Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Filsafat dan Pendidikan

Oleh : Ahmad Tarajjil Ma’suq (T20192099)

Dari dua deskripsi sebelumnya telah dijelaskan tentang


manusia, hakikat dan hubungannya dengan pendidikan, maka sekarang
dilanjutkan dengan materi tentang Filsafat dan Pendidikan, serta
hubungan antarkeduanya. Banyak yang mengartikan filsafat pendidikan yaitu filsafat tentang
pendidikan, sehingga jadilah istilah filsafat pendidikan.
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang tidak bisa dipisahkan, bahkan
filsafat menjadi tujuan dari pendidikan itu sendiri. Filsafat, dari pengertian umumnya yaitu
kebijaksanaan. Sedangkan pendidikan sebuah proses didikan yang bertujuan agar peserta
didik yang menerima didikan tersebut menjadi bijak.
Filsafat secara umum memiliki dua objek, yaitu material dan formal. Dalam hal
filsafat pendidikan, pendidikan itulah yang menjadi objek materialnya, yang menjadi kajian
utama dalam jenis filsafat ini. Sedangkan objek formalnya adalah ciri-ciri filsafat itu sendiri,
yaitu radikal, logis, spekulatif, kritis, analitik dan sebagainya terhadap pendidikan. Jadi
filsafat pendidikan juga bisa diartikan sebagai pendidikan yang dianalisis melalui konsep-
konsep filsafat.
Banyak yang dikaji, difilsafati dalam pendidikan termasuk tujuh komponen dalam
pendidikan : peserta didik, pendidik, media, metode, materi, lingkungan dan tujuan. Dimana
hal ini menjadi kajian seperti hal nya hakikat dari masing-masing komponen tersebut, semisal
hakikat peserta didik, hakikat pendidik, hakikat media dan seterusnya dari komponen-
komponen tersebut yang tidak bisa dipisahkan sebab menjadi satu kesatuan yang menyatu,
dan melengkapi akan berlangsungnya pendidikan yang baik.
Adapun peran filsafat untuk pendidikan ada empat. Pertama adalah peran Inspiratif,
filsafat memberikan landasan berupa ide-ide pada penyelenggaraan pendidikan. Kedua adalah
peran Perspektif, yaitu filsafat memberikan arah bagi pendidikan pada penyelenggaraan
pendidikan. Ketiga adalah peran Analitik, yaitu filsafat menganalisis jalannya pendidikan
dalam penyelenggaraannya. Dan keempat adalah peran Investigatif, yaitu filsafat
menginvestigasi atau memeriksa berjalannya program yang dijalankan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Filsafat dan pendidikan, masing-masing memiliki teori, namun terdapat perbedaan
mendasar dari keduanya. Teori dalam pendidikan itu lebih dekat dengan ilmunya, bersifat
objektif sebab dikaji dari fakta yang ada. Sedangkan teori dalam filsafat masih bersifat
spekulatif, dugaan.
Meskipun terdapat perbedaan dalam teori filsafat dan pendidikan itu, namun masih
bisa digabungkan, sebab sebagaimana disebutkan di atas bahwa filsafat dan pendidikan tidak
bisa dipisahkan. Dalam filsafat terdapat aliran Materialisme, Idealisme dimana dari dua aliran
tersebut bisa dijadikan sebagai teori dari filsafat, juga ditambah dengan teori penyatuan dari
keduanya. Materialisme sendiri sebuah aliran yang dalam pengkajiannya bersifat empiris.
Maka dalam teori pendidikan, Materialisme ini memunculkan aliran Naturalis dimana
manusia disini bertindak sebagai objek dalam pendidikan, kemudian disebut dengan teori
Behavioristik. Idealisme adalah sebuah aliran yang dalam pengkajiannya bersifat rasionalis.
Maka dalam teori pendidikan ini memunculkan aliran Nativisme dimana manusia disini
bertindak sebagai subjek dalam pendidikan, kemudian disebut dengan teori Konstruktivistik.
Sedangkan penyatuan antara Materialisme dan Idealisme itu, disebut dengan Konvergensi.
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat pendidikan, dan dibagi menjadi dua bagian,
yaitu berdasarkan keberadaan dan berdasarkan letak geografis, sosiologis dan
kebudayaannya. Berdasarkan keberadaannya terdapat aliran : Parenialis, Naturalis, Realis,
Empiris dan Eksistensialis. Sedangkan berdasarkan letak geografis, sosiologis dan
kebudayaannya meliputi aliran : Esensialis, Tradisionalis, Progresifis dan Rekonstruksionis.

Anda mungkin juga menyukai