Anda di halaman 1dari 3

Pengantar Filsafat

Oleh : Ahmad Tarajjil Ma’suq (T20192099)

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philo yang berarti


cinta yang mendalam dan Sophia yang berarti kebijaksanaan,
pengetahuan dan kebenaran. Bisa diartikan bahwa pengertian filsafat
secara etimologi adalah cinta yang mendalam akan kebijaksanaan, pengetahuan dan
kebenaran. Sedangkan pengertian filsafat secara terminology sangatlah beragam. Banyak dari
kalangan ilmuwan yang mendefinisikan filsafat, diantaranya : (a) Plato : Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli; (b) Aristoteles : Filsafat adalah
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika; (c) Al-Farabi : Filsafat adalah
pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Adapun pengetahuan adalah sebuah informasu yang diketahui dan didasari oleh
seseorang serta melekat di benaknya. Pengetahuan berasal dari tahu, tahu dan tahu sehingga
menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan bisa diperoleh dari beberapa hal yang menjadi
sumber pengetahuan : indrawi yaitu pengetahuan yang diperoleh dari indra yang bersifat
empiris, berdasarkan pengalaman dengan cara induktif (khusus-umum), rasio yaitu
pengetahuan yang diperoleh dari hal yang bersifat analitik, berdasarkan analisa
(mengklasifikasi, mengelompokkan atau mengkategorikan) dengan cara deduktif (umum-
khusus), mitos yaitu pengetahuan tentang catatan peristiwa yang dianggap benar-benar terjadi
yang bertujuan untuk menakut-nakuti, tetapi harus diimbangi dengan logis, wahyu yaitu
pengetahuan yang berasal dari tuhan yang diturunkan melalui utusannya untuk diberikan
kepada manusia sebagai makhluk-Nya, dan otoritas yaitu pengetahuan yang diperoleh dari
seseorang yang ahli pada bidang tertentu.
Adapun kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek, merupakan
lawan dari kekeliruan. Teori-teori kebenaran meliputi : koresponden, koherensi dan
pragmatis. Teori koresponden (pernyataan-pernyataan) menerangkan bahwa pernyataan itu
dikatakan kebenaran apabila ada kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Teori koherensi
(pernyataan-pernyataan) menerangkan bahwa pernyataan itu dikatakan sebuah kebenaran
apabila premis-premis yang digunakan benar. Teori Pragmatis (pernyataan-kegunaan)
menerangkan bahwa pernyataan itu dikatakan sebuah kebenaran apabila memiliki kegunaan
dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Seseorang dalam melakukan suatu hal pasti disertai dengan alasan mengapa ia
melakukan hal tersebut. Begitu juga dengan filsafat, tentunya ada beberapa alasan yang
mendorong seseorang ingin berfilsafat, diantaranya : skiptis yaitu adanya keraguan atau
sangsi mengenai sebuah pernyataan yang dinilai belum jelas dan dipastikan kebenarannya,
takjub yaitu rasa kagum atau heran pada filsafat (banyak dari kalangan filsuf mengatakan
bahwa awal mula lahirnya filsafat karena adanya rasa takjub), rasa ingin tahu atau penasaran,
keterbatasan ilmu yang dimiliki mendorong orang tersebut ingin berfilsafat untuk mengatasi
keterbatasan tersebut.
Berfilsafat termasuk dalam ranah berfikir namun tidak semua berfikir bisa
dikategorikan berfilsafat. Oleh karena itu, dalam berfilsafat harus terkandung di dalamnya
beberapa ciri-ciri filsafat, yaitu radikal (berfikir sampai ke akar-akarnya), sistematis (dalam
mengutarakan sebuah pernyataan harus runtut), logis (bisa diterima oleh akal), spekulatif
(menduga-duga), kritis (berfikir dengan mengkaji lebih dalam terhadap pernyataan yang
diungkapkan), dan kompherensif (berfikir secara menyeluruh, tidak memandang hanya
dalam satu arah melainkan dari berbagai arah).
Terdapat dua objek filsafat, yaitu objek material dan formal. Objek material adalah
segala sesuatu yang realitas, ada yang harus ada (disebut mutlak, yaitu tuhan pencipta alam
semesta) dan ada yang tidak harus atau mungkin ada (disebut tidak mutlak, yaitu makhluk,
ciptaan tuhan pencipta alam semesta). Tapia ada juga yang mengatakan bahwa objek material
itu berupa fisik dan metafisik. Sedangkan objek formal adalah ciri-ciri filsafat itu sendiri yang
telah disebutkan di atas.
Terdapat tiga metode mempelajari dan memahami filsafat, yaitu historis, sistematis
dan kritis. Secara historis, awal mula munculnya filsafat yaitu pada masa pra-Yunani yang
merupakan fase pertama. Pada fase ini bercorak pemikiran yang disebut dengan Kosmologi,
yaitu ilmu yang membahas tentang alam semesta. Dalam prakteknya, kosmologi berpisah
menjadi dua hal : kosmologi saintifik yang dilandasi dengan model spekulatif dan filosofis.
Masa berikutnya adalah masa Yunani yang merupakan fase kedua. Pada fase ini bercorak
pemikiran yang disebut teologi, yaitu ilmu yang membahas tentang tuhan, artinya dalam
pemecahan sebuah permasalahan selalu dilandasi dengan agama. Kemudian berkembang
pada masa berikutnya, yaitu masa Modern yang merupakan fase ketiga. Pada fase ini
bercorak pemikiran yang disebut dengan Antropologi, yaitu ilmu yang membahas tentang
manusia, baik dari segi keanekaragaman fisik maupun kebudayaan. Dan pada abad ke-21 ini,
masuk pada masa Post Modern, yang merupakan fase keempat. Pada fase ini bercorak
pemikiran yang disebut dengan Logologi, yaitu ilmu yang membahas tentang bahasa, seperti
pertumbuhan dan perkembangannya dan lain sebagainya.
Cara belajar filsafat yang kedua adalah sistematis. Di sini terdapat tiga sistematika
dalam filsafat, yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Adapun ontologi membicarakan
hakikat dalam filsafat, yaitu apa pengetahuan yang sebenarnya, sehingga ontologi ini dikenal
dengan “filsafat hakikat”. Ontologi ini berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan. Terdapat beberapa sudut pandang pada cara pertama ini, yaitu : materi baik
materialisme (paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dilihat dikatakan benar-benar
ada adalah materi) maupun realisme (paham yang beranggapan bahwa objek indra adalah
real), ide baik spiritualisme (paham tentang praktik peribadatan keagamaan) maupun idealism
(paham yang menyatakan bahwa realitas dasar terdiri dari ide, fikiran dan jiwa), monoisme
(paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan ini hanyalah satu),
dualism (paham yang menganggap bahwa hakikat itu dua sebagai asal sumbernya), pluralism
(paham yang menganggap segala macam bentuk merupakan kenyataan) dan agnotisisme
(paham yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda).
Epistemologi didefiniskan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya pengetahuan. Epsitemologi juga disebut teori
pengetahuan karena membahas tentang bagaimana cara mendapatkam pengetahuan dari
objek yang dipikirkan. Setelah memperoleh pengetahuan dengan cara yang dilakukan pada
cara sebelumnya, apa manfaat yang dapat kita gunakan dari pengetahuan itu. Inilah yang
kemudian membawa pemikiran kita menengok pada konsep Aksiologi, yaitu filsafat yang
membahas masalah nilai kegunaan dari nilai pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai