Anda di halaman 1dari 7

RE-INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SEMANGAT

MEMBANGUN PERADABAN DI ERA MILLENIAL

Oleh : Ahmad Tarajjil Ma’suq (T20192099)


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Jember
tarojji21@gmail.com

Kehidupan di dunia ini telah tumbuh dan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Pertumbuhan dan perkembangan tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek, semisal aspek
pendidikan dengan berbagai teori yang perkembangannya terus ditingkatkan dengan mengikuti
arus perubahan zaman, aspek sosial dimana manusia dituntut untuk selalu terus melakukan
aktivitas social communication guna menempuh keberlangsungan hidup, aspek ekonomi baik
di tingkat bawah, menengah maupun atas, tingkat regional maupun internasional dimana
keuangan merupakan salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh manusia di dunia
ini, dan aspek yang sangat berpengaruh dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
saat ini adalah teknologi. Teknologi ini tumbuh dan berkembang begitu pesat serta tersebar ke
seluruh penjuru dunia. Teknologi berfungsi sebagai alat untuk memperoleh informasi dan
melakukan hubungan komunikasi, bahkan manusia dipermudah untuk mendapatkan hal
tersebut dengan kehadiran teknologi, maka muncullah istilah TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi). Bahkan teknologi sendiri sudah masuk ke berbagai aspek yang lain seperti
halnya pendidikan. Sebagaimana disebutkan di awal-awal paragraf, bahwa pendidikan saat ini
telah tumbuh dan terus berkembang sesuai dengan arus perubahan zaman. Teknologi telah
masuk ke dunia pendidikan yang berimplikasi sebagai sarana dalam berpendidikan yang
menunjang akan kualitas pendidikan tersebut.

Paparan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya menunjukkan bahwa


teknologi memiliki hal positif sehingga urgen sekali bagaimana bisa dipergunakan dengan
baik. Terlepas dari hal positif yang dimiliki sebuah teknologi, terdapat juga hal negatif yang
ada pada teknologi. Kehadiran teknologi ini sangat banyak memberikan keuntungan atau
menguntungkan bagi manusia, namun tak jarang teknologi ini, dengan kehadirannya bisa
menghasilkan kerugian atau merugikan bagi manusia. Dan sesungguhnya, semua hal itu
tergantung dari konsumen alat-alat teknologi tersebut yang telah didesain oleh sang produsen
dengan semenarik mungkin agar bisa dikonsumsi dengan baik.
Menjadi pertanyaan bagi kita yaitu, apakah pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
kita di era millenial kali ini sudah ada pada peradaban yang diharapkan ?, apakah sudah menuju
peradaban yang baik atau lebih baik?, ataukah malah terjerumus ke arah peradaban yang buruk
atau bahkan lebih buruk ?, lalu langkah apa yang harus dilakukan guna kehidupan ini bisa
benar-benar hidup dalam peradaban yang diharapkan ?.

Mendengar kata peradaban, kita bisa meninjau kata “peradaban” dimana kata tersebut
berakar dari kata “adab”. kata “adab” berasal dari bahasa Arab “Adaab” yaitu perilaku, budi
pekerti, sikap dan lain sebagainya. kemudian diberi imbuhan “per – an” sehingga menjadi satu
kata baru “peradaban”. Peradaban sebagaimana disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), yaitu (1) kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin, dan (2) hal yang
menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.

Suatu bangsa bisa dikatakan mencapai pada suatu peradaban apabila terdapat beberapa
indikator, yaitu adanya kemajuan akan kecerdasan. ketika ada suatu bangsa di suatu wilayah,
mereka masih ada dalam kebodohan, masih minim bahkan belum mengenyam akan sebuah
ilmu dan pengetahuan, kemudian beralih dengan beberapa tenggang waktu yang ditempuh
menjadi bangsa yang berilmu, yang berpengetahuan, artinya bangsa tersebut mengalami
kemajuan kecerdasan, itulah yang dimaksud dengan peradaban.

Bangsa Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,


hidup dalam kebodohan -maka sebab itulah mengapa dinamakan Jahiliyah-, hidup dalam
keadaan yang memprihatinkan dengan tidak adanya adab, aturan dan sopan santun. Bangsa
Arab dulu di masa Jahiliyahnya, meyakini bahwa kaum perempuan tidak memiliki derajat
apapun bagi mereka, perempuan adalah kaum yang lemah, tidak berdaya dan lain sebagainya.
Dengan keyakinan tersebut, bahkan mereka melakukan hal yang sangat biadab terhadap kaum
perempuan. Jika terlahir anak perempuan, maka anak perempuan tersebut akan dikubur hidup-
hidup sebab ia diyakini tidak akan memiliki peran apapun bagi mereka. ia diyakini sebagai
manusia yang lemah sebab dulu di jaman jahiliahnya, kalau terlahir seorang anak laki-laki
maka ia akan diajarkan semisal berperang, sehingga kalau terlahir anak perempuan, ia diyakini
tidak akan mampu dan bisa untuk berperang walaupun dilatih. Bahkan kaum perempuan itu
hanya diberlakukan sebagai orang yang hanya untuk memuaskan hawa nafsu diri mereka.
Maka kemudian datanglah Nabi Muhammad SAW, membawa agama Islam dengan ajaran
tauhid-Nya, datang untuk merubah dari bangsa yang biadab menjadi beradab, bangsa yang
immoral menjadi bermoral, bangsa yang diliputi akan kebodohan menjadi berilmu
pengetahuan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana sabda-Nya bahwa
beliau diutus ke dunia ini guna menyempurnakan akhlaq, sebab beliau diutus dimana saat itu
tidak ada adab. Agama islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam, datang sebagai petunjuk
hidup menuju jalan yang benar. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
sahabat-sahabatnya berjuang untuk menegakkan ajaran agama islam, kebenaran dan keadilan.
Derajat kaum perempuan bisa terangkat berkat agama islam, dengan diberlakukannya mereka
sebagaimana fungsi dan peran mereka. Kelakuan bangsa Arab yang buruk menjadi baik dengan
bimbingan ajaran agama islam. Islam mengajarkan kepada bangsa Arab –waktu itu- bagaimana
hidup yang benar, bagaimana memperlakukan seseorang dengan baik dan bagaimana mereka
bisa menjadi insan yang kamil. Maka inilah peradaban yang dialami oleh bangsa Arab, dari
jaman kegelapan penuh dengan kebodohan menuju jaman yang terang benderang penuh
dengan keilmuan. Dan peradaban ini tetap kokoh dan terus terjaga sampai saat dengan terus
berkembang pesatnya agama islam di belahan dunia ini.

Begitu juga di Nusantara khususnya di pulau Jawa, masyarakat Jawa pun dahulunya
pernah mengalami masa yang kelam diliputi akan kebodohan. kebiasaan buruk banyak terjadi
di kalangan masyarakat. Kelakuan judi, prostitusi dan lain sebagainya dari perbuatan buruk
marak terjadi di mana-mana. Maka kemudian datanglah beberapa wali Allah yang diberi emban
tugas di tanah Jawa untuk memperbaiki keadaan di kalangan masyarakat kala itu. Terdapat
Sembilan wali Allah yang berjuang untuk menegakkan ajaran agama Islam di tanah Jawa yang
kemudian dikenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka memberikan pengajaran kepada
masyarakat dengan arif dan lemah lembut, sebagaimana anjuran dalam berdakwah
sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, kitab suci agama Islam. Mereka mengajak dengan
melihat situasi dan kondisi masyarakat yang kala itu masyarakat Jawa beragama Hindu dan
Budha. Dengan dakwah yang arif, perlahan-lahan akhirnya masyarakat mulai dan banyak
menerima ajaran agama islam dengan baik. Maka di sinilah peradaban masyarakat Jawa
terbangun dari masa yang kelam menuju masa yang cerah.

Dunia sudah banyak mengalami perubahan dari zaman ke zaman dan sekarang kita
sudah sampai dimana kehidupan berkembang salah satunya dengan tumbuh dan
berkembangnya teknologi yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Hal ini menunjukkan bahwa
saat ini sudah mengalami kemajuan, artinya sudah mengalami peradaban, khususnya kemajuan
di bidang teknologi. Masyarakat dunia saat ini sangat dimudahkan dengan adanya teknologi,
dalam menjalin komunikasi antara satu dengan yang lain. Kita bisa menghubungi teman kita,
kerabat dan orang terdekat kita meskipun dalam jarak yang begitu jauh dengan dimanjakan
telepon atau handphone dan sejenisnya. Kita dimudahkan juga dalam mendapatkan informasi
dengan cepat dan mudah dengan adanya jaringan internet, di sana kita bisa mengakses begitu
mudahnya sesuai apa saja yang kita inginkan. Kita bisa mengetahui apa yang ada dan terjadi
di belahan duni lain tanpa harus jauh-jauh ke sana. Begitu juga dalam bidang ekonomi, kita
juga bisa dimudahkan dengan menggunakan teknologi dalam membangun sumber daya kita.
Kegiatan berbelanja pun sekarang sudah banyak menggunakan sistem berbasis online. Kita
bisa belanja hanya dengan memesan melalui alat teknologi tersebut tanpa harus datang ke
produk yang menjual, dan kita tinggal menunggu datangnya belanja pesanan kita yang
diantarkan oleh si pengantar, kurir. Dan itulah diantara kemajuan-kemajuan yang sedang dunia
alami saat ini di bidang teknologi. Teknologi ini merupakan suatu hal yang ditemukan dan
merupakan hasil dari kecerdasan yang dimiliki oleh manusia di era modern seperti saat ini. Jadi
saat ini, dunia telah mengalami kemajuan khususnya di bidang kecerdasan intelektual yang
dikembangkan dengan temuan sebuah teknologi. Namun, apakah kemajuan ini sudah bisa
mengantarkan peradaban manusia yang sesungguhnya ? apakah manusia dengan adanya
kemajuan ini sudah bisa merasa nyaman dan bisa membawa hidup yang lebih ? ataukah
sebaliknya justru dengan kemajuan ini malah sebenarnya hanya membuat hidup manusia
menjadi lebih buruk ?

Sesungguhnya peradaban suatu bangsa itu tidak hanya terpaku pada kemajuan satu
kecerdasan saja. Tidak hanya maju dalam bidang kecerdasan intelektual saja, tapi ada juga
kecerdasan lain yang harus juga maju, yaitu kecerdasan spiritual dan emosional. Semua jenis
kecerdasan tersebut sejatinya harus menjadi satu yang tidak bisa terpisahkan untuk bisa disebut
bahwa bangsa tersebut mengalami dan sampai pada sebuah peradaban. Banyak sekarang
kecerdasan intelektual itu dipergunakan untuk untuk hal yang tidak baik, merugikan yang lain
sebab tidak dibarengi dengan kecerdasan lain, yaitu kecerdasan spiritual. Banyak orang pintar
yang membuat penemuan di bidang teknologi, namun kadang penemuan tersebut ditujukan
untuk merusak orang lain, meskipun tidak semuanya seperti itu. karena mengapa ? karena
sudah tidak barengi kecerdasan spiritual dan emosionalnya. Lalu bagaimana untuk
menciptakan peradaban sejatinya, peradaban yang diharapkan ?

Peradaban sejatinya itu, yang memuat adanya kemajuan dari semua jenis kecerdasan
yang telah disebutkan itu bisa dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai pendidikan Islam.
Mungkin seperti di Indonesia dimana sistem kenegaraannya menggunakan sistem negara
hukum, bukan negara agama, setidaknya nilai-nilai pendidikan agama islam tersebut
dikembangkan. Apa itu nilai-nilai pendidikan islam ? dan bagaimanakah cara menerapkan
nilai-nilai tersebut ?. Nilai-nilai pendidikan islam itu bisa dikatakan sebagai sebuah konsep
pendidikan berdasarkan ajaran yang diajarkan dalam agama islam. Pendidikan islam itu bukan
hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk
kebahagiaan akhirat, dan juga pendidikan islam berusaha untuk membentuk pribadi yang
bernafaskan ajaran-ajaran islam1.

Nilai-nilai pendidikan islam sebetulnya sudah pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada umatnya di tanah Arab, dan dengan nilai-nilai tersebut,
Beliau berhasil mengubah keadaan bangsa di sana menjadi peradaban yang lebih baik. Begitu
juga yang dilakukan oleh sembilan wali yang berdakwah di tanah Jawa dengan sistem yang
bernilai pendidikan islam, akhirnya juga bisa mengubah keadaan menjadi peradaban yang lebih
baik. Namun pada saat ini, di zaman yang sudah maju, nilai-nilai pendidikan islam dalam
membangun peradaban sudah mulai luntur. Meskipun muslim sendiri pun kadang melalaikan
hal itu. Maka dengan hal ini perlu adanya penanaman kembali atau re-internalisasi nilai-nilai
pendidikan islam yang dulu pernah digunakan dan sukses membawa kehidupan ke arah yang
lebih baik.

Sejatinya, kemajuan seperti tumbuh dan berkembang nya teknologi di dunia tidak
cukup bisa dikatakan bahwa di era sekarang sudah ada pada peradaban yang diharapkan. Selain
kemajuan teknologi yang merupakan implikasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan
spiritual dan emosional juga harus maju. Dan hal yang sangat mendukung terjalinnya semua
jenis kecerdasan tersebut adalah dengan kembali menerapkan nilai-nilai pendidikan islam Hal
yang harus kita ingat bahwa semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah subhanahu wa
ta’ala yang dititipkan kepada kita selaku makhluknya. Kita dianugerahkan akal dan nafsu,
maka dengan anugerah itu kita bisa menggunakan dan mempergunakan ciptaan-Nya dengan
baik. Kemajuan khususnya di bidang teknologi seperti di era ini merupakan suatu anugerah
juga yang sangat luar biasa dan patut untuk kita syukuri. Bagaimana kita mensyukuri anugerah
tersebut ? dengan mempergunakan anugerah tersebut sebagaimana layaknya untuk
dipergunakan. Sebab anugerah tersebut tidaklah kekal, sewaktu-waktu akan lenyap dan akan
kembali kepada yang menciptakan dan menitipkan, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan
mensyukuri anugerah tersebut maka kita sebagai makhluknya akan bisa hidup dengan baik.
Sebaliknya kalau kita tidak mensyukuri anugerah tersebut maka bisa jadi kenikmatan akan
hidup baik akan dicabut. Seperti halnya kecerdasan intelektual yang kita memiliki, gunakan

1
Dr. M, Hadi Purnomo, M.Pd., Pendidikan Islam : Integrasi Nilai-Nilai Humanis, Liberasi dan
Transendensi Sebuah Gagasan Paradigma Baru Pendidikan Islam, (Yogyakarta ; Absolute Media, 2016), hal. 18
kecerdasan tersebut dengan baik sesuai dengan tempatnya. Pengetahuan yang kita miliki
jangan sekali-kali digunakan untuk kejelakan dan sesuatu yang bisa membuat orang lain susah
bahkan bisa merugikan orang lain. Hendaknya kita mengamalkan pengetahuan yang kita miliki
dan berusahalah untuk menyebarkannya kepada yang membutuhkan dan jangan sekali-kali kita
itu membodohi orang lain menggunakan pengetahuan tersebut. Banyak orang pintar tapi tidak
arif dengan kepintarannya. Bisa dikatakan kalau sekarang tidak ada yang namanya orang
pintar, semua berpendidikan namun masih banyak juga orang yang tidak arif dengan
kepintarannya tersebut. Misal kita memiliki pengetahuan dan pintar dalam berbisnis bahkan
menggunakan alat teknologi seperti bisnis online dengan mengikuti arus perkembangan
zamannya. Kita dengan mudah bisa menarik banyak orang untuk menjadi pelanggan dalam
bisnis kita, namun sayang bisnis yang dilakukan tersebut bukan untuk upaya menjadikan suatu
yang saling menguntungkan antar sesame, antar pebisnis dan pelanggannya, pebisnis memiliki
maksud terselubung yaitu hanya untuk memanfaatkan orang lain untuk menguntungkan dirinya
sendiri dan merugikan orang lain. Dan perkara sungguh dilarang dalam agama islam. Menipu
merupakan suatu tindak yang tidak diperbolehkan sebab apabila itu tetap dilakukan akan
merugikan orang lain. Terus mana yang mau dikatakan peradaban yang diharapkan kalau hal
itu dilakukan dengan cara yang tidak benar ?. Bila itu benar-benar terjadi berarti kita sudah
tidak menerapkan dan menafikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam islam yaitu
tidak mensyukuri pengetahuan yang dimiliki. Sesungguhnya orang yang tidak mensyukuri apa
yang ia miliki maka ia tidak akan mengalami kebahagiaan hakiki di akhirat, tapi hanya akan
merasakan kebahagiaan yang sifatnya hanya sementara ini. Artinya ini menunjukkan bahwa ia
cerdas dalam intelektual namun bodoh dalam spiritual.

Apa yang kita lakukan, besar bahkan kecil apapun bentuk pekerjaan kita, Allah
subhanahu wa ta’ala mengetahui semua itu. Jadi hendaknya kita melakukan apa yang
seharusnya kita lakukan, hendaknya kita menjadi orang yang jujur kepada diri sendiri ataupun
ke orang lain, dan sadar bahwa Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa mengawasi kita dengan
Bashir-Nya. Maka kemajuan sekarang yang sedang kita alami ini semisal berkembangnya
teknologi bukan hanya menjadi kebahagiaan di dunia saja, tapi bisa menjadikan kebahagiaan
juga di akhirat. Sebab hal ini seperti kemajuan teknologi ini hanyalah jalan atau perantara untuk
kita dalam mengabdikan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bukanlah tujuan akhir.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kita semua diciptakan ke dunia ini tak lain dan tak
bukan hanya untuk mengabdi kepada Allah subhanallahu wa ta’ala. Dan banyak cara kita
untuk mengabdi kepada-Nya diantaranya dengan perantara pengetahuan kita gunakan dengan
baik, canggihnya teknologi ini kita jadikan perantara untuk menuju kebahagiaan hakiki di
akhirat, sebab dengan mudahnya kita bekerja dengan teknologi bukanlah kebahagiaan akhir
yang kita tuju malah itu merupakan tantangan bagi kita sendiri bagaimana mengaplikasikan
teknologi itu dengan sebenarnya, sama-sama menguntungkan antar satu dengan yang lain tanpa
harus ada yang dirugikan.

Inilah nilai-nilai pendidikan islam yang harus kita tanamkan kembali atau re-
internalisasikan guna peradaban baik yang kita harapkan. Bahkan kita yang hidup di era
Millenial diharapkan untuk terus memberikan pendidikan atau edukasi pada generasi setelah
kita bahwa guna memperoleh peradaban baik yang diharapkan yaitu dengan menanamkan
nilai-nilai pendidikan islam.

Anda mungkin juga menyukai