Anda di halaman 1dari 9

AGAMA ISLAM DAN POLITIK

Kelompok 4 :

1. Endhar Shinta (17217244)


2. Masfupah (16217646)
3. Yusuf Maulana (16217679)

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

TAHUN AJARAN 2017/2018


DAFTAR ISI :

Kata Pengantar :
Bab 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1.1.Latar belakang.........................................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah...................................................................................................................1

1.3.Tujuan......................................................................................................................................1

Bab II PEMBAHASAN......................................................................................................................2

2.1.PENGERTIAN ISLAM DAN NEGARA........................................................................................2-3

2.2.ISTILAH ISLAM DAN NEGARA DALAM SISTEM POLITIK............................................................3

2.3.ISLAM DAN DEMOKRASI........................................................................................................4-5

2.4.KONTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERPOLITIKAN NASIONAL..............................................5-6

Bab III PENUTUP........................................................................................................................... 7

3.1.Kesimpulan...............................................................................................................................7

3.2.Kritik dan Saran........................................................................................................................7

3.3.DaftarPustaka...........................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah politik termasuk salah satu bidang studi yang menarik perhatian masyarakat
pada umumnya. Hal ini antara lain disebabkan karena masalah politik selal umempengaruhi
kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tertib, aman, damai, sejahtera lahir batin, dan
seterusnya tidak bias dilepaskan dari system politik yang diterapka. Karena demikian pentingnya
masalah politik ini, telah banyak studi dan kajian yang dilakukan para ahli terhadapnya. Demikian
pula ajaran Islam sebagai ajaran yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh juga
diyakini mengandung kajian masalah politik dan kenegaraan.
Dalam hubungan ini, Ibn Khaldun berpendapat bahwa agama memperkokoh kekuatan
yang telah dipupuk oleh Negara dan solidaritas dan jumlah penduduk. Sebabnya adalah karena
semangat agama bias meredakan pertentangan dan irihati yang dirasakan oleh satu anggota dari
golongan itu terhadap anggota lainnya, dan menuntun mereka kearah kebenaran.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, masalah politik dalam pandangan Islam yang meliputi
pengertiannya, sejarah perpolitikan dalam Islam, prinsip-prinsip dasar politik Islam, dan ruang
lingkup politik Islam. Supaya tidak ada lagi pemikiran-pemikiran yang bersifat fanatic terhadap
pemikiran barat yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang hanya mengat ururusan
hamba dengan tuhannya dan tidak mengatur masalah-masalah social termasuk politik ini.
Padahal, persoalan yang pertama-tama timbul dalam Islam
menurutsejarahbukanlahpersoalantentangkeyakinanmelainkanpersoalanpolitik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan islam dan negara?
2. Apa hubungan antara islam dan negara dalam sistem politik Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara islam dengan demokrasi?
4. Bagaimana kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pembaca makalah dapat lebih mengetahui
secara luas tentang Islam dan negara dalam sistem politik Indonesia. Dan juga agar para
pembaca mengetahui tentang perkembangan sistem politik islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISLAM DAN NEGARA
Dalam mendefinisikan islam, terdapat perbedaan pendapat umat islamtentang
pengertian politik dalam syari’at Islam.
Pertama, mengatakan bahwa Islam adalah satu agama yang serba lengkap yang
didalamnya terdapat antara lain system ketatangaraan atau politik. Dalam bahasa lain, system
politik atau fiqih Siyasah merupakan integral dan ajaran Islam. Lebih jauh kelompok ini
berpendapat bahwa system keteladanan yang harus ditela dania dalah sistem yang telah
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw dan para Khulafaurrasyidin, yaitu system khalifah.
kedua, menyatakanbahwa Islam adalah agama dalampengertianbarat (sekuler), artinya
agama tidaka dahubungannya degan urusan kenegaraan atau system pemerintahan.
Menurutaliranini Nabi Muhammad Saw hanya seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain, yang
mempunyai misi menyiarkan agama bukan ebagai pemimpin dan pengatur Negara.
ketiga, menyatakan menolak bahwa Islam merupakan agama yang serba lengkap yang
terdapat didalamnya segala system kehidupan termasuk system ketatanegaraan, tetapi juga
menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pendapat barat yang hanya mengatur hubungan
manusia dengan tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat system
ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Namun perlu diingat, sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali seorang rasul atau
kepala agama beliau adalah sebagai kepala negara. Nabi menguasai wilayah Yasrib atau
Madinah al-Munawarah sebagai wilayah kekuasaan nabi, sekaligus menja dipusat
pemerintahannya dengan Piagam Madinah sebagai aturan dasar negaranya. Sepeninggalnabi,
kedudukan beliau sebagai kepala Negara digantikan oleh Abu Bakar yang merupakan hasil
kesepakatan paratokoh sahabat, selanjutnya disebut Khalifah. Sistem pemerintahannya disebut
Khilafah, system ini berlangsung hingga kepemimpinan dibawah kekuasaan Ali bin Abi Tholib.
Negara adalah integrasi dari kekuasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana
kerjasama, sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah himpunan suatu
bangsa yang bercita-cita menegakkan hak dan keadilan bagi segenap rakyat serta berusaha untuk
memudahkan jalan mencari penghidupan dengan penuh kebahagiaan dan kedamaian.Negara
disebut juga dengan sekumpulan manusia yang secara tetap mendiami suatu wilayah tertentu dan
memiliki instituusi abstraknya sendiri serta sistem yang dipatuuhi dari para pemegang kekuasaan
yang ditaatinya serta memiliki kemerdekaan politik.
Tujuan negara Republik Indonesia sendiri sebagaimana tercantum dalam undang-undang
dasar 1945 ialah untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada Pancasila.

B. ISTILAH ISLAM DAN NEGARA DALAM SISTEM POLITIK


Sistem politik seperti halnya organisme dalam ilmu biologi, terdiri dari bagian-bagian
atau komponen-komponen yang saling bergantung pada yang lain dan saling berinteraksi. Pada
dasarnya, konsep sistem politik dipakai untuk keperluan analisa, dimana suatu sistem bersifat
abstrak. Sistem politik dapat diterapkan pada suatu situasi yang konkret, misalnya negara, atau
kesatuan yang lebih kecil seperti kota atau suku bangsa.
Setiap sistem masing-masing mempunyai fungsi tertentu yang dimaksudkan untuk
menjaga kelangsungan hidup dan mencapai tujuan dari masyarakat tersebut. Sistem-sistem ini
merupakan lingkungan dari sistem politik yang memengaruhi jalannya sistem politik serta
pelaku-pelaku politik.
Umumnya dianggap bahwa dalam sistem politik terdapat empat variabel :
1. Kekuasaan, yaitu sebagai cara untuk mencapai hal yang diinginkan, antara lain membagi
sumber-sumber diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Kepentingan, yaitu tujuan-tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik.
3. Kebijaksanaan, yaitu hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam
bentuk perundang-undangan.
4. Budaya politik, yaitu orientasi subyektif dari individu terhadap sistem politik.
Politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat yang didasarkan
kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara politik dan Islam secara tepat
digambarkan oleh Imam al-Ghazali: “Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama
adalahpondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi
niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap”.
Berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan kekuasaan, bahkan
menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik. Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan
dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi rakyat. Hal ini bias kita dapati dari salah satu
pendapat ahli politik di barat, yaitu Loewenstein yang berpendapat “politic is nichtanderesals
der kamps um die Macht” (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan).
C. ISLAM DAN DEMOKRASI
Islam dan Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi
manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum. Dari sini
kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti egalite (persamaan), equality (keadilan),
liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia).
Dalam dunia Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya
menjadi “pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali
yang bertanggung jawab atas tugasnya. Karena alasan inilah maka lembaga legislatif di dunia
Barat menganggap sebagai pioner dan garda depan demokrasi. Lembaga legislatif benar-benar
menjadi wakil rakyat dan berfungsi sebagai agen rakyat yang aspiratif. Keberadaan wakil rakyat
didasarkan atas pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua rakyat dalam suatu negara
mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab itu kemudian dibentuk
dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung jawab menjadi keharusan bagi
setiap anggota dewan. Sehingga jika ada tindakan pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-
hak sipil dan hak politik rakyat, maka harus segera ditegur. Itulah perlunya perwakilan rakyat
yang kuat untuk menjadi penyeimbang dan kontrol pemerintah.
Secara normatif, Islam menekankan pentingnya ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar
bagi semua orang, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin negara.
Doktrin tersebut merupakan prinsip Islam yang harus ditegakkan dimana pun dan kapan saja,
supaya terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera. Agama berasal dari wahyu sementara
demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran manusia. Namun begitu, tidak ada halangan bagi
agama untuk berdampingan dengan demokrasi. Dalam perspektif Islam elemen-elemen
demokrasi meliputi: syura, musawah, adalah, amanah, masuliyyah dan hurriyyah.
Jika suatu negara konsisten dengan penegakan prinsip-prinsip atau elemen-elemen
demokrasi di atas, maka pemerintahan akan mendapat legitimasi dari rakyat. dengan demikian
maka roda pemerintahan akan berjalan dengan stabil. Watak ajaran Islam sebagaimana banyak
dipahami orang adalah inklusif dan demokratis. Oleh sebab itu doktrin ajaran ini memerlukan
aktualisasi dalam kehidupan kongkret di masyarakat.
Konsep demokrasi secara umum berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara
politik juga berarti kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat dalam membuat undang-undang dan
peraturan negara. Tapi karena tidak mungkin seluruh rakyat dari berbagai penjuru berkumpul
guna membuat perundang-undangan, maka rakyat memilih wakilnya yang mereka percayai
sebagai penyambung lidah. Rakyat memilih sekelompok orang yang bertugas menyusun undang-
undang (legislatif), menjalankan undang-undang (eksekutif), dan menegakkan hukum
(yudikatif). Dengan sistem demokrasi kehidupan bernegara dapat menjamin terealisasinya
prinsip-prinsip kemanusiaan seperti kebebasan, persamaan dan keadilan.
Perbedaan pendapat umat islam tentang pengertian politik dalams yari’at
Islam. Pertama, mengatakan bahwa Islam adalah satu agama yang serba lengkap yang
didalamnya terdapat antara lain system ketatangaraan atau politik. Dalam bahasa lain, system
politik atau fiqih Siyasahmerupakan integral dan ajaran Islam. Lebih jauh kelompok ini
berpendapat bahwa system keteladanan yang harus ditela dania dalah istem yang telah
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw dan para Khulafaurrasyidin, yaitu system khalifah.
kedua, menyatakan bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat (sekuler), artinya
agama tidak ada hubungannya degan urusan kenegaraan atau system pemerintahan. Menuru
aliran ini Nabi Muhammad Saw hanya seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain, yang
mempunyai misi menyiarkan agama bukan sebagai pemimpin dan pengatur Negara.
Ketiga, menyatakan menolak bahwa Islam merupakan agama yang serba lengkap yang
terdapat didalamnya segala system kehidupan termasuk system ketatanegaraan, tetapi juga
menolak pendapat bahwa islam sebagaimana pendapat barat yang hanya mengatur hubungan
manusia dengan tuhan. Aliran ini berpen dirian bahwa dalam Islam tidak terdapat system
ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Namunperludiingat, sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali seorang rasul atau kepala
agama beliau adalah sebagai kepala negara. Nabi menguasai wilayah Yasrib atau Madinah al-
Munawarah sebagai wilayah kekuasaan nabi, sekaligus menjadi pusat pemerintahannya dengan
Piagam Madinah sebagai aturan dasar negaranya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai
kepala Negara digantikan oleh Abu Bakar yang merupakan hasil kesepakatan para tokoh sahabat,
selanjutnya disebut Khalifah. Sistem pemerintahannya disebut Khilafah, system ini berlangsung
hingga kepemimpinan dibawah kekuasaan Ali bin Abi Tholib.

D. KONTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERPOLITIKAN NASIONAL


Prinsip politik dalam negeri menurut Islam ialah, bahwa manusia diciptakan Allah
dalamberbagai bangsa, berbagai suku bangsa, dan atau yang sejenisnya dengan tujuan, agar
manusia saling kenal mengenal antara san ngatu dengan yang lain. Islam sebagai sebuah ajaran
yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikasi terhadap kehidupan politik di Indonesia. Pertama ditandai dengan munculnya partai-
partai berasaskan islam serta partai nasionalis berbasis umat Islam dan kedua dengan ditandai
sikap proaktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan Negara kesatuan
Republik Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan, hingga sekarang jaman reformasi.
Berkaitan dengan keutuhan Negara, misalnya Muhammad Natsir pernah menyerukan
umat Islam, perumusan Pancasila bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Al-
Qur’an, karena nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila juga merupakan bagian dari nilai-nilai
yang terdapat dalam al-Qur’an. Demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, umat Islam rela
menghilangkan melaksanakan tujuh kata dari sila kesatu dari Pancasila, yaitu kata-kata
“kewajiban melaksanakan syari’at Islam bagi para pemaluknya”.Umat Islam Indonesia dapat
menyetujui pancasila dan UUD 45 setidak-tidaknya atas dua pertimbangan: pertama; nilai-
nilainya dibenarkan oleh ajaran agama Islam; kedua, fungsinya sebagai nuktah-nuktah
kesepakatan antara berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan politik bersama.
Di dalam Islam, kekuasaan politik sangat berkaitan dengan hukum. Yang intinya adalah
peraturan, undang-undang, patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis (pengadilan).
Perlu diketahui bahwa konsep sistem politik Islam adalah konsep politik yang bersifat
majemuk. Sebabnya, karena sistem politik Islam lahir dari pemahaman atau penafsiran seseorang
terhadap Al-Qur'an berdasarkan kondisi kesejarahan dan konteks persoalan masyarakat para
pemikir politik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Makalah sederhana ini telah menguraikan tentang pemikiran politik berkaitan dengan
persoalan antara Islam dan negara di samping berbagai masalah keislaman lainnya. Dapat
dikatakan bahwa gagasan-gagasannya tersebut mempunyai kontribusi besar dalam
mengembangkan makna baru politik Islam khususnya bagi pemikiran politik Islam di Indonesia.
Pemikiran politik lebih berorientasi pada nilai-nilai keadilan, musyawarah dan persamaan.
Dalam konsepsi seperti itu, politik Islam didasarkan atas bagaimana nilai-nilai yang telah
terdapat dalam ajaran Islam itu dapat diterapkan dalam konteks bermasyarakat dan bernegara.

B. KRITIK DAN SARAN


Demikianlah yang dapat kami paparkandalammakalah kami, semogaapa yang sampaikan
dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Mariam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Musa, yusuf. 1990. Politik dan Negara dalam islam. Surabaya : Usana Offset Surabaya.
Muhammad, Ali abdul mu’ti. 1997. Filsafat politik antara barat dan islam.
Bandung :pustaka setia.

Anda mungkin juga menyukai