Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGERTIAN EKONOMI ISLAM

MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAJAR

Dr.Kasman,SPd.I,M.Pd.I

OLEH

KELAS FKM - A1
KELOMPOK – 14

SYAFIRAH FAHIRAH S
SITTI PATIMAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................1
BAB I............................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................2
LATAR BELAKANG....................................................................................................................................2
BATASAN MASALAH................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN POLITIK...................................................................................................................4
Pengertian Politik Islam...........................................................................................................................4
PANDANGAN ISLAM DALAM POLITIK......................................................................................................5
Politik dalam Islam...................................................................................................................................7
Hubungan antara Islam dan Politik..........................................................................................................8
Islam Tidak Bisa Dibangun Secara Sempurna Tanpa Politik.....................................................................8
KONTRIBUSI ISLAM DALAM KEHIDUPAN POLITIK BERBANGSA DAN BERNEGARA..................................8
Hadits Tentang Politik............................................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................................15
KESIMPULAN......................................................................................................................................15
SARAN................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara sistem politik sendiri
berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh seluruh warga negaranya.
Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan demokrasi dari beberapa
sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem
politiknya masing-masing.
Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik demokrasi yang
berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang
demokratis
Disini kami akan membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di dunia
saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Qur‟an, dan Al Hadits.

BATASAN MASALAH
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Pengertian Politik
2. Pandangan islam dalam politik
3. kontribusi islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalahmasalah yang
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu Politik?
2. Bagaimana pandangan poltik dalam islam?
3. Apa saja kontribusi islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara?

1.4 TUJUAN

2
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan,yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti dari Politik.
2. Penulis ingin mengetahui bagaimana pandangan islam dalam politik.
3. Penulis ingin mengetahui kontribusi islam dalam kehidupan politik berbangsa dan
bernegara.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study kepustakaan,
yaitu penulis mencari buku-buku dan browsing bacaan yang berhubungan dengan Agama Islam,
Al-Qur‟an dan Al Hadits.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN POLITIK

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini
merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik
yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu :
a. Masyarakat
b. Kekuasaan
c. Negara
Fungsi Politik adalah
Perumusan kepentingan Pemaduan kepentingan Pembuatan kebijakan umum Penerapan
kebijakan Pengawasan pelaksanaan kebijakan.

Pengertian Politik Islam


Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya pembentukan
pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaat-manfaat amaliah, bukan atas dasar
sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern didasarkan pada kepentingan-kepentingan
praktis, bukan atas dasar agama.
Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah bukanlah diturunkan
Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum muslimin untuk menjamin
kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan usaha-usaha
menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan.
Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi hanya memerintahkan
untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu kaum lemah, dan melarang perbuatan yang
tidak senonoh, tercela, serta durhaka. Alquran hanya meletakkan garis besar pada kaum

4
muslimin, kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan dengan
ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah ditetapkan.
Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan Islam inilah Allah
mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada manusia. Islam itu secara substantif bersifat
politis. Konteks pemberian amanah kepada manusia yang dimaksud di atas adalah Istikhlaf
sebagai konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk mewakili dan melaksanakan
tugas yang diwakilkan kepadanya."
Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah memberikan manusia
dua amanah :
1. Ubudiyah, yaitu untuk beribadah, penghambaan kepada Allah.
2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk mengendalikan kehidupan (di
atas bumi).

PANDANGAN ISLAM DALAM POLITIK

Islam adalah agama yang syammil mutakammil (sempurna dan paripurna), islam bukan
hanya mengatur masalah ritual ubudiyah saja, tapi seluruh aspek kehidupan manusia, bahkan
sampai ke hal-hal terkecil dalam kehidupan manusia. Jika islam hanya mengatur masalah-
masalah ibadah saja, tanpa mengatur masalah sosial budaya, pendidikan, tata
Negara/pemerintahan, dan sosial politik, maka sama saja islam dengan agama lain, tidak ada
keistimewaan islam dibandingkan agama-agama lainnya.

Dalam masalah politik, banyak kalangan yang berpendapat bahwa islam tidak mengenal
politik, antara agama dan politik tidak bisa disatukan, dan banyak pendapat lainnya. Namun saya
berpendapat, pendapat yang mengatakan islam tidak berpolitik dan tidak mengatur masalah
politik sehingga dalam islam tidak dibernarkan berpolitik adalah sebuah pendapat yang
sebenarnya sama saja mengatakan bahwa islam itu agama yang tidak sempurna dan paripurna,
islam agama yang tidak menjangkau semua aspek kehidupan.

Aqidah Islam bersifat  komprehensif dan menyeluruh, ia berbeda dari semua umat karena
konsepsinya tentang ubudiyah. Umat Islam meyakini bahwa Allah Maha Esa, dan meyakini
bahwa Allah meliputi setiap gerak manusia dalam semua urusan. Dia adalah Pencipta dan

5
Pemberi Rizki kepada hamba-Nya. Dia juga pembuat undang-undang untuk mereka menyangkut
semua aspek kehidupan. Islam tidak membatasi ubudiyah kepada Allah hanya menyangkut aspek
spiritual belaka, sementara aspek kehidupan lainnya ditujukan kepada selain-Nya. Misalnya,
membuang nilai-nilai aturan Allah dari kehidupan politik, ekonomi, dan moral. Islam menilai
pemisahan ini sebagai kesesatan dan penyesatan terhadap umat manusia, dan bertentangan
dengan aksiomatik islam yang hanif.

Sementara itu, umat-umat lain membuat rumusan, “serahkanlah kepada Allah apa yang
menjadi wewenang Allah, dan serahkan kepada kaisar apa yang menjadi kewenangan kaisar.”
Pemikiran yang memisahkan agama dari Negara seperti itu merupakan suatu kebathilan yang
harus dilenyapkan. Islam tidak mengenal pemisahan agama dari Negara. (buku Menuju
Jama’atul Muslimin, karya; Husssain bin Muhammad bin Ali jabir, M.A.). Firman Allah :

“dan mereka memperutukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah
diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka, ‘ ini untuk Allah dan
ini untuk berhala-berhala kami…..’”. (QS. Al-An’am: 136)

Seperti permitaan Nabi Yusuf kepada raja mesir, hal ini di abadikan Allah dalam Al-
Qur’an.

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.". (QS. Yusuf: 55).

Ayat ini menggambarkan kepada kita bagaimana pada waktu itu Nabi Yusuf minta
kekuasaan kepada raja mesir, dan ini menggambarkan bahwa menggapai kekuasaan untuk
kemaslahatan umat diperbolehkan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan kita juga
diperbolehkan menyebut kelebihan yang kita punya kalau kita sadar dengan kelebihan kita
tersebut supaya orang percaya dengan kita untuk memegang kekuasaan.

Bukan hanya Nabi Yusuf yang meminta kekuasaan, Nabi Sulaimana juga pernah berdoa
meminta  kerajaan/kekuasaan kepada Allah.

Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang
tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.
(QS. Shaad: 35)

6
Dua ayat Al-Qur’an diatas sudah  cukuplah menerangkan kepada kita bahwa mengapai
kekuasaan untuk kemaslahatan umat itu diperbolehkan, bahkan diwajibkan. Apakah masih ada
alasan bagi kita mengingkari politik dalam islam?

Hujjatul islam Imam Gozali pernah menyampaikan “kewajiban menjalankan syariat dan
meraih kekuasaan politik adalah saudara kembar”.Pemisahan politik dan agama selain karena
kurangnya pemahaman, karena rasa putus asa dan sudah terlanjur terbentuk pandangan negatif
pada masyarakat terhada politik, juga karena kepentingan dari pihak-pihak yang tidak suka akan
kejayaan islam, seperti ungkapan perintis Jamaah Islam Liberal (JIL) Nurcholis Madjid, Islam
Yes, Partai No.. Mereka takut jika islam berpolitik, maka  islam akan mencapai kejayaan seperti
dulu.Betullah apa yang dikatakan oleh Ustadz Rahmat Abdullah: “ada sejenis orang yang mulai
putus asa dengan dinamika sosial. Akhirnya mereka mengurung diri dalam sangkar emas ritual
dan mengabaikan peran sosial politik. …..kelak datanglah beberapa murid orientalis dan
kolonialis mengharaman umat berpolitik dan membiarkan musuh berpolitik merugikan umat.
Dengan itu mereka mendapatkan perlindungan dan kekayaan….

Politik dalam Islam


Politik dalam literasi Islam dikenal dengan istilah “siyasah” yang berarti pengaturan
masalah keummatan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan
ummat. siyasah tidak diorientasikan kepada kekuasaan karena ia hanya berfungsi sebagai sarana
menyempurna pengabdian kepada Allah Islam dan Kekuasaan.Orientasi utama seorang Muslim
terkait dengan masalah kekuasaan ialah menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi. Ini
menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah Sementara, manusia pada
dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya penguasaan
mutlak seorang manusia atas manusia yang lain, karena yang demikian ini bertentangan dengan
doktrin Laa ilaha illallah yang telah membebaskan manusia dari segenap thaghut (tiran).
Sehingga, kekuasaan manusia yang menentang hukum-hukum Allah adalah tidak sah.

Tujuan Siyasah dalam Islam Islam memandang kehidupan dunia sebagai ladang bagi
kehidupan akhirat. Kehidupan dunia harus diatur seapik mungkin sehingga manusia bisa
mengabdi kepada Allah secara lebih sempurna.

7
Hubungan antara Islam dan Politik
Islam merupakan agama yang mencakup keseluruhan sendi kehidupan manusia (syamil).
Islam bukanlah sekedar agama kerahiban yang hanya memiliki prosesi-prosesi ritual dan ajaran
kasih-sayang . Islam bukan pula agama yang hanya mementingkan aspek legal formal tanpa
menghiraukan aspek-aspek moral. Politik, sebagai salah satu sendi kehidupan, dengan demikian
juga diatur oleh Islam. Akan tetapi, Islam tidak hanya terbatas pada urusan politik.

Islam Tidak Bisa Dibangun Secara Sempurna Tanpa Politik


Tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi merupakan amanah yang harus
diwujudkan. Hukum-hukum tersebut tidak akan mungkin bisa tegak tanpa politik pada umumnya
dan kekuasaan pada khususnya.

Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dengan dua hal : AlQur’an
dan pedang. Al-Qur’an merupakan sumber hukum-hukum Allah sedangkan pedang
melambangkan kekuatan politik atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-Qur’an.

HASAN AL-BANNA
“ Sesungguhnya seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali jika ia menjadi seorang
politikus, mempunyai pandangan jauh ke depan dan memberikan perhatian penuh kepada
persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada
persoalanpersoalan bangsanya"

KONTRIBUSI ISLAM DALAM KEHIDUPAN POLITIK BERBANGSA DAN


BERNEGARA

Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama juga
berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup akan lebih baik
dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu. Contohnya saja di Zaman
Nabi Muhammad agama berperan penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya.
Dizaman sekarang ini banyak orang pinter tapi agamanya kurang selain itu pintarya pada pintar
bicara saja. tapi tidak ada buktinya. Makanya agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia

Islam adalah solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan


ajarannya (syumul). Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu

8
Alquran dan Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga
terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni, akhlak/etika,
keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan najis pun diatur oleh Islam.

Ajaran  Islam merupakan rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam), artinya Islam


selalu membawa kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi seluruh makhluk hidup
yang berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau rupa seseorang dan membedakan
derajat atau martabat manusia dalam level apapapun. Islam menghormati dan memberikan
kebebasan kepada seseorang untuk menganut suatu keyakinan atau agama tanpa memaksakan
ajaran Islam tersebut dijalankan (laa ikrahaa fiddiin).

Penjelasan Qur’an Surat an-Nisa Ayat 59

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil Amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

Tentang Ayat Ini


Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata tentang firman-Nya, “Taatilah
Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu.” Ayat ini turun berkenaan dengan
‘Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin ‘Adi, ketika diutus oleh Rasulullah di dalam satu pasukan
khusus. Demikianlah yang dikeluarkan oleh seluruh jama’ah kecuali Ibnu Majah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali, ia berkata: “Rasulullah SAW mengutus satu
pasukan khusus dan mengangkat salah seorang Anshar menjadi komandan mereka. Tatkala
mereka telah keluar, maka ia marah kepada mereka dalam suatu masalah, lalu ia berkata,
‘Bukanlah Rasulullah SAW memerintahkan kalian untuk mentaatiku?’ Mereka menjawab,
‘Betul.’ Dia berkata lagi, ‘Kumpulkanlah untukku kayu bakar oleh kalian.’ Kemudian ia
meminta api, lalu ia membakrnya, dan ia berkata, ‘Aku berkeinginan keras agar kalian masuk ke
dalamnya.’ Maka seorang pemuda diantara mereka berkata. ‘Sebaiknya kalian lari menuju

9
Rasulullah SAW dari api ini. Maka jangan terburu-buru (mengambil keputusan) sampai kalian
bertemu dengan Rasullah SAW. Jika beliau perintahkan kalian untuk masuk ke dalamnya, maka
masuklah.’ Lalu mereka kembali kepada Rasulullah SAW dan mengabarkan tentang hal itu.
Maka Rasulullah pun bersabda kepada mereka, ‘Seandainya kalian masuk ke dalam api itu,
niscaya kalian tidak akan keluar lagi selama-lamanya. Ketaatan itu hanya pada yang ma’ruf.”
(HR. Bukhari-Muslim dari hadits Al-A’masy)

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW sudah memberi batasan kepada kita, bahwasannya
ketaatan hanya pada yang ma’ruf, dan bukannya pada yang tidak ma’ruf.

Ayat juga ini disebutkan oleh ulama sebagai hak para pemimpin yang menjadi kewajiban
rakyat. Sedangkan pada ayat sebelumnya QS. An-Nisa': 58, sebagai hak rakyat yang menjadi
kewajiban para pemimpin. Yaitu agar para pemimpin menunaikan amanat kepemimpinan dengan
sebaik-baiknya. Memberikan hak kepada yang berhak menerimanya, dan memutuskan hukum di
antara rakyatnya dengan seadil-adilnya.

Menurut Ustadz Ihsan Tanjung, ayat ini begitu populer dikumandangkan para jurkam di
musim kampanye. Dan oleh para pemimpin negeri ini ayat ini juga sering disitir ketika mereka
berpidato dihadapan alim ulama, ustadz, santri dan aktifis islam. tidak ketinggalan juga, para
pendukung thaghut (pemimpin yang tidak memberlakukan hukum Islam) menjadikannya sebagai
dalil untuk melegitimasi loyalitas dan ketaatan pada mereka. Kenapa bisa demikian? karena di
dalamnya terkandung perintah Allah agar ummat taat kepada Ulil Amri Minkum (para pemimpin
di antara kalian atau para pemimpin di antara orang-orang beriman).

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُكم‬

"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu." (QS. An-Nisa: 59)

Mereka biasanya hanya membacakan ayat tersebut hingga kata-kata Ulil Amri Minkum.
Bagian sesudahnya jarang dikutip. Padahal justru bagian selanjutnya yang sangat penting.
Mengapa? Karena justru bagian itulah yang menjelaskan ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum.
Bagian itulah yang menjadikan kita memahami siapa yang sebenarnya Ulil Amri Minkum dan
siapa yang bukan. Bagian itulah yang akan menentukan apakah fulan-fulan yang berkampanye

10
tersebut pantas atau tidak memperoleh ketaatan ummat.
Dalam bagian selanjutnya Allah berfirman:

‫فَِإ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرسُو ِل ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اَآْل ِخ ِر َذلِكَ َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل‬

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa:
59)

Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya ialah
komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Para pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak
mungkin akan rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-
Rasul. Sebab mereka sangat faham dan meyakini pesan Allah:

ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اَل تُقَ ِّد ُموا بَ ْينَ يَد‬
‫َي هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS.
Al-Hujuraat: 1)

Sehingga kita jumpai dalam catatan sejarah bagaimana seorang Khalifah Umar bin
Khattab radhiyallahu ’anhu di masa paceklik mengeluarkan sebuah kebijakan ijtihadi berupa
larangan bagi kaum wanita beriman untuk meminta mahar yang memberatkan kaum pria
beriman yang mau menikah. Tiba-tiba seorang wanita beriman mengangkat suaranya mengkritik
kebijakan Khalifah seraya mengutip firman Allah yang mengizinkan kaum mu’minat untuk
menentukan mahar sesuka hati mereka. Maka Amirul Mu’minin langsung ber-istighfar dan
berkata: "Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan ini kebijakan tersebut saya cabut
kembali...!"

Hadits Tentang Politik


1. Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im)

11
2. Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin. (HR.
Bukhari)
3. Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena
ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa
ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-
pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka
menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda ditangan orang-orang
yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia
menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah.
DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta
berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
5. Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim)
6. Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu:
a. Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mensyukurimu dan bila
kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni.
b. Tetangga apabila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan atau diam saja) tapi
bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan.
c. Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan perbuatan
yang -menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan mengkhianatimu. (HR.
Ath-Thabrani)
7. Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR.
Ahmad)
8. Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka
memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka
melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR. Ath-
Thabrani)
9. Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan
(kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)

12
Keterangan: Hal tersebut karena dia menyalah-gunakan jabatannya dengan berbuat
yang zhalim dan menipu (korupsi dll).
10. Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara:
a. Diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa).
b. Terlampau banyak petugas keamanan.
c. Main suap dalam urusan hukum.
d. Pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan.
e. Generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian.
f. Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti fiqih
dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni sastra lah. (HR.
Ahmad)
11. Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani
kaum lemah dan orang yang membutuhkannya maka Allah tidak akan mengindahkannya
pada hari kiamat. (HR. Ahmad)
12. Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya. (HR.
Ath-Thabrani)
13. Menyuap dalam urusan hukum adalah kufur. (HR. Ath-Thabrani dan Ar-Rabii')
14. Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar.
Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal
maka wafatnya tergolong jahiliyah. (HR. Bukhari dan Muslim)
15. Jangan bersilang sengketa. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa
(cekcok, bermusuh-musuhan) lalu mereka binasah. (HR. Ahmad)
16. Ka'ab bin 'Iyadh Ra bertanya, "Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya,
apakah itu tergolong fanatisme?" Nabi Saw menjawab, "Tidak, fanatisme (Ashabiyah)
ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman." (HR.
Ahmad)
17. Kaum muslimin kompak bersatu menghadapi yang lain. (HR. Asysyihaab)
18. Kekuatan Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia
membelot ke neraka. (HR. Tirmidzi)
19. Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang
imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin

13
dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri
pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan
(karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab
atas penggunaan harta ayahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
20. Barangsiapa membaiat seorang imam (pemimpin) dan telah memberinya buah hatinya
dan jabatan tangannya maka hendaklah dia taat sepenuhnya sedapat mungkin. (HR.
Muslim)
21. Akan terlepas (kelak) ikatan (kekuatan) Islam, ikatan demi ikatan. Setiap kali terlepas
satu ikatan maka orang-orang akan berpegangan kepada yang lainnya. Yang pertama kali
terlepas ialah hukum dan yang terakhir adalah shalat. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
22. Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa
kesenangan (kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam
kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan
itu merugikan kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)
23. Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi
perselisihan maka ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
24. Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat
orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah Azza
wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah) (HR. Abu
Dawud)

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam dan Politik itu
sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan cara-cara dalam berpolitik yang
sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu sistem politik Islam yang melihat
dokumen-dokumen dari Al-Qur‟an ini memuat prinsip-prinsip politik berupa keadilan,
musyawarah, toleransi, hak-hak dan kewajiban, amar ma’ruf dan nahi mungkar, kejujuran, dan
penegakan hukum.

Jadi dengan sistem dan peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan Al-Qur‟an sudah
pasti sistem politik Islam lebih baik dibandingkan dengan sistem Politik yang lain.

SARAN
Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik yang di gunakan
disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan kesadaran Iman dan Taqwa kepada
Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/politik-islam-danpolitik-
jahiliyyah.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah
Politik dalam Islam
http://biosaefful.blogspot.co.id/2012/07/memahami-kontribusi-agama-dalam.html
 Al-Qur’anul Karim

15
 Riyadhus Sholihin, Karya Imam Nawawi
 Tafsir Ibnu Katsir
 Menuju Jamaatul Muslimin, Karya Husssain bin Muhammad bin Ali jabir, M.A.
 Fiqh politik Hasan Al-Banna, Karya Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.
 Pilar-Pilar Asasi, Karya KH. Rahmat Abdullah.
 Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Karya Hasan Al-Banna.
 Biarkan Dakwah Bermertamorfosa, Karya Andree
 Al-Islam, Karya Sa’id Hawa
 Aliran-Aliran Sesat Di Indonesia, Karya Hartono Ahmad Jaiz.

16

Anda mungkin juga menyukai