Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Membangun Argumen Tentang Urgensi Dan Metode Pribumisasi Al-Qur’an

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
diampu oleh Ahmad Abdul Rochim M,Pd

Disusun Oleh :

1. Cucu cahyati
2. Andrian afandi
3. Nur hilaliyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PANGERAN DHARMA KUSUMA


2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi yang baca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..…............

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………...………………. 3

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………...………….... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Islam Sebagai Pemahaman....................................……………………...... 5


2.1 definisi keindonesiaan..................................................................................7
2.2 definisi menurut para tokoh .........................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 17

3.2 Daftar pustaka……………………………………………..…………....... 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN KEMODERENAN ISLAM DAN KEINDAHAN DAN


KEINDONESIAAN

1. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapatmenjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk- petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islammengajarkan kehidupan yang
dinamis. Islam turun sebagai agama yang sempurna,sebagai panutan hidup setiap manusia di
dunia. Islam artinya selamat adalah agamayang berkeinginan membawa seluruh ummatnya
pada jalan yang benar yaitu jalankeselamatan, jalan kebahagiaan, dan jalan kedamaian di
dunia dan akhirat. Sebab ituIslam merupakan agama yang melampaui berbagai aspek
kehidupan manusia di dunia, baik jasmani maupun rohani. Aspek dunia-akhirat ataupun
aspek jasmani-rohanisebenarnya bukanlah dua hal yang beda, yang meski diutamakan salah
satunya,keduanya adalah identitas yang integratif satu dengan yang lainnya dan
seharusnyaselalu diupayakan supaya keduanya melekat dalam diri umat muslim.

Membicarakan aktualisasi pemahaman Islam modern tidak terlepas denganaspek


teologis, psikologis dan sosiologis. Teologi Islam sejak kelahirannya jelasmenjunjung tinggi
pembebasan manusia dari perhambaan atas sesama makhluksehingga manusia memahami arti
dirinya saat bereksistensi di dunia ini. Tauhid sesungguhnya lawan dari syirik yang meyakini
ada sesuatu selain yang Maha Mutlakdan harus dihormati sama dengan Yang Maha Mutlak.
Dari syirik inilah munculekploitasi oleh manusia yang merasa dirinya sebagai Tuhan atau
mendekati Tuhansehingga apa yang dikatakann ya harus didengar dan ditaati. Atau ada
segelintirmanusia yang sengaja merendahkan dan menghambakan dirinya terhadap orang
yangdianggapnya memiliki kemampuan melebihi dirinya.Serentak Tauhid difahami oleh
masyarakat jahiliah, secara bertahap tetapi meyakinkan, masyarakat jahiliah berubah menjadi
masyarakat yang bebudaya danmenghargai eksistensi dirinya sebagai makhluk yang sama
dan harus bersama-samasaling tolong menolong dan bermusyawarah dalam menghadapi
berbagai persoalanhidup dan kehidupan. Tidak menjajah dan juga tidak dijajah.

5
Manusia yang bebas menentukan pilihan adalah manusia modern, karenamanusia
modern adalah manusia yang mandiri terbebas dari penjajahan sesamanya.Akan tetapi dalam
perjalanan sejarahnya umat Islam yang diawal abad ke 7 hingga 13mengalami kemajuan atau
kemodernan, belakangan seakan kembali menjadimasyarakat yang taradisional yang sangat
menghargai tradisi-tradisi, adat istiadat,legenda bahkan nilai-nilai yang jauh dari nilai-nilai
Islam modern. Manusia mulaiterjerembab kepada syirik minimal syirik khafi, tetapi sangat
tampak dari perilakutidak rasional yang mengiringinya. Membicarakan kemodernan secara
umum tidakterlepas dengan aspek pskologis, kerena modern banyak terkait dengan nilai,
sikapdan perilaku seseorang sacara individual.

Begitu pula membicarakan Islam modern tentu tidak terlepas dengan pembicaraan
Islam tradisional bahkan Islam post modern. Islam tradisional dicirikandengan keterkaitan
lebih berat dengan tradisi-tradisi yang didukung oleh emosi/rasa,sementara Islam modern
lebih berat kepada rasional-ilmiah, dan Islam post modernlebih menitik beratkan
penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan dan tidakterkungkung dengan tradisi, lebih
menyatukan antara sisi rasio dan emosi.Modern yang lebih berat kepada rasio-ilmiah
seringkali berlebihan sehinggadipandang dari sudut agama bisa menjadi leberal, tetapi yang
berlebihan kepadatradisional bisa menjadikan fondamentalis ekstrim. Keduanya seakan lepas
darimeanstream Islam yang sesungguhnya. Dengan memahami dan mengamalkan
semuaajaran Islam dengan baik dan benar sesuai syariatnya. Umat Islam diharapkan
mampumelihat berbagai ragam bentuk pengamalan agama Islam dalam konsep ruang
lingkupkehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kemoderenan islam dan keindonesiaan?

2. Bagaimana pemahaman dan pengamalan agama islam?

3. Bagaimana cara membangun argumen tentang urgensi dan metode pribumisasi Al-Qur`an

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian kemoderenan islam dan keindonesiaan.

2. Untuk mengetahui pemahaman dan pengamalan agama islam.

3.Untuk mengetahui cara membangun argumen tentang urgensi dan metode pribumisasi Al-
Qur`an.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Kemoderenan Islam

Berkenaan dengan istilah modern, para ahli berbeda-beda menanggapi atas dasarteori
masing-masing. Ada yang menekankan bahwa modern artinya menghargai sesuatuyang
rasional, sebaliknya yang selalu mengetengahkan emosi disebut tidak modern.Ahli lain
melihat bahwa modern itu sama dengan maju yakni orang-orang yang selalumenghargai
perubahan, karena perubahan tersebut merupakan sunnatullah, sementaralawannya adalah
orang-orang yang senang kepada status quo, atau yang statis tidak mudahmenerima
perubahan. Bahkan dari segi teologi berpaham jabariah dan berperilaku fatalis.

Ada pula yang mengartikan modern sebagai yang baru muncul atau sesuatu
yangkontemporer sebagai lawan dari klasik, modern adalah hal-hal yang
bersifatkesekarangan, adapun yang klasik berarti sesuatu yang berkonotasi zaman
lampau.Kata modern selalu terkait erat dengan modernisasi, yang menurut Nurcholish Madjid
pengertiannya identik atau hampir identik dengan pengertian rasionalisasi. Dalam hal ini
berarti proses perombakan pola berpikir dan tata-kerja lama yang tidak akliah (rasional),dan
menggantinya dengan pola berpikir dan tata-kerja baru yang akliah. Kegunaannyaialah untuk
memperoleh daya-guna dan efisiensi yang maksimal. Istilah modern ada yangmengaitkan
dengan pemikiran Barat, Sigit Bayu Aji, menyatakan adalah barang tentumenjadi pertanyaan
kembali, mengingat pemikiran kontemporer Islam yang bersifat Islamiitu dihubungkan
dengan modern yang identik dengan Barat.

Pemikiran merupakan wacana yang berkembang secara dialektik, yakni dalam


periodisasi waktu, atau pada tempat atau kawasan tertentu. Setidaknya kita
menyegarkankembali akan pemahaman yang dimaksud dengan modern, dan juga yang
dimaksuddengan Islami. Pembahasan ini meliputi dua arus besar pemikiran yang selalu
dihadapkansebagai dua buah ideologi besar, yakni Islam dan Barat. Dalam wacana pemikiran
modern,antara Islam dan Barat, titik utama kajiannya terletak pada tataran epistemologis,
yaknisumber pengetahuan. Corak pemikiran Islam, sesuai dengan sumber
pengetahuannyaselalu mengacu pada Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi ciri khasnya.
Keduanya sebagai epistemologi merupakan pembeda dengan corak pemikiran lainnya. Begitu
pun berbagai kajian yang notabene melingkupi berbagai keilmuan Islam.

7
Maka, berbagai kerangka pemikiran yang mengabsenkan Al Qur’an dan Sunnah yang
menjadi khasnya- barang tentu tidak dikatakan sebagai pemikiran Islam. Adapun pada tataran
aksiologis, pemikiran Islam ataupun Barat akan membias dan hilang corakkhasnya karena
disesuaikan dengan yang ada. Memang membicarakan istilahmodern dikaitkan dengan Islam
selalu saja dibarengi oleh kekhawatiran-kekhawatiran justru rasionalisasi yang berasal dari
Barat seringkali membawa budayanya sendiri yaknimaterialisme, empirisme, skularisme,
positivisme dan pragmatisme. Islam tidakmenentang upaya rasional, tetapi Islam tidak
berhenti pada hasil upaya rasio/akliah bahkanmenganjurkan penggunaan rasio atau pikir
untuk menghayati segala sesuatu. Akan tetapiIslam menghendaki agar manusia
memanfaatkan potensi lain untuk menggapai kebenaranilmiah. Nurcholish Madjid
melukiskan bahwa bagi seorang muslim yang sepenuhnyameyakini kebenaran Islam sebagai
dengan sendirinya menganut cara berpikirIslami. Demikianlah, dalam menetapkan penilaian
tentang modernis juga berorientasikepada nilai-nilai besar Islam. Dia berpendapat bahwa
modernisasi (upaya menjadimodern) adalah keharusan bahkan kewajiban yang mutlak.
Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Dasar sikap
tersebut adalah:

1. Allah mencipakan seluruh alam ini dengan haq bukan batil atau palsu (QS An Nahlayat 3;
Shad ayat 27)

2. Dia mengaturnya dengan pengaturan Ilahi (Sunnatullah) yang menguasai dan pasti (QSAl-
A’raf ayat 54 dan Al-Furqan ayat 2)

3. Sebagai buatan Tuhan Maha Pencipta, alam ini adalah baik, menyenangkan(mendatangkan
kebahagiaan duniawi dan harmonis (QS Al-Anbiya ayat 7 dan Al-Mulkayat 3)

4. Manusia diperintah oleh Allah untuk mengamati dan menelaah hukum-hukum yang ada
dalam ciptaan-Nya (QS Yunus ayat 101).

5. Allah menciptakan seluruh alam raya untuk kepentingan manusia, kesejahteran hidupdan
kebahagiaannya sebagai rahmat dari-Nya. Akan tetapi hanya golongan manusiayang berpikir
atau rasional yang akan mengerti kemudian memanfaatkan karunia itu(QS Al-Jatsiyah
ayat13).

6. Karena adanya perintah untuk menggunakan akal pikiran (rasio) itu, Allah melarangsegala
sesuatu yang menghambat perkembangan pemikiran, yaitu terutama berupa pewarisan

8
membuta terhadap tradisi-tradisi lama yang merupakan cara berpikir dan tatakerja generasi
sebelumnya (QS Al-Baqarah ayat 170, Al-Zukhruf ayat 22-25).

Mengenai standar maju atau modern itu terserah siapa yang mengukurnya,
bangsamana yang berkepentingan, dan lain-lain. Oleh sebab itu maju atau modern
menurutmasyarakat Barat belum tentu disebut maju atau modern oleh masyarakat Timur.
Akantetapi ada standar yang mungkin bisa disepakati yakni apa yang diketengahkan oleh
AlexInkles bahwa modern itu terkait dengan sikap bukan style hidup seseorang. Sikap
seorangmodern itu adalah objektif, ilmiah, open minded, transparan, etos kerja
tinggi,disipilin, kreatif, dinamis dan inovatif. Apabila modern diartikan dengan maju, terbuka,
berubah, cinta kepada kualitas, berorientasi ke masa depan bukan kepada tradiri-tradisimasa
lalu, mendekati sesuatu berdasarkan pikiran rasional seperti objektif danilmiah, maka Islam
modern melebihi semua itu karena Islam modern mendasarkaneksistensinya kepada tauhid
sehingga manusia betul-betul menjadi bebas dan merdeka dari belenggu ekploitasi, bebas dari
belenggu skularistis, kapitalistis dan paragmatis yangsangat berkembang saat ini

.Hal seperti inilah yang diemban oleh Islam untuk dikembangkan di tengah-
tengahmasyarakat. Makna kemerdekaan akan mampu ditumbuhkan bilamana kita
memahamikemerdekaan yang hakiki. Kemerdekaan yang hakiki adalah terbebasnya manusia
dari berbagai penjajahan, penguasaan, pengaruh, penyusahan atau
penghambaan.Penghambaan hanya satu yakni penghambaan kepada Tuhannya.
Penghambaan kepadaTuhan sesungguhnya membebaskan manusia dari penghambaan kepada
manusia, penghambaan kepada orang lain, materi atau kepada diri sendiri. Untuk itu
dibutuhkantauhid sebagai lawan dari syirik. Secara individu dia bebas dari pengaruh individu
lain.Mempengaruhi orang lain adalah penjajah, dipengaruhi orang lain adalah terjajah, harus

dihindari oleh siapapun. Oleh karena itu Nabi mengajarkan sebuah do’a: “Ya Allah aku
berlindung dengan Engkau dari ketidak mampuan bayar utang dan dari pengaruh seseorang”.

Manusia yang terbebaskan dari keinginan mempengaruhi orang dan terbebas dari
pengaruh orang lain, adalah manusia yang menyadari status dirinya yakni sama-samasebagai
makhluk Tuhan, dan bahwa kekuasaan yang dimilikinya tidak lebih hanyalah pemberian
Tuhannya. Yusuf Al-Qardhawi menegaskan bahwa datangnya Islammenetapkan paham
kebebasan, ketika manusia pada masa itu tidak bebas, baik dalam berpikir, berpolitik, baik di
bidang agama, ekonomi atau masyarakat. Maka seiring dengandatangnya Islam ini, diakuilah
kebebasan berakidah, kebebasan berbicara dan mengeritik.

9
Beliau mengutip ucapan Umar bin Khattab berikut: “Mulai kapan kamu
memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan
bebas”

2. Definisi Keindonesiaan

Istilah keindonesiaan dipakai sebagai ungkapan menyangkut predikat yangmenjadi


ciri khas Indonesia. Antara lain ialah, Indonesia adalah negeri multi etnis, budaya, bahasa dan
agama. Atau bisa ditambahkan, Indonesia adalah negerikepulauan, diapit dua benua dan dua
samudera, yang pernah dijajah oleh bangsa Eropa(Portugis, Inggeris dan Belanda), kemudian
terakhir oleh Jepang, Negeri yangkehidupan sosialnya sangat komunal, faternalistik, dengan
kesetiakawanan yangtinggi. Masih banyak lagi predikat lainnya, sesuai dengan budaya
bangsa Indonesiasendiri yang telah dirumus ringkas menjadi Pancasila.

Untuk menguraikan secara sederhana, maka predikat keindonesiaan dapatdisimpul


menjadi dua ciri khasnya, yakni peluralitas dan kebangsaan. Dalam konteksitulah Islam akan
berhadapan dengan kanyataan keragaman agama, etnis dan budaya diIndonesia. Islam dapat
menyapa kondisi-kondisi lokal Indonesia sepertiitu. Sementara di satu sisi, ajaran Islam yang
dipahami bersifat universal itu harus pula beradaptasi dengan paham kebangsaan Indonesia,
padahal selama ini Islam dipandangsebagai agama yang tidak membenarkan mitos
kebangsaan.

B. ISLAM SEBAGAI PEMAHAMAN

1. Definisi Menurut Para Tokoh

a. Menurut Nasruddun Razak

Upaya memahami Islam secara baik, benar dan kompherensif perludiperhatikan hal-
hal sebagai berikut:Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah Rasulullah saw. Kekeliruan memahami Islam, karena orang hanyamengenalnya dari
sebagian ulama yang telah jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau melalui
pengenalan dari sumber kitab-kitab fikih dantasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman.

1. Islam harus dipelajari secara integral, tidak parsial. Artinya dipelajari secaramenyeluruh
sebagai satu kesatuan, tidak hanya sebagian saja. Memahami Islamsecara parsial akan
membahayakan, menimbulkan sikap skeptis, bimbang, dan penuh keraguan.

10
2. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan atau buku-buku yang ditulis oleh paraulama besar,
cendikiawan muslim, sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnyamereka memiliki
pemahaman yang baik, yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan ilmu yang dalam
terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah saw.dengan pengalaman dari praktik ibadah
yang dilakukannya setiap hari.

3. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan-ketentuan normatif teologis yang adadalam Al-
Qur’an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis,

empiris dan sosiologis yang ada di masyarakat

4. Islam dipelajari dan dihubungkan dengan berbagai persoalan yang dihadapimsnusia dalam
masyarakat dan dilihat relasi serta relevansinya dengan persoalan- persoalan politik,
ekonomi, sosial, budaya, sains sepanjang sejarah manusiaterutama sejarah umat Islam.

5. Islam dipelajari dengan bantuan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembangsampai


sekarang, seperti ilmu-ilmu alamiah, ilmu-ilmu sosial, serta ilmu-ilmukemanusiaan.

6. Islam dipelajari dengan metode yang sesuai dengan agama dan ajaran Islam.

b. Menurut Ali Syari’ati

Ali Syari’ ati lebih lanjut menyatakan, ada berbagai cara dalam memahami islam
melalui metode perbandingan, yaitu :

1. Mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain

2 .Mempelajari kitab Alquran dan membandingkannya dengan kitab-kitab ajaranagama


lainnya.

3. Mempelajari kepribadian Rasulullah dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar


pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah.

4. Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh


utama agama maupun aliran-aliran lain.

c. Menurut Mukti Ali

Terdapat metode lain dalam memahami Islam yaitu metode tipologi.Metode ini oleh
banyak ahli sosiologi dianggap objektif, berisi klasifikasi topikdan tema yang mempunyai
tipe yang sama. Terdapat lima aspek atau ciri dariagama Islam, yaitu :

11
1. aspek ketuhanan,

2.aspek kenabian,

3.aspek kitab suci,

4. aspek keadaan

sewaktu munculnya nabi dan orang-orang yang didakwahinyaserta individu-individu


terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.

d. Menurut Ali Anwar Yusuf

Dalam bukunya Studi Agama Islam, terdapat tiga metode dalam memahamiagama
Islam , yaitu:

1. Metode Filosofis

Filsafat adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas segala sesuatudengan
tujuan untuk memperoleh pengetahuan sedalam-dalamnya sejauh jangkauan kemampuan akal
manusia, kemudian berusaha untuk sampai kepadakesimpulan-kesimpulan yang universal
dengan meneliti akar permasalahannya.Memahami Islam melalui pendekatan filosofis ini,
seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni
mengamalkan agamadengan tidak memiliki makna apa-apa atau kosong tanpa arti. Namun
bukan pulamenafikan atau menyepelekan bentuk ibadah formal, tetapi ketika
diamelaksanakan ibadah formal disertai dengan penjiwaan dan penghayatan terhadapmaksud
dan tujuan melaksanakan ibadah tersebut.

2. Metode Historis

Metode historis ini sangat diperlukan untuk memahami Islam, karena Islam itusendiri
turun dalam situasi yang konkret bahkan sangat berhubungan dengankondisi sosial
kemasyarakatan. Melalui metode sejarah, seseorang diajak untukmemasuki keadaan yang
sebenarnya dan hubungannya dengan terjadinya suatu peristiwa.

3. Metode Teologi

Metode teologi dalam memahami Islam dapat diartikan sebagai upaya


memahamiIslam dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
satukeyakinan. Bentuk metode ini selanjutnya berkaitan dengan pendekatan normatif,yaitu
suatu pendekatan yang memandang Islam dari segi ajarannya yang pokok danasli dari Allah

12
yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Dari beberapa metode diatas
kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan untukmemahami Islam secara garis besar
adalah dengan metode Komparasi, yaitu suatucara memahami agama dengan
membandingkan seluruh aspek yang ada dalamagama Islam tersebut dengan agama lainnya,
dengan demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang obyektif dan utuh.

4. Metode ilmiah

digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode
teologis normatif ini seseorang memulai dari meyakini Islam sebagaiagama yang mutlak
benar. Hal ini didasarkan pada alasan, karena agama bersal dariTuhan, dan apa yang berasal
dari Tuhan Mutlak benar, maka agamapun mutlak benar. Setelah itu dilanjutkan dengan
melihat agama sebagai norma ajaran yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia yang
secara keseluruhan diyakini amatideal. Melalui metode teologi normatif yang tergolong tua
usianya ini dapatdihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh dan militan pada
Islam,sedangkan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong muda usianya ini
dapatdihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu
dalamkenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi
manusia.

2. Islam Sebagai Pengamalan (Normatif Dan Historis)

a. Islam Normativitas

Adalah suatu ajaran yang ditelaah lewat berbagai suatu pendekatan darisumber-
sumber hukum tentang persoalan ketuhanan. Islam Normatif adalah pengumpulan sumber-
sumber hukum yang terdapat dalam AlQur’an dan Hadits/Sunnah Nabi yang kebenarannya
bersifat mutlak yang murni dari firmanTuhan tanpa ada campur tangan manusia. Sebagai
contoh yaitu suatu ayat Alqur’an yang turun itu merupakan aspek normatif Islam yang
kedudukannya adalah absolut, sehingga kebenaran yang ada di dalam al-Qur’an merupakan
kebenaran yang pasti.

Islam Normatif di maknai sebagai Islam yang datang memuat nilai-nilai,aturan, etika
yang murni dari Tuhan tanpa adanya intervensi manusia. Islamnormatif memuat seperangkat
nilai-nilai yang kebenarannya absolut. Padaumumnya, normativitas ajaran wahyu (teologis-
normatif) dibangun, diramu,dibakukan, dan ditelaah lewat pendekatan doktrinal-teologis.
Pendekatan ini berangkat dari teks yang sudah ditulis dalam kitab suci.

13
Teologi adalah pemikiran tentang persoalan ketuhanan. Contoh persoalanketuhanan
diantaranya adalah adanya nabi palsu dan manusia pada umumnyadapat mempercayainya.
Untuk mengatasi hal tersebut seseorang harusmengetahui arti dari Islam normatif dan historis
dengan sesungguhnya

Berkenaan dengan pendekatan teologi tersebut, Amin Abdullah mengatakan bahwa


pendekatan teologi semata-mata tidak dapat memecahkan masalahesensial pluralitas agama
saat sekarang ini. Terlebih- lebih lagi kenyataandemikian harus ditambahkan bahwa doktrin
teoligi, pada dasarnya memang tidak pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi
atau kelembagaan socialkemasyarakatan yang mendukung keberadaanya. Kepentingan
ekonomi, social, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang
sudahmengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat
tertentu.Bercampuraduknya doktrin teologi dengan historisitas institusi socialkemasyarakatan
yang menyertai dan mendukungnya menambah peliknya persoalan yang dihadapi umat
beragama. Tapi, justru keterlibatan institusi dan pranata social kemasyarakatan dalam
wilayah keberagamaan manusia itulah yangkemudian menjadi bahan subur bagi peneliti
agama. Dari situ, kemudian munculterobosan baru untuk melihat pemikiran teologi yang
termanifestasikan dalam. “budaya” tertentu secara lebih objektif lewat pengamatan empiric
factual serta pranata–pranata social kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya

Pendekatan teologis ini selanjutnya erat kaitannya dengan pendekatannormatif, yaitu


suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannyayang pokok dan asli dari tuhan
yang didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologis
ini agama dilihat sebagai suatukebenaran mutlak dari tuhan, tidak ada kekurangan sedikit pun
dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan
seperangkatcirinya yang khas. Untuk agama Islam misalnya, secara normatif pasti
benar,menjunjung nilai–nilai luhur. Untuk bidang social, agama tampil menawarkan nilai–
nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong–menolong,tenggang rasa,
persamaan derajat, dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi, agamatampil menawarkan
keadilan, kebersamaan, kejujuran, dan salingmenguntungkan. Untuk bidang ilmu
pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi yang setinggi–tingginya, menguasai keterampilan, keahlian, dsb. Demikian pula
untuk bidangkesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik, dsb, agama tampil
sangantideal dan yang dibangun berdasarkan dalil– dalil yang terdapat dalam ajaranagama
yang bersangkutan.

14
b. Islam Historik

Historis adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Islam


Historismerupakan Islam sebagaimana yang dipahami dan dipraktekkan oleh ummat
Islamyang kemudian melahirkan peradaban Islam. Sebagai contoh yaitu keterlibatan suatu
peristiwa yang menyebabkan sebuah ayat AlQur’an itu turun.

Ketika Islam dilihat dari sisi historis atau sebagaimana yang tampak alammasyarakat,
Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu atau ilmu keIslaman. Kajianhistorisitas keagamaan
ditelaah lewat berbagai pendekatan keilmuan social– keagamaan yang bersifat multi dan
interdisipliner, baik lewat pendekatan historis,filosofis, psikologis, sosiologis, kultural,
maupun anthropologis.

Islam Historik atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang dipahami
danIslam yang dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai dari masa
nabiMuhammad SAW sampai sekarang.

Islam historik merupakan unsur kebudayaan yang dihasilkan oleh setiap


pemikiranmanusia dalam interpretasi atau pemahamannya terhadap teks, maka Islam pada
tahapini terpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan. Dengan semakin adanya
problematika yang semakin kompleks, maka kita yang hidup pada era saat ini harusterus
berjuang untuk menghasilkan pemikiran–pemikiran untuk mengatasi problematika kehidupan
yang semakin kompleks sesuai dengan latar belakang kulturdan sosial yang melingkupi kita,
yaitu Indonesia saat ini. Kita perlu pemahamankontemporer yang terkait erat dengan sisi-sisi
kemanusiaan-sosial-budaya yangmelingkupi kita.Sejarah atau historik adalah suatu ilmu yang
di dalamnya di bahas berbagai peristiwa dengan peratian unsur tempat, waktu, objek, latar
belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak
dengan,melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam
peristiwa tersebut.

Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan


yangsebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.dari sini,maka seseorang
tidakakan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikianitu
akan menyesatkan orng yang memahaminya. seorang yang ingin memahami al-qur’an secara
benar misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya al-qu’ran atau
kejadian–kejadian yang mengiringi turunnya al-qur’an yang selanjutnya di sebut sebagai ilmu
asbab an-nuzul ( ilmu tentang sebab-sebab tentang turunnya ayat al-qur’an) yang pada intinya

15
berisi sejarah turunnya ayat al-qur’an.dengan ilmu asbaban-nuzul ini seseorang akan dapat
mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum
tertentu dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan yang memahaminya.

C. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG URGENSI DAN METODE


PRIBUMISASI AL-QUR’AN

1. Gagasan pribumisasi Islam

Gagasan pribumisasi islam secara geneologis dicetuskan pertama kali


olehAbdurrahman Wahid pada tahun 1990-an. Sejak saat itu, islam pribumi menjadi
perdebatan menarik dalam lingkungan para intelektual. Dalam pribumisasi islamtergambar
bagaimana islam sebagai ajaran normative yang bersumber dari Tuhan dandiakomodasikan
ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilanganidentitasnya masing-
masing.

Pribumisasi islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan,
melainkan terwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentukautentik
dari agama serta berusaha memberikan jembatan yang selama ini melintasantara agama dan
budaya. Islam pribumi justru memberi keanekaragaman interpretasidalam praktik kehidupan
beragama (Islam) disetiap wilayah yang berbeda-beda.Dengan demikian, islam tidak lagi
dipadandang secara tunggal, melainkan beranekaragam.

Islam pribumi sebagai jawaban dari Islam autentik mengandaikan tiga hal; pertama,
Islam pribumi memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai ajaranyang terkait
dengan konteks zaman. Perubahan waktu dan perbedaan wilayah menjadikunci untuk
menginterpretasikan ajaran. Dengan demikian islam akan mengalami perubahan dan
dinamika dalam merespon perubahan zaman. Kedua, Islam pribumi bersifat progresif, yakni
kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap penyimpangan ajaran dasar
agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untukmelakukan respons kreatif secara inten.
Ketiga, Islam Pribumi memiliki karakterliberatif, yaitu Islam menjadi ajaran yang dapat
menjawab problem-problemkemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama
dan etnik.

Kedudukan Al-quran

Sesungguhnya Al-Qur’an merupakan tali Allah yang sangat kuat dan jalan-Nyayang
lurus. Allah telah meyebutkan dengan sifat yang sangat agung. Sebagaimana firman Allah

16
dalam surah An Nisa’:174.“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Rabb-mu, dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang
(AlQur’an).” (QS.An Nisa’:174)

Tafsir merupakan disiplin ilmu yang cakupannya paling luas dan yang palingmulia.
Tafsir dikatakan memiliki cakupan paling luas karena seorang ahli tafsirmembahas berbagai
macam disipin ilmu, diantaranya membahas tentang akidah, fikih,dan akhlak. Sedangkan
tafsir dikatakan paling mulia karena kemuliaan sebuah ilmu itu berkaitan dengan867 materi
yang dipelajarinya. Disamping itu, seseorang dapat memetik pelajaran dari ayat-ayat Al
Qur’an tentunya dengan mengetahui makna-maknanya yang terkandung dalam Al Qur’an itu
sendiri.

Sebagai sumber asasi ajaran islam yang dianut masyarakat Arab era turunnya al-
Qur’an, al-Qur’an tentu menduduki posisi sentral bagi masyarakat penganutnya. Terutama
sejak al-Qur’an mengalahkan berbagai tantangan yang dilontarkannya parakahin dan penyair
Arab saat itu.kendati muncul suara minor al-Qur’an sebgai sihir yang diadopsi Muhammadd
dari para penyair Arab pra al-Qur’an , al-Qur’an mulai diminati banyak orang dan bahkan
dijadikannya sebagai way of life dan pandangan hidupmasyarakat Arab saat itu. Sejak itulah,
al-Qur’an sebagai sumber asasi Islam yangdianut masyarakat Arab menduduki posisi sentral
dalam peradaban Arab.

Dengan menjadikan al-Qur’an sebagai pusat peradaban, seluruh pandagan hidup


masyarakat Arab berpusat pada teks al-Qur’an, baik berkaitan dengan pandangan dunianya,
keilmuan, filsafat, teknologi, etika maupun pandangan keagamaannya. Setiap menghadapi
persoalan, al-qur’an selalu dijadikan rujukan utamadan pertama sebelum mengacu pada akal
dan lainnya.

Pada konteks seanjutnya akan tercipta pola-pola keberagamaan (islam) sesuai dengan
konteks lokalnya dalam wujud “Islam Pribumi” sebagai jawaban dari “IslamAutentik” yang
ingin melakukan proyek arabisme di dalam setiap komunitas Islam diseluruh penjuru dunia. “
Islam Pribumi” justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktek kehidupan
beragama Islam di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengandemikian, Islam tidak lagi
dipandang secara tunggal melainkan beraneka ragam. Tidakada lagi anggapan Islam yang di
Timur Tengah sebagai Islam yag murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama
mengalami historisitas yang terus berlanjut.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada era globalisasi ini umat Islam perlu memupuk rasa persaudaraan antarsesama
dengan didasari atas landasan keimanan dan paham kemajemukan/pluralisme.Faham
kemajemukan ini ditegakkan dengan prinsip bahwa masing-masing manusia berhak
bereksistensi dan menempuh hidup sesuai dengan keyakinannya. Pandangankepada manusia
hendaknya berdasarkan prinsip optimis dan positif. Pelaksanan ajaranIslam di Indonesia
menuntut pengetahuan dan pemahaman lingkungan Indonesia, baikfisik maupun sosial
budaya. Yang pada kenyataannya Indonesia bersifat heterogen danIslam di Indonesia
merupakan pendatang baru, yang sebelumnya pernah berjayaagama-agama Hindu dan Budha
kemudian digantikan dengan Kristen. Dalammemahami ajaran agama Islam tidak hanya
ditekankan pada aspek normatif dandogmatis saja tapi hendaknya dikaitkan dengan aspek-
aspek peradaban Islam.Ketentuan-ketentuan normatif diusahakan dapat dilihat dalam
kemungkinan pelaksanaan historisnya. Kemodernan merupakan suatu keharusan dan harus
disikapidan dihadapi oleh Muslim dengan keimanan dan aqidah Islamiyah. Semua
masalahyang muncul dalam kehidupan modern ini akan teratasi dengan tetap berpegang
teguh,menghayati makna, dan melaksanakan simpul-simpul keagamaan seperti takwa,
tawakkal dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.

18

Anda mungkin juga menyukai