Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH POLITIK ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk
mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang
dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan
kata Politik. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu.
Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus
dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup
beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah
SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata
beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada
usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah yang harus kita
ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat,
kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan
ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam sangat identik
dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari
untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus mempunyai suatu cara tertentu yang
tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat manusia. Banyak yang beranggapan
bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan murni lagi.
Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu politik atau
cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada kenyataannya
banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum sempurna dan perlu
menambahan ilmu.
Untuk itulah saya sangat berharap kepada pembaca semua, semoga setelah membaca
atau membahas makalah ini, kita semua mampu menjadikan agama islam agama yang kembali
sempurna untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi-Nya, Amin.

1.2. TUJUAN

5.

1.

Mengetahui definisi dari politik islam.

2.

Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan politik islam.

3.

Mengetahui prinsip-prinsip politik luar negeri di dalam islam.

4.

Memahami kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.

Dapat membandingkan politik yang terjadi pada saat sekarang dengan politik menurut
pandangan Islam.
6.

7.

Agar dapat mengetahui dan memahami tentang politik secara Islam.

Dengan mengetahui pandangan politik secara Islam agar kita lebih dapat meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita serta lebih mendapatkan posisi yang lebih baik di hadapan
AllahSWT.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1.

Apa pengertian dari dari politik islam?

2.

Apa prinsip prinsip politik luar negeri dalam islam?

3.

Apa saja kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Poltik Islam


Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik

(a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundangundangan dan politik. Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama
dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5).
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau
membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang
Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga,
yaitu :
(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam
fikih, siasah meliputi :
1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2.

Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam lainnya)

3. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)


Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan
dan aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi
adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan
Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil
(khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam
kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orangorang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu
dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan
Sunnah Rasul.

2.2. Norma Politik dalam Islam


Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan.
Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system poltik lainnya.
Diantara norma-norma itu ialah :
1.

Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan sebagai tujuan

akhir atau satu-satunya.


2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.

4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5. Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan Rasul .
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.

2.3.

Kedudukan Politik Dalam Islam

Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariatislam. Yaitu :

Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa islamadalah suatu agama yang serbah
lengkap didalamnya terdapat pula antara lainsystem ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir
sebuah istilah yang disebutdengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan
bagianintegral dari ajaran islam.

Lebih jauhkelompok ini berpendapat bahwa system

ketatanegaraan yang harus diteladaniadalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi
Muhammad SAW dan oleh parakhulafa al-rasyidin yaitu sitem khilafah.

Kedua, kelompok yangberpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian barat.
Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi
Muhammadhanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikanrisalah
tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan danmemimpin suatu Negara.

Ketiga, menolak bahwaislam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistemketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa islam
sebagaimana pandanaganbarat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran
iniberpendirian bahwa dalam islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapaiterdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, jugabeliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu
yastrib yangkemudian menjadi madinah al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi
sekaligusmanjadi

pusat

pemerintahannya

dengan

piagam

madinah

sebagai

aturan

dasarkenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negaradigantikan abu


bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat,selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya disebut khalifah. Sistemkhalifah ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaankhalifah terakhir, ali karramah allahu wajhahu.

2.4. Demokrasi Dalam Islam


Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung Dalamkonsep khalifah memberikan kerangka yang dengannya
para cendikiawan belakanganini mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap
demokratis. Didalamnyatercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat,
tekanan padakesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebsgai pengemban
pemerintahan.

Demokrasi islam dianggap sebagaisistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang


sudah lama berakar, yaitumusyawarah {syura}, persetujuan {ijma}, dan penilaian interpretative
yangmandiri {ijtihad} .
Musyawarah, konsensus, dan ijtihadmerupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islamdalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagaikhalifah-nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia islam, istilah-istilah inimemberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dandemokrasi di dunia kontemporer.

2.5. Masyarakat Madani


Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilainilaikemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karenaitu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat yunani sampai msaa filsafat islamjuga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakatyang maju dan berperadaban. Masyarakat
madina menjadi simbol idealisme yangdiharapkan oleh setiap masyarakat.
Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang
ditunjukanoleh kondisi dan sisyem kehidupan yang berlaku di kota madinah . kondisi dansistem
kehidupan menjadi popular dan dianggap ideal untuk menggambaraknmasyarakat yang islami,
sekalipun penduduknya terdiri dari berbgai macamkeyakinan. Mereka hidup dengan rukun,
saling membantu, taat hukum, dan menujjukankepercayaan penuh terhadap kepemimpinannya.
aL-quran menjadi konstitusi untukmenyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi diantara
penduduk madinah.

Perjanjian madinah berisikesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling tolongmenolong, menciptakankedamaian, dalam kehidupan social, menjadikan aL-quran sebagai
konstitu,menjadikan rasulullah SAW sebagai pemimpin yang ketaatan penuh terhadapkeputusankeputusannya, dan memberikan kebebaan bagi penduduknya untuk memelukagama serta
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :
a)

BerTuhan

b)

Damai

c)

Tolong-menolong

d)

Toleran

e)

Keseimbanagn antara hak dan kewajiban social

f)

Berperadaban tinggi

g)

Berakhlak mulia

2.6.

Prinsip Prinsip Politik Luar Negeri Dalam Islam (Siasah Dauliyyah)

Dalam Al-Quran, ditemui beberapa prinsip politik luar negeri dalam Islam, yaitu :
a. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat, lihat QS.8:58, QS.9:4, QS.16:91,
QS.17:34.
b. Kehormatan dan Integrasi Nasional, lihat QS.16:92
c. Keadilan Universal (Internasional), lihat QS. 5:8.
d. Menjaga perdamaian abadi, lihat QS.5:61.
e. Menjaga kenetralan negara-negara lain, lihat QS.4:89,90.
f. Larangan terhadap eksploitasi para imperialis, lihat QS.6:92.

g. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang hidup di negara.
lihat QS.8:72.
h. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral, lihat QS.60:8,9.
i.

Kehormatan dalam hubungan Internasional, lihat QS.55:60.

j.

Persamaan keadilan untuk para penyerang, lihat QS.2:195, QS.16:126, dan QS.42:40.

Prinsip-prinsip dasar siasyah dalam Islam meliputi antara lain :


1. Musyawarah.
2. Pembahasan Bersama.
3. Tujuan bersama, yakni untuk mencapai suatu keputusan.
4. Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi bersama.
5. Keadilan.
6. Al-Musaawah atau persamaan.
7. Al-hurriyyah (kemerdekaan)
8.

Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat .

Prioritas kebijakan luar negeri didasarkan pada nilai-nilai demokrasi modern didirikan di
dunia. Keterkaitan ini memungkinkan kita untuk memastikan dukungan internasional dalam
menyelesaikan prioritas kami. Berasal dari atas, kita merumuskan misi layanan diplomatik dan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang penting dalam pemenuhan. Mendasar melayani kepentingan
nasional dan nilai-nilai berlabuh di Konsep Keamanan Nasional dan dinyatakan dalam visi
presiden yang mendorong tujuan menyeluruh dari kebijakan luar negeri kita untuk meningkatkan
keamanan dan status internasional Georgia, memastikan Georgia 'tepat dan posisi terhormat

dalam sistem hubungan internasional, dan memajukan kepentingan negara di dunia yang
semakin

mengglobal.

Dalam dunia sekarang ini saling bergantung, keamanan nasional dan kemakmuran tidak
dapat dicapai dalam isolasi dari seluruh dunia. Untuk keamanan kami untuk menjadi abadi kita
perlu mendukung keamanan global; kemerdekaan dan kebebasan kita bergantung pada
penghormatan terhadap kedaulatan negara-negara lain di dunia; kesejahteraan dan kemakmuran
ekonomi negara-negara lain dan daerah akan mempengaruhi kesejahteraan warga negara Georgia
dan konsolidasi demokrasi di Georgia hanya dapat dicapai melalui penguatan perkembangan
demokrasi pada skala global. We will pursue foreign policy that is conscious of these principles
and faithful to these beliefs. Kami akan mengejar kebijakan luar negeri yang sadar akan prinsipprinsip

ini

dan

setia

kepada

keyakinan

ini.

Untuk mencapai visi ini, kebijakan luar negeri Georgia abad ke-21 akan berusaha untuk
mewujudkan tindakan internasional yang memajukan kepentingan nasional Georgia Georgia dan
warga negara, serta memberikan kontribusi untuk membangun masyarakat dunia yang di
dalamnya ada kedamaian dan keamanan abadi, sebuah memperluas demokrasi dan kemakmuran
abadi.
Deklarasi dan artikulasi nilai-nilai inti dari Kementerian sangat penting untuk mencapai
keunggulan

organisasi

dan

pemenuhan

misi

dan

tujuan

kami.

Dalam melaksanakan kebijakan luar negeri, kita beristirahat di atas seperangkat nilai-nilai
konstan yang mencerminkan apa Dinas Luar Negeri Georgia dan para karyawan percaya.
Kami mendukung nilai-nilai ini sebagai standar tinggi sehingga para pegawai di Kementerian,
misi dan pelayanan konsuler luar negeri harus menjunjung tinggi dan mengamati dalam
pekerjaan mereka. We will ensure that higher performance standards are achieved through

integration of these values in achieving our priorities and goals as well as in everyday work.
Kami akan memastikan bahwa standar kinerja yang lebih tinggi dapat dicapai melalui integrasi
nilai-nilai ini dalam mencapai prioritas dan tujuan kita maupun dalam pekerjaan sehari-hari.
Mereka akan membimbing strategi kami untuk rekrutmen, evaluasi, dan pelatihan karyawan
kami dan harus diinternalisasi oleh setiap anggota staf Dinas Luar Negeri.

2.7.

Prinsip-prinsip dasar politik Islam

Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu :


a)

Hakimiyyah Ilahiyyah

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilandan kedaulatan hukum tertinggi dalam

sistem

politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.

Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala
puji di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:

Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalahTuhan yang

menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk
kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.

Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali

Allah. Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukumsebab
Dialah satu-satuNya Pencipta.

Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hakmengeluarkan peraturan-peraturan sebab


Dialah satu-satuNya Pemilik.
Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang Mengetahui
hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalahsahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang
selamat dan lurus.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah
tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.

b)

Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapaorang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi

Adam hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik
Islam. Melaluilandasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allahdalam
bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,mentafsir dan
menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala
perintah dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah
Rasulullah s.a.w dantidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim
dalamsegala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAllah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untukAllah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orangorang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar

diantara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamumaka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; danbertakwalah kepada
Allah. SesungguhnyaAllah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.(An-Nisa: 65)

c)

Khalifah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai

wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkanini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yangditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemiliktetapi hanyalah khalifah atau wakilAllah yang menjadi
Pemilik yang sebenar.

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di mukabumi sesudah mereka,


supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus: 14)

Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar
mengikuti hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang
yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Terdiri dari pada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan mendukung prinsipprinsip tanggng jawab yang terangkum dalam pengertian kkhilafah.

2.Tidak terdiri dari pada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta
bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya.
3. Terdiridaripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifanserta
kemampuan intelek dan fizikal.
4.Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggungjawab
kepadamereka dengan yakin dan tanpa keraguan.
Pemerintahan baru wajib di patuhi kalau politik dan kebijaksanaannya merujuk kepada
Al-Quran dan hadist atau tidak bertentangan dengan keduanya.
2.8. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM
1)

Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utamaadldah berkenaan dengan pemilihan ketua negara

dan oarang-oarang yang akanmenjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas
musyawarah yang keduaadalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undangundang yangtelah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah
yangseterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkarabaru yang
timbul di dalangan ummah melalui proses ijtihad.

2)

Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengankeadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan

sistem ekonomi Islam. Dalampelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam
sistem politikIslam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku
dalamkehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antaradua pihak
yang bersebgketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangansuami isteri dan di antara ibu

bapa dan anak-anaknya.kewajipan berlaku adil danmenjauhi perbuatan zalim adalah di antara
asas utama dalam sistem sosial Islam,maka menjadi peranan utama sistem politik Islam untuk
memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip nilai-nilai sosial
yang utamakerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

3)

Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara olehsistem politik Islam ialah kebebasan yang berterskan

kepada makruf dankebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenaradalah tujuan


terpentingbagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagiundangundang perlembagaan negara Islam.

4)

Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripadapersamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,

persamaan dalam memikultanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh


undang-undangperlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.

5)

Hak menghisab pihak pemerintah


Hak rakyat untuk menghisab pihakpemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap

tindak tanduknya. Prinsip iniberdasarkan kepada kewajipan pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalamhal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah.
Hakrakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalammasyarakat untuk
menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalampengertian yang luas, ini juga

bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi danmenghisab tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah.

2.8. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM


Tujuan sistem politik Islam adalahuntuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan
kenegaraan yang tegak di atasdasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat Islam. Tujuan
utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.

Dengan adanya

pemerintahan yang mendukungsyariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah segala


urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak Islam telah
menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuankepada sistem politik dan pemerintahan Islam:
1)

Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telahdisepakati oleh ulamak salaf daripada
kalangan umat Islam.

2)

Melaksanakanproses

pengadilan

dikalangan

rakyat

dan

menyelesaikan

masalah

dikalanganorang-orang yang berselisih.


3)

Menjagakeamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman
dandamai.

4)

Melaksanakanhukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-hak


manusia.

5)

Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataanbagi menghadapi kemungkinan


serangan daripada pihak luar.

6)

Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.

7)

Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekahsebagaimana yang ditetapkan


syarak.

8)

Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripadaperbendaharaan negara agar tidak


digunakan secara boros atau kikir.

9)

Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagimengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ehwal pentadbiran negara.

10) Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yangrapi dalam hal-ehwal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din.

2.9.

Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam


Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah digariskan
oleh ajaran agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa,(4):58-59. Pada ayat itu
disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam antara lain;
1. Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang diemban
2. Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional
3. Taat kepada Allah dan Rasul
4. Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.

A. Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Islam


1. Sejarah hak asasi manusia
Menurut Jan Materson dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB, Hak Asasi Manusia itu
adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa secara kodrati diberi hak dasar yang
disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara yang satu dengan lainnya. Dengan hak asasi tersebut,

manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan
hidup manusia.
Dilihat dari sejarahnya, (yang dipelajari orang sekarang) umumnya pakar di Eropa
berpendapat, bahwa lahirnya hak asasi manusia dimulai dengan lahirnya Magna Charta pada
tahun 1215 di Inggris. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi. Dengan demikian
kekuasaan raja mulai dibatasi dan kondisi ini merupakan embrio bagi lahirnya monarki
konstituional yang berintikan kekuasaan raja hanya sebagi symbol belaka.
Kalau kita jujur kepada sejarah, sebenarnya hak asasi manusia sudah ada sejak abad ke
tujuh, tetapi betul-betul dipratekkandalam kehidupan. Pada zaman itu dikenal dengan istilah
perbudakan. Dengan lahirnya ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, perbudakan
mulai dihapuskan dengan cara memerdekakan mereka dari budak.
Lahirnya magna charta diikuti dengan lahirnya Bill of Rihgts di Inggris pada tahun 1689.
pada saat itu mulai ada peraturan yang berintikan bahwa manusia sama di muka hokum.
Perkembangan hak asasi selanjutnya ditandai munculnya The American Declaration of
Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Monterquieu. Selanjutnya muncul pada
tahun 1789 The French Declaration, dimana hak-hak asasi lebih dirinci lahir yang kemudian
The Rule of Law.

B. Perbedaan prinsip antara konsep HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan Barat
dan Islam. Hak asasi manusia menurut pandangan Barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat pada manusia. Sedangkan hak asasi manusia menurut pandangan
Islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada Tuhan.

Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang tercantum dalam Universal Declaration of


Human Rights dilukiskan dalam berbagai ayat. Apabila prinsip-prinsip human rights yang
terdapat dalam universal declaration of Human Rights dibandingkan dengan hak-hak asasi
manusia yang terdapat dalam ajaran Islam, maka dalam Al-Quran dan As-Sunnah akan dijumpai
antara lain, prinsip-prinsip human rights :
1) Martabat manusia.
2) Prinsip persamaan.
3) Prnsip kebebasan menyatakan pendapat.
4) Prinsip kebebasan beragama.
5) Hak atas jaminan social.
6) Hak atas harta benda.

2.10

Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Kekuasaan tanpa landasan moral, cepat atau lambat dipastikan akan berdampak buruk

bagi tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Upaya untuk membangun dan memelihara
kebersamaan tinggal sekadar retorika, yang mencuat justru ego ego berkedok kemunafikan.
Posisi dalam struktur pemerintahan, tidak lagi dianggap sebagai amanah buat memperjuangkan
nasib rakyat, melainkan lahan basah untuk memanjakan hasrat pribadi atau kepentingan
golongan.
Akibatnya, demi menduduki jabatan tertentu, orang tak segan segan menghalalkan segala
cara. Seperti mengeksploitasi massa untuk unjuk kekuatan, political money untuk merekrut
dukungan, memanipulasi angka perhitungan dalam pemilu, dan lain sebagainya. Bahkan kalau
perlu rakyat dijadikan tumbal dalam rekayasa politik. Sehingga lambat laun lahirlah sebuah citra

negatif:

politik

itu

kotor!

Mencermati peta perpolitikan di Indonesia, kalau mau jujur, masih jauh dari gambaran
menggembirakan. Nilai nilai kemanusiaan, etika moral, sering terabaikan. Dan, umat Islam
(penyandang predikat khalifah di muka bumi) sangat tidak layak untuk berdiam diri
menyaksikan wajah perpolitikan di negeri ini berlangsung corat marut. Harus ada rasa tergugah
untuk

melakukan

perubahan

konstruktif.

Munculnya pemikiran reformis dan kreatif dalam penyampaian pesan pesan kemanusiaan Islam
inilah yang ingin disosialisasikan Ahmad Syafii Maarif, dalam bukunya Islam & Politik,
Upaya

Membingkai

Peradaban.

Syafii Maarif, optimis Islam akan mampu memberi corak pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat yang berwawasan moral. Asalkan Islam dipahami secara benar dan
realistis, tidak diragukan lagi akan berpotensi dan berpeluang besar untuk ditawarkan sebagai
pilar pilar peradaban alternatif di masa depan. Sumbangsih solusi Islam terhadap masalah
masalah kemanusiaan yang semakin lama semakin komplek ini, baru punya makna historis bila
umat Islam sendiri dapat tampil sebagai umat yang beriman. Menyikapi tantangan tersebut, hal
paling mendasar adalah bahwa umat Islam tidak boleh terpecah belah oleh dua kutub pemikiran:
antara ilmu agama dan ilmu sekuler. Dengan bekal perpaduan spritual dan intelektual, maka
posisi umat Islam yang semula berada di buritan, dimasa mendatang diharapkan menjadi
lokomotif dalam membangun masyarakat bermoral yang diback up kemantapan ontologi.
Kalau mau menelusuri sejauhmana pengaruh Islam terhadap perpolitikan di Indonesia, akar
sejarahnya boleh dikata cukup panjang. Sejak abad 13, sebelum para kolonial menceng-

keramkan kekuasaannya di Nusantara ini, kita sudah mengenal beberapa kerajaan Islam seperti
di Sumatera, Maluku, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan NTB. Namun yang paling monumental
adalah saat perdebatan seputar usul konstitusi Indonesia. Daulah Islamiyah bersaing dengan Asas
Pancasila. Format Piagam Jakarta, dengan tujuh kata kuncinya, yakni: dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, hanya sempat bertahan selama 57 hari.
Sebab pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila dite-tapkan sebagai dasar filosofis negara.
Langkah tersebut merupakan kompromi politik demi menjaga persatuan dan kesatuan,
mengingat bangsa ini sangat plural, meski mereka yang beragama Islam.

Dengan bahasa

yang lugas, Syafii Maarif, penulis buku ini, menilai penamaan negara tidak terlalu fundamental.
Yang penting, dalam kehidupan kolektif cita cita politik Islam dilaksanakan. Wawasan moral
tentang kekuasaan itulah yang dimaksud aspirasi Islam. Bagi Islam, apa yang bernama
kekuasaan politik haruslah dijadikan kendaraan penting untuk mencapai tujuan Islam seperti:
penegakkan keadilan, kemerdekaan, humanisme egaliter, yang berlandaskan nilai nilai tauhid.
Sayangnya, sejak Orde Lama hingga tumbangnya Orde Baru kelompok kelompok santri
yang tergabung dalam Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, Nahdhatul Ulama, Al Washliyah, PUI
(Persatuan Umat Islam), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Nahdhatul Wathan, Masyumi dan
lain lain telah lumpuh secara politik dan ekonomi, sehingga kurang terlatih untuk menjadi
dewasa

dalam

peolitik

nasional.

Di masa Orde Baru yang feodal serta otoritarian, terutama anggota Korpri sekian lama
mental mereka terpasung, sehingga tak punya peluang untuk menawarkan pemikiran alternatif.
Mereka cenderung menjadi corong pemerintah. Tak heran, kalau dalam beberapa pemilu Golkar
selalu

tampil

sebagai

pemenang.

Demikian pula, di era reformasi ini, banyak melahirkan politisi politisi karbitan yang orientasi

perjuangannya cuma untuk mengincar kursi jabatan. Mereka begitu gampang berkoar mencaplok
slogan demi kepentingan bangsa dan negara, padahal tujuan akhir tak lain adalah untuk
kepentingan

pribadi

atau

kelompok.

Maka, dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya bagi
kita semua untuk berpikir jernih, serius, tidak terombang ambing oleh pernyataan pernyataan
politik yang a historis. Karena, semua itu penuh racun yang menghancurkan. Golongan santri
tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggir sejarah, turut menari menurut irama genderang yang
ditabuh pihak lain. Oleh sebab itu, kita perlu menyiapkan para pemain yang handal, berakhlak
mulia, profesional, dan punya integritas pribadi yang tangguh dan prima (hal 81).
Dengan begitu, umat Islam di negara ini diharapkan tidak lagi termarginalisasi. Politik
Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin, sehingga tidak
mudah dicap sebagai ekstremis atau sempalan. aliansyah jumbawuya
Reaksi:
Kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara ialah :
1) Politik ialah: Kemahiran
2) Menghimpun kekuatan
3) Meningkatkan kwantitas dan kwalitas kekuatan
4) Mengawasi kekuatan dan
5)

Menggunakan kekuatan, untukmencapai tujuan kekuasaan tertentu didalamnegara atau

institut lainnya.
Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional sudah dimulai semenjak masa
penjajahan (prakemerdekaan).

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di samping
sifat-sifat keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang memungkinkan ia melaksanakan
fungsinya sebagai khalifah untuk memakmuran bumi. Namun demikian, perlu dikemukakan
bahwa dalam keutamaan manusia itu terdapat pula keterbatasan atau kelemahannya. Karena
kelemahanya itu, manusia tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah.
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di dunia dalam
rangka mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah menunjukkan jalan
yang harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia hanya
dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai
makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam pembangunan
kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan
harapan yakni (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau
kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3)
memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama
memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan.
Untuk itu di perlukan sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat untuk mencapai
tujuan) yaitu Politik Islam.

B. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki peran
utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi kehidupan
masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan pedoman bagi anggota
parlemen atau politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam
yang hidup dalam alam modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan
baru menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan
menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur
seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.

Anda mungkin juga menyukai