Anda di halaman 1dari 18

ILMU KALAM MASA KINI

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ilmu Kalam.
Dosen Pengampu : M. Afifudin, M.E

Disusun Oleh:
Fitriya Wahyu Noviyanti 231130015
Halimatus Sa’diyah 231130016

Progam Studi Perbankan Syari’ah

FAKULTAS SYARI’AH, HUKUM DAN EKONOMI


BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta hidayah-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ilmu Kalam
Masa Kini” dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
“Ilmu Kalam” di progam studi Perbankan Syari’ah Fakultas Syariah, Hukum dan
Ekonomi Bisnis Islam pada semester I.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak M. Afifudin, M.E selaku dosen
pembimbing Mata kuliah “Ilmu Kalam” dan kepada segenap pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada banyak
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Metro, 27 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................6

2.1 Ilmu Kalam Masa Kini ......................................................................6


2.2 Tokoh Ilmu Kalam Masa Kini ..........................................................8
2.3 Manfaat Kajian Ilmu Kalam pada Masa Kini .................................14

BAB III PENUTUP ........................................................................................17

3.1 Kesimpulan......................................................................................17
3.2 Saran ................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam mempelajari mata kuliah Ilmu Kalam merupakan salah satu dari tiga
komponen utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani
(mengucapkan dengan salam), amalun bi al-arkani (melaksanakan sesuai dengan
rukun-rukun), dan thasdiqun bi al-qobli (membenarkan dengan hati) agar keyakinan
dapat tumbuh dengan kukuhnya, para ulama telah melakukan kajian secara dalam.
Untuk menjadikan ucapan lisan secara meyakinkan dan kukuh diperlukan
ilmunya, yaitu ilmu tauhid yang membahas tentang masalah ketuhanan.paada
ilirannya dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial yang berlaku saatnya, ilmu
tauhid telah berkembang menjadi ilmu kalam. Sementara itu, ilmu yang dapat
memperkukuhkan amalan iman dinamakan ilmu fiqh.
Pada makalah ini kita akan membahas tentang “Manfaat Kajian Ilmu Kalam
Terhadap Era Kekinian” sebelumnya telah banyak diakui bahwa manusia modern
telah mengalami apa yang disebut dengan krisis spiritual, krisis spiritual ini bisa
terjadi karena pengaruh sekularisasi mansia modern terhadap kepentingan duniawi
saja dan juga adanya pengaruh sains yang besar dalam kehidupan modern dengan
sengaja atau tidak, telah menyebarkan pandangan tersebut sampai ke lubuk hati
manusia modern, krisis spiritual ini telah menimbulkan “Disoriemtasi” pada manusia
modern. Kemudian, kita akan menbahas masalah itu di dalam makalah ini,
menyangkut hal-hal yang akan telah ada pada rumusan masalah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana ilmu kalam masa kini..?


2. Siapa saja tokoh ilmu kalam masa kini..?
3. Bagaimana manfaat kajian ilmu kalam pada masa kini..?

4
1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan dari penulisan
makalah ini, yaitu :

1. Agar mengetahui ilmu kalam masa kini.


2. Agar mengetahui tokoh-tokoh kalam asa kini.
3. Agar mengetahui manfaat kajian ilmu kalam pada masa kini.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilmu Kalam Masa Kini

Ajaran Islam, yang kristalnya berupa Al-qur’an dan sunnah Nabi, diyakini oleh
umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh kurun
zaman. Islam itu satu. Tetapi realita berbicara bahwa tampilan Islam itu beragam,
boleh jadi, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang beragam, tetapi
boleh jadi juga, kurun jaman telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-
beda. Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan
pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republic. Bahkan, ada
yang ingin kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-
Qur’an dan Hadis dalam memahami ajaran Islam, ada pula yang longgar, melihat
konteks nash tersebut. Tidak terelakkan, saling berebut benar antara sesama Muslim
terjadi dimana-mana dalam rangka menampilkan Islam. Tampaknya, pemahaman itu
utuh, pesan ketuhanan dapat ditangkap, fanatic buta dapat diredam, sejarah tampilan
ajaran Islam dari waktu ke waktu perlu dicermati. Dengan cara ini proses
terselengaranya syariat Islam di masa Nabi dan generasai-generasi berikutnya dapat
dipahami. Alasan kebijakan para tokoh Islam untuk maksud ini pun dapat dimengerti.
Dalam era kontemporer ini kemudian teraktualisasi perdebatan kalam dikalangan
tokoh modern.1
“Islam dan Moderenitas” dalam wacana pemikiran islam modern dan
kontemporer tampak telah menjadi celebrity of discouruse. Hal tersebut,
sebagaimana dijelaskan al-Jabiri, setidaknya didasarkan pada realitas sosio-historis
bahwasanya wacana Islam modern dan kontemporer senantiasa diwarnai dengan
pemikiran-pemikran dalam rangka memberikan solusi intelektual strategi terhadap
realitas Islam dan realisasinya dengan perkembangan masyarakat yang semakin
termodernisasi. Kalau kita meminjam analisa montgomery watt dalam Islamic
Fundamentalism and Modernity, pergulatan pemikiran Islam tersebut tidak lain
adalah dalam kerangka menjawab bagaimana Islam harus membangun citra dirinya

1
Rosihon Anwar, dan Abdul Rozak., Op.Cit., hal. 60

6
(self image of Islam) ditengah realitas dunia modern. Realitas ini yang kemudian
menjadi proyek besar para pemikir Islam untuk merumuskan dan memberikan solusi
intelektual terhadap permasalahan tersebut dan pada gilirannya memunculkan realitas
tipolis dalam wacana pemikiran islam.2
Pengusungan wacana moderenisme dalam ranah pemikiran Islam telah
berpengaruh dalam bangunan Islam kontemporer, dan setidaknya terdapat beberapa
hal mendasar yang dapat kita pahami dalam konteks relasi pemikiran Islam dan
moderenitas.
Pertama, munculnya kesadaran untuk mempertautkan secara sinergis kritis antara
turas dan moderenitas. Para pemikir menyadari jika keduanya bukanlah persoalan
pilihan tetapi lebih merupakan keniscayaan sejarah. Keduanya hadir dalam
kehidupan umat islam dengan kekuatan dan kelemahan dan kekuatan masing-masing,
sehingga dalam konteks ini yang terpenting tidak lagi persoalan menafikan ataupun
memilih salah satu di antara keduanya tetapi lebih kepada bagai mana kita
mensinergikan secara arif dan kritis dalam realitas kehidupan muslim kontemporer.3
Kedua, realitas proyek-proyek peradaban (masyru’ nahdawi) yang dirancang para
pemikir Islam kontemporer, dalam konteks metodologi, menunjukkan
pengungsungan nalar-nalar postmoderenisme dalam kerangka Islam adalah sebuah
keniscayaan. Metode historis kritis ataupun metode dekonstruksi yang disodorkan
para pemikir postmodernisme baik dari kubu historis, antropologis, sosiologis,
psikologis maupun linguistik, mesti diadopsi dan diaplikasikan dalam rekaveri
pemikiran islam ke depan.4
Ketiga, realitas pengusungan wacana kesejarahan, sosial dan kemanusiaan dalam
konteks pemikiran Islam. Pemikiran Islam belum beranjak dari realitas mental abad
pertengahan, demikian kata Arkoun, sehingga wacana yang di kedepankan dari
realitas kesejarahan, sosial dan kemanusiaan. Hal inilah yang dalam kenyataannya,
sedikit demi sedikit, para pemikir Islam kontemporer mulai mengusung wacana-
wacana tergebut dalam konteks pemikiran Islam.5

2
Muhammad In’am Esha, Falsafah Kalam Sosial, (Malang: Maliki Press, 2010), hal. 52
3
Ibid.
4
Ibid., hal. 74
5
Ibid., hal. 75

7
Wacana-wacana modernisme sebagaimana terjelaskan telah berpengaruh dalam
studi keislaman kontemporer. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemikir islam
kontemporer baik pada tataran deskontruksi pemikir maupun rekonstruksinya.
Keilmuan kalam sebagai bagian tak terpisahkan dalam hasanah pemikiran islam juga
tidak luput dari imbas pengusungan wacana postmoderenisme tersebut.6

2.2 Tokoh Ilmu Kalam Masa Kini

1. Ismail al Faruqi
a) Riwayat Singkat Ismail al Faruqi
Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Pada
tahun 1926-1936 bersekolah di Colleges des Freres yang terletak di Libanon.
Kemudian pada tahun 1941 lulus dari American University of Beirut.Ismail lalu
bekerja untuk pemerintah Inggris di Palestina. Pada tahun 1945, dia dipilih sebagai
Gubernur Galilea. Tapi, setelah Israel mencaplok Palestina, ia pindah ke Amerika
Serikat.Di Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di
University of Indiana dan University of Harvard.Dia melanjutkan pendidikannya
dengan mengambil gelar doktor filsafat di University of Indiana dan di Al-Azhar
University pada tahun 1952.Dia kemudian mengajar beberapa universitas diseluruh
dunia diantaranya universitas di Kanada, Pakistan dan Amerika Seirkat. Pada tahun
1968, dia menjadi guru besar Studi Islam di Temple University, Amerika
Serikat.Sebagai anak Palestina, al-Faruqi mengecam keras apa yang telah dilakukan
oleh Zionis Israel yang menjadi dalang pencaplokan Palestina. Namun, ia dengan
tegas membedakan Zionisme dan Yahudi. Dalam buku Islam and Zionism, ia berkata
bahwa Islam adalah agama yang menganggap agama Yahudi sebagai agama tuhan,
yang ditentang Islam adalah politik Zionisme.Pembunuhan atas dirinya dan istrinya
diduga karena kritiknya yang keras terhadap kaum Zionis Yahudi. Kematian Ismail
Raji al-Faruqi meninggal dunia karena dibunuh pada tanggal 27 Mei 1986 di
rumahnya.

6
Ibid.

8
b) Pemikiran Kalam Ismail al Faruqi
Pemikiran kalam Ismail al Faruqi tertuang dalam karyanya yang berjudul Tauhid.
Dalam karyanya ini beliau ini mengungkapkan bahwa syahadat menempati posisi
sentral dalam kehidupan manusia baik dalam setiap kedudukan, tindakan, dan
pemikiran setiap muslim. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas,
kebenaran, dunia, ruang dan waktu, sejarah manusia, dan takdir. Dalam menyoroti
tentang tauhid sebagai prinsip ummat, al Faruqi membaginya kedalam tiga identitas,
yakni: pertama, menenentang etnisentrisme yakni tata sosial Islam adalah universal
mencakup seluruh ummat manusia tanpa kecuali dan tidak hanya untuk segelitir suku
tertentu. Kedua, universalisme yakni Islam meliputi seluruh ummat manusia yang
cita-cita tersebut diungkapkan dalam ummat dunia. Ketiga totalisme, yakni Islam
relevan dengan setiap bidang kegiuatan hidup manusia dalam artian Islam tidak hanya
menyangkut aktivitas mnusia dan tujuan di masa mereka saja tetapi menyangkut
aktivitas manusia disetiap masa dan tempat. Dalam hal kesenian, beliau tidak
menentang kretaivitas manusia, tidak juga menentang kenikmatan dan keindahan.
Menurutnya Islam menganggap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam diri
Tuhandan dalam kehendak-Nya yang diwahyukan dalam firman-firman-Nya.7
2. Hasan Hanafi
a) Riwayat Singkat Hasan Hanafi
Hasan Hanafi dilahirkan pada 13 Februari tahun 1935, dimana Inggris menjajah
negara Mesir, hal ini membentuk semangat nasionalismenya ketika ia masih kecil.
Pada tahun 1948 yang mana negara Israel telah terbentuk dan berdiri serta pecahnya
perang Palestina, Hasan Hanafi ikut serta turun dan melakukan perang melawan
Zionisme dan menemukan arti penting dalam persatuan bangsa Arab dan Muslim.
Hasan Hanafi adalah pengikut Ikhwanul Muslimin ketika dia aktif kuliah di
Universitas Kairo.
Dalam Ikhwanul Muslimin dia aktif dalam mengikuti demonstrasi hingga adanya
revolusi pada tahun 1952. dia berperan dalam demostrasi menentang persetujuan
1954 dengan Inggris Raya yang mengatur tentang evakuasi tentara Inggris. Di

7
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (Bandung: Pustaka Setia,
2012), hal. 267

9
Perancis Hasan Hanafi menemukan permulaan kesadaran filosofis di tahun terakhir
tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an Perancis menjadi pusat ilmu filsafat kontemporer
di dunia. Di Perancis Hasan Hanafi meraih gelar doktornya.

b) Pemikiran Kalam Hasan Hanafi dan Kritiknya Terhadap Teologi Tradisional


Dalam gagasannya tentang rekonstruksi teologi tradisional, Hanafi menegaskan
perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual kepercayaan sesuai dengan
konteks politik yang terjadi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa teologi
tradisonal lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman yang bertujuan untuk
memelihara kemurniannya. Hal ini berbeda dengan kenyataan sekarang bahwa Islam
mengalami kekalahan akibat kolonialisasi sehingga perubahan kerangka konseptal
lama pada masa-masa permulaan yang berasal dari kebudayaan klasik menuju
kerangka konseptual yang baru yang berasal dari kebudayaan modern harus
dilakukan.
Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam
kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan konflik sosial politik. Sehingga
kritik teologi memang merupakan tindakan yang sah dan dibenarkan karena sebagai
produk pemikiran manusia yang terbuka untuk dikritik. Hal ini sesuai dengan
pendefenisian beliaun tentang definisi teologi itu sendiri. Menurutnya teologi
bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak tunduk pada ilmu. Tuhan
mengungkaplan diri dalam Sabda-Nya yang berupa wahyu.
Menurut Hasan Hanafi, teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan
yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret
umat manusia hal ini disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak
mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga
menimbulkan keterpercahan antara keimanan teoritik dengan amal praktiknya
dikalangan umat.
Sebagai konsekuensi atas pemikirannya yang menyatakan bahwa para ulama
tradisional telah gagal dalam menyusun teologi yang modern, maka Hanafi
mengajukan saran rekontruksi teologi. Adapaun langkah untuk melakukan
rekonstruksi teologi sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh tiga hal yaitu :

10
1) Kebutuhan akan adanya sebuah ideologi yang jelas di tengaj pertarungan
globalisasi ideologi.
2) Pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya tetapi juga
terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan
ideologi gerakan dalam sejarah.
3) Keperingan teologi yang bersifat praktis yang secara nyata diwujudkan
dalam realisasi tauhid dalam dunia Islam.
Selanjutnya Hanafi menawarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori
ilmu dalam teologi Islam, yaitu : Pertama, analisis bahasa, hal ini karena bahasa
merupakan warisan nenek moyang yang merupakan tradisikhas yang seolah-olah
menjadi ketentuan sejak dulu. Kedua, analisis sosial, hal ini dilakukan untuk
mengetahui latar belakang historis-sosiologis munculnya teologi di masa lalu.8
3. H.M. Rasyidi
a) Riwayat Hidup H. M Rasyidi
H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 - 30 Januari 2001)
adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir
II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris
(Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur),
Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam
Islami, Jakarta Karya Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau
dari berbagai aspeknya, Bulan Bintang, 1977, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan
Pendidikan Nasional, Media Dakwah, 1979. Kebebasan Beragama, Media Dakwah,
1979. Janji-janji Islam, terjemahan dari Roger Garandy, Bulan Bintang, 1982.
b) Pemikiran Kalam H.M Rasyidi
Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa tokoh seangkatannya.
Tentang Ilmu kalam, ia membedakannya dengan teologi. Menurutnya teologi berarti
ilmu ketuhanan yang kemudian mengandung beberapa aspek ajaran Kristen yang
diluar kepercayaan sehingga teologi kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu
Kalam. Tentang akal, beliau berpendapat bahwa akal tidak mampu mengatahui baik
dan buruk, hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya aliran eksistensialisme sebagai

8
Ibid., hal. 279

11
reaksi terhadap aliran rasionalisme dalam filsafat barat. Dengan menganggap akal
dapat mengetahui baik dan buruk berarti juga meremehkan ayat-ayat al Qur’an.
Pemikiran H.M Rasydi ini sedikit banyaknya mengarah kepada pemikiran Al
Maturdiyah yang banyak dianut di Indonesia.9
4. Harun Nasution
a) Riwayat Hidup Harun Nasution
Harun Nasution lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tahun 1919.
Kemudian bersekolah di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan lulus pada tahun
1934. Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische Kweekschool. Ia
melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar pada tahun 1940. Dan pada
tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American University of Cairo.Harun
Nasution menjadi pegawai Deplu RI di Brussels dan Kairo pada tahun 1953-1960.
Dia meraih gelar doktor di Universitas McGill di Kanada pada tahun 1968.
Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah dan UNJ. Pada
tahun 1973, menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah.Hasan Nasution wafat
pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta.Harun Nasution dikenal sebagai tokoh
yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis), yang berdasar pada peran akal dalam
kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun selalu menekankan agar kaum
Muslim Indonesia berpikir secara rasional.
Harun Nasution juga dikenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka. Ketika ramai
dibicarakan tentang hubungan antar agama pada tahun 1975, Harun Nasution dikenal
sebagai tokoh yang berpikiran luwes lalu mengusulkan pembentukan wadah
musyawarah antar agama, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa saling
curiga.Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Harun Nasution antara lain :
1) Akal dan Wahyu dalam Islam (1981)
2) Filsafat Agama (1973)
3) Islam Rasional (1995)
4) Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975)
b) Pemikiran Kalam Harun Nasution

9
Ibid., hal. 278

12
Secara garis besar pemikiran beliau mengarah kepada pemikiran Muktazillah
yang menunut kepada peranan akal dalam kehidupan manusia. Dalam salah satu
bukunya ia berpendapat bahwa akal melambangkan kekuatan manusia. Karena
akallah manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk
lain sekitarnya. Hal ini dasarkan ada kenyataan bahwa Islam memberikan kedudukan
yang tinggi terhadap peranan akal dalam kehiduapn manusia untuk perkembangan
ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keagamaan Islam.
Dalam hal pembaharuan teologi, ia sependapat dengan pandangan kaum
modernis yang berpendapat bahwa perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang
sejati untuk bangkit dari keterpurukan dan kemunduran ummat Islam di Indonesia.
Hal ini dikarenakan ummat Islam yang lebih cenderung dengan teologi fatalistik,
serta menyerahkan nasib telah membawa nasib mereka menuju kemunduran.
Dalam hal hubungan akal dan wahyu, sebagaimana pemikiran ulama Muktazillah
terdahulu. Harun Nasution berpendapat bahwa akal mempunyai kedudukan yang
tinggi dalam Al Qur’an. Oranga yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu
sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua
permasalahan keagamaan. Dengan demikian kita tidaklah heran kalau Sirajudin
Abbas berpendapat bahwa Kaum Muktazillah banyak mempergunakan akal dan lebih
mengutamakan akal bukan mengutamakan Al Qur’an dan Hadist.10
Dari keempat pemikiran sebagaimana disebutkan diatas setidaknya dapat kita
pahami bahwa masing masing tokoh memang tidak dapat terlepaskan dari pemikiran
kalam dimasa lalu. HM. Rasyidi misalnya pemikirannya lebih cenderung kepada
pemikiran Ahlusunnah wal Jamaah atau al Maturidiytah yang dibangun oleh al Imam
Asy’ari dan al Maturdi. Demikian juga dengan Harun Nasution dan Hasan Hanafi
yang pemikirannya lebih cenderung kepada pemikiran Muktazilah dan Qadariyah
yang lebih menekankan peranan akal dalam menghadapi realita takdir atau nasib
dalam kehidupan di dunia ini.

10
Ibid., hal. 281

13
2.3 Manfaat Kajian Ilmu Kalam pada Masa Kini

Sebelum kita membahas “Manfaat Kajian Ilmu Kalam pada Masa Kini” telah
banyak diakui bahwa manusia modern telah mengalami apa yang disebut dengan
krisis spiritual, krisis spiritual ini bisa terjadi karena pengaruh sekularisasi manusia
modern terhadap kepentingan duniawi saja dan juga adanya pengaruh sains yang
besar dalam kehidupan modern dengan sengaja atau tidak, telah menyebarkan
pandangan tersebut sampai ke lubuk hati manusia modern, krisis spiritual ini telah
menimbulkan “disorientasi” pada manusia modern.
Disinilah letak ” Manfaat Kajian Ilmu Kalam pada Masa Kini” yaitu untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sudah dari awal semula ilmu kalam (tasawuf) bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada tuhan (taqarrub ila Allah). Tetapi, ini juga sekaligus menunjukkan betapa kita
pada saat ini masih jauh dari-Nya, karena kita sekarang ini hidup di perantauan jauh
dari asal dan tempat kembali kita yang sejati. Telah begitu jauh kita mengarungi
“dunia” ini, sehingga kita lupa akan asal kita beranjak.11
Ilmu kalam (tasawuf) bukan hanya menyadarkan kita akan keterpisahan dari
sumber dan tempat kembali (kampung halaman) kita yang sejati ini. Tetapi ia juga
sekaligus menjelaskan kepada kita dari mana kita berasal dan ke mana kita akan
kembali. Dengan demikian, dalam arti tertentu, tasawuf telah memberi kita arah
(orientasi) dalam hidup kita.12
Dapatkah ilmu kalam (tasawuf) memberi petunjuk arah bagi manusia modern
yang telah mengalami disorientasi.? Jawabannya, mungkin saja. ketika manusia
modern telah kehilangan identitas dirinya, maka ilmu kalam (tasawuf) dapat
memberikan pengertian yang lebih komperhensif tentang siapa manusia itu
sesungguhnya. Dari ajaran para sufi misalnya, kita jadi paham betapa manusia itu
bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual yang memiliki asal-usul
spiritualnya kepada tuhan. Dengan menyadari betapa manusia itu juga adalah

11
Mulyadi Kartanegara, Menyalami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 271
12
Ibid., hal.272

14
makhluk spiritual, disamping fisiknya, maka lebih memungkinkan kita akan
bertindak lebih bijak dan seimbang dalam memperlakukan diri kita.13
Selain itu, dengan mengetahuin asal-usul kita, baik fisik maupun spititual, maka
kita bisa mengarahkan diri kita secara proporsional, baik untuk kesejahteraan hidup
di dunia maupun untuk di akhirat nanti. Dunia ini hanya tempat singgah sementara,
bukanlah tempat tinggal kita sejati. Oleh karena itu seyogyanyalah kita pun
mengambil bekal secukupnya untuk melanjutkan perjalanan spiritual kita menuju
Tuhan, dan tidak maruk untuk menguasai semuanya. Dengan demikian diharapkan
ilmu kalam akan memberikan sedikit petunjuk tentang siapa manusia itu
sesungguhnya, dan dengan demikian memberikan solusi terhadap krisis identitas
yang banyak diderita oleh manusia modern.14
Harus kita ketahui Tuhan adalah sang Kebenaran sejati sebagai tempat kita
kembali yang sejati. Ilmu kalam dapat secara potensial maupun aktual mengarahkan
manusia modern, yang telah kehilangan orientasi atau disorientasi, untuk ke arah
tujuan yang sejati karena, segala yang ada tidak lain adalah dari Tuhan. Dia adalah
sumber, Dasar, dab Syarat bagi segala apapun yang ada di dunia ini. Demikian juga
Dia adalah tempat kembali segala yang ada, tak terkecuali manusia yang akhirnya
akan kembali padanya juga.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,


َۚ ‫ر ِللاذِينَ يَتاق‬ٞ ‫و َولَلداار ۡٱۡل ِخ َرة خ َۡي‬ٞۖٞ ۡ‫ب َولَه‬ٞ ‫َو َما ۡٱل َح َي ٰوة ٱلد ُّۡن َيا ِإ اَّل لَ ِع‬
‫ونَ أَفَ ََل‬
٢٣ َ‫ت َعۡ ِقلون‬

Artinya: “Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda
gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang
yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS: Al-An’am Ayat: 32)

13
Ibid.
14
Ibid., hal. 273

15
[468] Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak
kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai
dari memperhatikan urusan akhirat.15
Dengan demikian, Ilmu kalam (tasawuf) diharapkan dapat memberi salah satu
solusi terhadap masa kini. Dengan mengajarkan bahwa alam bukan objek mati yang
bisa dieksploitasikan semuanya tanpa respek, tapi sesungguhnya alam adalah
makhluk hidup yang memiliki kemampuan mencinta, maka ilmu kalam bisa
dijadikan sarana bagi penyadaran atau pencerahan akan hakikat alam semesta,
sehingga manusia dapat memperlakukannya secara santun dan penuh cinta.16

15
Al-Qur`an al-Karim
16
Chumadi Syarif Romas, Wacana Teologi Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2000), hal. 135

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari semua pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa kalam bertindak
sebagai tangga pertama, yang kan membawa kita ke puncaknya, yaitu Sang
Kebenaran Sejati (Tuhan) sebagai tempat kembalinya manusia yang sejati, dengan
mengkaji ilmu kalam manusia dapat mengarahkan dirinya kepada Tuhan yann
menjadi sumber ketauhidan manusia. Dan menghilangkan pandangan manusia
modern terhdap pandangan mereka bahwa Tuhan sebagai penghalang utama bagi
mereka, dikarenakan ilmu kalam adalah suatu ilmu yang membahas tentang akidah
dengan dalil-dalil Aqliyah (rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala
tantangan dari para penentang (manusia modern). Manfaat kajian ilmu kalam
terhadap era kekinian yaitu berperan sebagai ilmu yang mengajak orang-orang yang
baru mengenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional.

3.2 Saran

Makalah yang baik adalah makalah yang penulisannya sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmiah. Di dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapakan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, Risalah Tauhid, terj. Firdaus An., Jakarta: Bulan Bintang, 1965
Al Quran al-Karim
Anwar, Rosihon, dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam,Bandung: Pustaka Setia, 2003
Esha, Muhammad In’am, Falsafah Kalam Sosial, Malang: Maliki Press, 2010
Hanafi, Ahmad, Teologi Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1996
http://islamwiki.blogspot.com
http://prabuwiku.blogspot.com/2011_01_01_archive.com
Ibrohim Nawawi, Theologi Islam; Kilas Historis Memahami Akar Keimanan,
http://ibrohimnaw.wordpress.com
Kartanegara, Mulyadi, Menyelami Lubuk Tasawuf, Jakarta: Erlngga,2006
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1983
Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam Edisi Revisi, Bandung: Pustaka Setia,
2012
Romas, Chumadi Syarif, Wacana Teologi Islam Kontemporer, Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2000
Sugiatno, Filsafat Islam, Curup: LP2 STAIN CURUP, 2011

18

Anda mungkin juga menyukai