah, banyak menerjemahkan
buku-buku kedokteran klasik. Seorang penerjemah yang sangat terkenal karena
banyak terjemahan yang dilahirkannya adalah H{unain bin Ish{a>q al-Abadi
yang merupakan seorang Kristen Nestorian (194-260 H./ 810-873 M.)23
1) Filsafat

21
Nurkidam, Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat, http://annur01.wordpress.com (21 Maret
2016).
22
Sunaryo, Transmisi Kebudayaan Yunani Dalam Peradaban Islam, Jurnal Pemikiran Islam
Vol.1, No.3, September 2003, International Institute of Islamic Thought Indonesia.
23
Sunaryo, Transmisi Kebudayaan Yunani Dalam Peradaban Islam, , . . . , .

23
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam.Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan
yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12.
minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada
abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
Muhammad ibn Abd al- Rahman (832-886 M). Tokoh utama pertama dalam
sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh
yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu
Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah
timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Bagian akhir abad
ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari
Cordova.17Pada abad ke-12 diterjemahkan buku al-Qanun karya Ibnu Sina
(Avicenne) mengenai kedokteran.Pada akhir abad ke-13 diterjemahkan pula
buku al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari al-Qanun.24
2) Sains
‘Abbas bin Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang
pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim bin Yahya al-
Naqqas terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga
berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang- bintang. Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah
Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari
Valencia (1145-1228 M.) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania
dan Sicilia dan Ibn Batutah dari Tangier (1304-1377 M.) mencapai Samudra
Pasai dan Cina. Ibn Khaldu n (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tum adalah perumus filsafat sejarah.Semua
sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke
Afrika.

24
Mustafa al-Siba‘i, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h.
49.

24
3) Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan
dengan tokohnya al-Hasan bin Nafi‘ yang dijuluki Ziryab. Setiap kali
diadakan pertemuan dan jamuan, Ziryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya.Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya
itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun perempuan, dan juga
kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.25
4) Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam
di Spanyol. Di antara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn Malik
pengarang Alfiyah, Ibn Haruf, Ibn al-Hajj, Abu ‘Ali al-Isybili, Abu> al-
Hasan bin ‘Usfur, dan Abu Hayyan al-Garnati.
5) Bidang Kesehatan
Pada akhir abad ke-7 M. Khalid bin Yazid (cucu pertama dari
khalifah Bani Umayyah) merupakan yang pertama dalam sejarah
kekhalifahan umat Islam yang belajar ilmu kesehatan kepada John (seorang
ahli bahasa dari Alexandria) dan beliau juga belajar kimia kepada Marrinos
dari Yunani.26 Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-
obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja‘far dan saudara perempuan al-Hafidzh
adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Cordoba sebagai salah satu pusat aktivitas medis telah
melahirkan beberapa Ilmuwan terkemuka. Di antara ilmuwan yang telah
banyak jasanya terhadap perkembanga ilmu medis Islam ialah Ibnu
Rusyd yang telah menghasilkan karya besar kitab al- Kulliyyat fi al-Tibb
(tentang filsafat ilmu kedokteran), suatu kitab referensi yang di pakai
selama berabad-abad di Eropa, di bidang obat-obatan di kenal nama-nama

25
Philip K. Hitti, Histrory of the Arabs, h. 654.
26
Rifqi Fauzi, Renaissance Eropadan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pemikiran
Islam, 07 September 2012, http://fauzidex.multiply.com (21 Maret 2016).

25
sebagai Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad al-Gafiqi (w. 1165) dengan
karyanya al-‘Adawiah al-Mufradat (uraian tentang berbagai macam obat).
Salah satu bukti pengaruh ilmu kesehatan dapat dilihat dari
ketergantungan Eropa yang terus menerus kepada kedokteran Arab hingga
abad ke-15 dan ke-16 ditunjukkan dengan daftar buku yang dicetak. Dari
semua daftar itu, buku pertama adalah komentar Ferrari da Grado, seorang
guru besar di Pavia, atas bagian dari Continens, ensiklopedi besar
karangan al-Razi. Karangan Ibnu Sina, Canon dicetak pada tahun 1473,
lalu pada tahun 1475. dan sudah pada cetakannya yang ketiga bahkan
sebelum karya Galen dicetak. Dalam karya Ferrari de Gardo, misalnya; Ibnu
Sina dikutip lebih dari 3000 kali, al-Razi dan Galen masing- masing
seribu kali, sedang hippocrates hanya seratus kali. Dengan demikian,
kedokteran Eropa abad ke-15 dan ke-16 masih merupakan kedokteran
yang sedikit lebih luas dari sekedar kepanjangan kedokteran arab.
Hingga tahun 1500, buku ini sudah dipublikasikan dalam cetakan
yang keenam belas. Karena masih terus digunakan hingga tahun 1650, buku
itu dipandang sebagai karya dalam bidang kedokteran yang paling banyak
dipelajari sepanjang sejarah. Buku ini diikuti oleh karya-karya terjemahan
dari bahasa Arab lainnya, termasuk beberapa karangan al-Razi, Ibnu Rusyd,
Hunain bin Ishaq dan Haly ‘Abbas.27
6) Kemegahan Fisik
Sudah menjadi konsekuensi logis dari sebuah kemajuan keilmuan
adalah pesatnya pembangunan fisik yang disertai dengan nuansa-nuansa
arsitektur yang megah, baik di bidang laboratorium, istana, tempat
ibadah, perpustakaan maupun terkait dengan pertanian. Orang-orang
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi.Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk
konservasi.Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda
air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria)

27
Abd al-Mun‘im Majid, Tarikh al-Hadarah al-Islamiyah fi al-‘Usur al-Wusta (Cairo:Maktabah
Misriyah,1978), h. 156.

26
Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid,
pemukiman, taman- taman. Di antara pembangunan yang megah adalah
masjid Cordova yang di bangun pada masa ‘Abd al-Rahman al-Dakhili,
kota al-Zahra, kota termegah yang dibangun oleh ‘Abd al-Rahman III dan
kota Granada yang cantik dan megah dengan istana al-Hamra’ yang sangat
terkenal di dunia, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-
Makmun dan mesjid Seville. Cordoba juga terkenal dengan universitasnya,
yaitu Universitas megah Cordoba yang di bangun oleh al-Haqam II ‘Abd al-
Rahman III (961- 976).
Bait al-Hikmah yang didirikan oleh khalifah al-Ma’mun berisi para
penerjemah yang terdiri dari orang Yahudi, Kristen dan para
penyembah Bintang.22 Selain Bait al-Hikmah, pada Awal 750 M. Harun al-
Rasyid mendirikan Observatorium di Damaskus yang di dalamnya banyak
ahli astronom Islam yang mengadakan penelitian di bidang astronomi
sehingga lahirlah para astronom Islam seperti al-Fargani (850 M.), Ibnu
Yunis (1009 M.) dari Kairo, al-Zarkali (1029- 1087 M.) dari Kordoba.
Pembangunan irigasi yang baik memacu produksi yang baik pula
sehingga mereka dapat membangun kebun tebu, kapas, padi , jeruk ,
anggur, dan sebagainya. Karena kemajuaan ekonomi, Spanyol mampu
membangun beberapa kota yang megah dan mempunyai banyak bangunan
menumental. Walaupun akhirnya Islam terusir dari wilayah Barat dengan
cara yang sangat kejam, tetapi Islam telah membidangi gerakan
kebangkitan di Eropa, gerakan kebangkitan kembali kebudayaan Yunani
klasik padan abad 14 M. yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada
abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M. dan pencerahan
(aufklarung) pada abad ke 18 M.

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sebagai agama yang mendorong umatnya kepada kebudayaan
dengan menempatkan akal pada posisi yang istimewa, maka pada gilirannya
menempatkan ummatnya – yang menggunakan akalnya dengan baik – berada
pada posisi sebagai umat yang memiliki peradaban yang sangat maju. Bahkan
berdasarkan fakta sejarah dapat diketahui bahwa umat Islam pernah mencapai
puncak peradaban dan peradabannya telah mempengaruhi umat-umat lain di
dunia Barat. Hal ini jelas menunjukkan adanya kontribusi Islam dan umat Islam
terhadap dunia Barat.
Peradaban Islam masuk di Eropa dengan empat cara yaitu saluran
peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa melalui Spanyol, Sisilia, perang
Salib maupun pertukaran perniagaan, akan tetapi saluran yang terpenting dalam
hal ini adalah Spanyol Islam. Spanyol merupakan tempat yang paling utama
bagi Barat menyerap peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial,
ekonomi maupun peradaban antar negara. Bahwa suatu kenyataan sejarah
Spanyol selama tujuh abad lebih berada dalam kekuasaan Islam. Pelacakan
historis menjadi sangat logis bahwa peradaban Barat dibangun dari rahim fase
sejarah Islam menduduki Spanyol. Secara sosial politik, Islam dalam posisi yang
sangat kuat untuk melakukan ekspansi dan secara peradaban dalam Puncak
keemasaannya. Proses ekspansi ini diikuti dengan transfer of sciensedari kaum
muslimin ke penduduk Spanyol saat itu. Kebudayaan terbuka dan dermawan
ilmu yang dibangun oleh kaum Muslimin saat itu, menjadikan setiap kelompok,
daerah, atau suku bangsa sangat terbuka lebar menimba ilmu pengetahuan dari
kaum Muslimin di Spanyol, termasuk banyak orang-orang Eropa yang
menimba ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang dari Muslim Spanyo l,
baik ilmu - ilmu „aqli maupun ilmu naqli. Ketika mereka sudah kemba li
ke daerah masing-masing banyak yang mengembangkan ilmu pengetahuan
tersebut di daratan Eropa.

B. Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh


karena itu penyusun berharap kritik, masukan dan saran yang konstruksif demi
perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.

28
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Mun‘im Majid, Tarikh al-Hadarah al-Islamiyah fi al-‘Usur al-Wusta
(Cairo:Maktabah Misriyah,1978
Abdurrahman Wahid, „Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Islam‟,
dalam Budhy Munawar Rachman (Ed), Kontekstualisasi Doktrin
Islam Dalam Sejarah, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,
1994
AbuJa‘far Muhammad bin Jarir al-Tabariy, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Juz.
IV (Cet. I; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1407 H
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Cet I; Yogyakarta:
Kota Kembang, 1989
Islam, 07 September 2012, http://fauzidex.multiply.com (21 Maret 2016).
Mustafa al-Siba‘i, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok (Jakarta: Gema Insani
Press, 1993
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta, Teras, 2012
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, Yogyakarta, Teras, 2012
Muzamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua. Merombak Pemikiran dan
Mengembangkan Aksi, Yogyakarta: Teras, 2012
Nurkidam, Pengaruh Peradaban Islam di Dunia Barat,
http://annur01.wordpress.com (21 Maret 2016).
Philip K. Hitti, Histrory of the Arabs Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2010
Ridwan, Kafrawi. (Ed.). 1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar. Baru Van
Hoeve
Rifqi Fauzi, Renaissance Eropadan Pengaruhnya terhadap Perkembangan
Pemikiran
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam
Jakarta: PT Persada Raja Grapindo Persada

29
Shalabî, Ahmad. 1984. Mausu‟at al-Târikh al-Islâmî wa al-Hadârat al-
Islâmiyyah. Kairo: Al-Nahdah al-Mishriyah
Shalabî, Ahmad. 1984. Mausu‟at al-Târikh al-Islâmî wa al-Hadârat al-
Islâmiyyah. Kairo: Al-Nahdah al-Mishriyah
Sunaryo, Transmisi Kebudayaan Yunani Dalam Peradaban Islam, Jurnal
Pemikiran Islam Vol.1, No.3, September 2003, International Institute
of Islamic Thought Indonesia.
W. Montgemary Watt, Islam dan Peradaban Dunia (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka, 1997

30

Anda mungkin juga menyukai