Seperti jamak diketahui, hasil merupakan suatu hal yang selalu
diinginkan dan didambakan dalam berkeinginan untuk menggapai apa yang diinginkan. Namun tak kalah penting juga bagaimana harus tahu, melihat dan memperhatikan bagaimana proses itu dilakukan sehingga menghasilkan sebuah hasil tersebut. Dalam ilmu filsafat, terdapat beberapa metode yang juga merupakan cabang- cabang besar filsafat secara berurutan, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam hal ini akan dibahas mengenai salah satu cabang yang di dalamnya mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan filsafat, yaitu epistemologi. Kata epistemologi, secara etimologi berasal dari dua kata bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu dari sesuatu. Secara terminologi, epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang sumber atau asal usul, struktur, metode- metode dan sahnya pengetahuan. Secara sederhana, epistemologi sering disebut dengan Theory of Knowledge (teori pengetahuan). Pengetahuan sendiri memiliki arti sebuah informasi yang diketahui dan disadari serta melekat di benaknya. Pengetahuan yang didapatkan itu baik bersumber dari yang sifatnya inderawi, rasio, wahyu, otoritas dan lain sebagainya. Pengetahuan memiliki tujuan diantaranya, agar bisa menarik kesimpulan berupa kebenaran dalam suatu hal. Kebenaran yang diambil kesimpulan oleh pengetahuan tersebut baik kebenaran koresponden (pernyataan-kenyataan), kohesi (pernyataan-pernyataan) atau pragmatis (pernyataan- kegunaan). Diantara ruang lingkup pembahasan epistemologi –sesuai dengan pengertian di atas- yaitu tentang sumber/asal usul/proses terjadinya pengetahuan. Pandangan yang sederhana dalam memikirkan sebuah proses terjadinya pengetahuan yaitu dalam sifatnya baik yang bersifat apriori ataupun apesteriori. Apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya pengetahuan. Sedangkan apesteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Sebenarnya pengetahuan itu dimulai dengan gambaran-gambaran inderawi, kemudian ditingkatkan ke tingkatan yang lebih tinggi, yaitu pengetahuan rasional dan intuitif. Objek dalam epistemologi ada dua, yaitu objek material dan formal. Objek material secara garis besar meliputi tentang hakikat tuhan, alam dan manusia. Sedangkan objek formal tentang objek material tersebut. Epistemologi bukan hanya sekedar untuk memperoleh pengetahuan, tapi lebih dari itu yaitu bagaimana adanya rasa ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis dan tidak empiris. Ukuran kebenaran atau sahnya pengetahuan bisa dilihat dari pengertian pengetahuan filsafat itu sendiri. Jika logis berarti benar dan jika tidak logis berarti salah. Namun ada hal yang sangat penting untuk diingat, bahwa tidak boleh menuntut bukti empiris dalam membuktikan sebuah kebenaran dalam berfilsafat sebab filsafat itu sendiri banyak melibatkan akal atau rasio dalam berfilsafat. Epistemologi juga memiliki hubungan erat dengan metodologi dan metode. Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat, yang di dalamnya diantaranya mencakup tentang ilmu tentang bagaimana cara memperoleh sesuatu, disebut dengan metodologi. Sehingga dalam metodologi itulah akan muncul sebuah metode. Jadi bisa disimpulkan bahwa metode merupakan perwujudan dari metodologi, metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi, dan epistemologi merupakan salah satu bagian atau cabang dari filsafat. Epistemologi juga memiliki pengaruh bagi manusia dalam menentukan cara atau arah berpikir mereka. Ada yang dalam berpikirnya, ia memulai dengan sesuatu dari yang umum menuju yang khusus secara detail-detailnya, berarti ia menggunakan pendekatan deduktif. Dan ada yang dalam berpikirnya, ia memulai dengan sesuatu dari yang khusus menuju kemudian ditarik kesimpulan secara umum, berarti ia menggunakan pendekatan induktif. Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang lebih baik dan masih jauh, ada yang hanya memikirkan dengan mempertimbangkan pada jangka pendek yang terjadi sekarang, juga ada seseorang yang berpikir dengan berkecenderungan melihat ke belakang, yaitu masa yang telah dilalui. Pola-pola ini sangat berpengaruh pada corak berpikir dan sikap seseorang.