Anda di halaman 1dari 33

DINAMIKA GERAKAN POLITIK ISLAM ERA ORDE LAMA

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora pada jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora Uin Alauddin Makassar

Oleh:
M. DIOS FAWAS GHIFFARI
NIM : 40200121105

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................9

C. Fokus Penelitian............................................................................................................9

1. Fokus Penelitian.....................................................................................................9

2. Deskrpisi Fokus .....................................................................................................9

D. Tinjauan Pustaka.........................................................................................................10

E. Metode Penelitian....................................................................................................... 14

1. Jenis Penelitian.....................................................................................................14

2. Pendekatan Peneltian........................................................................................... 15

3. Sumber Data........................................................................................................16

4. Jenis-Jenis Penelitian........................................................................................... 17

F.Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................................................19

1. Tujuan Penelitian................................................................................................. 19

2.. Kegunaan Penelitian............................................................................................20

G. Outline........................................................................................................................ 21

BAB II.............................................................................................................................22

KAJIAN TEORITIS..................................................................................................... 22

i
A. Perumusan Dasar Negara Indonesia....................................................................22

B. Revolusi Sosial pasca Kemerdekaan...................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbanyak untuk

sekarang ini, akan tetapi kenapa masih banyak terjadinya peroblematika umat di tengah

masyarakat, padahal Islam menawarkan kesejahteraan baik untuk di dunia maupun di

Akhirat. Terjadinya banyak permasalahan di tengah masyarakat akibat tidak

bertahannya eksistensi ajaran agama Islam, terkhusus ajaran amaliyah yang diajarkan

oleh Rasulullah Saw, sehingga yang terjadi adalah tidak berlakunya hukum-hukum

islam di tengah-tengah masyarakat terkhusus di daerah perkotaan. Ditinjau dari sejarah

yang ditulis oleh para ahli organisasi-organisasi politik Islam memiliki pengaruh yang

sangat besar dalam menetapkan dasar negara Indonesia.

Sejarah merupakan peristiwa masa lalu. Sejarah diibaratkan sebagai halnya orang

naik kereta menghadap ke belakang. Seluruh peristiwa disebut peristwa yang berkaitan

dengan masa pencatatannya disebut peristwa hari ini yang diurai, deberitakan, dan

direkam oleh koran harian atau media lainnya. Namun begitu masanya lewat, maka

setiap peristiwa menjadi bagian sejarah. Arti sejarah adalah cabang pengetahuan tentang

kejadian, peristiwa dan masyarakat masa lalu.

Fakta sejarah yang tidak dapat diingkari oleh siapapun setelah timbul dakwah

Islam, kemudian terbentuk bangunan masyarakat baru yang mempunyai identitas

independen yang membedakannya dari masyarakat lain. Mengakui suatu undang-

1
2

undang dalam menjalankan kehidupannya sesuai dengan sistem yang satu menuju

kepada tujuan-tujuan yang sama. Diantara individu-individu masyarakat yang baru itu

terdapat ikatan ras, bahasa, dan agama yang kuat, serta adanya perasaan solidaritas

secara umum. Bangunan masyarakat yang memliliki unsur-unsur tersebut dinamakan

sebagai bangunan masyarakat politik, atau yang dinamakan sebagai negara.1

Terbentuknya sebuah komunitas di dalam masyarakat karena sebab adanya dasar

pemahaman yang sama maupun simbol yang mendasari sebuah perkumpulan, akibatnya

adalah komunitas tesebut akan membenbetuk sebuat struktur yang terorganisir dan

memiliki fungsi, peran serta tujuan yang sama di dalam komunitas tertentu. Setelah

menetepkan hal tersebut maka timbullah dorongan untuk mendapatkan kekuasaan guna

mencapai hasil dari penetepan tesebut.


Dalam jurnal Risalah yang dipublikasikan pada tahun 2015, dijelaskan mengenai

teori filsafat politik yang ditafsirkan oleh al-Farabi yang membagi filsafat politik

menjadi 2 sub-bagian. Sub bagian pertama berhubungan dengan berbagai jenis tindakan

manusia dan jalan hidupnya dengan maksud untuk memahami tujuan dan karakter

moral manusia. Dia menilai tujuan-tujuan ini berdasarkan pra-anggapan bahwa tujuan

puncak kehidupan manusia adalah kebahagian tertinggi.Ia menjelaskan bahwa

kebahagiaan hakiki hanya dapat dicari melalui kebajikan dan kebaikan serta hal-hal

yang luhur (mulia). Hal-hal yang luhur tersebut antara lain adalah Kesehatan;

kehormatan; dan kesenangan rasa. Namun, Ketika hal-hal tersebut dijadikan satu-

satunya tujuan dalam kehidupan ini,maka mereka tidak membentuk kebahagian hakiki

(yang sebenarnya) tetapi hanya kebahagiaan semu belaka. Karena itu, bagian pertama

1
Muhammad Dhiauddin Rais, ‘’Teori Politik Islam’’, (Makassar; Gema Insani, 2001), h. 6.
3

ilmu politik al-Farabi, berhubungan dengan teori tentang kebahagiaan dan kebajikan

manusia.2

Adapun sub-kedua ilmu politik al-Farabi adalah tentang pelaksanaan kegiatan atau

tabiat yang tidak lain adalah politik itu sendiri. Menurut al-Farabi, tujuan dari ilmu

politik adalah Tindakan yang membawa realisasi kebahagiaan melalui tabiat-tabiat yang

dilakukan oleh manusia dengan kebajikan itu sendiri. 3

Dari hubungan keduanya melahirkan beberapa teori, antara lain:pertama, teori

teokrasi. Teo artinya Tuhan. Jadi maksud dari teori ini adalah segala sesuatunya

bersandar pada kehendak Tuhan, yang dalam hal ini diwakilkan oleh prinsip-prinsip dan

ketentuan-ketentuan dalam agama, yang akan mengatasi realitas kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Termasuk dalam kategori ini kelompok Islam garis keras

(radikal-fundamental) tersebut. Mereka meyakini bahwa hanya wahyu hanya Allah yang

berhak mengatur kehidupan manusia di dunia ini, termasuk kehidupan beragama dan

sekaligus bernegara. Kedua, teori demokrasi. Teori ini berpendapat bahwa kedaulatan

berada di tangan rakyat, yang tidak ada kaitannya dengan agama. Pada paham ini,

agama sebagai urusan pribadi yang tidak bisa dibawa kepada tataran publik dan negara.

Ketiga, teo-demokrasi.Teori ini mencoba sebagai penengah dengan merangkul

keduanya menjadi satu sistem, yaitu kedaulatan suatu negara berada di tangan manusia

sesuai dengan aturan-aturan yang baku dalam agama (perintah-perintah Tuhan).4

2
Ma Ibnu Rusydi, “Filsafat Politik Islam,” Risalah 1, no. 1 (2015): 110–123.
3
Ibnu Rusydi, “Filsafat Politik Islam.”
4
Muhammad A L I Chozin, “, 1945. Even If, They Did with All Manner, Both Diplomatic and
War, Even They Failed to Change Ideology of Pancasila as the Principle of This Country, so the
Government of New Order Applied That Every on June 1” (1945): 1–16.
4

Pembahasan mengenai pemikiran politik islam, menurut M.Quraish Syihab,

ketentraman dan stabilitas merupakan kebutuhan mutlak masyarakat. Ini tidak dapat

terwujud tanpa undang-undang dan peraturan serta tanpa pengelola yang mengelola

masyarakat tersebut. Karena itu berdasarkan pertimbangan ini, Quraish menyimpulkan

bahwa betapa pun kecil dan bersahajanya, masyarakat secara sadar maupun tidak akan

mengangkat penguasa mereka. Ini sejalan dengan semangat ayat Al-Qur’an surat An-

Nisa’ 4;58 yang memerintahkan untuk menunaikam amanat kepada yang berhak

menerimanya dan memutuskan sesuatu secara adil.5

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia meresmikan

dirinya sebagai negara dengan ideologi Pancasila di depan khalayak dunia yang telah

dibentuk oleh panitia Sembilan dalam sidang BPUPKI dalam pembentukan sebuah

negara, mengangkat Ir.Soekarno sebagai pemimpin negeri ini dalam ketetapan MPRS

nomor III/MPRS/1963 tentang pengangkatan pemimpin besar Revolusi Indonesia

sebagai Presiden RI yang ditandai sebagai orde lama hingga akhir masa jabatannya pada

tahun 12 Maret 1967.

Islam pada masa Orde Lama ini ditandai dengan kemunculan perdebatan sengit di

parlemen tentang dasar negara dan kedudukan Islam dalam negara. Namun semua

perdebatan itu dilakukan secara demokratis dan konstitusional melalui parlemen. Pada

era ini, Presiden Soekarno juga menunjukkan semangat nasionalismenya dengan

mengakui Islam sebagai salah satu pendukung nasionalisme bangsa yang sangat

penting.

5
Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag ,’’Pemikiran Politik Islam’’ Kencana (2015), h. 251
5

Perumusan Dasar Negara tidak lupa pula menghargai jasa para tokoh Islam.

Dalam perumusan Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, peran tokoh Islam

menjadi tonggak utama di dalam perumusan tersebut. Apabila ditinjau dari sejarah

pembuatan (UUD) oleh panitia 9, piagam Jakarta merupakan kesepakatan awal antara

golongan Islam dengan golongan Nasionalis. Kesepakatan itu terjadi pada tanggal 22

Juni 1945 dan termaktub dalam suatu naskah pembukaan UUD.

Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil pemikiran cendekiawan bangsa

Indonesia yang dikemukakan di hadapan sidang Badan Penyelidikan Usaha-usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945, yang isinya

antara lain (1) Kebangsaan (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan. (3) Mufakat

atau demokrasi. (4) Kesejahteraan dan (5) Ketuhanan. Rumusan ini dibahas oleh Panitia

Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945,

yaitu: (1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya. (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. (3) Persatuan Indonesia. (4)

Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmah kebijksanaan/perwakilan. (5) Keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia. Rumusan ini kemudian disahkan dalam sidang Pamitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Secara

historis Pancasila lahir pada tanngal 1 Juni 1945, dan secara Yudiris, Pancasila lahir

tanggal 18 Agustus 1945.

Pasca terhapusnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta pada sidang PPKI tanggal 18

Agustus 1945 membuat Sebagian kelompok Islam kecewa. Namun seiring berjalannya

waktu mereka terpaksa menerima kenyataan tersebut. Tidak mudah untuk meggandeng

antara agama dengan negara. Keduanya, dalam dunia politik, membuat ketegangan dan

perdebatan yang rumit.


6

Ir.Soekarno yang menjadi presiden RI dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1967

melalui cara berbeda dan dalam negara Indonesia yang berbeda pula. Untuk pertama

kalinya menjadi presiden RI, Ir.Soekarno dipilih oleh Panitia Kemerdakaan Indonesia,

hal ini berdasar pada aturan Peralihan Pasal III UUD 1945 yang berbunyi:untuk pertama

kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI ini hanya bertahan selama 4

tahun. Pada saat itu terjadi perubahan negara Indonesia dari negara kesatuan menjadi

negara serikat dari tanggal 27 Desember 1945 sampai dengan 17 Agustus 1950

Ir.Soekarno kembali menjadi presiden berdasar pada ketentuan pasal 69 ayat (2)

Konstitusi RIS bahwa ‘’Beliau dipilih oleh orang-orang yang dikuasakan oleh

pemerintah daerah-daerah bagian’’.

Untuk pengaturan pemerintah di daeah-daerah bagian maka dibentuklah sebuah

Kabinet Presidential dan dipimpin oleh Presiden, berumur 2 bulan setengah, pada 31

Agustus-14 November 1945 sebagai berikut :

Menteri Luar Negeri :Mr.Ahmad Soebardjo

Menteri Dalam Negeri :R.A.A Winata Koesoema

Menteri Kehakiman :Professor Soepomo

Menteri Keamanan Rakjat :Soeprijadi/Soeljodikoesomo

Menteri Kemakmuran :Ir.Soerachman

Menteri Keuangan :Dr.Samsi

Menteri P dan K :Ki Hajar Dewantara

Menteri Sosial :Mr.Iwan Koesoma Soemantri


7

Menteri Penerangan :Mr.Amin Sjarifoeddin

Menteri Kesehatan :Dr.Boentaran Martoatmodjo

Menteri Perhubungan :Dr.Abiekoesno Tjokrosoejoso

Menteri Negara :Dr.Amir

Menteri Negara :Wachid Hasjim

Menter Negara :Mr.Satono

Menteri Negara :Mr.A.A Maramis

Menteri Negara :Otto Iskandar Dinata

Menteri Negara :Soekardjo Wirjopanoto

Disamping itu juga diangkata para Gubernur:

Mr.Mohammad Teungku Hasan Untuk Sumatra

Ir.Pageran Noor Untuk Kalimantan

Dr.Sam Ratoe Langi Untuk Sulawesi

Mr.Latuharay Untuk Maluku

Mr.Poedja Untuk Sunda Kecil


8

Menyusul pengangkatan sebagai Gubernur pada 6 September 1945 :

R.Soetardjo Untuk Jawa Barat

R.P Soeroso Untuk Jawa Tengah

R.M Soerjo Untuk Jawa Timur

Soewirjo Untuk Wali kota Jakarta6

Penetepan terhadap pengaturan pemerintah di berbagai bidang, cendekiawan

Islam tidak mendapat banyak tempat untuk jabatan-jabatan yang ditawarkan, padahal

sesungguhnya Ulama, cendekiawan maupun organisasi-organisasi Islam memberikan

kontribusi banyak untuk memerdekakan Tanah Air tercinta ini, untuk itu penulis akan

mengkaji lebih dalam mengenai peran ulama, Cendekiawan maupun organsasi-

organisasi Islam perkembangan maupun ideologi yang diyakini di dalam tubuh

organisasi politik Islam dalam memberikan pemahaman syariat islam di tengah

masyarakat di era Orde Lama, penulis akan melakukan peneletian terhadap oposisi,

peran, fungsi maupun tujuan dari para ulama, Cendekiawan dan organisasi Islam pada

era Orde Lama di dalam mempertahankan subtansi Keisalaman Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

6
Ahmad Mansyur Surya Negara, ’’Api Sejarah Jilid II’’. Salamadi Pustaka Semesta (2010), h.173-
174.
9

B. Rumusan Masalah

Ditinjau dari latar belakang tersebut,maka pokok permasalahan peneltian ini

adalah bagaimana Dinamika Politik Islam era Orde Lama yang akan diuraikan dengan

rumasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Eksistensi Politik Islam pada Orde Lama !

2. Bagaimana Pengaruh Organisasi Politik Islam dalam Mempertahankan

Subtansi Hukum Islam di Tengah Masyarakat pada era Orde Lama !


C.Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan hal utama untuk dalam sebuah penelitian yang akan

diuraikan dalam polok penelitian. Adapun fokus penelitian bertajuk dengan Dinamika

Politik Islam Era Orde Lama.


2. Deskripsi Fokus

Untuk penguraian lebih lanjut terkait bagian objek pembahasan yang akan

dideskripsikan agar lebih komperehensif akan diuraikan seperi berikut:

Partai politik Islam pasca kermerdekaan mendapatkan oposisi serta memiliki

peran yang sangat penting dalam perumusan dasar Negara Indonesia. Dalam perumusan

dasar negara tersebut memiliki dinamika-dinamika yang terjadi, dan salah satunya

adalah penolakan terhadap piagam Jakarta dari kalangan Kristen Indonesia Timur.

Selanjutnya, selapas diangkatnya Ir. Soekarno menjadi Presiden terdapat pula

pergolakan-pergolakan parati politik dari berbagai kalangan dalam demokrasi terpimpin

yang diusulkan oleh Ir. Soekarno.


10

Suatu bentuk pemerintahan yang oleh seokarno dinamakan “Demokrasi

Terpimpin”. Ini merupakan suatu sistem yang tidak tetap, yang dilahirkan dari krisis

dari terus berubah sepanjang masa yang paling kacau dalam sejarah Indonesia sejak

Revoulsi. Berdasakan hal tersebut penulis akan merincikan bagaimana oposisi, peran

serta fungsi organisasi Islam untuk mempertahankan keislaman di tengah Masyarakat

pada era Orde Lama.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam

penelitian agar dapat memepermudah dan juga sebagai sumber rujukan untuk membantu

menyelesaikan penelitian tentang Dinamika Politik Islam Era Orde Lama. Adapun

penelitian yang dijadikan sebagai referensi atau rujukan yaitu :

1. Jurnal dengan judul Ketegangan Antar Kelompok Agama pada Masa Orde

Lama sampai awal Orde Baru yang ditulis oleh Amos Sukanto tahun 2013, Di

dalam jurnal ini dijelaskan mengenai Pro-kontra antar kelompok agama Islam

dan Kristen dalam pembentukan dasar Negara ditandai dengan perumusan


piagam Jakarta dan perumusan Pancasila. Di dalam perumusan Piagam Jakarta

kelompok agama Kristen menolak tujuh kata yang termaktub di dalamnya yang

berbunyi : …… “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya’’ dengan hal inilah kelompok Islam ingin menginginkan negara

Indonesia menjadi Negara Islam berdasar Syaria’at Islam.7

2. Jurnal dengan judul Tokoh Politik Islam Era Orde Lama Indonesia: Kajian

Pemikiran KH Idham Chalid dalam menerima konsep Demokrasi terpimpin

7
Amos Sukamto, “Ketegangan Antar Kelompok Agama Pada Masa Orde Lama Sampai Awal
Orde Baru,” Indonesian Journal of Theology 1, no. 1 (2013): 25–47.
11

tahun 1965 yang ditulis oleh Andri Nurjaman dkk,Inti dari pembahasan

jurnal ini adalah mengambil pemikiran politik demokrasi terpimpin dari KH

Idham Chalid salah satu Ketua Umum Pengurus Besar Nahdathul Oelama

pada tahun 1956. KH Idham Chalid menerima demokrasi terpimpin yang

ditawarkan oleh Ir.Soekarno karena menurutnya demokrasi terpimpin sejalan

dengan syariat. Islam yaitu Musyawarah, Demokrasi terpimpin adalah sistem

demokrasi yang menghormati suara, musyarawah, dan mufakat minoritas. 8

3. Jurnal dengan judul Islam dan Politik Era Orde Lama; Dinamika Politik

Islam Pasca Kolonial Sejak Kmerdekaan Sampai Akhir Kekuasaan Soekarno

yang ditulis oleh Jainuddin, M. Hum. Pada tahun 2019. Pada jurnal ini

membahas oposisi partai islam terkhusus pada ormas Masyumi dan Nahdatul

Ulama di era Orde Lama dibawah kebijakan presiden Ir. Soekarno tentang

Demokrasi tepimpin, dimana dalam hal ini dijelaskan tentang pembubaran

Masyumi dan juga terpecahnya satuan politik antara Masyumi dan NU.

Ditandai dengan periode kristalisasi atau yang bisa dibahasakan pemilihan

kawan dan lawan terhadap pendukung dan oposisi terhadap kebijakan Ir.

Soekarno dan juga periode Kolaborasi atau yang bisa dikatakan kerja sama

partai-partai Islam yang ikut bersama demokrasi tepimpin, dalam hal ini

maka dibentuklah NASAKAOM (Nasionalis, Agama dan Komunis).9

4. Jurnal dengan judul Peran Organisasi Islam dalam Pengembangan dan

penerapan Hukum Islam di Indoesia yang ditulis oleh Sri Sultarini Rahayu

8
Andri Nurjaman and Doli Witro, “Tokoh Politik Islam Era Orde Lama Indonesia : Kajian
Pemikiran KH Idham Chalid Dalam Menerima Konsep Demokrasi Terpimpin Tahun” 4, no. 1 (2022).
9
Jainuddin Jainuddin, “Islam Dan Politik Orde Lama; ‘Dinamika Politik Islam Pasca Kolonial
Sejak Kemerdekaan Sampai Akhir Kekuasaan Soekarno,’” SANGAJI: Jurnal Pemikiran Syariah dan
Hukum 3, no. 2 (2019): 225–243.
12

dan Riska Anggriani, di dalam jurnal tersebut membahas Organisasi Islam

secara keseluruhan di Indonesia dengan rentetean waktu zaman Kolonial

pada awal abad 20 hingga masa reformasi, terkhusus mengenai sejarah

organisasi Mahdatul Ulama yang didirkan oleh beberapa ulama termasuk

KH. Abdul Wahhab Habullah dan KH. Hasyim Asya’ri pada tahun 31

Januari 1926 atas dasar pengembangan pendidikan Islam yang baik di tengah

masyarakat, dan juga peran organisasi Nahdatul Ulama dalam bidang

dakwah Islam, sosial, pendidikan ekonomi dan politik.10

5. Jurnal dengan judul Pasang Surut Politik Islam yang diterbitkan oleh Badan

Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI disusun oleh beberapa penulis dan

menjadikan Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. Sebagai pemimpin umum pada

tahun 2011. Di dalam jurnal tersebut membahas kekuatan politik Islam di

Indonesia serta strategi perpolitikan islam dari orde lama ke orde baru hingga

orde reformasi, mereka mengkritik bahwasannya politik Islam tidak

memiliki tokoh yang mampu menyatukan umat islam karena faktanya

setelah kemerdekaan partai politik Islam terpecah belah salah satu contohnya

adalah NU yang membentuk kesatuan partai baru setelah menyatakan keluar

dari naungan Masyumi akibat konflik mengenai pendelegasian calon Menteri

agama. Ada 3 alasan yang rasional mengapa kancah politik Islam di

Indonesia mengalami kemunduran padahal negara Indonesia merupakan

negara dengan mayoritas muslim terbanyak dan alasan itu adalah :

a) Banyaknya partai Islam justru memecahkan masyarakat Islam di akar

rumput. Artinya, harus diakui bahwa munculnhya banyak partai Islam

10
Sri Sultarini Rahayu dan Riska Anggriani, ’’ Organisasi Islam dalam Pengembangan dan
penerapan Hukum Islam di Indoesia’’. Journal Publications Vol. 1 no. 1 (2019)
13

dapat mengecilkan volume suara pemilih dari kalangan umat islam,

karena akibat banyaknya partai Islam tersebut suara umat Islam terbagi

ke beberapa kelompok kecil.

b) Lahirnya ragam partai Islam dapat mengancam ukuhwah Islamiah

diantara kaum muslim. Pemicunya adalah, secara de facto, setiap

simpatisan partai Islam lebih mengedepankan egoism politik demi

mencapai kepentingan politik partainya masing-masing.

c) Pendirian banyak partai Islam membuat fraksi dan konflik antar umat

islam semakin meluas.11

6. Buku dengan judul Api Sejarah Jilid II yang ditulis oleh Ahmad Mansyur

Suryanegara pada tahun 2015. Menjelaskan tentang sejarah Indonesia dari

masa ke masa terkhusus sejarah Indonesia pada era orde lama paca

kemerdekaan. Didalam sub bab tersebut membahas bagaimana upaya para

Ulama ikut terlibat dalam Kemerdekaan Indonesia secara mutlak, dimana

pembahasan tersebut berangkat dari deislamisasi sejarah yang telah ditulis

sangat kontradiksi dengan kondisi yang terjadi pada waktu itu.

7. Buku dengan judul Sejarah Indonesia Modern yang ditulis oleh M.C Rickfles

yang diterjemahkan dari A History of Modern Indonesia pada tahun 2001,

Menjelaskan tentang sejarah Panjang bangsa Indonesia pada tahun 1200 hingga

2004. Tekhusus membahas mengenai sejarah Indonesia pada era orde lama,

dalam sub bab dalam buku tersebut, membahas tentang dinamika-dinamika

11
Shalihin Djamra, Nurus, “Pasang Surut Politik Islam,” Dialog, Jurnal Penelitian dan Kajian
Keagamaan 72, no. 2 (2011): 83–96.
14

sosial yang terjadi serta pergolakan pergolakan bahkan pemberontakan

terhadap tirani kekuasaan

E. Metode Penelitian

Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah, metode itu sendiri

berarti suatu cara, jalan , petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien . metode sejarah dapat diartikan sebagai metode

penelitian dan penulisan sejarah dengan menggunkan cara, prosedur atau tehnik yang

sistematik sesuai dengan asas-asas dan aturan ilmu sejarah.

Sebagai ilmu, sejarah menerlukan metode dan metodologi. Louis Gottschalk

(1983) memaknai metode sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis secara kritis

rekaman,dokumen-dokumen peninggalan masa lampau yang otentik dan dapat

dipercaya, serta membuat interpretasi dan sintetis atas fakta-fakta tersebut menjadi

kisah yang dapat dipercaya. Metode penelitian sejarah merupakan suatu kumpulan

yang sistematis dari prinsip dan aturan-aturan yang dimaksudkan membantu dengan

secara efektif dalam pengumpulan bahan-bahan sumber dari sejarah, dalam menilai atau

menguji sumber-sumber itu secara kritis,dan menyajikan suatu hasil “ sinthese” (pada

umumnya dalam bentuk tertulis dari hasil hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan..12

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian menggunakan riset kualitatif terhadap apa yang terjadi pada

berbagai individu atau kelompok yang berasal dari persoalan sosial atau kemanusiaan

dengan analisis-deskriptif. Data yang diperoleh melalui Library Research (Penelitian

kepustakaan) yaitu dengan menganalisa data-data yang diperoleh dari sumber pustaka.

12
Eva Syarifah Wardah “Metode penelitian Sejarah,”. Tsaqofah Vol. 12 No. 2 (2014)
15

2. Pendekatan Penelitian

Ilmu sejarah kerap berkaitan dengan ilmu sosial, beberapa pendekatan ilmu sosial

yang dilakukan peneliti diantaranya adalah

a) Pendekatan sosiologi

Pendekatan sosiologis merujuk kepada penggarapan sejarah struktural saling

tumpang-tindih yang menguraikan struktur-sturktur sosial dengan memakai konsep

sosiologi seperti stratifikasi sosial, struktur kekuasaan dan lain sebagainya. Analisis

historis yang memakai perspektif struktural hanya bisa dilakukan dengan pertolongan

ilmu sosial pada umumnya dan sosiologi khusunya.13 Penelitian ini akan mengkaji

bagaimana perubahan-perubahan sosial yang terjadi di era orde lama, terkhusus

pengaruh organisasi Islam untuk menetapkan hukum Islam di tengah masyarakat.

b) Pendekatan Politik

‘’Politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau”

ditegaskan bahwa sejarah identik dengan politik yang mencakup keterlibatan aktor

dalam interaksinya serta peranannya dalam memperoleh kekuasaan, pengaruh ilmu

politik sungguh besar dalam penulisan sejarah, beberapa unsur yang senantiasa

dijuampai dalam proses atau gejala politik ialah kepemipinan, otoritas, ideologi,

organisasi dan lain sebagainya.14 Dengan pendekatan politik penelitian ini dimaksudkan

bagaimana kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan Ir. Soekarno dalam menghadapi

13
Sartono Kartodirdjo ‘’Ilmu Sosial and Metodologi Seiarah, “ Gramedia Pustaka Utama (1992)
h.144
14
Sartono Kartodirjo, “Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah” (1992): 180. h.149-
150
16

pergolakan politik era orde lama yang sangat mempengaruhi partai politik dibawah

naungan organisasi Islam.

c) Pendekatan Agama

Agama merupakan sistem kepercayaan dianut oleh manusia yang mengajarkan

tentang nilai-nilai kehidupan berkenaan dengan hubungan manusia dengan Tuhan,

manusia dengan alam maupun hubungan manusia dengan manusia lain. Pendekatan

agama dalam penelitian sejarah bertujuan untuk menemukan sumber-sumber sejarah

dan jejak perilaku agama sesuai hubungan ataupun interkasi antar manusia.

3. Sumber Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Library Research atau penelitian

kepustakaan. Adapun sumber-sumber data yang digunakan berasal dari literartur-

literatur baik dari jurnal, buku-buku maupun penelitian terdahulu yang memiliki

relevansi dengan penelitian ini.

a) Data Primer

Data primer adalah sumber pokok yang dikumpulkan peneliti dari objek

penelitian. Adapun sumber primer penelitian ini diantaranya kitab yang berjudul

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh sebagai penunjangn dari sumber

primer. Adapun data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal

maupun penelitian-penelitian sebelmunya yang memeliki keterkaitan dengan judul

penelitian.
17

4. Langkah-Langkah Penelitian Sejarah

Dalam pelaksanaan kajian atau penelitian stejarah maka tidak akan lepas dengan

proses yang secara teratur dan berkelanjutan. Langkah yang sangat penting dalam

membuat analisis sejatrah ialah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau kerangka

referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat

analisis.15

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan penelitian sejarah yang

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Heuristik

Heuristik secara terminologi berasal dari bahasa Yunani Heuristiken yang

berarti mengumpulkan atau menentukan sumber, yang dimaksud dengan sumber atau

sumber sejarah merupakan sejumlah materi sejarah yang tersebar dan teredintifikasi.

Baik yang berupa catatan, tradisi lisan, reruntuhan atau bekas bangunan prahistori

merupakan sumber sejarah. Pencarian bahan-bahan sumber keterangan atau pencarian-

pencarian bukti sejarah yang merupakan langkah permualaan di dalam penulisan


sejarah. 16

Penentuan sumber sejarah akan memperngaruhi tempat atau orang (sumber

informasi lisan) dan cara memperolehnya, sumber data primer dan sekunder merupakan

klasifikasi dari bentuk dan jenis sumber sejarah. Sumber primer adalah sumber sejarah

yang direkam dan disaksikan oleh saksi mata (pelaku sejarah), sedangkan sumber

15
Sartono Kartodirdjo ‘’Ilmu Sosial and Metodologi Seiarah, “h.2
16
Sumargono, S. Pd, M. Pd.”Historical Research Methodology”. Lakeisha Publishers (2021) h.9
18

sekunder adalah melaporkan suatu peristiwa dari kesaksian orang lain.17 Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan sumber

b) Kritik Sumber

Kritik sumber adalah upaya untuk mendapatkan otentitas (keasihan sumber)

dan kredibilitas (keaslian sumber). Adapun caranya, yaitu dengan melakukan kritik

yang dimaksud dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti

metodologi sejarah guna mendapatkan objektifitas suatu kejadian. 18

Kritik sumber dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana

keabsahan sumber yang telah diperoleh sebelumnya. Kritik ini ditujukan untuk melihat

serta menyelidiki isi dari bahan dan dokumen sejarah serta melihat pernyataan yang

dibuat bersifat historis atau sesuai dengan sejarah.

c) Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran disebut sebagai bidang subjektivitas, peneliti akan

mencamtumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh sehingga orang lain

dapat melihat kembali dan menafsirkan hasil penelitian ini. Kedudukan interpretasi

diantara verifikasi dan ekspoisisi, dalam Intepretasi terdapat dua macam, yaitu analisis

yang berarti menguraikan dan sintetis yang berarti menyatukan.19

17
Sumargono, S. Pd, M. Pd.”Historical Research Methodology” h. 10
18
Sumargono, S. Pd, M. Pd.”Historical Research Methodology” h. 11
19
Kuntowijoyo,’’Pengantar Ilmu Sejarah,’’ Tiara wacana Cet. 1 (2018) h.78-79
19

d) Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan istilah yang digunakan untuk

penyebutan langkah terkahir dari metode penelitian sejarah, Penulisan sejarah sebagai

penyajian penelitian dalam bentuk tulisan mempunya tiga bagian: (1) pengantar (2)

hasil penelitian dan (3) kesimpulan.20

Penulis diharpakan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai proses

penelitian sejak perencanaan, sampai kepada penarikan kesimpulan. Dalam penulisan

sejarah mesti memperhatikan aspek kronologis, sehingga alur pemaparan data diurutkan

secara kronologis meski pembahasannya menggunakan tema tertentu.

F. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dala penulisan ini adalah,

a) Untuk mendekripsikan eksistensi organisasi Nahdatul Ulama (NU)

b) Untuk menganalisis pengaruh politik Islam dalam mempertahankan subtansi

hukum Islam di tengah masyarakat pada era orde la

20
Kuntowijoyo,’’Pengantar Ilmu Sejarah,’’ h. 81
20

2. Kegunaan Penelitian

a) Kegunaan Ilmiah

Kegunaan ilmiah yaitu kegunaan atau kemenfaan penelitian bagi pengembangan

ilmu pengetahuan. Dalam kegunaan ilmiah, penelitian ini diharapkan sebagai literatur

penambah wawasan mengenai sejarah umat Islam di Indonesia dan juga sejarah dari

Nahdatul Ulama. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi literartur atau referensi untuk

penelitian-penelitian berikutnya.

b) Kegunaan praktis

Kegunaan praktis merupakan penelitian yang dapat diperoleh dalam kehidupan

sehari-hari baik menyangkut masyarakat, negara, dan agama. Dalam kegunaan

praktis, penulis berharap agar para pembaca dapat memperdalam rasa Ukhuwah

Islamiyah serta prinsip ke-Bihnekaan Tunggal Ika dalam mempertahankan

keteguhan bangsa Indonesia agar tidak terjadi perpecahan diantara kalangan

masyarat hanya dikarenakan memiliki perbedaan.


21

G. Outline

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

D. Tinjauan Pustaka

E. Metode Penelitian

F. Tujuan dan Kegunaan Praktis

G. Outline

BAB 2 Kajian Teori

A. Kondisi Masyarakat Indonesia Pasca Kemerdekaan

B. Revolusi Sosial Pasca Kemerdekaan

Daftar Pustaka
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Perumusan Dasar Negara Indonesia

Pada tanggal 18 Agustus 1945 diadakan pertemuan awal untuk merumuskan dasar

ideologi bangsa dan negara, pacasila, serta kontitusi Undang-Undang Dasar 1945. 21

Dalam pertemuan ini dihardikanlah pemuka agama sebagai berikut:

Wahid Hasjim - Nahdatul Ulama

Ki Bagoes Hadikoesoemo - Perserikatan Muhammadiyah

Kasman Singodimedjo - Perserikatan Muhammadiyah

Mohammad Hatta - Sumatera Barat

Teuku Moehammad Hasan - Aceh

Satu kenyataan yang tidak dapat dihindari, para ulama dan para politisi Islam, dalam

perjuangan nasionalnya membaskan Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan

menegakkan Syariah Islam berhadapan dengan kalangan nasionalis netral agama,

kedjawenan, dan Kristen, Katolik, serta penjajah balatentara Jepang. Bentuk

kepentingan dengan semua pihak ini, menjadikan lahirnya konsensus bersama yang

tidak lain adalah piagam Jakarta.22

Dalam perumusan dasar negara ini maka dibentuklah suatu kabinet yang bernama

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang terdiri 60

orang dengan ketua Dr. Radjiman Widioningrat, dengan dibentuknya BPUPKI bangsa

Indonesia dapat secara legal mempersiapkan diri menjadi negara merdeka. Merumuskan
21
Ahmad Mansyur Surya Negara, ’’Api Sejarah Jilid II’’. Salamadi Pustaka Semesta (2010)
h. 132
22
Ahmad Mansyur Surya Negara, ’’Api Sejarah Jilid II’’. h. 134

22
23

persyaratan yang harus dipenuhi bagi sebuah negara merdeka. Hal yang paling pertama

kali dibahas dalam sidang BPUPKI adalah permasalahan “Dasar Negara”. Sidang

BPUKI Dibagi menjadi dua bagian,23 sidang pertama membahas tentang gagasan/usulan

rumusan dasar negara dengan konsep negara di dalam bermasyarakat. Sidang kedua

membahas tentang asas atau pilar utama berdasarkan gagasaan yang telah disepakati

pada sidang pertama.

Sidang BPUPKI pertama berlangsung selama empat hari pada tanggal 29 Mei 1945

hingga 1 Juni 1945,Ir Soekarno mengusulkan Dasar Negara yang terdiri dari lima

prinsip yang rumusannya sebagai berikut : (1) Nasionalisme ( kebangsaaan Indonesia) ;

(2) Internasionalisme (pri kemanusiaan) ; (3) Mufakat (Demokrasi) ; (4) Kesejahteraan

sosial ; (5) Ketuhanan yang Maha Esa ( Ketuhanan yang berkebudyaan).24

Lima prinsip sebagai calon dasar Negara yang disampaikan dalam pidato tersebut,

oleh Ir. Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila”, Ir. Soekarno mengusulkan

Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah negara dan pandangan hidup bangsa

Indonesia. 25

Sidang kedua yang berlangsung selama 3 hari pada tanggal 14 Juli hingga 16 juli

1945, pada sidang kedua ini tidal lagi dibahas oleh seluruh anggota BPUPKI, namun

telah ditetapkan Sembilan tokoh. Kesembilan tokoh ini kemudian lebih dikenal dengan

istilah “Panitia Sembilan” yng terdiri dari : 1) Ir. Sokarno ; 2) Drs. Moh Hatta ; 3) Mr.

A. A Maramis ; 4) Abikoesno Tjokro soejoso ; 5) Abdoel Kahar Muazakkir ; 6) Haji

Agus Salim ; 7) Mr. Ahmad Soebardjo ; 8) K.H Wachid Hasyim ; 9) Mr. Muh. Yamin.26

23
Ida Bagus Brata dkk “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia”, Jurnal
Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
24
Ida Bagus Brata dkk “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia”
25
Ida Bagus Brata dkk “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia”
26
Ida Bagus Brata dkk “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia”
24

Panitia sembilan telah mencapai suatu hasil yang sangat baik yaitu suatu perumusun

Pancasila, yang lazim dikenal sebagai dengan istilah “Piagam Jakarta”, yang

susunannya sebagai berikut :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkansaan dalam

permusyarawatan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.27

Setelah ditetapkanya perumusan Piagam Jakarta terdapat pernyataan keberatan

tentang poin pertama dari hasil kesepekatan tesebut dari pihak Kristen Timur Indonesia

dengan dalih akan mengundurukan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,

apabila tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut tetap dipertahankan. Hal ini lah yang

cukup melemahkan partai dari kalangan Islam untuk menerapkan hukum Syariah di

tengah masyarakat.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 pagi, Drs. Moh Hatta menundang tokoh-tokoh Islam

yang vokal menyuarakan tujuh kata tersebut utuk meninjau Kembali rumusan dalam

Piagam Jakarta. Mereka yang diundang adalah : 1) KH. Wachid Hasyim ; 2) KiBagus

Hadi kusumo; 3) Kasman Singodimedjo ; dan 4) Muhammad Hasan dari Sumatra. Dari

dialog dengan Moh. Hatta ini akhirnya wakil-wakil Islam tersebut menerima saran

27
Ida Bagus Brata dkk “Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia”
25

Hatta. Dalam hal ini umat Islam mengalami kegagalan dalam perjuangan mereka

menjadikan Islam integral dalam kehidupan berbangsa28.

B. Revolusi Sosial Pasca Kemerdekaan

Saat tersiarnya berita tentang proklamasi kemerdekaan, banyak rakyat Indonesia

yang tinggal jauh dari Jakarta tidak mempercainya. Pada tanggal 22 Agustus, Pihak

Jepang akhirnya mengumumkan menyerahnya mereka, tetapi baru pada bulan

September 1945 proklamasi akhirnya diketahui di wilayah-wilayah yang lebih terpencil.


29

Pada bulan November dan desember 1945, Revolusi di wilayah pedesaan memasuki

suatu tahapan yang lazim dikenal sebagai ‘’revolusi sosial” akan tetapi, istilah ini agak

menyesatkan jika dianggap sebagai istilah untuk pertentangan kelas: kelas sosial yang

rendah jarang menumbangkan kekuasaan kelas sosial yang dominan. Kebanyakan

‘revolusi sosial’ diakibatkan oleh persaingan antara elit-elit alternatif, kelompok-

kelompok kesukuan dan kemasyarakatan atau antar generasi : struktur-struktur kelas

sosial kurang penting.30 Perlu digaris bawahi ketika proklamasi dikumandangkan, masih

banyak daerah-daerah Indonesia dibawah kependudukan Jepang akibat perang Fasifik

yang melanda Asia Tenggara. Alternatifnya Jepang masih memiliki beberapa

kekuasaan di daerah-daerah tertentu di Indonesia, akibat Jepang ingin mengeksploitasi

orang Indonesia untuk bertempur di peperangan tersebut.

28
Haidar Putra Daulay et al., “Pergumulan Islam Dan Negara Di Indonesia Pasca-
Kemerdekaan,” Jurnal Islamika Granada 1, no. 2 (2021): 17–36.
29
M.C. Ricklefs , “Sejarah Indonesia Modern,” PT Ikrar Mandiri Abadi Cet. 1 (2001) h.
30
M.C. Ricklefs , “Sejarah Indonesia Modern” h.
26

Pada bulan Oktober 1945, pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan di

kota-kota besar dan kecil di Jawa. Ini menyebabkan dimualinya tahapan-tahapan

pertama dari peperangan. Pada 3 Oktober, polisi militer Jepang (Kenpeitai) membantai

pemuda-pemuda Republik di Pekalongan. Pada tanggal 10 Oktober, pasukan-pasukan

Jepang mendesak kaum Republik sehingga keluar dari Bandung. Pada tanggal 14

Oktober mereka mulai merebut kembali Semarang. Pihak Republik disana membalas

dendam dengan membunuh sedikitnya 130, dan mungkin 300, orang jepang yang

mereka tawan.31

Pada akhir bulan Oktober dan awal bulan November 1945, para pemimpin Nahdatul

Ulama dan Masyumi menyatakan bahwa perang mempertahankan tanah air Indonesia

adalah perang Sabil, suatu kewajiban atas semua muslim. Para kyai dan murid-murid

mereka mulai mengalir dari pesantren-pesantren di Jawa Timur ke Surabaya. Soetomo

soearang yang berapi-api yang lebih dikenal sebagai “Bung Tomo”, mengugunakan

radio setempat untuk menimbulkan suasana revolusi yang fanatik ke seluruh penjuru

kota.32

Pada bulan November 1945, para politisi Islam modernis perkotaan yang dipimpin

oleh Sukiman Wirjosandjojo, Natsir, dan lain-lainnya berhasil memperoleh Kembali

kekuasaan dari para pemimpin Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang didikung

oleh pihak Jepang. Partai Nasional Indonesia (PNI) bangkit lagi pada bulan Januari

1946, tetapi Sukarno tidak dijadikan ketuanya, karena sebagai presiden, ia secara teoritis

berada diatas partai-partai politik.33 Maka dengan hal itu oposisi politik Islam masih

berada di tatanan pemerintahan yang sangat mempengaruhi stabilitas politik

31
M.C. Ricklefs , “Sejarah Indonesia Modern” h.
32
Ricklefs, “M.C. Ricklefs - Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.Pdf.”, “Sejarah Indonesia
Modern” h.
33
M.C. Ricklefs , “Sejarah Indonesia Modern” h. 446
27

Dengan pernyataan diatas bahwasanya meskipun Indonesia sudah resmi

memerdekakan dirinya. Akan tetapi, pergolakan maupun pemberontakan-

pemberontakan masih terus berlanjut di beberapa wilayah-wilayah yang ada di

Indonesia dari pihak Jepang, Inggris dengan divisi tentaranya dari South East Asia

Command - SEAC bersekutu dengan Belanda yang diberi dengan nama Allied Forces

Netherland East Indies - AFNEI . Tentu saja hal ini membuat masyarakat pribumi pada

waktu itu untuk kesekian kalinya untuk melakukan pemberontakan agar Indonesia tidak

mengalami penjajahan.34

Pada bukan Januari 1946, persatuan perjuangan di bentuk dibawah pengaruh Tan

malaka yang merupakan seorang ativis sosial kala itu. Para pemimpin pemuda

(termasuk orang yang kelak menjadi wakil presiden, Adam Malik), kaum radikal seperti

Moh. Yamin dan sebagian besar tentara yang tidak regular mendukung tuntutan

persatuan perjuangan berupa “kemerdekaan 100 persen” sebagai dasar Republik di

dalam perundingan.35

Lembaran sejarah kehidupan bangsa Indonesia sejak sebelum dan sesudah tanggal 17

agustus 1945 penuh terisi dengan berbagai pertentangan. Melewati tahun 1945

pertentangan-pertentangan semacam itu justru terjadi diantara tokoh-tokoh sosial-politik

yang sebelum itu oleh hasrat pengabdian mereka kepada kepentingan bangsa telah

mampu melupakan kepentingan masing-masing untuk saling bahu-membahu

menciptakan kemerdekaan bangsa.

34
Ahmad Mansyur Surya Negara, ’’Api Sejarah Jilid II’’. Salamadi Pustaka Semesta (2010) h.
35
Ricklefs, “M.C. Ricklefs - Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.Pdf.”, “Sejarah Indonesia
Modern” PT Ikrar Mandiri Abadi Cet. 1 (2001) h. 447-448
DAFTAR PUSTAKA
Chozin, Muhammad A L I. “, 1945. Even If, They Did with All Manner, Both
Diplomatic and War, Even They Failed to Change Ideology of Pancasila as the
Principle of This Country, so the Government of New Order Applied That Every
on June 1” (1945): 1–16.
Daulay, Haidar Putra, Zaini Dahlan, Azimahrani Hasibuan, and Bayu Ismail Nasution.
“Pergumulan Islam Dan Negara Di Indonesia Pasca-Kemerdekaan.” Jurnal
Islamika Granada 1, no. 2 (2021): 17–36.
Djamra, Nurus, Shalihin. “Pasang Surut Politik Islam.” Dialog, Jurnal Penelitian dan
Kajian Keagamaan 72, no. 2 (2011): 83–96.
Ibnu Rusydi, Ma. “Filsafat Politik Islam.” Risalah 1, no. 1 (2015): 110–123.
Jainuddin, Jainuddin. “Islam Dan Politik Orde Lama; ‘Dinamika Politik Islam Pasca
Kolonial Sejak Kemerdekaan Sampai Akhir Kekuasaan Soekarno.’” SANGAJI:
Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum 3, no. 2 (2019): 225–243.
Kartodirjo, Sartono. “Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah” (1992): 180.
Nurjaman, Andri, and Doli Witro. “Tokoh Politik Islam Era Orde Lama Indonesia :
Kajian Pemikiran KH Idham Chalid Dalam Menerima Konsep Demokrasi
Terpimpin Tahun” 4, no. 1 (2022).
Ricklefs, M.C. “M.C. Ricklefs - Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.Pdf,” 2008.
Sosial, Ilmu, and Metodologi Seiarah. “Gfi” (n.d.).
Sukamto, Amos. “Ketegangan Antar Kelompok Agama Pada Masa Orde Lama Sampai
Awal Orde Baru.” Indonesian Journal of Theology 1, no. 1 (2013): 25–47.
“Metod Epenelitian Sejarah-1.Pdf,” n.d.
Chozin, Muhammad A L I. “, 1945. Even If, They Did with All Manner, Both
Diplomatic and War, Even They Failed to Change Ideology of Pancasila as the
Principle of This Country, so the Government of New Order Applied That Every
on June 1” (1945): 1–16.
Daulay, Haidar Putra, Zaini Dahlan, Azimahrani Hasibuan, and Bayu Ismail Nasution.
“Pergumulan Islam Dan Negara Di Indonesia Pasca-Kemerdekaan.” Jurnal
Islamika Granada 1, no. 2 (2021): 17–36.
Djamra, Nurus, Shalihin. “Pasang Surut Politik Islam.” Dialog, Jurnal Penelitian dan
Kajian Keagamaan 72, no. 2 (2011): 83–96.
Ibnu Rusydi, Ma. “Filsafat Politik Islam.” Risalah 1, no. 1 (2015): 110–123.
Jainuddin, Jainuddin. “Islam Dan Politik Orde Lama; ‘Dinamika Politik Islam Pasca
Kolonial Sejak Kemerdekaan Sampai Akhir Kekuasaan Soekarno.’” SANGAJI:
Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum 3, no. 2 (2019): 225–243.
Kartodirjo, Sartono. “Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah” (1992): 180.
Nurjaman, Andri, and Doli Witro. “Tokoh Politik Islam Era Orde Lama Indonesia :
Kajian Pemikiran KH Idham Chalid Dalam Menerima Konsep Demokrasi
Terpimpin Tahun” 4, no. 1 (2022).
29

Ricklefs, M.C. “M.C. Ricklefs - Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.Pdf,” 2008.


Sosial, Ilmu, and Metodologi Seiarah. “Gfi” (n.d.).
Sukamto, Amos. “Ketegangan Antar Kelompok Agama Pada Masa Orde Lama Sampai
Awal Orde Baru.” Indonesian Journal of Theology 1, no. 1 (2013): 25–47.
“Metode penelitian Sejarah-1.Pdf,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai