Telah dijelaskan pada deskripsi sebelumnya tentang hakikat
manusia, maka akan dilanjutkan dengan bagaimana hubungan manusia sendiri dengan pendidikan. Disebutkan bahwa manusia itu juga disebut dengan Homo Spiens, yaitu manusia yang berakal budi, manusia yang cenderung untuk berilmu pengetahuan, dimana hal itu diawali dengan adanya rasa ingin tahu yang muncul dari dalam diri manusia tersebut akan sekelilingnya. Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri atau terbentuk dengan sendirinya sebagaimana teori evolusionisme, melainkan manusia adalah ciptaan tuhan dengan diidentitaskan sebagai Abdullah (hamba Allah), dan manusia itu diciptakan ke alam ini sebab ada tugas yang tuhan berikan kepadanya, dimana manusia bertindak sebagai Khalifatullah, pengganti tuhan, mempunyai tugas untuk menjaga, memimpin akan kehidupan di alam ini. Sejak lahir, manusia memanglah manusia, tapi tidak secara langsung, otomatis menjadi manusia sejatinya, artinya belum memenuhi berbagai aspek hakikat manusianya sendiri. Jadi ada tugas yang lebih penting lagi saat dilahirkannya manusia, yaitu keharusannya menjadi manusia yang sebenarnya, sebab oleh tuhannya telah diciptakan dengan susunan yang baik dan dibekali potensi yang beraneka ragam dari setiap individu manusia. Maka dari sinilah pendidikan memiliki peran yang sangat penting sesuai dengan tujuan dari pendidikan sendiri, adalah humanisasi, memanusiakan manusia, atau menjadikan manusia sebagaimana manusia sejatinya ia diciptakan/dilahirkan. Maka dengan terealisasinya tugas utama tersebut, maka bisa dikatakan bahwa manusia sudah siap untuk menjadi seorang khalifatullah fil ardh. Meskipun masih ada berbagai potensi yang dimiliki yang perlu ada pengembangan dan perkembangan ya tentunya dengan adanya sebuah pendidikan. Sasaran dari pendidikan yaitu ada 3 : pengetahuan (Kognitif), sikap (Afektif) dan keterampilan (Psikomotorik). Jadi pendidikan ini memiliki sasaran untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Sasaran pertama yaitu pengetahuan. Pendidikan berusaha bagaimana manusia bisa berpengetahuan dan bisa mengembangkan pengetahuannya, sehingga pengetahuannya tidak hanya sekedar pengetahuan saja, bahkan bisa menjadi sebuah ilmu. Sasaran kedua yaitu sikap. Manusia juga disebutkan sebagai makhluk susila, manusia yang beradab, manusia yang memiliki sikap, bagaimana ia bisa menyikapi diri sendirinya dan juga orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, dimana ini juga bersambung dengan disebutkannya manusia sebagai makhluk sosial. Karena pendidikan itu bisa dikatakan berhasil, dicapai oleh manusia, dimana manusia bertindak sebagai subjeknya, ketika ia sudah mengalami perubahan peningkatan khususnya dalam bersikap. Dan sasaran ketiga adalah keterampilan. Tentu manusia ini diciptakan dengan susunan yang sempurna, termasuk juga potensi akan keterampilan yang beraneka ragam dari setiap individu manusia. Maka pendidikan bertujuan (sesuai dengan sasaran ini) untuk mengembangkan potensi akan keterampilan mereka. Jadi dalam rangka memenuhi tugas manusia tersebut untuk menjadi manusia sebagaimana hakikatnya, jelaslah bahwa manusia itu perlu adanya didikan dengan diberikannya sebuah pendidikan. Jadi implikasinya bagi manusia adalah melaksanakan pendidikan dan mendidik dirinya. Terdapat beberapa prinsip pengembangan potensi manusia : pertama adalah prinsip Dinamis. Prinsip ini menjelaskan tentang perbedaan kebutuhan pendidikan dari setiap individu. Manusia selalu aktif, ingin mencapai pencapaian yang belum ia capai sebelumnya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka masing-masing. Kedua adalah prinsip potensialitas. Jadi setiap manusia memiliki potensinya masing- masing dan bagaimana manusia tersebut tetap dan terus mengembangkan potensi tersebut agar lebih matang dan siap menjalani kehidupan. Ketiga adalah prinsip moralitas. Manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya, memiliki kemampuan memilih pilihan yang tepat antara hal baik dan yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana pula yang harus dihindarkan, serta mana yang harus dikembangkan potensinya (misalnya) dari sekian potensi yang dimiliki. Keempat adalah prinsip individualitas. Setiap individu memiliki hak dan kebebasan yang luas dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya, ia bebas berkeinginan untuk menjadi apapun dan siapapun sebab keinginan dari masing-masing individu berbeda dengan individu yang lain, manusia tetap menjadi diri mereka sendiri. Kelima adalah prinsip sosialitas. Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak hanya bisa hidup diri sendiri, maka prinsip membantu bagaimana prinsip sebelumnya bisa terealisasi dengan baik, manusia juga butuh orang lain dalam kelangsungan hidupnya. Seperti halnya bayi yang masih kecil, tidak mungkin ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, maka orang tualah yang berperan dalam kelangsungan hidupnya. Begitu juga dalam pendidikan. Tidak akan maksimal belajar seseorang tanpa adanya seorang pendamping, baik orang tua, guru dan lain sebagaimana sebagai motivator dalam proses belajarnya. Keenam adalah prinsip Religiusitas. Manusia adalah makhluk beragama, berketuhanan, ada karena karena diciptakan bukan karena tercipta dengan sendirinya .