Oleh :
ANDI FATHUR MUH ISHAQ BATARA, S.ST
P042222019
Sedangkan, pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia terhadap obyek (riil dan
gaib) atau fakta. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah kumpulan pengetahuan yang benar
disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku niversal dapat
diuji/diverifikasi kebenaranya.Ilmu pengetahuan tidak hanya satu, melaikan banyak (plural)
bersifat terbuka berkaitan dalam memecahkan masalah. Jadi, Pengetahuan filsafat
mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional.
Dalam hal ini berkaitan sekali dengan cabang – cabang ilmu filsafat. Cabang – cabang
ilmu filsafat di antaranya Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Ontologi adalah cabang
ilmu yang membahas hakikat segala sesuatu yang ada. Epistimologi adalah cabang ilmu
menjelaskan tentang bagaimana mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
Aksiologi membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan.
ONTOLOGI
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti yang berada (being) dan
Logos berarti pikiran (logic). Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket
sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang “yang
ada” atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika. Sedangkan, menurut
istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun
secara rohani. Disis lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang
prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada.
Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda yang terdiri dari
alam , manusia individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga
terdapat aliran yaitu aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu sumber
(1 hakekat).
Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari suatu yang ada atau
berwujud berdasarkan logika sehigga dapat diterima oleh banyak orang yang bersifat rasional
dapat difikirkan dan sudah terbukti keabsahaanya.
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau
kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat
diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga
diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan
validitas atau kebenaran pengetahuan.
1. Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di
tinjau dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran
yang masuk akal). Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk
pemikiran, maka logika material bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata
lain, apabila logika formal yang biasanya disebut istilah’logika’berusaha untuk
menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika
material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi
isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa logika formal bersangkutan dengan masalah
kebenaran formal sering disebut keabsahan (jalan) pemikiran. Sedangkan logika
material bersangkutan dengan kebenaran materiil yang sering juga disebut sebagai
kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.
2. Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud
adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang
berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
3. Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam,
berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4. Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan
atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pengetahuan, khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian.
5. Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara
khusus akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder
menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Abbas Hamami Mintarejo
berpendapat bahwa epistemologi adlah bagian filsafat atau cabang filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau
pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek
ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan
tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme,
premis mayor, dan premis minor.
1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar
terjadinya bentuk – bentuk yang lain.
2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang
konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan
kepastian.
4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil –
dalilnya.
Agribisnis memandang sektor pertanian secara utuh, bukan hanya sektor primer tetapi
mulai dari kegiatan pertanian yang menyediakan input sampai dengan kegiatan pertanian
dalam pengolahan hasil pertanian, pemasaran, dan jasa penunjang pertanian (agriservices).
Dengan cara pandang seperti ini maka kontribusi sektor pertanian dalam pengertian agribisnis
menjadi sangat besar. Di waktu yang akan datang, peran sektor pertanian dalam pengertian
agribisnis menjadi semakin besar. Perubahan cara pandang di atas mempunyai konsekuensi
bahwa pertanian bukan sebagai way of life atau gaya hidup. Pertanian merupakan bagian dari
kegiatan bisnis besar yang mempunyai prospek yang baik. Pertanian merupakan kegiatan
produktif menghasilkan produk pangan dan serat dengan memanfaatkan sumber daya
pertanian seperti tanah, air, hara tanah, sinar matahari, dan lain-lain.
AKSIOLOGI
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai.
Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Jujun S.suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup
kajian filsafat nilali merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan
agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap
insan.
Aksioloagi adalah ilmu yang membecirakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan
yaitu:
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-
masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika
merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik
sejak masa sokrates dan para kaum shopis.disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,
keutamaan, keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku etika dasar yang ditulis oleh
Franz Magnis Suzeno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas adalah
norma adat, wejangan dan adatistiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri etika tidak
menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang
kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu
hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah pandangan moral
yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme
menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari amnesia itu
sendiri adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan
kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah illahi atau
melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi adalah pemikiran
tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik
secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan
baik oleh kehendak manusia.
2. Estetika
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantak lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat
manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini,
menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. suriasumantri yaitu bahwa
“pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru
malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh
ilmu, bahwa kita tidak bissa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena itu
sendiri ilmu merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula
ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung
pada pemilik dalam menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu untuk mengetahui kegunaan
filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal yaitu:
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Nilai itu bersifat objektif tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif
jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu
gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakuakn penilaian. Kebenaran
tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam member penilaian,
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penialian. Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia seperti perasaan yang
akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektifitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima
oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang
membedakan anatara pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada
objektivitasnya. Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan
kesadaran yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam
mennetukan topic penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang
ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya
berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terkait
pada nilai subjektif