Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kelompok VII

PEMBAHASAN MODEL PENELITIAN PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM


ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen : Dr.H.Khiaril Anwar,M.Ag

Disusun Oleh :

Fahmi Rianor
Nim. 1302120255
Ana Khairiyati
Nim.1302120237

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya

Jurusan Syari’ah

Prodi Ekonomi Syari’ah

Tahun 2013 M / 1434 H


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji Syukur Dengan Tulus Penulis Persembahkan Kehadirat Allah Swt. Karena Atas
Limpahan Rahmat Dan Karunia-Nya. Sehingga Kami Dapat Menyelesaikan Makalah
Metodologi Studi Islam Yang Sederhana Ini, Meskipun Jauh Dari Kata Sempurna.

Shalawat Serta Salam Semoga Senantiasa Tercurah Untuk Junjungan Kita Nabi Besar
Muhammad Saw. Beserta Keluarga Dan Para Sahabatnya Hingga Akhir Zaman, Dengan
Upaya Kita Meneladani Akhlaknya Yang Mulia.

Tujuan Penyusunan Makalah Ini Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam. Selain Itu Juga Untuk Menambah Wawasan Para Pembaca Tentang
Model Penelitian Pemikiran Modern Dalam Islam Dan Model Penelitian Antropologi Dan
Sosiologi Agama.

Penulis Berharap Semoga Makalah Sederhna Ini Bemanfaat Bagi Para Pembaca.Kritik
Dan Saran Yang Membangun Selalu Penulis. Harapkan Demi Perbaikan Makalah Ini, Segala
Sesuatu Yang Benar Itu Datangnya Dari Allah Swt, Dan Sesuatu Yang Salah Itu Berasal Dari
Penulis.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Palangka Raya, Oktober 2013

Penulis

II
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR............................................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................1
D. Metode Penelitian.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pembaharuan islam..................................................2
B. Model penelitian pemikiran modern dalam islam......................2
C. Model penelitian antropologi.....................................................5
D. Model penelitian sosiologi.........................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................14
B. Saran...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah di uraikan, bahwa dalam garis besarnya sejarah islam dapat di bagi ke dalam tiga
periode besar,yaitu periode klasik (650-1250 M. ), periode (1250-1800 M. ), dan periode
modern (1800 M. Sampai dengan sekarang).

Periode klasik merupakan zaman kemajuan dan di bagi ke dalam dua fase. Pertama, fase
ekspansi, integrasi. Pada zaman ini banyak menghasilkan ulama- ulama besar seperti imam
malik,imam syafi’i dan imam ibn hambali, fase kedua disintegrasi (1000-1250 M.) dimasa ini
keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai pecah.

Periode pertengahan (1250-1800 M.) juga dibagi menjadi dua fase. pertama masa kemunduran
(1250-1500 M.)

Periode modern (1800 dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat islam.

Adalah barang tentu menjadi pertanyaan kembali, mengingat pemikiran kontemporer Islam
yang bersifat islami itu dihubungkan dengan modern yang identik dengan Barat. Pemikiran
merupakan wacana yang berkembang secara dialektik, yakni dalam periodisasi waktu, atau
pada tempat atau kawasan tertentu. Setidaknya kita menyegarkan kembali akan pemahaman
yang dimaksud dengan modern, dan juga yang dimaksud dengan islami. Pembahasan ini
meliputi dua arus besar pemikiran yang selalu dihadapkan sebagai dua buah ideologi besar,
yakni Islam dan Barat.

Dalam wacana pemikiran modern, antara islam dan barat, titik utama kajiannya terletak pada
tataran epistemologis, yakni sumber pengetahuan. Corak pemikiran islam, sesuai dengan
sumber pengetahuannya selalu mengacu pada al-qur’an dan sunnah yang menjadi ciri
kahasnya. Keduanya sebagai epistemologi merupakan pembeda dengan corak pemikiran
lainnya. Bergitu pun berbagai kajian yang notabene melingkupi berbagai keilmuan islam.
Maka, berbagai kerangka pemikiran yang mengabsenkan al qur’an dan sunnah -yang
menjadi khasnya- barang tentu tidak dikatakan sebagai pemikiran islam. Adapun pada
tataran aksiologis, pemikiran islam ataupun barat akan membias dan hilang corak khasnya
karena disesuaikan dengan world view yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pembaruan islam ?
2. Apa saja model penelitian pemikiran modern dalam islam .antropolog dan sosiologi ?
C. TUJUAN
1. Agar dapat memahami tentang pengertian pembaruan islam
2. Agar dapat mengetahui model-model penelitian pemikiran modern dalam islam
D.METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan kami gunakan dalam penyusunan makalah sederhana ini yaitu:
1.Metode Keperpustakaan(Library Reseach)
2.Metode Penelusuran Internet(Web Search)

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembaruan Islam


Pembaruan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan
Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.1 Dengan demikian pembaruan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi atau menambah teks Al-Quran maupun Al-Hadits, melainkan hanya
mengubah atau menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan
zaman.
Selain itu pembaruan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat
agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini
dilakukan, karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Quran dengan
kenyataan yang terjadi di masyarakat. Al-Quran misalnya mendorong umatnya agar
menguasai pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan modern serta teknologi secara
seimbang; hidup bersatu, rukun dan damai sebagai suatu keluarga yang besar; bersikap
dinamis, kreatif, inovatif, demokratis, terbuka, menghargai pendapat orang lain,
menghargai waktu, menyukai kebersihan, dan lain sebagainya. Namun kenyataan
umatnya menunjukkan keadaan yang berbeda. Sebagian besar umat Islam hanya
menguasai pengetahuan agama sedangkan ilmu pengetahuan modern tidak dikuasai
bahkan dimusuhi. Sikap dan pandangan hidup umat demikian jelas tidak sejalan dengan
ajaran Al-Quran dan As-Sunnah, dan hal demikian harus diperbarui dengan jalan
kembali kepada dua sumber ajaran Islam yang utama itu.2

B. Model Penelitian Pemikiran Modern dalam Islam


Telah banyak hasil penelitian yang dilakukan para ahli yang mengambil tema
disekitar pemikiran modern dalam islam. Di antaranya hasil penelitian yang dilakukan
oleh Deliar Noer, dan H.A.R. Gibb.
1. Model Penelitian Deliar Noer

1
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang,
1975, h. 10.
2
Abuddin Nata, Metotologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, h. 379.

2
3

Salah satu buku yang memuat hasil penelitian tentang pemiktran modern
dalam Islam yang dilakukan oleh Deliar Noer berjudul Gerakan Modern Islam di
Indonesia 1900-1942, diterbitkan oleh LP3ES di sekitar tahun 1980-an. Dari judulnya
terlihat bahwa penelitian tersebut bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian yang
mencoba mendeskripsikan gerakan modern Islam di Indonesia yang terjadi pada tahun
1900-1942. Penelitian tersebut antara lain memuat latar belakang pemikiran,
permasalahan yang ingin dipecahkan, metode dan pendekatan serta analisis yang
digunakan.3
Di antara pemikiran yang melatarbelakangi penelitian tersebut adalah adanya
asumsi bahwa perkembangan yang terjadi pada akhir periode 1900-1942 merupakan
tahun pergantian penguasa di Indonesia dari tangan Belanda ke tangan Jepang. Tetapi
pemikiran, gerakan dan perkembangan yang umumnya bersangkutan dengan gerakan
modern Islam di negeri kita ini tidak berhenti dengan pergantian ini. Malah lebih lagi
daripada di masa permulaan ia tumbuh, gerakan modern Islam itu terus saja berlanjut,
bukan saja pada masa Jepang, melainkan juga sesudah kita merdeka, hingga masa kini.
Dalam rangka ini maka mudah terlihat analogi yang dihadapi pada masa merdeka
dengan yang dihadapi di zaman jajahan Belanda dahulu. Dan dalam rangka ini pula
berkembang pemikiran, cara pendekatan, serta pemecahan permasalahan yang
bersamaan atau berlainan antara dua masa itu, yaitu pada masa merdeka dengan masa
jajahan Belanda.
Dengan latar belakang yang berisi asumsi tersebut itulah kelihatannya Deliar
Noer ingin mengetahui tentang pemikiran, pendektan dan pemecahan masalah yang
bagaimanakah yang dilakukan umat Islam pada periode tersebut. Hal demikian perlu
dilakukan mengingat pemikiran pembaruan ini mungkin masih tetap relevan untuk
digunakan pada masa-masa setelah kemerdekaan.4

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang ingin


dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana corak dan objek pembaruan pemikiran
yang dilakukan gerakan modern Islam di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan.
Untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian tersebut Deliar
Noer menggunakan bahan-bahan yang didapat dari hasil wawancara dengan tokoh-
tokoh yang berkompeten dalam bidangnya. Dan juga dengan pendekatan historis

4
Ibid., 382
4
3
Ibid., h. 381.

4
Ibid., 382
4

sosiologis, yang dengannya dihasilkan pembahasan menurut peristiwa secara


kronologis dapat dibuktikan keberadaannya dalam sejarah, dan dengan pendekatan
sosiologis dihasilkan deskripsi yang menjelaskan berbagai peristiwa yang antara satu
bagian dengan bagian lainnya saling berkaitan.
Melalui metode dan pendekatan tersebut dihasilkan informasi yang konprehensif
mengenai asal-usul dan pertumbuhan gerakan modern Islam dalam bidang pendidikan,
sosial dan politik. Asal-usul dan pertumbuhan gerakan modern Islam dalam bidang
politik meliputi sarekat Islam, partai partasi Islam, reaksi Belanda, reaksi kalangan
kebangsaan, reaksi kalangan tradisi dan reaksi kalangan nasionalis yang netral agama.5
Dalam kesimpulannya itu, Deliar Noer menyimpulkan bahwa gerakan pembaharu
Islam di Indonesia mulai berakar pada pergantian abad yang lalu. Berkembang dari
masa ke masa dalam waktu empat puluh tahun, pada tahun 1940 gerakan ini telah
menghujam dalam tanah air. Mengenai perkembangan dan sifat gerakan modern Islam
di Indonesia, Deliar Noer menyimpulkan bahwa sifat dan kecenderungan gerakan ini
dibentuk oleh pimpinan organisasi serta lingkungan tempat organisasi itu bergerak.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat jelas bahwa Deliar Noer telah memberikan
model penelitian yang memenuhi persyaratan sebagai penelitian sejarah, yang dalam
hal ini sejarah gerakan modern Islam di Indonesia tahun 1900-1942, dengan kesimpulan
yang secara akademis dapat dipertanggung jawabkan validitasnya. Penelitian tersebut
walaupun tidak secara eksplisit mengemukakan latar belakang pemikiran,
permasalahan, tujuan, metode dan pendekatan serta kerangka analisis yang digunakan
dalam penelitian, namun secara keseluruhan berbagai aspek yang seharusnya ada dalam
penelitian telah tertampung dalam penelitian yang dilakukan Deliar Noer.6
2. Model Penelitian H.A.R. Gibb
Penelitian mengenai pemikiran modern dalam Islam pernah pula dilakukan oleh
H.A.R. Gibb, Maha Guru pada Universitas Oxford. Hasil penelitiannya berjudul
Modern Trends in Islam yang diterjemahkan oleh L.E. Hakim dengan judul Aliran-
aliran Modern dalam Islam dan diterbitkan oleh Tintamas-Jakarta pada tahun 1954.6
Penelitian Gibb tentang gerakan modern dalam Islam kelihatannya bertolak dari
tesisnya yang mengatakan Islam adalah suatu agama yang hidup dan vital yang
menyampaikan dakwah kepada hati, pikiran, dan perasaan dari berpuluh-puluh, malah
beratus-ratus miliun manusia, memberikan kepadanya suatu pedoman supaya hidup

5
Ibid., 383
6
Ibid., h. 387
5

jujur, sungguh-sungguh dan takwa.7 Pada bagian lain, Gibb mengatakan bahwa agama
Islam dan penganutnya merupakan satu susunan yang sama, masing-masing
membentuk dan memberikan reaksi di antara satu sama lainnya selama Islam itu tetap
tinggal sebagai satu organisme yang hidup dan ajaran-ajarannya memberikan kepuasan
bagi perasaan keagamaan pengikut-pengikutnya.
Penelitian H.A.R Gibb adalah bersifat eksploratif deskriptif, yaitu penelitian
yang mencoba mendeskripsikan secara mendalam suatu objek dengan menggunakan
data-data yang terdapat dalam kajian pustaka, sedang pendekatan yang digunakan
bersifat filosofis histories, yaitu penelitian yang tekanannya ditujukan untuk
mengemukakan nilai-nilai universal dan mendasar dari suatu ajaran atau objek yang
diteliti, serta didukung oleh data-data histories yang dapat dipercaya.8
Dari penelitian itu Gibb mengemukakan tentang dasar-dasar alam pikiran Islam,
ketegangan dalamIslam, dasar-dasar modernisme, agama kaum modern, hukum dan
masyarakat serta Islam di dunia.
Ketika berbicara tentang dasar-dasar alam pikiran Islam. Gibb mengatakan,
bahwa Al-Quran adalah suatu kitab yang berisi perintah-perintah, yang didakwahkan
oleh Muhammad selama lebih kurang 20 tahun dari akhir hidupnya mengenai pelajaran
agama dan dasar-dasar susila atau bukti-bukti keterangan terhadap meraka yang ingkar,
tafsir dari kejadian-kejadian yang sedang berlaku, dan beberapa peraturan menganai
soal-soal sosial dan hukum.
Selanjutnya, ketika berbicara tentang dasar-dasar modernisasi, Gibb
mengatakan bahwa modernisasi menimbulkan satu pergolakan pikiran yang amat hebat
pengaruhnya di kalangan mereka yang dangkal ilmu pengetahuannya.9
C. Model Penelitian Antropologi
1. Pengertian Antropologi
Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu dari cabang ilmu pengetahuan sosial
yang memfokuskan kajiannya pada manusia.10
Pendapat lain menyebutkan, antropologi adalah suatu cabang keilmuan yang
peduli dengan upaya mendokumentasikan organisasi hubungan-hubungan sosial dan

7
H.A.R. Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam (terj.) L.E. Hakim, dari judul asli Modern Trends in
Islam, Jakarta: Tintamas, 1954, h. x.
8
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/10/27/model-penelitian-pemikiran-modern-dalam-islam/ (diakses
hari Sabtu, 05-10-2013 Pukul 08:45 WIB).
9
H.A.R. Gibb, op. cit., h. ix.
10
Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metodologi, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2011, h. 271.
6

pola-pola praktik kebudayaan di tempat-tempat tertentu, dan mengembangkan lebih


kurang teori-teori berkenaan dengan keserupaan-keserupaan dan perbedaan-perbedaan
dalam kehidupan manusia.
2. Karakteristik Dasar Pendekatan Antropologi
Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi modern adalah holisme,
yakni pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara
esensial dapat dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam
masyarakat yang sedang diteliti. Para antropolog harus melihat agama dan praktik
pertanian, kekeluargaan, politik, magic, dan pengobatan secara bersama-sama.
Maksudnya agama tidak bisa dilihat sebagai sistem otonom yang tidak terpengaruh oleh
praktik-praktik sosial lainnya.11Namun, saat ini sudah dibuka peluang terhadap
fungsional struktural. Karya yang melakukan hal ini dapat dilihat dalam Lugbara
Religion hasilpenelitian Middleton. Dalam karyanya tersebut, dia lebih senang mamilih
istilah Inggris daripada bahasa Lugbara itu sendiri. Kendatipun demikian, karya
Middleton tidak mengurangi kekayaan etnografi, buktinya siapa saja yang membaca
hasil karyanya masih merasakan proses aksi sosial dan agama seperti yang benar-benar
dipraktikkan. Dengan caranya ini, terlihat adanya pergeseran karakteristik penelitian
dari karakteristik struktural ke “makna”.
Kemudian, karakteristik antropologi bergeser lagi dari antropologi “makna” ke
antropologi interpretatif yang lebih global, seperti yang dilakukan oleh C. Geertz. Ide
kuncinya bahwa apa yang sesungguhnya penting adalah kemungkinan menafsirkan
peristiwa menurut cara pandang masyarakat itu sendiri. Penelitian seperti ini harus
dilakukan dengan cara tinggal di tempat penelititan dalam waktu yang lama, agar
mendapatkan tafsiran dari masyarakat tentang agama yang diamalkannya. 12 Jadi, pada
intinya setiap penelititan yang dilakukan oleh antropolog, memiliki karakteristik
masing-masing.
3. Objek Kajian dalam Pendekatan Antropologi
Secara umum objek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu
antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan
antropologi budaya dengan tiga cabangnya: arkeologi, linguistik, dan etnografi.
Antropologi tidak membahas salah benarnya suatau agama dan segenap perangkatnya,

11
http://4dn4nm4hd1.wordpress.com/2012/08/27/pendekatan-antropologi-dan-sosiologi-dalam-studi-
islam/ (diakses hari Sabtu, 05-10-2013 Pukul 13:54 WIB).
12
Ibid.
7

seprti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada sang sakral, wilayah antropologi
hanya terbatas pada kajian terhadap fenomena yang muncul. Menurut Atho Mudzhar,
ada lima fenomena agam yang dapat dikaji, yaitu:13
a. Scripture atau naskah atau simbol ajaran dan simbol agama.
b. Para penganut atau pemimpim atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya.
c. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
d. Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
e. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan,
seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syi’ah dan
lain-lain.
4. Contoh Penelitian yang Menggunakan Pendekatan Antropologi
Salah satu contoh yang akan kemukakan pada bagian ini adalah
runtuhnya Daulat Bani Umayah dan bangkitnya Daulat Bani Abasiyah. Untuk
membahs topik ini, M. Atho Mudzhar menyarankan sedikitnya ada empat hal
yangh harus diperhatikan dan diperjelas dalam rancangan penelitian, yaitu:14
Pertama: rumusan masalah, yaitu adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
jatuhnya Bani Umayah dan bangkitnya Bani Abasiyah? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut harus dirumuskan faktor penyebab runtuh atau bangkitnya
dinasti, dan aspek apa saja yang akan dilihat.
Kedua: menjelaskan signifikasi penelitian, seperti menjelaskan maksud penelitian
(sesuatuyang belum pernah diteliti atau dibahas sebelumnya) dan kontribusi apa
yang diperoleh dari hasil penelitian setelah dilakukan nantinya.
Ketiga: metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan
merinci hal-hal seperti: bentuk dan sumber informasi serta cara mendapatkannya,
memahami dan menganalisa informasi serta cara pemaparannya.
Keempat: melakukan telaah pustaka dan membuat rangkuman dari teori yang telah
dipaparkan. Setelah itu, seorang peneliti harus mengetahui apa saja yang belum
dibicarakan, dan dari sinilah akan diperoleh kontribusi dari hasil penemuan
penelitian.

13
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori Prakter, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, h.
15.
14
Ibid. h.60
8

D. Model Penelitian Sosiologi


1. Pendekatan Sosiologi
Beberapa pendekatan modern yang digunakan oleh para sarjana dalam mengkaji
agama-agama termasuk Islam adalah pendekatan sosiologi. Pada awalnya, penerapan
metode sosiologi mengikuti model sosiologi umumnya seperti yang dikemukakan oleh
A. Comte dan L. Von Stein, yang berkaitan erat dengan penafsiran ekonomi yang
diusulkan oleh Lasalle dan Marx. Pendekatan kemudian dikoreksi oleh para pendiri
sosiologi agama modern: Fustel de Coulanges dan Emile Durkhiem, Max Webber dan
Ernst Troeltsch, Werner Sombart dan Max Scheler.15
Bagi Aguste Comte, sosiologi mengikuti jejak ilmu alam. Observasi emperis
terhadap masyarakat manusia akan melahirkan kajian rasional dan positivistik
mengenai keehidupan sosial yang akan memberikan prinsip-prinsip pengorganisasian
bagi ilmu kemasyarakatan. Dalam pandangan Comte, bentuk positivistik konsepsi
sosiologis akan membawa konsekuensi hilangnya agama dan teologi sebagai model
perilaku dan keyakinan dalam masyarakat modern.
Sedangkan Durkhiem, dalam kajian sosiologinya mempekoskan agama pada
aspek fungsi, dimana agama dilihatnya sebagai jembatan ketegangan dengan suku atau
kelompok lain, karena agama seringkali melahirkan keteratuan sosial dan moral,
mengikat anggota masyarakat dalam suatu proyeksi kebersamaan, sekumpulan nilai dan
tujuan sosial bersama. Kondisi inilah yang memperkuat fanatisme kelompok sosial
sehingga saat berhadapan dengan kelompok lain yang berbeda agama, akan sangat
mudah memunculkan ketegangan antar kelompok.16
2. Karakteristik Dasar Pendekatan Sosiologi
Teorisasi sosiologis tentang karakteristik agama serta kedudukan dan
signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong untuk ditetapkannya serangkaian
kategori sosiologis, meliputi:17
a. Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnesitas

15
Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metodologi, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2011, h. .264
16
http://4dn4nm4hd1.wordpress.com/2012/08/27/pendekatan-antropologi-dan-sosiologi-dalam-studi-
agama/ (diakses hari Sabtu, 05-10-2013 Pukul 13:54 WIB)
17
Ibid.
9

b. Kategori biososial, seperti seks, gender, perkawinan, keluarga, masa kanak-


kanak dan usia.
c. Pola organisasi sosial meliputi politik, produksi ekonomis, sistem pertukaran
dan birokrasi.
d. Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal,
penyimpangan, dan globalisasi.

Peran kategori-kategori dalam studi sosiologi terhadap agama ditentukan oleh


pengaruh paradigma utama tradisi sosiologi dan oleh refleksi emperis dari organisasi
dan perilaku keagamaan. Paradigma fungsionalis yang mula-mula berasal dari
Durkhiem dan kemudian dikembangkan oleh sosiolog Amerika Utara Talcott Parsons,
secara khusus memiliki pengaruh kuat dalam sosiologi agama. Parsons melihat bahwa
masyarakat adalah suatu sistem sosial yang dapat disamakan dengan ekosistem. Bagian-
bagian unsur sistem sosial memiliki fungsi esensial kuasi organik yang memberikan
kontribusi terhadap kesehatan dan vitalias sistem sosial serta dapat menjamin
kelangsungan hidup manusia.

Sedangkan bagi Bryan Wilson, agama memiliki fungsi manifes dan fungsi laten.
Fungsi manifes adalah memberikan keselamatan identitas personal dan jiwa bagi laki-
laki dan perempuan. Sedangkan fungsi latennya adalah memberdayakan personal dan
spritual dalam menghadapi gangguan emosional inner, kondisi spritual dan upaya untuk
menghadapi ancaman keimanan dan penyembahan.

Untuk mendapatkan gambaran dari persoalan-persoalan yang dikaji,para


sosiolog menggunakan dua corak metodologi penelitian, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian kuantitatif dalam sosiologi agama disandarkan pada skala besar suvey
terhadap keyakinan keagamaan, nilai-nilai etis dan praktik kehadiran di tempat ibadah.
Sedangkan penelitian kualitatif terhadap agama disandarkan pada komunitas atau
jamaah keagamaan dalam skala kecil dengan menggunakan metode seperti pengamatan
partisipan atau wawancara mendalam. Metode ini diprakarsai oleh Max Webber dan
kemudian disempurnakan oleh Ernst Troeltsch dari Jerman.18

3. Objek Kajian dalam Pendekatan Sosiologi

18
http://4dn4nm4hd1.wordpress.com/2012/08/27/pendekatan-antropologi-dan-sosiologi-dalam-studi-
agama/ (diakses hari Sabtu, 05-10-2013 Pukul 13:54 WIB)
10

Menurut M. Atho Mudzhar, pendekatan sosiologi agama dapat mengambil


beberapa tema atau obyek penelitian, seperti:
a. Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat.
b. Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap
pemahaman ajaran atau konsep keagamaan.
c. Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat.
d. Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim.
e. Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat
melemahkan atau menjunjung kehidupan beragama.19

Setiap tema yang dikaji, setidaknya tetap relevan dengan teori sosiologi, baik
teori fungsionalisme, konflik maupun interaksionalisme. Teori fungsionalisme dan
konflik bekerja dengan cara analisis makro sosiologi yaitu menfokuskan perhatiannya
pada struktur sosial. Adapun teori interaksionalisme dengan cara analisis mikro, yaitu
lebih menfokuskan perhatiannya pada karakteristik personal dan interaksi yang terjalin
antar individu.

4. Contoh Penelitian yang Menggunakan Pendekatan Sosiologi

Satu contoh penelitian yang menggunakan pendekatan sosiologi, seperti yang


dijelaskan Atho Mudzhar tentang Mesjid dan Bakul Keramat: konflik dan integrasi
dalam masyarakat Bugis Amparita. Judul tersebut diteliti dengan menggunakan metode
grounded research. Penelitian ini mempelajari bagaimana tiga kelompok keagamaan di
mana orang-orang Islam, orang-orang Towano Tolitang, dan orang-orang Tolitang
Benteng di desa Amparita Sulawesi Selatan, berinteraksi satu sama lain, kadang dalam
bentuk konflik, terkadng kerjasama, dan terkadang juga dalam bentuk integrasi.
Penelitian itu menemukan bahwa konflik antar ketiga kelompok itu bermula dari
soal keagamaan , kemudian bertambah intens setelah dimasuki unsur politik . setelah
itu, berbagai pranata sosial seperti perkawinan, pendidikan agama, aturan makanan dan
lainnya berfungsi melestarikan konflik tersebut. Itulah di antara hasil penelitian agama
yang menggunakan metodologi penelitian grounded research melalui pendekatan
sosiologi.19

19
ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaruan islam adalah upaya-upaya
untuk menyesuaikan faham keagamaislaman
dengan perkembangaan baru yang ditimbulkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Diantara hasil penelitiannya ada 2 :
1. Deliar Noer, penelitiannya bersifat
deskriptif analitis
Deliar Noer menyebukan adanya
golongan tradisional dan golongan
pembaharu. Sementara itu,
golongan pembaharu lebih
memberi perhatian pada sifat islam
pada umumnya.
2. H.A.R. Gibb, penelitiannya bersifat
eksploratif deskriptif.
Dari penelitian itu, Gibb
mengemukakan tentang dasar-
dasar alam pikiran isalam,
ketenggangan dalam islam, dasar-
dasar moderisme, agama kaum
modern. Hukum dan masyarakat
serta islam di dunia.
1. Satu Contoh Penelitian
Menggunakan Pendekatan
Sosiologi
yang menggunakan pendekatan
sosiologi, seperti yang dijelaskan
Atho Mudzhar tentang Mesjid dan
Bakul Keramat: konflik dan
integrasi dalam masyarakat Bugis
Amparita. Judul tersebut diteliti
dengan menggunakan metode
grounded research.
11
B. Saran para pembaca

Al
hamdulil
lah
dengan
selesain
ya
makalah
ini,kami
berharap
bermanf
aat bagi
pembaca
.meskip
un
makalah
jauh dari
kesempu
rnaan
maka
dari itu
kami
sebagai
penyusu
n
makalah
.berhara
p akan
saran
dan
kritik
yang
memban
gun dari
12
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan,


Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 10.

H.A.R. Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam (terj.) L.E. Hakim, dari judul
asli Modern Trends in Islam, Jakarta: Tintamas, 1954, h. X

. Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metodologi, Yogyakarta:


Pustaka Insan Madani, 2011, h. 271.

Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama,


Pendekatan Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan
Kalijaga, 2006, h. 18.

M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, h. 15.

INTERNET

http://4dn4nm4hd1.wordpress.com/2012/08/27/pendekatan-antropologi-dan-
sosiologi-dalam-studi-agama/ (diakses hari Sabtu, 05-10-2013 Pukul 13:54
WIB)

http://4dn4nm4hd1.wordpress.com/2012/08/27/pendekatan-antropologi-dan-
sosiologi-dalam-studi-agama/ (diakses hari Sabtu, 05-10-2013 Pukul 13:54
WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai