Disusun Oleh:
RESKI AMALIAH
SULTANI
pengampu pada mata kuliah dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Oleh karna itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan
berikutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup.......................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
B. Islam Liberal.............................................................................................. 6
D. Postradisionalisme Islam........................................................................... 8
A. Kesimpulan................................................................................................18
B. Saran..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dua hal yang sangat berbeda dan bahkan dikatakan saling betentangan. Dalam
satu sudut pandanghukum islam merupakan suatu hokum yang tidak akan
bersifat qadim. Setiap qadim bersifat statis tidak berubah. Hukum selain
fungsi itu juga terdapat pada hokum islan. Diharapkan kedua fungsi ini dapat
kontemporer ini.1
dikaitkan dengan spectrum masalah dewasa ini yang semakin kompleks dan
luas.
a) Hukum Islam
Secara etimologis, kata hokum berakar pada kata atau hruf arab, yang berarti
titisan Allah yang berkenaan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, baik berupa
tuntutan, pilihan, maupun larangan, sedangkan ulama fikih mengartikan dengan efek
1
Barton, Greg, “Indonesia’s Nurcholish Madjid and Abdurrrahman Wahid as Intelectual
Ulama: The Meeting of Islamic Traditionalism and Modernism in Neo-Modernist Thought”,
dalam Islam and Christian Muslim, CSIC, Birmington, Vol. 8, No. 3, 1999.
1
yang dikehendaki oleh titah Allah dari perbuatan manusia, seperti wajib, sunnah, dan
haram. Bertolak dengan pendapat Amir Syarifuddin dan T.M. Hasbi Ash Shiddieqy
itu, maka dapat dikemukakan bahwa hokum islam pada hakekatnya mempunyai
muatan hokum syara dan hokum fiqh, karena bersumber dari syariat, tetapi ia juga
Dengan kata lain, bahwa syariat islam yang diterjemahkan sebagai hokum
islam adalah didasarkan pada pengertian syariat dalam arti sempit, sebab makna yang
terkandung dalam syariat (secara luas) mencakup aspek akhlak dan hukum.
Sedangkan jika hokum islam dimaksudkan terjemahan dari fikih islam, maka hokum
islam dimaksudkan adalah hasil ijtihad yang ijtihad yang nilai kebenarannya bersifat
bersifat qat’iy. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hokum islam pada
dasarnya mencakup hokum syara dan hukum fiqih karena ia bersumber dari
terhadap wahyu itu. Sehingga hukum islam memiliki dimensi ilahiyah yang
Pada dua tahap yang disebutkan pertama, agama masih dianggap mempunyai
pengaruh dominan dalam struktur masyarakat sehingga jika terjadi peristiwa apa saja,
yang ditandai dengan kemjuan dibidang keilmuan dan teknologi. Dilihat dari
2
Effendi, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam
Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1998.
2
perspektif filsafat sejarah kontemplatif, konsep Effat al shaqawi dalam kitab Falsafah
meskipun ia terdiri dari beberapa Negara yang terpisah dan dihuni oleh beberapa
kelompok manusia yang berbeda bangsa, bahasa dan agama.Penagruh ini bisa dalam
bentuk positif (manfaat) dengan menguntungkan kehidupan manusia dan ada pula
meyesuaikan dirinya dengan berbagai macam keadaan. Hokum islam karena daya
dinamika masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
dalam sebuah karyanya untuk menunjukkan reaksi yang muncul dari modernisme.
dan diskontuinitas.
akhir 19 dan awal 1970-an, terutama di kalangan mahasiswa yang berlatar belakang
tradisional yang memiliki akses pada pendidikan tinggi dengan takaran yang
3
Hamzah, Imran dan Anam, Chairul (ed), Abdurrahman Wahid Diadili Kiai-Kiai. Surabaya:
PT Jawa Pos, 1989.
4
Awalnya, gerakan yang mereka lancarkan merujuk pada gerakan pembaruan
pemikiran Islam. Namun, gerakan itu akhirnya lebih dikenal sebagai neomodernisme,
keluarnya statemen Nurcholish Madjid dalam seminar tunggal pada bulan Januari
l970 yang intinya menengarai tanda-tanda hampir matinya pemikiran kaum pembaru,
sehingga perlu dilakukan pembaruan pemikiran. Nurcholish Madjid pada waktu itu
mudah menyulut kritik bernada kemarahan dari berbagai pihak. Kritik itu terurama
datang dari tokoh-tokoh modernis senior yang terusik oleh kritikan Nurcholish
Madjid yang mengatakan bahwa gerakan intelektual para senior telah mandek dan
perlu direformasi.4
berporos pada Nurcholish Madjid telah menandai permulaan fase penyebaran ide
pembaruan dalam komunitas umat Islam, juga penyebaran ide-ide pembaruan dan
berkat bergabungnya para intelektual muslim lain seperti Djohan Effendi, Ahmad
Wahib, Dawam Rahardjo, Syu’bah Asa, dan Utomo Dananjaya. Abdurrahman Wahid
sekembalinya dari studi di Timur Tengah secara cepat beraliansi dengan gerakan itu.
4
Horikoshi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1987.
5
Sebagai konsekuensinya, beberapa perhimpunan pemuda di bawah NU dan
kebanyakan ulama yang sering bertukar ide dengan Abdurrahman Wahid secara kuat
Madjid dan Abdurrahman Wahid terhadap Barat. Sebagai generasi yang tidak
B. Islam Liberal
Mountesqieu sebagai "Kezaliman Timur", atau definisi yang diberikan Francis Bacon
latar belakang pemikiran liberal Islam mempunyai akar yang jauh sampai di
masa keemasan Islam (the golden age of Islam). Teologi rasional Islam yang
dikembangkan oleh Mu'tazilah dan para filsuf, seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina,
Ibn Rusyd dan sebagainya, selalu dianggap telah mampu menjadi perintis
perkembangan kebudayaan modern dewasa ini. Sebut saja sosok seperti Ibn Sina dan
Ibn-Rusyd, yang dikenal bukan saja sebagai filsuf besar, tetapi juga dokter yang
meninggalkan warisan khazanah keilmuan yang luar biasa, yakni al-Qanun fi al-
5
Narwoko, J. Dwi – Suyanto, Bagong (ed.), Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
6
Thibb (The Canon) dan al-Kulliyat, yang masih dipelajari di Eropa sebagai
Pemikiran liberal Islam yang memberi bobot besar terhadap penafsiran baru
ajaran Islam dewasa ini, sebenarnya memang mempunyai genealogi pemikiran jauh
dua sistem pemerintahan, yaitu kekhalifahan yang ideal--yang pada masanya sudah
tidak ada lagi--dan pemerintahan "sekular" yang diperintah oleh sultan Mamluk, di
mana Ibn Taimiyah juga menjadi pegawainya. Dia juga berhadapan dengan adanya
dua sistem hukum, yaitu syari'ah (hukum agama), dan hukum yang diterapkan
lainnya; pendeknya, Islam minus politik. Dalam pemahaman umum, Islam kultural
adalah Islam dakwah, Islam pendidikan, Islam seni, dan seterusnya. Sebaliknya,
Islam politik adalah Islam yang muncul atau ditampilkan sebagai kerangka atau basis
ideologi politik, yang kemudian menjelma dalam bentuk partai politik (cf. Gulalp
1999). Lebih tegas lagi Islam politik adalah Islam yang berusaha diwujudkan dan
bidang eksekutif dan legislatif. Memakai kerangka sejarawan MGS Hodgson, Islam
(political power)6
agama sehingga berperan utama sebagai sumber nilai dan pedoman perilaku etika
6
Sodik, Mochammad, Gejolak Santri Kota Aktivis Muda NU Merambah Jalan Lain.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000.
7
dan budaya dalam kehidupan berbangsa, sehingga Islam bisa diterima oleh siapapun
politik umat Islam Indonesia yang ditutup oleh rezim tiran Orde Baru. Bagi Orde
Baru, Islam politik adalah ancaman bagi stabilitas politik yang telah dibangun
sebelumnya, oleh kerana itu, cara yang paling efektif dengan melakukan tekanan-
1993). Melihat kondisi tersebut, generasi muda pasca M. Natsir, mencoba untuk
merumuskan kembali relasi negara dan Islam dengan suasana lebih dialogis.
Sehingga dirumuskan lah Islam kultural, sebagai anti tesis Islam struktural atau Islam
politik.
Negara yang berorientasi pada syariat islam. Islam structural itu semata-mata berburu
D. Postradisionalisme Islam
tradisional telah siap menghadapi tekanan dari elemen-elemen modern. Pada periode
ini aktivitas partai politik telah berjalan sealur dengan garis-garis Barat modern.
Para pemimpin Islam tradisional sampai tahun 1950 telah berhimpun dengan
telah berpengalaman dalam menjalin satu kekuatan dan bergandengan tangan dalam
berjuang demi kemerdekaan. Persatuan politik mereka dalam Masyumi pecah pada
8
tahun 1952 dengan keluarnya NU dan memunculkan NU sebagai partai politik
independen.
Sejak saat itu, muncul babak baru dalam peta pemikiran keagamaan yang
pernah muncul dari kalangan tradisionalisme seorang tokoh bernama Kiai Wahid
Hasyim, yang sebelum meninggal dalam kecelakaan mobil 1953 mampu membangun
adalah memperluas semaksimal mungkin kegiatan pendidikan bagi rakyat. Salah satu
Bahasa Arab, Al-Quran, dan hukum-hukum klasik dari pakar. Di antara mereka ada
sejumlah nama yang sudah akrab dengan pandangan modern dan berbagai pemikiran
ilmiah seperti Muhammad Natsir, Deliar Noer, Mukti Ali dan Harun Nasution.
ketika para alumni pesantren dari lingkungan pesantren (tradisional) pada tahun
1960-an mulai memasuki dunia pendidikan modern di Barat. Nurcholish Madjid dan
Abdurrahman Wahid adalah generasi pertama yang berada dalam tepian dua tradisi
keilmuan ini. Lingkungan keilmuan Islam klasik dan Modern (Barat) secara bersama-
Islam benar-benar penting. Pembentukan IAIN, yang diawali dengan IAIN Syarif
Hidayatullah di Ciputat Jakarta dan IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1960, secara
9
tidak langsung memberi kesempatan pertama bagi mayoritas keluaran pesantren
untuk menempuh studi di jenjang perguruan tinggi. Sejak tahun 1960-an IAIN tetap
modern. Dengan masuknya Harun Nasution di IAIN Syarif Hidayatullah dan Mukti
Ali di IAIN Sunan Kalijaga pada akhir tahun I960-an, membawa pengaruh progresif
keislaman.7
Sebagai generasi tua, merekalah yang membukakan jalan bagi generasi muda
Madjid sebagai representasi utama dari generasi muda itu. Nurcholish Madjid yang
lahir pada tahun 1939 dan Abdurrahman Wahid yang lahir pada tahun 1940 adalah
orang-orang yang tengah memasuki usia remaja saat Soeharto muncul sebagai
penguasa.
Ulama yaitu tentang pembaruan wacana, yang sebelumnya hampir tidak pernah
oleh anak-anak muda Nahdlatul Ulama yang kemudian seringkali disebut sebagai
7
Zubaedi, Islam dan Benturan Antarperadaban, Dialog Filsafat Barat dengan Islam, Dialog
Peradaban, dan Dialog Agama. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.
10
wacana yang ada pada Nahdlatul Ulama yang cenderung tradisional dianggap sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Kemudian kalangan muda ini
tradisionalisme.
perlu adanya suatu gerakan pembaruan terhadap kultur NU yang selama ini melekat.
Gerakan pembaruan ini meliputi tiga hal (Riyadi, 2007). Pertama, tentang masalah
semakin cepat terjadi dari hari ke hari, sehingga memaksa kalangan muda NU untuk
berpikir ulang terhadap pola pemikiran yang diadopsi oleh NU. Pemecahan atas
pada teks-teks tradisional (kitab kuning) dirasa oleh kalangan muda NU tidak lagi
mampu berbicara banyak terhadap realitas yang terus berkembang saat ini, perlu ada
pusaran politik praktis dan mereka mencoba untuk menggeser gerakan politik praktis
NU ini ke gerakan Islam kultural, sebagaimana misi awal pendirian organisasi ini.
kuat antara ulama dengan masyarakat, dimana ulama berperan sebagai patron dan
11
mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Pengelolaan NU yang lebih bersifat
tradisional perlu diganti dengan sistem yang lebih modern, karena basis massa yang
sangat besar akan sulit menunjukkan eksistensinya jika hanya dikelola dengan pola-
pola tradisional.
ekslusif, organisasi yang tidak pernah beranjak dari kitab-kitab yang mu’tabar (al-
mengadopsi tradisi lokal serta basis komunitas yang mayoritas berasal dari kalangan
berpijak dan berangkat dari teks yang sangat disakralkan dan teks mempunyai
otoritas yang tinggi dikarenakan model pemahaman yang ada di NU selalu merujuk
pada kitab-kitab ulama terdahulu. Bahtsul masa’il merupakan salah satu contoh
betapa teks sangat dijunjung tinggi dalam model pemahaman dalam organisasi ini.
Tradisi dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai dua arti yaitu adat
kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan masyarakat dan penilaian atau
anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan
monumen dan benda-benda masa lalu, 3) tradisi kebudayaan, yaitu segala sesuatu
yang kita miliki dari masa lalu kita, 4) tradisi kemanusiaan universal, yakni segala
sesuatu yang hadir di tengah kita, namun berasal dari masa lalu orang lain.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata tradisional diartikan sebagai sikap,
cara berpikir, dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan secara turun temurun. Islam tradisional seperti yang ada di Indonesia
12
mempunyai ciri-ciri seperti berikut: pertama, sangat terikat dengan pemikiran Islam
tradisional, yaitu pemikiran Islam yang masih terikat kuat dengan pikiran ulama ahli
fiqh, hadits, tasawuf, tafsir, dan tauhid yang hidup antara abad ke tujuh hingga abad
ke tiga belas. Kedua, kebanyakan basis massa dari penganut tradisionalisme Islam
tinggal pada wilayah pedesaan dengan latar belakang pendidikan pesantren. Ketiga,
Jika tradisional dapat diartikan sebagai sikap, cara berpikir, dan bertindak
yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan secara turun temurun,
maka tradisionalisme dapat diartikan dengan paham atau ajaran yang didadasarkan
atas tradisi. Jika kita kaitkan dengan Islam, maka tradisionalisme Islam dapat
etimologi bisa diartikan pasca tradisionalisme. Meskipun kata post disini bisa
diartikan dengan melampaui, melewati dan bahkan meninggalkan tradisi, tetapi yang
kata yang terdiri dari huruf J, H, D, pada awalnya mengandung arti kesulitan ata
Kata jihad terambil dari kata jahd yang berarti ‘’letih atau sukar’’. Jihad
memang sulit dan menyebabkan keletihan. Ada juga yang berpendapat bahwa jihad
berasal menuntut kemampuan dan harus dilakukan sebesar kemampuan. Dari kata
yang sama tersusun ucapan “Jahida Bir Rojul”, yang artinya “ seseorang sedang
mengalami ujian”.
13
Jihad adalah merupakan ruh dan spirit utama bagi keseluruhan perjuangan
Maka setiap muslim harus berusaha melibatkan dirinya dalam jihad sesuai dengan
hal,seperti:
dari perbuatan baik kepada perbuatan buruk, dari akhlak terpuji kepada akhlak
tercela .
muammalah.
kaum kafir dalam uapaya memurtadkan umat islam, menjauhkan umat dari
ajaran islam, dan memecah belahkan umat islam agar mudah menjadi santapan
mereka.
harus memiliki program dakwahdan semangat jihad bagi dirinya sendiri dan
tersebar diseluruh dunia, bukan hanya di dunia islam semata, sebagaimana yang
14
Pengetahuan yang benar tentang islam bentuk Radikalisme maupun
Terorisme, Etos kasih saying mrupaka salah satu sebagian penting dalam islam,
karena itu setiap surat dalam al-quran selalu dimuat dengan kalimat” dengan
menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”, ya, betapa kasih
saying Allah begitu luas, mencakup sgala sesuatu serta seluruh manusia yang
mungkin terjadi.
kerja keras kita dalam mencari jalan keluar yang memadai, karena bagaimanapun, hal
diwariskan oleh masa silam dalam ingatan kita sebagai penggantinya, kita harus
membangun pemikiran positif yang bergerak kea rah pembangunan pemikiran positif
yang bergerak kearah pembangunan masa depan baru yang lebih cerah dan mampu
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
seperti tauhid Allah SWT, kenabian Muhammad, i’jaz Alquran, dan sebagainya.
Namun, dinamika historis tersebut juga dapat menjadi bahan dasar penting bagi
terhadap situasi lingkungannya yang terus berubah. Karena itu, kaum Muslimin dan
positif dan kontributif bagi peradaban Islam terjadi berkat keterbukaan dan
kesediaan kaum Muslimin sendiri menyerap berbagai hal positif di luar tradisi
mereka.
Karena itu, pengakuan pada berbagai tradisi di luar Islam dan kaum Muslimin
prasyarat krusial bagi setiap masyarakat yang berkeinginan dan berusaha merespons
secara tepat berbagai perubahan yang tidak bisa dielakkan manusia dan
peradabannya di masa kini dan mendatang. Dalam perspektif ini, sejarah Islam dan
kaum Muslimin pada dasarnya merupakan usaha-usaha tak pernah berhenti bagi
16
Namun, perubahan-perubahan yang luas dan berdampak panjang juga
mereka untuk kembali kepada apa yang mereka sebut sebagai ‘Islam otentik’ yang
ironisnya justru tertutup dan menegasikan berbagai hal di luar Islam, yang mereka
Cara pandang seperti ini jelas sangat kontraproduktif karena dalam kerangka
itu, Islam dipandang hanya sebagai doktrin teologis dan doktrinal abstrak, yang
jauh dari persentuhan dan realitas historis. Pandangan dan konsepsi inilah yang
akhirnya mengantarkan kaum Muslim ke dalam situasi dan kondisi statis, yang
memperbaiki keadaan dan kenestapaan kaum Muslimin dewasa ini lebih didorong
bagi kemajuan peradaban manusia secara keseluruhan, tetapi juga dapat hidup
pendukung kultural manapun yang mengklaim bahwa hanya pihaknya sajalah yang
paling unggul di atas segala pihak lain. Triumphalism seperti ini pada ujungnya
17
B. Saran
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu penulis
menyarankan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang penulis buat selanjutnya. Dan semoga dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah Ilmu
18
DAFTAR PUSTAKA
No. 3, 1999.
19