Anda di halaman 1dari 3

Manusia dan Pendidikan

Oleh : Ahmad Tarajjil Ma’suq (T20192099)

Telah dijelaskan pada deskripsi sebelumnya tentang hakikat


manusia, maka akan dilanjutkan dengan bagaimana hubungan manusia
sendiri dengan pendidikan. Disebutkan bahwa manusia itu juga disebut
dengan Homo Spiens, yaitu manusia yang berakal budi, manusia yang cenderung untuk
berilmu pengetahuan, dimana hal itu diawali dengan adanya rasa ingin tahu yang muncul dari
dalam diri manusia tersebut akan sekelilingnya.
Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri atau terbentuk dengan sendirinya
sebagaimana teori evolusionisme, melainkan manusia adalah ciptaan tuhan dengan
diidentitaskan sebagai Abdullah (hamba Allah), dan manusia itu diciptakan ke alam ini sebab
ada tugas yang tuhan berikan kepadanya, dimana manusia bertindak sebagai Khalifatullah,
pengganti tuhan, mempunyai tugas untuk menjaga, memimpin akan kehidupan di alam ini.
Sejak lahir, manusia memanglah manusia, tapi tidak secara langsung, otomatis
menjadi manusia sejatinya, artinya belum memenuhi berbagai aspek hakikat manusianya
sendiri. Jadi ada tugas yang lebih penting lagi saat dilahirkannya manusia, yaitu
keharusannya menjadi manusia yang sebenarnya, sebab oleh tuhannya telah diciptakan
dengan susunan yang baik dan dibekali potensi yang beraneka ragam dari setiap individu
manusia. Maka dari sinilah pendidikan memiliki peran yang sangat penting sesuai dengan
tujuan dari pendidikan sendiri, adalah humanisasi, memanusiakan manusia, atau menjadikan
manusia sebagaimana manusia sejatinya ia diciptakan/dilahirkan. Maka dengan terealisasinya
tugas utama tersebut, maka bisa dikatakan bahwa manusia sudah siap untuk menjadi seorang
khalifatullah fil ardh. Meskipun masih ada berbagai potensi yang dimiliki yang perlu ada
pengembangan dan perkembangan ya tentunya dengan adanya sebuah pendidikan.
Sasaran dari pendidikan yaitu ada 3 : pengetahuan (Kognitif), sikap (Afektif) dan
keterampilan (Psikomotorik). Jadi pendidikan ini memiliki sasaran untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh manusia. Sasaran pertama yaitu pengetahuan. Pendidikan berusaha
bagaimana manusia bisa berpengetahuan dan bisa mengembangkan pengetahuannya,
sehingga pengetahuannya tidak hanya sekedar pengetahuan saja, bahkan bisa menjadi sebuah
ilmu. Sasaran kedua yaitu sikap. Manusia juga disebutkan sebagai makhluk susila, manusia
yang beradab, manusia yang memiliki sikap, bagaimana ia bisa menyikapi diri sendirinya dan
juga orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, dimana ini juga bersambung dengan
disebutkannya manusia sebagai makhluk sosial. Karena pendidikan itu bisa dikatakan
berhasil, dicapai oleh manusia, dimana manusia bertindak sebagai subjeknya, ketika ia sudah
mengalami perubahan peningkatan khususnya dalam bersikap. Dan sasaran ketiga adalah
keterampilan. Tentu manusia ini diciptakan dengan susunan yang sempurna, termasuk juga
potensi akan keterampilan yang beraneka ragam dari setiap individu manusia. Maka
pendidikan bertujuan (sesuai dengan sasaran ini) untuk mengembangkan potensi akan
keterampilan mereka.
Jadi dalam rangka memenuhi tugas manusia tersebut untuk menjadi manusia
sebagaimana hakikatnya, jelaslah bahwa manusia itu perlu adanya didikan dengan
diberikannya sebuah pendidikan. Jadi implikasinya bagi manusia adalah melaksanakan
pendidikan dan mendidik dirinya.
Terdapat beberapa prinsip pengembangan potensi manusia : pertama adalah prinsip
Dinamis. Prinsip ini menjelaskan tentang perbedaan kebutuhan pendidikan dari setiap
individu. Manusia selalu aktif, ingin mencapai pencapaian yang belum ia capai sebelumnya
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka masing-masing.
Kedua adalah prinsip potensialitas. Jadi setiap manusia memiliki potensinya masing-
masing dan bagaimana manusia tersebut tetap dan terus mengembangkan potensi tersebut
agar lebih matang dan siap menjalani kehidupan.
Ketiga adalah prinsip moralitas. Manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atas
dasar kebebasan dan tanggung jawabnya, memiliki kemampuan memilih pilihan yang tepat
antara hal baik dan yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana pula yang harus
dihindarkan, serta mana yang harus dikembangkan potensinya (misalnya) dari sekian potensi
yang dimiliki.
Keempat adalah prinsip individualitas. Setiap individu memiliki hak dan kebebasan
yang luas dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya, ia bebas berkeinginan untuk menjadi
apapun dan siapapun sebab keinginan dari masing-masing individu berbeda dengan individu
yang lain, manusia tetap menjadi diri mereka sendiri.
Kelima adalah prinsip sosialitas. Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak hanya bisa
hidup diri sendiri, maka prinsip membantu bagaimana prinsip sebelumnya bisa terealisasi
dengan baik, manusia juga butuh orang lain dalam kelangsungan hidupnya. Seperti halnya
bayi yang masih kecil, tidak mungkin ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, maka orang
tualah yang berperan dalam kelangsungan hidupnya. Begitu juga dalam pendidikan. Tidak
akan maksimal belajar seseorang tanpa adanya seorang pendamping, baik orang tua, guru dan
lain sebagaimana sebagai motivator dalam proses belajarnya.
Keenam adalah prinsip Religiusitas. Manusia adalah makhluk beragama,
berketuhanan, ada karena karena diciptakan bukan karena tercipta dengan sendirinya .

Anda mungkin juga menyukai