Anda di halaman 1dari 27

TUJUAN DAN FUNGSI

EKONOMI POLITIK ISLAM

Dosen Pengampu : Nurlia Fusfita, M.Ec.Dev.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Indah Hikmah Sari (501171612)
2. Resi Juniarti (501171732)
3. RTS. Eka Setya Ningsih (501171752)
4. Hairul Majdi (501171592)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah


dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga
kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Ekonomi Politik Islam dengan
pokok pembahasan mengenai “Tujuan dan Fungsi Ekonomi Politik Islam” tepat
pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan
dari dosen pengampu. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih
kepada Ibu Nurlia Fusfita, M.Ec.Dev. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Politik
Islam.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kepada seluruh pembaca yang bersedia memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah di masa mendatang kami buka pintu
seluas-luasnya untuk apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan terima
kasih. Harapan kami semoga dari makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Jambi, 28 Oktober 2019

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ekonomi Politik Islam ........................................................ 4
2.2 Tujuan Ekonomi Politik Islam .......................................................... 9
2.3 Fungsi Ekonomi Politik Islam .......................................................... 15
2.4 Studi Kasus Ekonomi Politik Islam di Indonesia ............................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 21
3.2 Saran ................................................................................................. 22
Daftar Pustaka .................................................................................................. 23

iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembicaraan tentang “politik” seperti mata air yang tidak pernah kering.
Memang, harus diakui bahwa politik erat kaitannya dengan kekuasaan, sedang
kekuasaan itu sendiri adalah salah satu hal yang paling diminati oleh manusia.
Dinamika politik selalu menjadi perbincangan yang menarik bagi kalangan
masyarakat yang negaranya menggunakan sistem demokrasi karena mereka
mengetahui manuver pelaku politik yang memegang kekuasaan dalam mengambil
kebijakan, terkadang timbul pro dan kontra sehingga demonstrasi terjadi
diberbagai tempat untuk mendukung pemerintah atau menolak kebijakan
tersebut.1
Di antara jenis penyakit yang biasa menghinggapi manusia adalah
penyakit kekuasaan, dalam hal mana pemegang kekuasaan itu menjadi lupa diri
dan semenamena dalam mengelola dan mengendalikan kekuasaannya. Ia tidak
lagi menghormati tatanan kemasyarakatan, bahkan ia merasa bahwa dirinyalah
yang menenetukan dan menciptakan tatanan itu. Memang dalam kenyataan
sejarah, kekuasaan itu dapat saja membuat pemegangnya mabuk, menjadi
penguasa yang zalim, seperti Fir’aun, namun dapat juga menjadikan
pemegangnya menjadi lebih dekat kepada Allah, sesamanya dan bahkan makhluk
lainnya, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabiyulllah Sulaiman, as. dan Daud,
as.2
Kekuasaan adalah salah satu unsur penting dari kehidupan bermasyarakat,
dan ini masuk dalam pembicaraan politik. Memang dalam pengertian umum,
politik itu berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan dalam masyarakat atau
negara, dan karena masyarakat tidak bisa hidup terlepas dari kelompok
masyarakat dengan organisasinya, maka pembicaraan tentang pemegang otoritas
kekuasaan itu menjadi penting dan menarik. Sisi lain dari pembicaraan tentang

1
Burhanuddin Yusuf, POLITIK DALAM ISLAM:MAKNA, TUJUAN DAN FALSAFAH (Kajian
atas Konsep Era Klasik), (Makasar:UIN Alauddin Makasar,2018), h.1.
2
Ibid.,h.115.

1
politik adalah bahwa pengertian dan kegiatan politik itu cukup dinamis, searah
dengan dinamisnya perkembangan masyarakat itu sendiri. Sudah barang tentu,
pengertian, pendefenisian dan cakupan obyek pembicaraannya akan berubah,
berkembang dari satu masa ke masa.
Tapi terkadang masyarakat tidak terobsesi untuk mendiskusikan masalah
politik, mereka merasa pesimis dan krisis kepercayaan kepada pemerintah karena
kebobrokan moral para pejabat yang banyak melakukakan korupsi, nepotisme,
tidak berlaku adil dan berfikir pragmatis untuk memperkaya diri.
Dengan melihat fenomena di atas bahwa politik menjadi solusi yang
mendasar dalam memecahkan problem suatu negara untuk menuju seperti yang
diharapkan Islam yaitu baldatun toyyibatun warobbun ghofur, sehingga pada abad
19 mulai dicetuskan disiplin ilmu politik yang menjadi salah satu cabang ilmu
sosial, yang berdampingan dengan ilmu sosial lainya seperti sosiologi,
antropologi, dll.
Dan ilmu politik secara tidak langsung termasuk ilmu yang tua dalam
peradaban manusia, seperti yang diungkapan Roger F Soltau dalam Introduction
to Politics berpendapat bahwa ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan
negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan; hubungan
antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lainnya.
Kalau kita melihat pada masa Nabi Muhammad pada periode madinah
secara implisit ada unsur-unsur politik untuk memodifikasi umat Islam dan non
Islam supaya hidup mereka damai, sejahtera, dan aman karena pada saat itu Nabi
menjadi pemimpin negara sekaligus utusan Allah untuk menyebarkan agama
Islam sebagai penyempurna agama samawi sebelumnya. Dan pada kesempatan ini
penulis ingin mengkorelasikan politik menurut kaca mata Islam dan disiplin ilmu
yang menyongkong politik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud ekonomi politik Islam?
1.2.2 Jelaskan tujuan ekonomi politik Islam!
1.2.3 Jelaskan fungsi ekonomi politik Islam!

2
1.2.4 Bagaimana contoh studi kasus ekonomi politik Islam di Indonesia, lalu
apa solusinya?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini dibuat selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Politik Islam juga memberikan
pengetahuan kepada kita sebagai mahasiswa mengenai:
1.3.1 Definisi ekonomi politik Islam.
1.3.2 Tujuan ekonomi politik Islam.
1.3.3 Fungsi ekonomi politik Islam.
1.3.4 Studi kasus ekonomi politik di Indonesia dan cara mengatasinya.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat atau kegunaan penulisan makalah ini adalah :
1.4.1 Secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang
ekonomi politik Islam khususnya mampu menganalisis serta
menjelaskan tujuan dan fungsi ekonomi politik Islam.
1.4.2 Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua para
pembaca, khususnya buat teman-teman satu lokal dalam memahami
materi yang disampaikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Politik Ekonomi Islam


Politik ekonomi terdiri dari kata politik dan ekonomi. Kata politik
mulanya berasal dari bahasa Yunani dan Latin politicos atau politicus yang
berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota.
Dalam kamus Littre sebagaimana dikutip Hamid, politik adalah ilmu memerintah
dan mengatur negara. Sedangkan dalam kamus Robert, politik adalah seni
memerintah dan mengatur masyarakat manusia.3
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, segala urusan dan
tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau
terhadap negara lain. Juga dalam arti kebijakan, cara bertindak (dalam
menghadapi atau menangani suatu masalah).
Adapun menurut Asad, politik adalah menghimpun kekuatan,
meningkatkan kualitas dan kuantitas kekuatan; mengawasi dan mengendalikan
kekuatan; dan menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam
negara dan institusi lainnya. Sedangkan Catlin mendefinisikan politik sebagai
studi tentang kontrol, yaitu tindakan kontrol manusia atau kontrol masyarakat.
Kata atau istilah “politik” dalam bahasa Indonesia terambil dari kata
bahasa Inggris, yakni politic, yang secara harfiah bermakna (1) acting or juding
wisely; prudent (2) well judged; prudent atau sikap bijaksana atau hati-hati dalam
bersikap, danmelakukan kebijaksanaan atau tindakan bijak.4 Kata tersebut juga
bermakna The art of government atau tata pemerintahan/seni pemerintahan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “politik” diartikan dengan (1)
(pengetahuan) yang berkenaan dengan ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti
sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan); (2) Segala urusan dan tindakan

3 Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran Politik dalam al-Quran, (Jakarta:Gema Insani, 2001, cet.
ke-1), h.3.
4
A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (New York: Oxford
University Press, 1986), h. 646.

4
(kebijakan, siasat dsb.) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain;
(3). Cara bertindak (dalam menghadapi dan menangani suatu masalah).
Kata turunan dari kata “politik”, seperti “politikus” atau “politisi” berarti
orang yang ahli di bidang politik atau ahli ketatanegaan atau orang yang
berkecimpung di bidang politik. Kata, “politis” berarti bersifat politik atau
bersangkutan dengan politik, dan “politisasi” berarti membuat keadaan
(perbuatan, gagasan dan sebagainya) bersifat politis. Sementara itu, makna dari
kata “aspek-aspek politik” yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan
pemerintahan, sistem negara, hubungan antara pemerintah dengan rakyat,
hubungan antar negara.
Dari definisi politik yang berbeda tersebut dapat ditarik benang merah
bahwa politik sebagai pengaturan urusan masyarakat oleh kekuasaan negara
maupun oleh masyarakat itu sendiri.
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah, seperti dalam
buku-buku ulama salaf dikenal dengan siyasah syar’iyah. Sedangkan
kata siyasah itu sendiri berasal dari kata sasa-yasusu-siyasatan yang berarti qama
‘alaihi wa radhaha wa addabaha yang berarti mengurusinya, melatihnya, dan
mendidiknya.
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam menggunakan kata politik (ُ‫س‬ ُ َ ‫)ت‬
ُ ‫س ْو‬
dalam sabdanya:
“Dulu Bani Israil diurusi (urusannya) oleh para nabi (tasusuhumul anbiya).
Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantikanya. Tidak ada nabi
setelahku. Akan tetapi, akan ada banyak khalifah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada bidang politik Islam (siasah), perbincangan banyak diuraikan dari
aspek perubahan politik sebuah negara. Menurut Ishak (2007), kekuatan dan
kelemahan sesuatu partai politik diukur sebagai suatu perkembangan politik. Dari
sini, politik secara umumnya bermaksud mengurus kekuasaan dan menyelesaikan
sesuatu masalah secara kolektif. Kekuasaan itu boleh berlaku dalam berbagai
perangkat. Satu perangkat individual seumpama seorang ayah memimpin sebuah
keluarga, bagaimana beliau menggunakan kuasanya untuk menyelesaikan masalah

5
keluarganya. Begitu juga di masyarakat, negara dan seterusnya pada perangkat
antarbangsa.
Menurut Yusuf al-Qardhawi (2002), beliau mengatakan bahwa sistem
politik Islam ialah semua peraturan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan
keputusan untuk menjaga kepentingan manusia. Peraturan ini boleh dilakukan
selagi mana peraturan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang Islam.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa politik bukan saja
memberi rangsangan ingatan ke arah partai politik semata-mata tetapi meliputi
semua aspek dalam kehidupan.5
Kajian politik ekonomi Islam merupakan hasil pengembangan dari hukum
Islam dalam bidang kebijakan pengelolaan kekayaan Negara (attasharruf). Secara
teknis politik ekonomi Islam lebih dikenal dengan sebutan Siyasah Maliyah.
Istilah yang lain adalah Tadakhul ad-daulah (intervensi Negara).6
Dimana istilah ini dikembangkan oleh Muhammad Baqir AsShadr yang
menurutnya Negara mengintervensi aktifitas ekonomi untuk menjamin adaptasi
hukum Islam yang terkait dengan aktifitas ekonomi masyarakat secara lengkap.
Negara dipandang ikut serta dalam ekonomi Islam yang mana untuk
menyelaraskan dalil-dalil yang ada di dalam nash. Di samping itu Negara dituntut
untuk membuat suatu aturan-aturan yang belum ada di dalam nash, sehingga tidak
ada istilah kekosongan hukum. Membahas landasan kebijakan pembangunan
ekonomi diantaranya: Tauhid, keadilan, dan keberlanjutan. Selain itu kebijakan
ekonomi menurut Islam harus ditopang oleh empat hal, diantaranya: tanggung
jawab sosial, kebebasan ekonomi yang terbatas oleh syari’ah, pengakuan
multiownership dan etos kerja yang tinggi.
Ekonomi politik Islam sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam namun ketika itu sifatnya masih sederhana. Seperti
contohnya dalam hal politik, masih dilaksanakan dengan penerapan negosiasi
antara dua kaum atau kelompok masyarakat (tahaluf siyasi). Sedangkan untuk

5
Syakir Mohd dan Mohd Rosdi, Makna Ekonomi Politik Islam, 2012. Dalam artikel
Academia.edu.h.7-8.
6
Ifdlolul Maghfur, Peran Politik Ekonomi Islam dalam melaksanakan Globalisasi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), (Jatim:Univ.Pasuruan,2016), h.40.

6
penerapan ekonominya, pada masa Rasulullah belum ada yang namanya lembaga
keuangan seperti Bank dan juga belum ada perusahaan.7
Jadi ekonominya lebih ke masalah perdagangan yang memakai sistem
barter dan berlanjut memakai uang dinar dan dirham. Ekonomi politik Islam
sendiri hadir untuk mewujudkan keberhasilan dan kemajuan bagi Dunia Islam.
Dengan tujuan al-falah dan mardhatillah, ekonomi politik menyeimbangkan
antara dunia dan akhirat serta hablum minallah dan hablum minannas.
Ekonomi sendiri juga tidak akan berjalan baik jika didalamnya tidak ada
politik (pemerintahan) dan sebaliknya. Karena politik didalamnya membahas
tentang pemerintah dan rakyat. Jika keduanya disatukan maka akan menjadi suatu
ilmu yang dapat menyeimbangkan kehidupan masyarakat.
Namun seringkali di zaman sekarang orang-orang salah paham terhadap
politik. Politik dinilai merupakan sesuatu yang hal yang tidak dapat digabungkan
dengan agama karena dinilai kotor. Namun itu semua hanyalah pemikiran
konvensional (doktrin non-Muslim) dan bukanlah paham yang diajarkan atau
disebutkan dalam Islam.
Tanggapan yang menyatakan bahwa politik itu kotor tidak lain hanyalah
berdasarkan pengalaman mereka berhadapan dengan suasana politik yang kotor
sebegitu rupa. Sebaliknya, pengalaman politik yang kotor ini boleh digunakan
oleh pihak Barat sebagai bahan manipulasi dan bahan eksploitasi. Pihak Barat
telah melakukan serangan psikologi untuk membiasakan umat Islam dengan
pendekatan pemisahan politik dengan agama ini turut dibincangkan oleh para
ulama. Seorang ulama bermadzhab Syafi’i pernah berkata seperti berikut: “Tidak
boleh ada politik, kecuali yang sesuai dengan syariat”. Ibnu Aqil membantah
dengan mengatakan seperti berikut: “Tindakan politik yang memang
menghasilkan maslahat dan tidak menimbulkan bahaya kerusakan boleh
diserahkan kepada manusia, walaupun tidak ada aturan daripada Rasulullah SAW
maupun wahyu Allah SWT. Jika Anda maksudkan dengan perkataan yang sesuai
dengan syariat adalah tidak bertentangan dengan bunyi teks syariat, berarti Anda

7
https://www.kompasiana.com/radudura/5d1c20c00d8230657d47ccc3/dapatkah-ekonomi-politik-
islam-mengatasi-masalah-kemiskinan-di-indonesia?page=all

7
betul. Tetapi jika yang Anda maksudkan adalah tidak boleh ada politik, kecuali
mesti sesuai dengan bunyi teks syariat, maka Anda salah dan bertentangan dengan
apa yang dilakukan sahabat-sahabat Nabi SAW” (Dikutip dari Yusuf al-
Qaradhawy, 2009:31).
Dapat dipahami bahwa tidak semua politik itu kotor, malah Nabi SAW
dan juga para sahabatnya pernah berpolitik. Politik cara Nabi SAW adalah
mengikut konsep Islam dan dan mengikut dasar-dasar yang sesuai dengan prinsip
yang ditetapkan oleh syariah. Oleh karena itu, politik dan agama tidak boleh
dipisahkan. Perbincangan para ulama ini memperlihatkan bahwa Islam sangat
mementingkan pembangunan dari aspek politik dalam menggalakkan
perkembangan masyarakat yang lebih sempurna.
Disebabkan itulah pengkajian mengenai pelaksanaan ekonomi politik
Islam ini penting dilaksanakan untuk memastikan ide dan strategi pelaksanannya
selaras dengan kehendak syariat Islam.”Islam menyiapkan cara-cara yang
sempurna bagi mengatur manusia. Cara-cara itulah yang dipakai bagi mengatur
kehidupan politik. Tanpa kuasa politik, negara kita tidak dapat melaksanakan
kewajiban mengajak orang supaya melakukan kebaikan dan mencegah kejahatan,
berjihad, menegakkan keadilan, mendirikan shalat, menolong orang yang
teraniaya dan lain-lain” (Yusuf al-Qaradhawi, 2002:23).
Ekonomi politik Islam merupakan ilmu yang muncul sebagai penolakan
atau untuk mengkritik paham-paham kovensional yaitu kapitalisme dan
sosialisme. Di mana paham kapitalisme dan sosialisme dinilai tidak memberikan
manfaat atau pretasi yang berarti terhadap perkembangan ekonom politik di dunia.
Bahkan kedua paham tersebut juga sering mendapat kritikan dari ahli-ahli lain.
Banyak penolakan terhadap paham-paham tersebut terutama oleh masyarakat
muslim sebab dinilai memicu terjadinya persaingan tidak sehat antara individu.
Selain itu, dalam dua paham konvensional tersebut ada sistem riba yang
membuat umat Islam makin menentangnya. Karena dalam Islam, riba merupakan
hal yang sangat dilarang pengaplikasiannya dalam segala hal terbukti dengan
disebutkannya masalah riba di Al-Quran lebih dari dua kali yang membuktikan
Allah swt., memang sangat melarang riba.

8
Perihal tentang ekonomi politik Islam juga disebutkan dalam Al-Qur'an
dan Hadits. Terdapat dua alasan yang melatar belakangi diperlukannya
pengembangan teori, pemikiran, dan konsep-konsep Ekonomi Politik Islam di
masa sekarang ini.
Alasan yang pertama yaitu keyakinan kita sebagai Muslim dan yang kedua
adalah dasar kebutuhan umat manusia. Pengembangan ekonomi politik Islam
perlu dilakukan untuk menjawab persoalan-persoalan ekonomi termasuk masalah
pembangunan ekonomi di dunia Muslim demi kehidupan masyarakat muslim
yang lebih sejahtera. Tentunya, ekonomi politik juga mengikuti ketentuan-
ketetentuan syariah berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman agama
Islam.
Menurut Yusuf al-Qardhawi, "Islam menyiapkan cara-cara yang sempurna
bagi mengatur manusia. Cara-cara itulah yang dipakai bagi mengatur kehidupan
politik. Tanpa kuasa politik, negara kita tidak dapat malaksanakan kewajiban
mengajak orang supaya melakukan amar ma'ruf nahi munkar, berjihad,
menegakkan keadilan, mendirikan sembahyang, menolong orang-orang yang
teraniaya, dan lain-lain."
Pendekatan ekonomi politik Islam dalam kaitannya dengan pembangunan
adalah sebuah proses yang terkait erat, mengingat kajian atau disiplin ilmu
ekonomi politik Islam tidak akan mengenyampingkan persoalan politik, sosial,
dan budaya dari sebuah masyarakat dalam kaitannya dengan proses
pembangunan.
Pendekatan ekonomi politik Islam akan mengadakan kajian mendalam
terkait dengan persoalan kemiskinan dan keterbelakangan dari sebuah masyarakat
dalam kaitannya dengan persoalan ketidakadilan, ketimpangan sosial, efektifitas
pemerintahan, dan persoalan korupsi.

2.2 Tujuan Ekonomi Politik Islam


Menurut Ken Mcelroy tujuan adalah langkah pertama dalam proses
mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan.

9
A. Tujuan Ekonomi Islam
Menurut Muhammad Umar Chapra, salah seorang ekonom Islam, tujuan
kegiatan ekonomi Islam adalah: kegiatan ekonomi atau muamalah bertujuan untuk
memperoleh kesejahteraan ekonomi dalam batas-batas, norma-norma moral Islam.
Agama Islam memperbolehkan manusia untuk menikmati rizki. Namun, tidak
boleh berlebihan dalam konsumsi. Dalam Islam setiap usaha yang dilakukan oleh
manusia seperti bertani, berdagang dan usaha lainnya dianggap Ibadah.8
Tatanan ekonomi yang diusahakan bertujuan untuk membina persaudaraan
dan menegak kan keadilan universal. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia jangan sampai menimbulkan rasa permusuhan, peperangan dan
ketidakadilan ekonomi. Distribusi pendapatan yang seimbang. Islam mempunyai
komitmen yang tinggi terhadap persaudaraan manusia dan keadilan, oleh karena
itu ketidakadilan ekonomi tidak dibenarkan dalam Islam. Karena ketidakmerataan
ekonomi tersebut hanya akan meruntuhkan rasa persaudaraan antarmanusia yang
ingin di bina oleh manusia.
Tatanan dalam Islam bertujuan untuk mewujudkan kebebasan manusia
dalam konteks kesejahteraan sosial. Pandangan ekonomi Islam tentang
kesejahteraan tentu saja didasarkan atas keseluruhan ajaran Islam tentang
kehidupan ini. Secara singkat kesejahteraan yang diinginka noleh ajaran Islam
adalah:
Kesejahteraan holisctic dan seimbang, yaitu mencakup dimensi material
maupun spiritual serta mencakup individu sosial. Sosok manusia terdiri atas unsur
fisik dan jiwa, karenanya kebahagiaan haruslah seimbang diantara keduanya.
Demikian pula manusia memiliki dimensi individual, tetapi tentu saja ia tidak
dapat terlepas dari lingkungan sosial. Manusia akan merasa bahagia jika dapat
seimbangan diantara dirinya sendiri dengan lingkungan sosialnya.
Kesejahteraan di dunia maupun di akhirat, sebab manusia tidak hanya
hidup di alam dunia saja tetapi juga di alam akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak

8
Syakir Mohd, Mohd Rosdi. 2012. Makna Ekonomi Politik Islam.Dalam Artikel
Academia.edu.h.16.

10
dapat dicapai maka kesejahteraan di akhirat tentu lebih diutamakan, sebab ia
merupakan suatu kehidupan yang dalam segala hal lebih bernilai (valuable).

B. Tujuan Politik Islam


Tujuan politik Islam mengatur urusan-urusan (kepentingan) umat baik
dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan hukum-hukum Islam. Adapun
menurut Imam Al-Ghazali:“ agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar.
Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala seuatu
yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak
berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap.9
Dalam Ekonomi politik Islam memberikan pengurusan atas urusan
seluruh umat Muslim. Namun, relitas politik demikian menjadi pudar saat terjadi
kebiasaan umum masyarakat dewasa ini baik perkataan maupun perbuatannya
menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang
beraqidahkan sekulerisme, baik dari kalangan non muslim atau dari kalangan
umat Islam. Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipudaya, dan penyesatan
yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa. Penyelewengan para politisi
dari kebenaran Islam, kezhaliman merekakepadamasyarakat, sikap dan tindakan
sembrono mereka dalam mengurusi masyarakat memalingkan makna lurus politik
tadi.
Bahkan, dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa memusuhi
rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang shalih dan berbuat baik. Hal ini
memicu propaganda kaum sekuleris bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama
(Islam). Sebab, orang yang pahamkan agama itu takut kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan
dusta, kezhaliman, penghianatan, dan tipudaya. Cara pandang demikian,
sayangnya sadar atau tidak mempengaruhi sebagian kaum muslim yang juga
sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Padahal propaganda tadi
merupakan kebenaran yang digunakan untuk kebathilan.

9
Ibid.

11
Tujuan strategis dari ekonomi politik Islam di antaranya adalah
keberhasilan pembangunan dan kemajuan bagi dunia Muslim. Di samping itu
penerapan ekonomi politik Islam diharapkan pada akhirnya juga bukan hanya
bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan bagi dunia Muslim, tetapi juga
dapat berkontribusi bagi kemanusiaan secara umum, termasuk di negara-negara
maju di Barat sekarang ini, dimana ekonomi politik Islam diharapkan dapat
menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang lebih etis (ketimbang materialis),
lebih peduli terhadap sesama, lebih manusiawi, lebih ramah lingkungan, lebih
merata, mempunyai visi pemikiran jangka panjang (bukan jangka pendek), dan
peduli terhadap pembangunan yang berkelanjutan, dan yang terpenting peranan
moralitas dalam masyarakat.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa politik ekonomi Islam adalah
pengaturan, kebijakan atau strategi ekonomi berdasarkan hukum Islam (syariah)
yang digunakan untuk memecahkan mekanisme pengaturan urusan manusia.
Adapun politik ekonomi Islam menurut an-Nabhani adalah jaminan tercapainya
pemenuhan semua kebutuhan primer (basic needs) tiap orang dengan pemenuhan
secara menyeluruh, berikut kemungkinan tiap orang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan skunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya, sebagai
orang yang hidup dalam sebuah masyarakat (society) yang memiliki (life style)
tertentu.10
Islam memandang tiap orang secara pribadi, bukan secara kolektif sebagai
komunitas yang hidup dalam sebuah negara. Pertama kali, Islam memandang tiap
orang sebagai manusia yang harus dipenuhi semua kebutuhan primer (basic
needs) nya dengan pemenuhan secara menyeluruh. Baru, berikutnya, Islam
memandangnya dengan kapasitas pribadinya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan skunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kemampuannya. Kemudian
pada saat yang sama, Islam memandangnya sebagai orang yang terikat dengan
sesamanya dalam interaksi tertentu, yang dilaksanakan dengan mekanisme
tertentu, sesuai dengan (life style) tertentu pula.

10 Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, terjemahan oleh Maghfur


Wachid, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000), h. 52-53.

12
Politik ekonomi Islam selalu mengacu kepada problem utama ekonomi, yakni
jaminan terpenuhinya semua kebutuhan primer (basic needs) tiap individu
masyarakat serta kemungkinan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sekundernya. Politik ekonomi Islam tidak ditujukan untuk sekadar
meningkatkan GNP. Akan tetapi, agar setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan-
kebutuhan primernya, sekaligus jika memungkinkan mereka dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sekundernya.11
Islam memandang tiap orang secara pribadi, bukan secara kolektif sebagai
komunitas yang hidup dalam sebuah negara. Pertama kali, Islam memandang tiap
orang sebagai manusia yang harus dipenuhi semua kebutuhan primer (basic
needs)-nya dengan pemenuhan secara menyeluruh. Baru, berikutnya Islam
memandangnya dengan kapasitas pribadinya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan skunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kemampuannya. Kemudian
pada saat yang sama, Islam memandangnya sebagai orang yang terikat dengan
sesamanya dalam interaksi tertentu, yang dilaksanakan dengan mekanisme
tertentu, sesuai dengan life style tertentu pula.
Oleh karena itu, politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah negara semata, tanpa memperhatikan
terjamin-tidaknya tiap orang untuk menikmati kehidupan tersebut. Politik
ekonomi Islam juga bukan hanya bertujuan untuk mengupayakan kemakmuran
manusia dengan membiarkan mereka sebebas-bebasnya untuk memperoleh
kemakmuran tersebut dengan cara apapun, tanpa memperhatikan terjamin-
tidaknya hak hidup tiap orang. Akan tetapi, politik ekonomi Islam adalah semata-
mata merupakan pemecahan masalah utama yang dihadapi tiap orang, sebagai
manusia yang hidup sesuai dengan interaksi-interaksi tertentu serta
memungkinkan orang yang bersangkutan untuk meningkatkan taraf hidupnya, dan
mengupayakan kemakmuran dirinya di dalamlife style tertentu. Dengan demikian,
politik ekonomi Islam tentu berbeda dengan politik ekonomi yang lain.12

11 Endah Kartikasari, Membangun Indonesia Tanpa pajak dan Utang, (Bogor: al-Azhar Press,
2010), h. 46.
12
Taqiyuddin An-Nabhani, Loc.Cit.

13
Ekonomi politik Islam juga berlandaskan syariah Islam, yang
menggunakan tiga pendekatan fiqh yaitu iqtishadi, ijtima'i dan juga siyasi.
Dimana ketiga fiqh tersebut juga memisahkan atau membagi prinsip-prinsip
ekonomi politik Islam ke dalam tiga bagian yaitu ekonomi, politik, dan sosiologi
yang berlandaskan syariah Islam. Yang mana pengaplikasiannya juga diselingi
oleh iman, ilmu, amal, dan ikhlas. Banyak manfaat-manfaat yang sebenarnya
dapat kita rasakan dari pelaksanaan ekonomi politik Islam, sebab mengikuti
landasan syariah yang mengutamakan kesejahteraan umat manusia.
Dampak pendekatan ekonomi politik Islam dalam pembangunan juga akan
sangat mendasar mengingat proses pembangunan memerlukan pemahaman yang
holistik mengenai suatu bangsa dan negara. Pembangunan bukan sekedar kajian
ekonomi, tetapi juga kajian yang bersifat sosial dan politik. Kajian yang
memerlukan pemahaman mendalam mengenai budaya dan keyakinan masyarakat
setempat.
Mengingat Indonesia walaupun mayoritas masyarakatnya menganut
agama Islam, namun didalamnya masih diselingi kebudayaan sejak zaman dahulu
yang masih kental penerapannya dalam setiap kegiatan masyarakat. Ekonomi
politik Islam juga diyakinkan dapat mengatasi permasalahan non-ekonomi
sekalipun seperti masalah korupsi, hukum, dan birokrasi seperti yang saya
sebutkan di paragfraf sebelumnya. Ini membuat ekonomi politik Islam dinilai
sebagai ilmu yang penting dan perlu diterapkan di dunia termasuk di Indonesia.
Sebenarnya ketiga faktor yang saya sebutkan itu dinilai menjadi beberapa
penyebab pembangunan ekonomi di Indonesia terhambat. Karena itulah, ekonomi
politik Islam dinilai baik karena mencakup nilai-nilai Islam yang mana melarang
kedzaliman terhadap orang lain dan mengutamakan kesejahteraan semua
masyarakat tanpa terkecuali. Selain itu, di Indonesia pun mayoritas besar
penduduknya merupakan penganut agama Islam dan hal itu sangat mendukung
paham ekonomi politik Islam untuk dapat diterapkan di Indonesia.

14
2.3 Fungsi Ekonomi Politik Islam
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia fungsi merupakan kegunaan
suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Adapun menurut Moekijat
fungsi adalah sebagai suatu aspek khusus dari suatu tugas tertentu.
A. Fungsi Ekonomi Islam
Fungsi ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi adalah: Merealisasikan
pertumbuhan ekonomi dengan mengikutsertakan seluruh komponen bangsa.
Sistem ekonomi Islam memainkan peranan penting dalam menyusun rencana
pertumbuhan ekonomi yang proaktif dan jauh dari penyelewangan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan dan mengamalkan
ekonomi syariah melalui lembaga keuangan syariah, baik berupa bank, asuransi,
pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan mendapatkan
keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan yang diperoleh di dunia diperoleh
melalui bagi hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah
terbebas dari unsur riba yang diharamkan oleh Allah. Mewujudkan kesatuan
ekonomi bagi seluruh dunia Islam demi mewujudkan kesatuan politik yang amar
ma’ruf nahi mungkar.
B. Fungsi politik Islam
Fungsi politik Islam adalah mengelola persoalan publik atau
masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam. Islam adalah agama yang mengatur
kehidupan manusia secara keseluruhan dalam segala aspek, termasuk tentang
negara dan politik. Politik (siyasah) adalah pemeliharaan urusan umat
(ri’ayatusyuunilummah), di dalam dan luar negeri. Pelaksana praktisnya adalah
daulah (negara), sedangkan umat melakukan muhasabah (kritik, saran, dan
nasihat) kepada daulah (khalifah).
Politik dalam negeri dilaksanakan negara untuk memelihara urusan
umat dengan melaksanakan mabda (aqidah dan peraturan-peraturan) Islam di
dalam negeri. Dalam menggeluti politik dalam negeri, kaum muslim wajib
memperhatikan pelaksanaan pemerintahan dan meluruskannya apabila terjadi
penyimpangan. Adapun politik luar negeri dilakukan daulah untuk memelihara
urusan umat dilakukan daulah untuk memelihara urusan umat di luar negeri

15
dengan menjalin hubungan internasional dan menyebarkan Islam keseluruh dunia.
Dalam melaksanakan aktivitas politik, penguasa mendapat pengawasan dari
seluruh rakyat, baik sebagai individu maupun kelompok.

2.4 Studi Kasus Ekonomi Politik Islam di Indonesia


Permasalahan yang hendak kami bahas disini adalah bagaimana ekonomi
politik Islam dapat mengatasi masalah kemiskinan, khususnya di Indonesia.
Karena persoalan ekonomi bukanlah masalah yang hanya berdampak pada satu
aspek ekonomi saja, melainkan juga berkembang ke aspek-aspek lain seperti
sosial, politik dan aspek-aspek lainnya.13
Kemiskinan sendiri merupakan permasalahan yang tidak pernah luput di
berbagai negara di dunia bahkan bisa dikatakan semua negara-negara dunia
mengalami permasalahan kemiskinan.
Lalu dapatkah ekonomi politik Islam mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia? Maka jawaban kami adalah bisa, bahkan sangat bisa. Berikut
penjelasannya.
Islam memandang kemiskinan sebagai salah satu hal yang mampu
membahayakan akhlak, kelogisan berpikir, keluarga, dan juga masyarakat. Islam
pun menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang seharusnya memohon
pertolongan kepada Allah atas kejahatan yang tersembunyi di dalamnya. Jika
kemiskinan semakin merajalela, maka makin akan membuat kita lupa kepada
Allah dan rasa sosial antar sesama.
Dalam permasalahan ini, Islam menganggap bahwa kemiskinan
merupakan suatu masalah yang sangat penting yang harus diselesaikan
secepatnya. Karena kemiskinan bisa jadi, jika tidak segera dituntaskan dengan
segera, maka dikhawatirkan akan memunculkan masalah-masalah lainnya.
Sebenarnya, solusi untuk mengatasi kemiskinan sudah dilakukan sejak masa
pemerintahan Islam masa Rasulullah dan 4 sahabatnya.

13
https://www.kompasiana.com/radudura/5d1c20c00d8230657d47ccc3/dapatkah-ekonomi-politik-
islam-mengatasi-masalah-kemiskinan-di-indonesia?page=all

16
Dimana pada masa itu, Rasulullah sering memberikan sedekah kepada
penduduk yang kekurangan. Dilanjutkan oleh sahabat-sahabatnya, yang
membagikan harta Baitul Mal yang diperoleh dari harta zakat, infaq, sedekah,
pajak, dan harta-harta perang kepada penduduk setempat untuk mencukupi
kebutuhan mereka.
Dengan cara itulah Islam mengatasi kemiskinan pada masa tersebut,
karena dalam Islam dimana hak individu, masih terdapat hak individu lain di
dalamnya. Karena itulah Islam menganjurkan sedekah, dan mewajibkan zakat
demi kesejahteraan bersama dengan menolong orang lain dan juga membersihkan
harta. Dalam hal ini juga ada keterkaitan dengan Baitul Mal dimana Baitul Mal
menjadi wadah penting dalam mengatasi kemiskinan.
Dalam hal ini, mengapa ekonomi politik Islam perlu diterapkan di
Indonesia karena Indonesia termasuk ekonomi politik Islam akan lebih
menekankan kepada distribusi pendapatan yang merata kepada seluruh
masyarakat. Lewat distribusi pendapatan yang merata, diyakinkan dapat
mendongkrak angka kemiskinan di Indonesia.
Namun tentunya, untuk mengatasi masalah ini bukanlah hal yang
gampang. Mengingat rendahnya kepedulian pemerintah terhadap ekonomi rakyat
kecil, terlihat dari ketimpangan antara pendapatan rakyat yang kaya dan
miskin. Situasi ini adalah bukan situasi ekonomi Islam. Dapat dilihat negara-
negara muslim kawasan kaya mineral yang kerap memanfaatkan kekayaannya
bukan untuk mendukung terjadinya akselerasi ekonomi di berbagai sektor atau
melakukan alokasi sumber pendapatan bagi negara muslim yang miskin.
Namun kekayaan tersebut digunakan untuk meningkatkan sektor
konsumsi. Tidak dapat dipungkiri bahwa lemahnya negara muslim dalam
mengelola sumber daya ekonomi yang disebabkan karena gaya pemerintahan
yang cenderung kaku dan lebih berorientasi kepada bidang politik.
Selama ini Indonesia itulah yang terjadi, karena pemerintah lebih
cenderung lebih berorientasi ke politik dan lebih memperdulikan kerja sama
dengan negara lain dibandingkan dengan mengurangi angka kemiskinan. Selain

17
itu, tingkat konsumsi barang impor yang tinggi oleh rakyat Indonesia sendiri juga
merupakan salah satu penyebab melemahnya pembangunan ekonomi.
Dimana pemerintah juga harus memasok barang impor dari luar negeri dan
juga secara tidak langsung menambah hutang negara. Hal ini berpengaruh pada
usaha-usaha kecil dan petani yang kurang memiliki kesempatan dalam
memasarkan produknya akibat konsumen lebih menyukai barang impor
dibandingkan barang dalam negeri.
Dilansir BPS melalui kompas.com, Indonesia pernah mencatat sejarah
kelam dimana angka kemiskinan Indonesia tertinggi pada masa pemerintahan
presiden Soeharto yang menunjukkan angka dua digit, namun terus menunjukkan
penurunan yang signifikan di tahun-tahun berikutnya (pemerintahan-pemerintahan
selanjutnya).
Pada tahun ini, angka kemiskinan Indonesia hanya menunjukkan angka
satu digit yaitu 9,82%. Seterusnya, pemerintah pun harus terus fokus menurunkan
angka kemiskinan dan tidak boleh puas dengan penurunan ini.
Di Indonesia, masih tingginya ketergantungan masyarakat kepada bantuan
pemerintah juga menjadi salah satu penyebab dari kemiskinan yang tidak terlalu
berpengaruh. Penduduk cenderung tidak mandiri. Untuk hal ini, yang harus
dilakukan adalah dengan cara menjadikan penduduk menjadi produktif. Dimana
penduduk dapat mandiri tanpa ikut campur pemerintah mengolah dana ataupun
sumber daya yang ada untuk meningkatkan pendapatan. Tentunya pemerintah
sebagai pihak yang menjembatani hal ini perlu menyediakan lapangan pekerjaan
ataupun penyuluhan atau pelatihan-pelatihan kepada penduduk.
Selain itu, bukan berarti apabila angka kemiskinan turun dapat dikatakan
baik, sebab di Indonesia, akibat kemiskinan kesenjangan pun muncul antara
penduduk kaya dan miskin. Meskipun angka kemiskinan turun dan menyebabkan
jumlah penduduk miskin berkurang, namun gap antara kesenjangan kemiskinan di
Indonesia masih belum mampu dituntaskan. Hal ini yang juga perlu diperhatikan
oleh pemerintah. Karena masalah seperti ini tentunya juga dapat mengembagkan
masalah-masalah yang lain juga.

18
Dalam Islam, tidak boleh terjadi kesenjangan karena tugas seluruh
manusia adalah sama sebagai hamba Allah yang harus melakukan kewajiban
beribadah kepada-Nya dan juga sebagai khalifah di bumi yang bertugas untuk
menjaga bumi. Karena itu dibutuhkan distribusi pendapatan di Indonesia.
Namun, mengenai masalah ini tidak hanya pemerintah saja yang
berkontribusi namun juga dibutuhkan juga kontribusi masyarakat termasuk yang
memiliki kelebihan harta dalam mencukupi kebutuhannya dengan disalurkan
sebagai sedekah kepada yang kekurangan harta. Karena dalam Islam tolong-
menolong merupakan suatu hal yang dapat mendatangkan banyak manfaat bagi
semua yang melakukan dan menerimanya.
Menurut Islam, ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi
kemiskinan yang dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi, yaitu:
 Bekerja
 Jaminan sanak famili (Keluarga)
 Zakat
 Jaminan Baitul Mal (dari pemerintah)
 Jaminan di luar zakat (bantuan)
 Sedekah sukarela dan kemurahan hati individu
Apabila di Indonesia menganut sistem ekonomi politik Islam, maka cara-
cara tersebut akan dilakukan tentunya sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, ada
juga distribusi kekayaan menurut Islam, yaitu:
1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi keberlangsungannya sebab-
sebab kepemilikan (ketentuannya) dalam kepemilikan individu.
2. Memberikan kesempatan bagi berlangsungnya investasi.
3. Larangan menimbun harta benda meskipun telah mengeluarkan zakat
(terhadap harta benda tersebut).
4. Mengatasi peredaran kekayaan di suatu tempat dengan menggalakkan dan
mendorong kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk distribusi kekayaan.
5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat
menyebabkan terjadinya distorsi (ketidaksempurnaan) pasar.

19
6. Larangan terhadap judi, riba, korupsi serta suap terhadap pejabat
pemerintah.
7. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang (SDA) milik umum
yang dikelola oleh Negara.
Cara-cara itu yang dapat diterapkan di Indonesia ataupun di negara-negara
lain untuk mengatasi masalah ekonomi Negara termasuk masalah kemiskinan.
Karena tidak ada mudharat suatu hal apabila dilakukan berdasarkan dengan
ketentuan syariah Islam yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan Hadits.
InsyaAllah masalah-masalah dalam Negara dapat diminimalisir dengan
penetapan paham Islam pada suatu negara. Tentunya pemerintah pun tengah
berusaha untuk menekan angka kemiskinan dan mengurangi penduduk miskin
saat ini. Namun, kontribusi dari masyarakat juga diperlukan demi mewujudkan
ekonomi Indonesia yang lebih baik kedepannya. Karena bila sesuatu dilakukan
bersama, maka masalah akan terasa lebih mudah diselesaikan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengkajian mengenai pelaksanaan ekonomi politik Islam ini penting
dilaksanakan untuk memastikan ide dan strategi pelaksanannya selaras dengan
kehendak syariat Islam.”Islam menyiapkan cara-cara yang sempurna bagi
mengatur manusia. Cara-cara itulah yang dipakai bagi mengatur kehidupan
politik. Tanpa kuasa politik, negara kita tidak dapat melaksanakan kewajiban
mengajak orang supaya melakukan kebaikan dan mencegah kejahatan, berjihad,
menegakkan keadilan, mendirikan shalat, menolong orang yang teraniaya dan
lain-lain”
Fungsi politik Islam adalah mengelola persoalan publik atau masyarakat
yang sesuai dengan syariat Islam. Islam adalah agama yang mengatur kehidupan
manusia secara keseluruhan dalam segala aspek, termasuk tentang negara dan
politik. Adapun menurut Imam Al-Ghazali:“ agama dan kekuasaan adalah dua
saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya.
Segala seuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang
tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap.
Tujuan strategis dari ekonomi politik Islam di antaranya adalah
keberhasilan pembangunan dan kemajuan bagi dunia Muslim. Di samping itu
penerapan ekonomi politik Islam diharapkan pada akhirnya juga bukan hanya
bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan bagi dunia Muslim, tetapi juga
dapat berkontribusi bagi kemanusiaan secara umum, termasuk di negara-negara
maju di Barat sekarang ini, dimana ekonomi politik Islam diharapkan dapat
menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang lebih etis (ketimbang materialis),
lebih peduli terhadap sesama, lebih manusiawi, lebih ramah lingkungan, lebih
merata, mempunyai visi pemikiran jangka panjang (bukan jangka pendek), dan
peduli terhadap pembangunan yang berkelanjutan, dan yang terpenting peranan
moralitas dalam masyarakat.

21
3.2 Saran
1. Kepada Pemerintah
Mengingat kewajiban dan pentingnya penerapan konsep politik ekonomi
Islam, maka baiknya pemerintah menerima dan menjadikan politik ekonomi Islam
sebagai politik ekonomi dalam bernegara.
2. Kepada Civitas Akademik
Politik ekonomi Islam perlu diteliti lebih jauh agar dapat dijelaskan,
dikembangkan, dan diimplementasikan dengan lebih baik dalam kehidupan.
3. Kepada Masyarakat
Politik ekonomi Islam perlu dipahami dan disadari oleh masyarakat
sebagai suatu kewajiban yang agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib
dipenuhi, karena jika tidak akan menyengsarakan kehidupannya, baik di dunia
maupun di akhirat kelak.

22
DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, Taqiyuddin.2000. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif,


terjemahan oleh Maghfur Wachid.Surabaya: Risalah Gusti.

Hamid, Qadir, Tijani Abd.2001. Pemikiran Politik dalam al-Quran.Jakarta:Gema


Insani.

Hornby, A.S. 1986.Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.


New York: Oxford University Press.

Kartikasari, Endah.2010. Membangun Indonesia Tanpa pajak dan Utang.Bogor:


al-Azhar Press.

Maghfur, Ifdlolul.2016. Peran Politik Ekonomi Islam dalam melaksanakan


Globalisasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).Jatim:Univ.Pasuruan.

Rosdi, Mohd, Syakir Mohd.2012. Makna Ekonomi Politik Islam.Dalam Artikel


Academia.edu.

Yusuf, Burhanuddin.2018.POLITIK DALAM ISLAM:MAKNA, TUJUAN DAN


FALSAFAH (Kajian atas Konsep Era Klasik)..Makasar:UIN Alauddin Makasar.

https://www.kompasiana.com/radudura/5d1c20c00d8230657d47ccc3/dapatkah-
ekonomi-politik-islam-mengatasi-masalah-kemiskinan-di-indonesia?page=all

23

Anda mungkin juga menyukai