Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN FIKIH KONTEMPORER

Disusun guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Fikih”

Dosen Pengampu : Abd. Rozzaq, S.H.I., M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Trinanda Rizqiatul Ramadhani T20192083


2. Rizka Khofifatul Khoiriyah T20192090
3. Ahmad Tarajjil Ma’suq T20192099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
rahmat-Nya, makalah ini bisa kami selesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
“Fikih”.

Selanjutnya, kami sangat berterimakasih atas sumbangsih dari banyak pihak


baik berupa dukungan do’a, saran dan motivasi sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
berdasar atas minimnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Maka dari
itu, saran dan kritik pembangunlah yang menjadi harapan kami dari para pembaca
dan banyak pihak demi tercapainya tujuan penulisan makalah ini.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat dan bisa
dimanfaatkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jember, 29 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Fikih Kontemporer........................................................... 3


B. Latar Belakang Terbentuknya Fikih Kontemporer ............................. 4
C. Ruang Lingkup Fikih Kontemporer ................................................... 5
D. Konsep Ijtihad Fikih Kontemporer .................................................... 7
E. Urgensi Kajian Fikih Kontemporer.................................................... 9

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, dunia sudah memasuki era yang begitu maju dan modern.
Arus modernisasi ini pun sudah mulai ke berbagai negara-negara di dunia
ini, tak luput juga negara-negara yang penduduknya beragama Islam.
Tentunya banyak terjadi, sebab arus modernisasi ini, mengakibatkan adanya
suatu perubahan dalam tantangan sosial umat Islam baik itu yang
menyangkut ideology, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Berbagai
perubahan tersebut seakan-akan cenderung menjauhkan umat Islam dari
nilai-nilai agama. Hal itu terjadi karena kemajuan modernisasi tidak
diimbangi dengan perubahan pemikiran keagamaan.
Bagi umat Islam sendiri yang juga sangat merasakan akan dampak
arus modernisasi ini harus bisa mengimbangi bahkan hendak untuk tidak
terpengaruh. Maka diperlukan satu benteng yang kokoh untuk menahan
terjang akan derasnya arus yang terus mengalir di antara mereka semua,
yaitu salah satunya adalah Fikih Kontemporer. Hal ini sangatlah urgen
untuk diketahui bahkan dikenali seiring dengan juga berkembangnya
pemikiran barat (hukum positip) di negeri muslim yang secara factual lebih
diterima dan mudah diamalkan akan tetapi dalam penerimaan konsepsi
barat tersebut tetap merasakan adanya kejanggalan baik secara psikologis,
sosiologis, maupun politis. Tetapi belum terwujudnya konsepsi Islam yang
kontekstual. Maka dengan rasa ketidakberdayaan mereka mengikuti
konsepsi yang tidak Islami. Hal itu menggugah naluri para pakar hukum
Islam untuk segera mewujudkan fikih yang relevan sesuai dengan
perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian Fikih Kontemporer ?
2. Bagaimana latar belakang terbentuknya Fikih Kontemporer ?

1
3. Apa saja ruang lingkup Fikih Kontemporer ?
4. Bagaimana konsep ijtihad Fikih Kontemporer ?
5. Apa urgensi kajian Fikih Kontemporer ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian Fikih Kontemporer
2. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya fikih kontemporer
3. Untuk mengetahui ruang lingkup Fikih Kontemporer
4. Untuk mengetahui konsep ijtihad Fikih Kontemporer
5. Untuk mengetahui urgensi kajian Fikih Kontemporer

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fikih Kontemporer


Kata Fiqh secara bahasa berarti Al-Fahm (pemahaman atau paham
disertai Ilmu pengetahuan). Ada juga yang menyatakan bahwa fiqih
menyangkut pemahaman yang diperoleh melalui persepsi berfikir yang
mendalam bukan sekedar tahu atau mengerti.
Sedangkan secara istilah, kata Fiqh didefinisikan oleh para ulama
dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Adapun definisi istilah fiqh
yang dikenal para ulama’ adalah :

‫العلم باألحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية‬


“Ilmu tentang hukum-hukum syara’ (agama Islam) yang mengatur
perbuatan (manusia), yang mana ilmu tentang hukum-hukum tersebut
dihasilkan dalil-dalil syara’ yang terperinci”.
Dari pengertian di atas, jika diuraikan maka akan meliputi tiga kunci :
1) Fikih itu adalah ilmu muktasab (ilmu garapan manusia), berbeda dengan
ilmu malaikat Jibril yang bukan muktasab, begitu pula ilmu rasul yang
berkaitan dengan wahyu. Karena fikih adalah ilmu muktasab, maka ia
Ra’y (nalar) mendapat tempat dan diakui dalam batas-batas tertentu.
2) Fikih, objek garapannya adalah al-ahkam al-amaliyah, dengan kata lain,
ia berkaitan dengan pengaturan dan penataran perbuatan atau kegiatan
manusia yang bersifat positip dan riil serta tidak bersifat nadzariyah
(teoritis).
3) Fikih, sumber pokoknya adalah wahyu atau syariat dalam bentuk
terperinci.
Jadi, fikih adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syariat dengan
memusatkan perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia mukallaf, yaitu
manusia yang berkewajiban menjalankan hukum Islam karena telah dewasa

3
dan berakal sehat. Dan orang yang paham tentang fikih disebut faqih atau
fuqaha (jamaknya), artinya (para) ahli hukum (fikih) Islam.
Adapun kontemporer, sebagaimana disebutkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sewaktu, semasa, pada waktu atau masa
yang sama, pada masa kini dan dewasa ini. Sedangkan dalam Ensiklopedi
Indonesia berarti dari zaman yang sama, atau zaman yang sedang
berlangsung kini.
Jadi, bisa dipahami bahwa fikih kontemporer merupakan kajian
hukum Islam untuk menjawab persoalan-persoalan kontemporer yang
terjadi di masa sekarang. Sebagaimana diyakini, bahwa hukum Islam itu
diturunkan untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup manusia, di dunia dan
akhirat. Maka dengan demikian, hukum Islam itu juga tetap terjaga dan
lestari di segala tempat dan zaman (shalih li kulli zaman wa makan). Salah
satu bukti kelayakannya di segala tempat dan zaman adalah fikih Islam
mampu menjawab pelbagai persoalan kontemporer yang muncul dengan
memberikan pemahaman dan tinjauan hukum Islam yang tepat dan sesuai
atas segala persoalan baru tersebut. Singkatnya, bahwa fikih kontemporer
adalah tentang perkembangan fikih dewasa ini.
Walaupun dikatakan sebagai fikih kontemporer (dewasa ini), atau
fikih aktual, artinya persoalan-persoalan fikih yang muncul di masa
belakangan ini, namun tidak menafikan justru di antara persoalan tersebut
adalah masalah-masalah fikih yang sudah lama dibahas oleh para fukaha,
hanya saja persoalannya kembali mencuat di masa akhir-akhir ini, sehingga
dikatakan dengan istilah fikih kontemporer atau fikih aktual.
B. Latar Belakang Terbentuknya Fikih Kontemporer
Penyebutan kontemporer pada fikih sehingga menjadi fikih
kontemporer ini adalah pola pemahaman fikih abad 19 dan seterusnya
sampai sekarang, yang merupakan lawan dari klasik yang pola
pemahamannya berlangsung dari abad 7 sampai dengan abad 12, kemudian
diikuti oleh zaman pertengahan yang berlangsung dari abad 13 sampai
dengan abad 18.

4
Terbentuknya fikih kontemporer dilatarbelakangi oleh akibat arus
modernisasi yang hampir semua bagian yang dihuni oleh negara-negara
yang mayoritas Islam. Dengan adanya arus modernisasi tersebut
mengakibatkan adanya suatu perubahan dalam tantangan sosial umat Islam
baik itu yang menyangkut ideology, politik, sosial, budaya, dan lain
sebagainya. Berbagai perubahan tersebut seakan-akan cenderung
menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai agama. Hal itu terjadi karena
kemajuan modernisasi tidak diimbangi dengan perubahan pemikiran
keagamaan.
Fikih kontemporer juga terbentuk karena semakin berkembang dan
mapannya sistem pemikiran barat (hukum positip) di negeri muslim yang
secara factual lebih diterima dan mudah diamalkan akan tetapi dalam
penerimaan konsepsi barat tersebut tetap merasakan adanya kejanggalan
baik secara psikologis, sosiologis, maupun politis. Tetapi belum
terwujudnya konsepsi Islam yang kontekstual. Maka dengan rasa
ketidakberdayaan mereka mengikuti konsepsi yang tidak Islami. Hal itu
menggugah naluri para pakar hukum Islam untuk segera mewujudkan fikih
yang relevan sesuai dengan perkembangan zaman.
C. Ruang Lingkup Fikih Kontemporer
Ruang lingkup fikih kontemporer mencakup masalah fikih yang
berhubungan dengan situasi kontemporer modern yang mencakup kajian
Al-Qur’an dan Hadits. Kajian fikih kontemporer dikategorikan ke dalam
beberapa aspke, seperti :
1) Aspek hukum keluarga. Yang dimaksud dengan hukum keluarga di sini
adalah seluruh yang terkait dengan al-ahwal al-syakhsiyah antara lain,
meliputi : pembagian harta waris, akad nikah via telepon, perwakafan,
nikah kamil, KB, dan lain sebagainya.
2) Aspek ekonomi. Ini banyak terkait dengan penafsiran terhadap
persoalan tiba dan pengelolaan modern zakat. Karena ini hukum Islam
kontemporer selalu menyorot masalah sistem bunga bank, zakat mal dan

5
perpajakan, kredit dan arisan, zakat profesi, zakat produktif dan
konsumtif, asuransi dan lain-lain.
3) Aspek pidana. Biasanya pembahasan tentang aspek pidana sarat dengan
isu-isu HAM dan humanisme agama. Hukum Islam kontemporer
mencoba memberikan tafsiran baru terhadap masalah qishash, potong
tangan, hukum Islam dalam sistem hukum nasional dan seterusnya.
4) Aspek kewanitaan. Gaung dari mereka yang menyuarakan gender cukup
mendominasi pembahasan hukum Islam kontemporer, di samping peran
serta kalangan wanita dalam aktivitas-aktivitas yang dahulu dianggap
sebagai “wilayah laki”. Terlihat, hukum Islam kontemporer banyak
menyorot masalah busana muslimah, wanita karir, kepemimpinan
wanita dan lainnya.
5) Aspek medis. Perkembangan dalam ilmu kedokteran yang sangat pesat
mendapat perhatian besar dalam kajian-kajian hukum Islam
kontemporer, sejumlah isu medis menghiasi pembahasan masail
fiqhiyah, antara lain : pencangkokan organ tubuh, donor darah, bedah
mayat, alat-alat kontrasepsi, euthanasia, infertilitas dan fertilitas, operasi
ganti kelamin, pemilihan jenis kelamin janin, cloning, bayi tabung atau
inseminasi buatan, bank air susu, bank darah, bank sperma, inseminasi
sperma manusia dengan hewan dan sebagainya.
6) Aspek teknologi. Perkembangan teknologi yang menciptakan berbagai
kemudahan juga tidak luput dari sorotan hukum Islam kontemporer,
antara lain menyembelih binatang secara mekanis, seruan adzan melalui
kaset, makmum kepada radio atau televisi, memberi salam dengan bel,
penggunaan hisab dan sebagainya.
7) Aspek politik. Beberapa kasus menarik adalah perdebatan tentang
istilah negara Islam, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada
penguasa dan seterusnya.
8) Aspek ibadah. Tidak kalah menarik adalah wacana yang berkembang di
sekitar soal ibadah, seperti; tabungan haji, tayamum dengan selain tanah

6
(debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid demi ibadah haji dan
lain-lain.
D. Konsep Ijtihad Fikih Kontemporer
Ijtihad bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, namun demikian tetap
diperlukan. Karena persoalan-persoalan hukum senantiasa muncul ijtihad
dapat melahirkan kevakuman hukum. Persoalan-persoalan hukum muncul
karena batas tempat dan waktu, sedangkan nash-nash sangat terbatas, oleh
karena itu ijtihad harus dilakukan.
Upaya ijtihad kontemporer ini berbeda dengan upaya ijtihad pada
masa dahulu. Hal ini disebabkan persoalan-persoalan yang muncul lebih
kompleks.
Yusuf Qardlawi mengemukakan bahwa bentuk konsep ijtihad pada
masa kontemporer bisa dibedakan menjadi dua, yaitu ijtihad Inqitha’i
(tarjih) dan ijtihad Insya’i.
a) Ijtihad Inqitha’i
Ijtihad Inqitha’i adalah bentuk upaya yang dihasilkan oleh
sekelompok orang atau satu tim yang memilah-milah atau menyeleksi
hujjah dari berbagai pihak atau berbagai madzhab, kemudian ditetapkan
yang paling kuat argumentasinya. Jadi bidang tugas bentuk ijtihad ini
yaitu melakukan penelehaan dan perbandingan, kemudian memilih
alasan yang paling kuat. Dan alasannya pun sesuai dengan kaidah tarjih,
di antaranya; hendaknya pendapat itu mencerminkan kelemah-lembutan
dan kasih sayang kepada manusia. Hendaknya pendapat itu lebih
mendekati kemudahan yang ditetapkan oleh hukum Islam; hendaknya
pendapat itu lebih memprioritaskan untuk merealisasikan maksud-
maksud syara’, kemashlahatan manusia dan menolak marabahaya dari
mereka
b) Ijtihad Insya’i
Ijtihad Insya’i adalah pengambilan konklusi hukum baru dari suatu
persoalan, yang persoalan itu belum pernah dikemukakan oleh ulama’-
ulama’ terdahulu. Baik itu persoalan lama ataupun baru. Dengan kata

7
lain bahwa bentuk ijtihad ini adalah meliputi sebagian persoalan lama,
yaitu dengan cara seorang mujtahid kontemporer untuk memiliki
pendapat baru dalam masalah itu yang belum didapati dari pendapat-
pendapat ulama’ salaf.
Sedangkan pelaku ijtihad dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Ijtida Fardi dan Ijtihad Jama’i
a) Ijtihad Fardi
Ijtihad Fardi adalah ijtihad yang dilakukan oleh perorangan dalam
menentukan hukum suatu masalah. Ijtihad ini merupakan jembatan
menuju tercapainya atau terbentuknya ijtihad Jama’i dengan berbagai
dukungan yang diberikan dalam bentuk kajian yang mendalam.
b) Ijtihad Jama’i
Ijtihad Jama’i adalah kesepakatan para mujtahid terhadap suatu
hukum syara’ yang belum terjadi pada masa Rasul saw. Pada lazimnya
hasil berupa kesepakatan dari proses ijtihad jama’i ini dihasilkan
melalui suatu diskusi dalam lembaga ilmiah yang terdiri atas para
personal yang memiliki kemampuan tinggi dalam bidang fiqh dan
berbagai ilmu yang lainya sebagai penunjang dalam arti syarat-syarat
yang harus dimiliki oleh seorang yang berijtihad, sehingga muncullah
yang namanya suatu fatwa. Fatwa yang dihasilkan melalui lembaga
ilmiah ini harus mampu menetapkan hukum dengan berani dan bebas
dari pengaruh dan tekanan politik, social dan budaya yang dianut
penguasa.
Untuk Indonesia barang kali dapat disebutkan beberapa
lembaga ilmiah atau semi ilmiah yang acap menghasilkan fatwa
kolekif. Seperti majlis ulama Indonesia (MUI), lembaga penelitian
IAIN, Direktorat Pembinaan Penradilan Agama Islam, Departemen
Agama, Komisi Fatwa, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan
banyak lembaga lainya yang tersebar dijawa timur , bandung, bogor
dan sebagainya. Sepintas lalu seperti dipahami oleh lembaga ilmiah
seperti ini, lebih akurat.

8
E. Urgensi Kajian Fikih Kontemporer
Adapun pentingnya akan adanya kajian fikih kontemporer adalah :
1) Melalui fikih kontemporer dapat membantu menjelaskan bahwa fikih
Islam mampu menjawab segala tantangan zaman, khususnya yang
berkenaan dengan permasalahan kontemporer yang dihadapi manusia.
Pada gilirannya, ini sekaligus akan membuktikan bahwa fikih Islam itu
fleksibel (murunah) sehingga tetap sesuai di segala tempat dan zaman
(shalih li kulli zaman wa makan).
2) Mengetahui pola penalaran dan ijtihad yang dikembangkan oleh para
ulama atau fukaha untuk menjawab persoalan kontemporer tersebut.
3) Mengetahui alasan dan argumen hukum yang dikemukakan para ulama
atas setiap putusan hukum fikih kontemporer yang dibuat.
4) Memahami keragaman fatwa yang dihasilkan para ulama untuk satu
persoalan kontemporer tertentu sebagai akibat dari perbedaan pola
pemahaman dan penalaran yang dipakai dalam menggali hukum fikih
terhadap permasalahan tersebut.
5) Melakukan suatu perbandingan pendapat di antara ulama atas
keragaman pandangan dan alasan yang dikemukakannya terkait
permasalahan kontemporer tertentu, untuk kemudian dicari pendapat
yang paling kuat (rajih) berdasarkan dalil dan hujjah.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Fikih kontemporer merupakan kajian hukum Islam untuk menjawab


persoalan-persoalan kontemporer yang terjadi di masa sekarang. Sebagaimana
diyakini, bahwa hukum Islam itu diturunkan untuk kebaikan dan kemaslahatan
hidup manusia, di dunia dan akhirat. Maka dengan demikian, hukum Islam itu juga
tetap terjaga dan lestari di segala tempat dan zaman (shalih li kulli zaman wa makan

Terbentuknya fikih kontemporer dilatarbelakangi oleh akibat arus


modernisasi yang hampir semua bagian yang dihuni oleh negara-negara yang
mayoritas Islam yang mengakibatkan adanya suatu perubahan dalam tantangan
sosial umat Islam baik itu yang menyangkut ideology, politik, sosial, budaya, dan
lain sebagainya

Ruang lingkup fikih kontemporer mencakup masalah fikih yang


berhubungan dengan situasi kontemporer modern yang mencakup kajian Al-Qur’an
dan Hadits. Kajian fikih kontemporer dikategorikan ke dalam beberapa aspke,
seperti : Aspek hukum keluarga, Aspek ekonomi, Aspek pidana, Aspek kewanitaan,
Aspek medis, Aspek teknologi, Aspek politik, dan Aspek ibadah

Konsep ijtihad pada masa kontemporer bisa dibedakan menjadi dua, yaitu
ijtihad Inqitha’i (tarjih) dan ijtihad Insya’i. Sedangkan pelaku ijtihad dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu Ijtida Fardi dan Ijtihad Jama’i

Adapun pentingnya akan adanya kajian fikih kontemporer salah satunya


adalah bahwa melalui fikih kontemporer dapat membantu menjelaskan bahwa fikih
Islam mampu menjawab segala tantangan zaman, khususnya yang berkenaan
dengan permasalahan kontemporer yang dihadapi manusia. Pada gilirannya, ini
sekaligus akan membuktikan bahwa fikih Islam itu fleksibel (murunah) sehingga
tetap sesuai di segala tempat dan zaman (shalih li kulli zaman wa makan).

10
DAFTAR PUSTAKA

Latief, Husni Mubarrak A. 2019. Belajar Mudah Fikih Kontemporer : Catatan Kritis
Dinamika Metode Penalaran Hukum Islam. Banda Aceh : LKKI
Publisher

Gibtiah. 2016. Fikih Kontemporer. Jakarta : PRENAMEDIA GROUP

Hamid, Abdul. 2011. Fikih Kontemporer. Bengkulu : LP2 STAIN CURUP

Turmudzi. Ijtihad Pada Masa Kontemporer. Jurnal. Vol. 25. No. 1. Januari 2014

Madhopi, M. BAB II Ulama Fiqih Klasik dan Kontemporer. Skripsi. Banten : UIN
Banten.

Al-Ikhlas. Pengantar Fikih Kontemporer. Presentasi Video melalui Media Sosial


Youtube

11

Anda mungkin juga menyukai