Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SISTEM POLITIK ISLAM

DISUSUN:

AYU FITRAHTULLAH (PO714203221055)

ASNIDAR (PO714203221053)

ANNISA SHAFA AZZAHRA (PO714203221052)

ANDI UMMUL KHAERAH (PO714203221051)

DOSEN PEMBIMBING:

AINUN JARIAH, S.AG., MA

PRODI SARJANA TERAPAN

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Agama Islam, dengan judul : “Sistem Politik Islam”..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan
dan bimbingan banyak pihak sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ainun Jariah, S.Ag.,
MA dan teman-teman yang membantu, memotivasi, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kritk dan saran ysng membangun senantiasa kami harapkan. Penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang Sistem Politik Islam.

Makassar, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………1


Daftar Isi……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………3
1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………...3
1.3.Tujuan………………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Politik Islam…………………………………………………………4
2.2.Norma Politik dalam Islam………………………………………………………4
2.3.Kedudukan Politik dalam Islam…..…………………………………………….4
2.4.Demokrasi dalam Islam ……..…………………………………………………4
2.5.Prinsip Prinsip dasar politik Islam ……………………………………………4
2.6.Prinsip prinsip utama sistem politik Islam……………………………………4
2.7. Tujuan Politik menurut Islam…..…………………………………………….4
2.8.Syarat kepemimpinan politik dalam Islam ……..……………………………4
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan…………………………………………………………….5
B.Saran…………………………………………………………………...5
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang

Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak

manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh

manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan kata “Politik”.

Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak

sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus

dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam

hidup beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada

Allah SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah

mencapai kata beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu

tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut.

Realita inilah yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari

lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.


Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan ceramah

belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam sangat identik dengan

sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari untuk

mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus mempunyai suatu cara tertentu

yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat manusia. Banyak yang

beranggapan bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan

murni lagi. Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu

politik atau cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada

kenyataannya banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum sempurna

dan perlu menambahan ilmu.

1.2.   RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari dari politik islam?

2. Apa prinsip - prinsip dasar politik islam?

3. Apa prinsip – prinsip utama system politik islam?

4. Apa tujuan system politik islam?

5. Apa saja hal-hal yang berhubungan dengan politik islam?

1.3.  TUJUAN

1. Mengetahui definisi dari politik islam.

2. Mengetahui prinsip-prinsip dasar politik islam.

3. Mengetahui prinsip-prinsip utama system politik islam.

4. Mengetahui tujuan system politik islam.

5. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Poltik Islam

Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik

(a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori

perundang-undangan dan politik. Islam merupakan  sistem peradaban yang lengkap, yang

mencakup agama dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).

Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau

membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-

undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala

Negara.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga, yaitu :

(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)

(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai  

(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam fikih,

siasah meliputi :

1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)

2. Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam

lainnya)      

3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)

Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan dan

aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi

adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan

Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah

wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah
dalam kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan

kepada orang-orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan

kekuasaan itu dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah

ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.

2.2.     Norma Politik dalam Islam

Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan.

Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya.

Diantara norma-norma itu ialah :

1.      Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai

tujuan akhir atau satu-satunya.

2.      Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.

3.      Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.

4.      Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.

5.      Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.

6.      Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul

7.      Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.

2.3.      Kedudukan Politik Dalam Islam

Terdapat tiga pendapat  di kalangan pemikir muslim  tentang kedudukan politik dalam

syariatislam. Yaitu :

Pertama, kelompok  yang menyatakan bahwa islamadalah suatu agama yang serbah lengkap

didalamnya terdapat pula antara lainsystem ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir

sebuah istilah yang disebutdengan fikih siasah  (system ketatanegaraan dalam islam)

merupakan bagianintegral dari ajaran islam.  Lebih jauhkelompok ini berpendapat bahwa

system ketatanegaraan yang harus diteladaniadalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi

Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem khilafah.


Kedua, kelompok yangberpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat.

Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi

Muhammadhanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas

menyampaikanrisalah tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan

danmemimpin suatu Negara.

Ketiga, menolak bahwaislam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya

segala sistemketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam sebagaimana

pandanaganbarat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran

iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat

seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.

Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution,

kepala agama, jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib

yangkemudian menjadi madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi

sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan piagam madinah sebagai aturan

dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negaradigantikan

abu bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut

khalifah. Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem“khalifah” ini berlangsung


hingga kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali “karramah allahu

wajhahu”.

2.4.  Demokrasi Dalam Islam

Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan

manusia yang terkandung Dalamkonsep khalifah memberikan kerangka yang dengannya para

cendikiawan belakanganini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis.

Didalamnyatercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan

padakesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebsgai pengemban pemerintahan.


Demokrasi islam dianggap sebagaisistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang

sudah lama berakar, yaitumusyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian

interpretative yangmandiri {ijtihad} .

Musyawarah, konsensus, dan ijtihadmerupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi

artikulasi demokrasi islamdalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia

sebagaikhalifah-nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya,

namunlepas dari ramainya perdebatan maknanya didunia islam, istilah-istilah inimemberi

landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara islam dandemokrasi di dunia

kontemporer.

2.5. Prinsip-prinsip dasar politik Islam

 Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu :

a)       Hakimiyyah Ilahiyyah

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilandan kedaulatan hukum tertinggi

dalam    sistem politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.

Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah

segala puji di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-
Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qasas: 70)

Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:

○   Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalahTuhan yang

menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk

kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.   

○  Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali

Allah.    Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukumsebab

Dialah satu-satuNya Pencipta.  

○  Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hakmengeluarkan peraturan-peraturan

sebab Dialah satu-satuNya Pemilik.


○ Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang

Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalahsahaja penentuan hidayah dan

penentuan jalan yang selamat dan lurus.

Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah

tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.

b)       Risalah

Risalah bererti bahawa kerasulan beberapaorang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam

hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik

Islam. Melaluilandasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi

Allahdalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul

meyampaikan,mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan

perbuatan.

Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala

perintah dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah

Rasulullah s.a.w dantidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim

dalamsegala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAllah kepada Rasul-Nya yang berasal dari

penduduk kota-kota maka adalah untukAllah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-

orang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya

beredar diantara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul

kepadamumaka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah;

danbertakwalah kepada Allah. SesungguhnyaAllah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr:

7)

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan

kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima

dengan sepenuhnya.(An-Nisa’: 65)

c)       Khalifah

Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai wakil

Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkanini, maka manusia hendaklah

melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yangditetapkan. Di atas landasan ini, maka

manusia bukanlah penguasa atau pemiliktetapi hanyalah khalifah atau  wakilAllah yang

menjadi Pemilik yang sebenar.

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di mukabumi sesudah mereka,

supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus: 14)

Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar mengikuti

hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang yang

memenuhi syarat-syarat berikut:

     1. Terdiri dari pada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung

prinsip-prinsip tanggng jawab yang terangkum dalam pengertian kkhilafah.


       2.Tidak terdiri dari pada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah

serta     bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya.

3. Terdiridaripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan,

kearifanserta kemampuan intelek dan fizikal.

       4.Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggungjawab

kepadamereka dengan yakin  dan tanpa keraguan.

Pemerintahan baru wajib di patuhi kalau politik dan kebijaksanaannya merujuk kepada Al-

Quran dan hadist atau tidak bertentangan dengan keduanya.

2.6.     PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM

1)       Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan

oarang-oarang yang akanmenjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas

musyawarah yang keduaadalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan

undang-undang yangtelah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas

musyawarah yangseterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-

perkarabaru yang timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.

2)       Keadilan

Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem

ekonomi Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam

sistem politikIslam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku

dalamkehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua

pihak yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangansuami isteri dan di

antara ibu bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil danmenjauhi perbuatan zalim

adalah di antara asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan utama sistem

politik Islam untuk memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan

prinsip nilai-nilai sosial yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia

dalam segala aspeknya.

3)       Kebebasan

Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan kepada

makruf dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan

terpentingbagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama

bagiundang-undang perlembagaan negara Islam.

4)       Persamaan

Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,

persamaan dalam memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh

undang-undangperlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.


5)       Hak menghisab pihak pemerintah

Hak rakyat untuk menghisab pihakpemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak

tanduknya. Prinsip iniberdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk melakukan

musyawarah dalamhal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah.

Hakrakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalammasyarakat untuk

menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalampengertian yang luas, ini

juga bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi danmenghisab tindak tanduk dan

keputusan-keputusan pihak pemerintah.

2.7.     TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM

Tujuan sistem politik Islam adalahuntuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan

kenegaraan yang tegak di atasdasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat

Islam.  Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.  Dengan

adanya pemerintahan yang mendukungsyariat, maka akan tertegaklah  Ad-Dindan

berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak

Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuankepada sistem politik dan

pemerintahan Islam:
1)       Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telahdisepakati oleh ulamak salaf

daripada kalangan umat Islam.

2)       Melaksanakanproses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah

dikalanganorang-orang yang berselisih.

3)       Menjagakeamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan

aman dandamai.

4)       Melaksanakanhukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-

hak manusia.

5)       Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataanbagi menghadapi

kemungkinan serangan daripada pihak luar.

6)       Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.


7)       Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekahsebagaimana yang

ditetapkan syarak.

8)       Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripadaperbendaharaan negara agar

tidak digunakan secara boros atau kikir.

9)       Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagimengawal kekayaan negara dan

menguruskan hal-ehwal pentadbiran negara.

10)    Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yangrapi dalam hal-ehwal awam demi

untuk memimpin negara dan melindungi  Ad-Din.

2.8.          Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam

Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan oleh

ajaran agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa’,(4):58-59. Pada ayat itu

disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam antara lain;

1. Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang diemban

2. Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional

3. Taat kepada Allah dan Rasul

4. Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping

sifat-sifat keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan

fungsinya sebagai khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan

bahwa dalam keutamaan manusia itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena

kelemahanya itu, manusia tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan

Allah.

Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam

rangka mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan

jalan yang harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia

hanya dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya

sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam

pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah,

menunjukkan jalan dan harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai

dengan fitrah (sifat asal atau kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan

menegakkan hukum, (3) memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan
pada saat yang sama memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan

kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan sebuah system politik sebagain sarana dan

wahana (alat untuk mencapai tujuan) yaitu Politik Islam.

B. Saran

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran

utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan

masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi

anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi

umat Islam yang hidup dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman

dan tantangan baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan
sehat akan menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam

mengatur seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen PAI UNP.2006.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan TinggiUmum, hal

148-151

M.Dhianddin Rais.2001.Teori Politik Islam,  Jakarta: Gema Insani. Hal 4-6

Rustam, Rusyja, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Andalas

Padang. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, hal 189-193

Nurcholish Madjid, 1999. 

Anwar, Fuadi, dkk. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Padang : 2008

Lopa, Baharuddin, 1989, Al-Quran dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta

Hasby, Subky, dkk.2007.Buku Daras.PPA Universitas Bramijaya ; Malang

Anda mungkin juga menyukai