Disusun Oleh :
Rahma Padililah 231360058
karena tanpa rahmat dan ridhoNya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada bapak Mufrodi, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu kalam
saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
miliki. Oleh karena itu saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
demikian pembentukan pemikiran kalam dalam konteks kekininan, akan
mempunyai ruang gerak yang luas dan mengejahwantahkan menjadi sebuah ilmu
kalam aktual, ilmu kalam yang relevans dengan berbagai persoalan kontemporer,
serta mampu merespons dan memberikan solusi terhadap isu-isu kekinian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kontemporer
B. Kalam Kontemporer
Pada saat ini keadaan islam terjebak pada tradisi-tradisi atau ritual
keagamaan saja, dan sangat jarang tokoh yang terjun langsung membawa
pemikiran tentang Islam rasional yang mengedepankan akal dan pikiran.
Menurut Harun Nasution, Islam di Indonesia ini akan mengalami
kemajuan yang lambat apabila tidak diperbaharui dengan pemikiran yang
baru, atau dengan metodologi di era sekarang. Untuk itu, Rasionalisme
menjadi focus utama pemikirannya, sehingga akal atau rasio menjadi
begitu penting. Dan Harun Naution mengemukakan bahwa sesungguhnya
agama Islam adalah agama yang Rasional.
Kesimpulan dari pemikiran Harun Nasution tentang kalam kontemporer,
bahwa teologi tradisional menjadi penghambat kemajuan peradaban
1
Abdullah Saeed, Interpreting The Al-Qur’an Towards a Comtemporary Approach
(New York : Roudledge, 2006), 1-7
3
Islam, maka dari itu, metodologi Islam perlu di perbaharui dengan
menggunakan teologi rasional, dengan menempatkan akal di samping
wahyu, maka peradaban, pengetahuan dan teknologi Islam di Indonesia
akan mengalami kemajuan. Kemudian pemikiran teologi dan rasioanlitas
Harun Nasution ini mewujudkan pembaharuan di bebrapa bidang di
Indonesia diantaranya, bidang politik, social, budaya,Pendidikan, tradisi
intelektual dan perguruan tinggi di Indonesia. (Ganjaran Gusti Agung,
2019)
C. Karakteristik Muslim Kekinian
Jika dibahas lebih mendalam lagi permasalahan pada umat ini tak
aka nada habisnya. Dan tidak dapat kita pungkiri bahwa seperti itulah
kondisi umat islam saat ini. Tetapi, ditengah permasalahan itu, orang bijak
akan selalu mencari solusi ditengah kemelut berkepanjangan ini. Setelah
kita kritisi dan terjun lebih mendalam lagi atas kondisi umat Islam saat ini,
maka sesungguhnya terdapat solusi yang dapat kita implementasikan.
Tarbiyah dan Harakah islamiyah merupakan salah satu solusi yang ketika
kita implementasikan insya Allah bisa mengatasi permasalahan umat saat
ini. Dakwah Harakiyah yang integral (terus mengalami peningkatan) yang
bersifat Rabbaniyah, Manhajiyah, Marhaliyah, tasam>muh, I’tida>l,
tawazun, tawasut}h serta amar ma’ruf nahy munkar.
4
dan lain sebagainya. Dan strategisnya peran yang diemban pemikiran
kalam yang harus mengikuti mainstream pemikiran kontemporer.
Dan juga ilmu kalam tidak harus dan tidak melulu membicarakan
mengenai pembelaan Tuhan.2 Sebagaimana yang dimaksud Hasan Hanafi
Ketika ia mengatakan bahwa kita tidak perlu memikirkan Tuhan yang ada
dilangit karna Tuhan tidak memikirkan pemikiran kita, dan seharusnya,
energi dan pemikiran kita, dipakai untuk memikirkan segala problema dan
aspek yang terjadi pada Islam saat ini yang belum terselesaikan. Dan
memikirkan kemajuan dan masa depan kemanusiaan kita saat ini. Hasan
Hanafi menginginkan gagasan baru dalam pemikiran kalam agar lebih
jelas membicarakan nasib manusia daripada nasib Tuhan. Dan Hasan
Hanafi hanya berusaha agar ilmu kalam lebih “membumi” relevan dengan
permasalahan kekinian dan lebih berfokus pada kesadaran manusia, dan
berusaha memberikan solusi dengan memberikan pemaknaan bersifat
“antroposentris”.3 (M Kursani Ahmad, 2012) Dan juga ilmu kalam tidak
lagi berbicara tentang dimensi ketuhanan secara murni, tetapi lebih
membicarakan tentang dimensi ketuhanan tersebut mampu
ditransformasikan untuk mengokokohkan eksistensi kemanusiaan dalam
realitas “kebumiannya” dari Tuhan menuju bumi, dari dzat Tuhan menuju
kepribadian manusia, nilai-nilai kemanusiaan diderivasi dari sifat-sifat
Tuhan menuju kepribadian manusia, nilai-nilai kemanuisaan diderivasi
dari sifat-sifat Tuhan, dari kekuasan Tuhan menuju kemampuan berpikir
manusia, dari keabadian Tuhan menuju Gerakan kesejarahan manusia, dari
eskatologis menuju masa depan kemanusiaan. (M. Gufron, 2018)
E. Pengertian pembaharuan
Tajdid dalam pengertian harfiah (etimologi) berarti pembaruan, sedangkan
pengertian, pengertian yang pertama yakni tajdid dalam bidang akidah dan ibadah
mahdah. Dalam bidang ini tajdid diartikan sebagai “pemurnian dengan jalan
Kembali kepada pedoman mutlak, yaitu Al-Qur’an & Sunnah Rasul. Pengertian
yang kedua yakni tajdid dalam muamalah duniawiah. Yaitu tajdid diartikan
2
Muhammad In’am Esha, Teologi Islam…, h. 7.
3
Muhammad In’am Esha, Teologi Islam…, h. 9.
5
memperbarui ajaran agama islam agar tidak ketinggalan zaman. (Dr. H. Achmad
F. Ibnu Taimiyyah
Nama lengkap ibnu taimiyyah Taqiyuddin ‘Abul Abbas Ahmad bin Abil
Dilahirkan diharan pada hari Senin, tanggal 10 Rabi’ul awal tahun 661 H.
Ayahnnya adalah seorang syaikh & khatib, sedangkan kakeknya seorang faqih
hanbali, Imam ahli Hadist, Tafsir, Ushul, Nahwu & seorang Hufad.
Ibnu Taimiyyah memang hidup pada saat kemunduran islam, dilihat dari
ancaman dari arah timur yaitu tantara mongol, sedangkan dari arah barat yaitu
Perang Salib.
Ibnu Taimiyyah melihat keadaan umat islam yang jauh dari Al-Qur’an &
Hadist, dan banyak penyimpangan pada masa itu yaitu, Bid’ah, Khurafat, Taklid
kemasyarakatan & duniawi, dan itulah yang mennjadi pokok permasalahan umat
islam, sehingga sebagai umat yang terpuruk di bawah kekuatan non muslim.
Kemudian Ibnu Taimiyyah yang memiliki kesadarn penuh & prihatin pada
kondisi umat islam saat itu, mempunyai keinginan untuk memurnikan Kembali
ajaran agama islam dengan merujuk kepada Al-Qur’an & Hadist dan mencontoh
praktek berislam yang telah dicontohkan oleh sahabat dan ulama salaf lain. Hal
taklid buta serta menganjrkan umat islam untuk membuka pintu jihad, dan
6
mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar guna memperbaiki kondisi uamt islam
G. Jamaluddin Al-Afghani
berasal dari keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Afghani
semua itu salah satu faktornya ialah umat Islam harus Kembali ke ajaran
dan persatuan umat Islam harus diwujudkan sehingga umat akan maju
sesuai dengan tuntunan Zaman. Dan beliau juga berpendapat bahwa umat
7
dan Pendidikan yang bertujuan untuk memperkuat dunia Islam secara
Iman
A. Modernisasi
8
Modernisasi secara etimologis berasal dari Bahasa latin modo
danernus. Modo artinya cara sedangkan ernus berarti menunjuk pada
adanya periode waktu masakini. Pada dasarnya modernisasi mencakup
suatu transformasi keseluruhan kehidupan Bersama yang tradisional atau
pra modern dalam arti teknologi serta organisasi social kearah pola pola
ekonomi dan politik yang menjadi ciri negara-negara barat yang
stabil.Modrnisasi merupakan bentuk perubahan social. Perubahan social
yang terarah (directed-change) yang didasarkan pada perencanaan
(planned-change). Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia,
modernisasi adalah hal atau tindaka yang menjadikan
modern,pemoderenan dan Tindakan mau menerima sifat pemodernan.
(Lenawati Asry, 2019)
Ismail Al-Faruqi
Dalam rangka membangun peradaban manusia berilmu yang
beresensial Tauhid, Ismail Al-Faruqi menekankan 2 dimensi
penting dalam penting dalam tauhid, yaitu dimensi metodeologis
dan dimensi kontentual.
Pertama, dimensi metodelogis yang meliputi tiga prinsip utama,
yakni unitas (kesatuan), rasionalisme dan toleransi. Yang
dimaksud dengan prinsip ini yaitu, jika suatu peradaban akan
terbangun jika segenap unsur-unsur peradaban tersebut disatukan.
Maka dari itu prinsip inilah yang menentukan bentuk peradaban
Islam. Begitupun sebaliknya, jika unsur-unsur tersebut tidka
menyatu maka, terbentuk campuran unsur yang tidak teratur.
Yang kedua, dimensi kontentual (isi), bahwa tauhid esensi
peradaban Islam mendasari isi peradaban Islam itu sendiri, dalam
9
kaitan ini tauhid memiliki fungsi sebagai prinsip utama dalam
epistomologi, diantaranya adalah :
Tauhid sebagai prinsip pertama Metafisika. Bersaksi bahwa
Dia tidak ada Tuhan selain Allah, yang berarti, kita bersaksi
dengan penuh keyakinan dans ecara sadar dan memahami
isinya, berarti menyadari bahwa segala yang ada disekitar
kita, benda atau kejadian, semua yang terjadi dalam hal
apapun itu semua tidak jauh dari campur tangan atau
Tindakan Allah.
Tauhid sebagai prinsip pertama Etika. Tauhid menegaskan
bahwa Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia dalam
sebaik-baiknya bentuk dan mengabdi kepada-Nya. 4 Tauhid
juga menegaskan bahwa tujuan ini termasuk kekhalifahan
manusia dimuka bumi dengan membebani (taklif) tanpa
batsan kewajiabnnya mencakup seluruh alam semesta.
Ketiga, Tauhid Sebagai Prinsip Pertama Aksiologi. Tauhid
menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan umat
manusia agar manusia dapat membuktikan diri bernilai
secara moral melalui perbuatannya. 5 Dan oleh karena itu
juga Tuhan menempatkan manusia dimuka bumi ini untuk
mendiaminya sebagai ladang untuk bekerja keras serta
menikmati kebaikan keindahannya untuk memakmurkan
bumi dan dirinya.
Keempat, Tauhid Sebagai Prinsip Pertama Estetika. Dalam
hal ini, tauhid berarti menyingkirkan Tuhan dari segenap
bidang alam, karena segala yang diciptakan adalah
makhluk, nontransenden, tunduk kepada hukum ruang dan
waktu.6 Dan Tuhan tidak dapat digambarkan ataupun
dijelaskan dalam hal definisi apapun, bahwa Tuhan taka da
yang menyerupai-Nya, dan juga Tuhan bukanlah
lembagaestetis apapun yang mungkin. (Firda Inayah, 2018)
2.3 Teologi Islam
4
Ibid..117.
5
Al-Faruqi, Tawhid..., 64.
6
5 “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-
pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha mendengar dan melihat.” (QS. Asy-Syu’araa [42]: 11).
10
teolog sama-sama membahas tentang Tuhan, baik memberikan pandangan baru
atau hadir untuk memperkuat pandangan sebelumnya. Risalah Filsuf muslim yang
pada umumnya adalah tentang bagaimana relasi Tuhan dengan hambanya yang
terwujud sifat dan perbuatan-Nya, sedangkan filsuf Barat yang mempertanyakan
keberadaan Tuhan7. (Andi Rika Nur Rahma1), Hanan Assagaf2), 2022)
Islam adalah agama yang membawa kepada kedamaian & ketentraman.
Tetapi agama Islam ini memiliki banyak konflik dan perpecahan karna banyaknya
perbedaan pemikiran dan pemahaman tentang keagamaan, begitu banyak aliran
yang sesat di dlam agama islam ini, maka, ada beberapa tokoh diantaranya Harun
Nasution yang memurnikan Kembali ajaran agama Islam.
A. Pemikiran Teologi M.Rasyid Ridha
7
Ph.D Muhammad Arifin, Teologi Rasional Perspektif Pemikiran Harun Nasation, ed. by M.Sc Dr.
Hafas Furqani, 1st edn (Banda Aceh: Lembaga Kajian Konstitusi Indonesia, 2021), p. 26
11
Menurut Harun,paham keadilan Asy’ariyah ini mirip dengan Sebagian
umat yang merestui seorang raja yang absolut dan diktator. Sang raja yang
absolut diktator yang dimana dia yang membuat undang-undang dan
hukum utuk rakyatnya, dan raja yang absolut dan diktator itu memiliki hak
penuh untuk membunuh dan menghidupkan rakyatnya. Undang-undang
dan hukum yang dia buat tidak perlu dia ikut mematuhinya. Harun
Nasution memandang bahwa konsep keadilan Tuhan yang diberikan oleh
dua golongan teolog tersebut memiliki perbedaan signifikan. Di satu sisi
kkaum mu’tazilah memandang keadilan Tuhan tidak hanya memberi
imbalan kepada yang berbuat baik dan memberikan hukuman kepada yang
berbuat salah. Mereka juga memandang keadilan Tuhan sebagai adanya
kewajiban Tuhan yang harus dihormati Tuhan. Tuhan berkewajiban
berbuat baik kepada manusia berarti Ia tidak memberikan beban diluar
kemampuan manusia untuk memikulnya, ia mengirimkan Rasul kepada
manusia untuk menguatkan hasil pemikiran akal manusia. 8 (Andi Rika Nur
Rahma1), Hanan Assagaf2), 2022)
bagaimana agar bisa menjaga keimanan agar tidak rusak dan hilang.
Adapun alas an mengapa ilmu ini disebut dengan ilmu kalam karena :
8
Muhammad Arifin, p. 35.
12
1. Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad
pikiran
Kajian Epistomologi dalam Islam sesuatu yang unik, karena jika ditarik
pada filsafat ilmu maka epistomologi adalah sebagaimana yang dikaji di dunia
menarik antara ilmiah-pra ilmiah-non ilmiah. Karena itu terjadi problem Ketika
sudah menjadi sebauh produk ilmu, misalnya meski sama-sama memakai pola
deduktif sebagaimana Plato. Akan tetapi, imbasnya jika pola hasil pemikiran Plato
13
dapat dikritik dan dipertanyakan ulang oleh pikiran manusia sesudahnya tanpa rasa
takur dan segan. Maka pola pkir deduktif keagamaan nyaris tidak dapat
dipertanyakan, dikritik atau ditelaah ulang. Hal ini karena bahan dedukasi tadi yang
digunakan dalam kalam adalah teks-teks keagamaan (M. Amin Abdullah, 2012:
161). Karena itu dalam wacana epistomologi kalam semuanya bertolak dari relasi
era antara tiga hal yaitu ilmu pengetahuan (ma’rifah ilm), keyakinan (iman), dan
kebebasan manusia.
1. Masa Murji’ah
Secara garis besar aliran ini terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu
M. Ula, 2015)
14
yang dimaksud adalah pengetahuan yang diperoleh melalui nalar
muncul seak awal yang merupakan relasi dari tiga persoalan di atas
(Wardani, 2003)
2. Masa Mu’tazilah
kemurnian Tauhid.9
9
Ini terlihat dengan sikap Mu’tazilah yang telah menciptakan suasana dialogis dikalangan uamt
Islam secara kritis dan argumentative yang rasionalis. Juga mereka menanamkan dirinya sebagai
Ahlu-Tauhid ; lihat Zuhdi jar Allah, al-Mu;tazilah Beirut: al-Ahliyah li al-Nasyr wa al- Tauzi;
1974, h.241.
10
Dalam Firman Allah disebutkan “ Sesungguhnya kami menjadikan Al-Qur’an dalam Bahasa
Arab agar kamu memahaminya.” (Q.S Al-Zukhruf :43) :3 Lihat juga di Q.S Yusuf (12) : 2-3 Allah
juga menanamkan al-Qur’an dengan Zikr, Huda, Nur, Mubarak dan lain sebagainya.
15
Qur’an. Dan Mu’tazilah ini banyak menggunakan Rasional, hingga
berikut:
eksistensi manusia.
3. Masa Asy’ariah
16
usahanya untuk menengahi antara pandangan ortodoksi dan
1995).
17
BAB III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
universal.
Fakta inilah yang telah menjadi sasaran kritik tajam dari pemikir-
Rusyd. Demikian pula kritik yang datang dari M. Amien Rais, M. Amin
18
pemikiran kalam lebih peka terhadap problema umat dan isuisu
semakin tampak. Seperti apa yang digagas oleh Hasan Hanafi, yang
pembebasan yang lebih cederung kepada hal-hal yang konkret dan historis,
maya.
banyak mempelajari lebih banyak tentang pengetahuan Islam agar kita bisa
terus mengembangkan dan memajukan umat islam ini, dan supaya kita
tidak tertinggal dengan peradaban dan teknologi yang dimiliki oleh orang-
orang Barat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amat Zuhri dan Miftahul Ula. (2015). Ilmu Kalam dalam sorotan filsafat ilmu.
Google Scholar, 25.
Andi Rika Nur Rahma1), Hanan Assagaf2). (2022). TEOLOGI ISLAM HARUN
NASUTION. Google Scholar, 129-149.
Beni, A. S., & Akhidayat, H. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Vol. 1). Bandung:
CV Pustaka Setia.
Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag. (2013). Aqidah ilmu kalam. Google
Scholar, 200.
Dwi Sukamanila. (2019). KIPRAH DAN KONTRIBUSI JAMALUDDIN Al-
AFGHANI. Google Scholar, 5.
Ensiklopedia Islam II . (2002). 346.
Fazlur Rahman. (1994).
Firda Inayah. (2018). Tauhid sebagai Prinsip Ilmu Pengetahuan. Google Scholar,
14-17.
Ganjaran Gusti Agung. (2019). PERAN PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM HARUN
NASUTION .
Ghazali, A. (2004). Bidayah Al hidayah . Semarang : Toha Putra.
Jama’ah, I. ( 2012). Tadzkirah as-Sami wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-
Muta’allim. Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah,.
Khaldun, I. (2009). Mukaddimah Ibnu Khaldun,. Beirut: Dar Al-Kutub Al-
‘Ilmiyyah.
Lenawati Asry. (2019). MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Google
Scholar, 2-3.
Lewis. (1965).
M Kursani Ahmad. (2012). PEMIKIRAN KALAM DALAM KONTEKS
KEKINIAN. Google Scholar, 18.
20
M. Gufron. (2018). Transformasi Paradigma Teologi Teosentris Menuju
Antroposentris. Google Scholar, 1-31.
M. Kursani Ahmad. (2012). PEMIKIRAN KALAM DALAM KONTEKS
KEKINIAN. Google Scholar, 1,2, 9-11.
Mutrofin. (2019). Ulama Indonesia Kontemporer. Jurnal dinamika penelitian
Media Komunikasi Sosial Keagamaan, 105-124.
Nashr Hamid Abu Zayid. (1996). Epistomologi dalam wacana kalam. Google
Scholar, 25.
Nurcholis Majdid. (1995).
Nursi. (2009).
Prof.DR.H. Ris'an Rusli, MA. (2018). Pemikiran Teologi Islam Modern. In M.
Prof.DR.H. Ris'an Rusli, Pemikiran Teologi Islam Modern (p. 295).
Jakarta: Kencana.
Safii. (2014). Teologi Mu'tazilah. Google Scholar, 4.
Sayyed Hossein Nasr. (2012).
SYARIFAH NILAM MUSTIKA PERMATA. (2022). PERSPEKTIF ISLAM
TERHADAP MODERNISASI. Google Scholar, 10-12.
Utara, A.-A. A.-S. (2022). 5 Keutamaan Menuntut Ilmu Menurut Pandangan Islam.
11-15.
Walz, I. N. (2023, 11). Penerapan Kandungan Hadis Tentang Menuntut Ilmu Dan
Menghargai Waktu Dalalam Kehidupan Sehari. pp. 11-15.
Wardani. (2003). Epistomologi dalam wacana kalam. Google Scholar, 42.
Zuhri, A. (2015). Ilmu kalam dalam sorotan Filsafat Ilmu. Google Scholar, 25.
21
22