Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEM POLITIK DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM


Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :
Kelompok E ( Ilmu Aktuaria A )

1. Naila Radella Valda H081211030


2. Nurul Andien Aprilianti H081211032
3. Anisa Dwiyanti S. H081211033
4. Jazila Siti Sarmila H081211034
5. Dandi Saputra Lesmana H081211035

PROGRAM STUDI ILMU AKTUARIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sistem politik dan
demokrasi dalam islam dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


yang diampu oleh bapak Dr. Syahruddin Kasim Msi. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang pengertian sistem politik dalam islam baik itu yang berkaitan
dengan demokrasi ataupun peranan yang di ambil umat islam dalam sistem politik di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menjadi manfaat
bagi para pembacanya. Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak
kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur
penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif yang
membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Demikian semoga makalah ini memberikan
manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Makassar, 14 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Sampul Depan........................................................................................................................i

Kata pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan..............................................................................................................1

1.1............................................................................................................Latar Belakang1

1.2.......................................................................................................Rumusan Masalah1

1.3..........................................................................................................................Tujuan2

BAB II Pembahasan.............................................................................................................3

2.1........................................................................................... Pengertian Sistem Politik 3

2.2....................................................................................Prinsip-Prinsip Sistem Politik 5

2.3.............................................................................................Demokrasi Dalam Islam7

2.4.Kontribusi Umat Islam…………………………………………………………………11

BAB III Kesimpulan dan Saran........................................................................................13

3.1..................................................................................................................Kesimpulan

..................................................................................................................................13

3.2.............................................................................................................................Saran

..................................................................................................................................13

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Disetiap negara memiliki sistempolitik yang berbeda-beda. Namun, Islam


memiliki aturan politik yang bisa membuat negara itu adil. Dalam Al-Qur‟an
memang aturan politik tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada zaman
Rasulullah SAW sangatlah baik, begitu juga dizaman para sahabat. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong masyarakatnya yang taat dalam
menjalankan syariat Islam. Indonesia merupakan sebuah Negara Islam terbesar di
dunia, namun bila dikatakan Negara Islam, pada kenyataannya islam kurang
diaplikasikan dalam sistem pemerintahan dan lainnya. Hal ini sangat berpengaruh
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia, contoh kecil tetapi tidak
pernah tuntas penyelesaiannya maraknya korupsi yang dikarenakan mulai
hilangnya sifat jujur dan amanah para pemimpin serta kurang transparannya
pemerintahan di Indonesia.
Hal inilah yang mendasari kami tertarik untuk membahas “Sistem Politik
Islam dan Demokrasi”, supaya kita semua memahami bahwa politik dalam
Islamjuga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Dalam kondisi bangsa
sudah waktuny aumat Islam yang sangat memprihatinkan sekarang, untuk terjun
dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat Islam tidak boleh lagi bermain
di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri untuk
memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas, berakhlakmulia,
professional dan punya integritas diri yang tangguh.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka kami merumuskan beberapa masalah


dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud politik islam?
b. Bagaimana prinsip-prinsip dasar politik dalam islam?
c. Bagaimana bentuk demokrasi dalam islam?
d. Bagaimana kontribusi umat islam terhadap kehidupan politik?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui apa yang dimaksud politik islam?
b. Mengehtahui prinsip-prinsip dasar politik dalam islam?
c. Mengehtahui bentuk demokrasi dalam islam?
d. Mengehtahui kontribusi umat islam terhadap kehidupan politik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Politik

2.1.1. Pengertian Sistem Politik

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi. Politik
berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada awalnya politik
berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam Negara/kehidupan Negara.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar dasar
pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya menyangkut
tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai
politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah
interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan
keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.

2.1.2. Pengertian Sistem Politik menurut ahli

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau
kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
SISTEM POLITIK menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan
menunjukkan suatu proses yang langggeng

2.1.3. Pengertian Sistem Politik di Indonesia


Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan
dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses
penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan
penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah emua lembaga-lembaga negara yang tersbut di dalam konstitusi negara
( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-
keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya
kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan
terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud
suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di
Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan
membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan
(Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik,
Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur
politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan
dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi
masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan
kehendak rakyat.

2.1.4. Pengertian Sistem Politik dalam Islam

Menurut Ibnu Qoyyim, politik adalah sesuatu kegiatan yang menjadi umat manusia mendekat
kepada hidup maslahat dan menjauhkan dari kerusakan, sedangkan menurut Abdul Hamid
Al-Ghozali, politik memiliki manksa sebagai memerintah dan menjalankan negara.
Terdapat lima kerangka konseptual dalam memahami makna politik:
1. Sebagian usaha warga negara dalam membicarakan dan mewujudkankebaikan
bersama.
2. Berkaitan dengan penyelenggaraan Negara.
3. Sebagai kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan memepertahankankekuasaan
dalam masyarakat.
4. Digunakan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum.
5. Sebagai konflik dalam rangka mencari atau mempertahankan sumber-sumber yang
dianggap penting.
Politik dalam Islam adalah suatu kebijakan untuk mengatur suatu pemerintah yang berdaulat
atau masyarakat dalam bernegara. Pembahasan sistem politik Islam (siyasah) ada tiga bagian,
yaitu:
1. Siyasah Dusturiyah
Ruang lingkup dalam Fiqih Siyasah Dusturiyah (Politik Tata Negara) merupakan hubungan
antara pemimpin disatu puhak dengan rakyatnya dipihaklain, dan kelembagaan-kelembagaan
yang ada didalam masyarakatnya. Ruang lingkup Fiqih Siyasah Dusturiyah meliputi:
 Persoalan Imamah (Kepala Negara), Hak Dan Kewajibannya
 Persoalan Rakyat, Status, dah Hak-Haknya
 Persoalan Bai’at
 Persoalan Waliy Al-Ahdi, Sumber Kekuasaan dan Kriteria Imam
 Persoalan Perwakilan dan Ahl Ai-Hall Wa Al-Aqdi
2. Siyasah Dauliyah
Titik berat pembicaraan Siyasah Dauliyah atau hukum Tata Negara adalah sekitar hubungan
antara negara dan orang-orang yang tercakup dalam hukum internasional.
Materi pokok pembahasan fiqih siyasah dauliyah antara lain:
 Korps Diplomatik
 Tawanan perang Perjanjian damai
 Penyerahan penjahat antar negara Darusalam

2.2. Prinsip-Prinsip Sistem Politik


Prinsip-prinsip dasar siasah dalam lslam meliputi antara lain:

1)       Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan
oarang-oarang yang akan menjawat tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Asas
musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan
undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas
musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-
perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses ijtihad. apabila kita lihat dari
ayat al-Qur’an maka prinsip musyawarah dapat kita temukan dalam surat al-Syura: 38.
..‫ و أمرمه شورى بيهنم‬....
Artinya :
…… sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka…
Bagian musyawarah dalam islam,
a. Pembahasan bersama
b. Tujuan bersama yaitu untuk mencapai suatu keputusan
c. Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi bersama.

2)       al-'Adl (Keadilan)
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem
ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam
sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam
kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak
yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara
ibu bapa dan anak-anaknya. Kewajipan berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah di
antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama sistem politik
Islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip
nilai-nilai sosial yang utama kerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam
segala aspeknya. Terdapat dalam Al Qur’an (QS. 42 : 38, QS. 3 : 159)

3)       al-Hurriyyah (kemerdekaan)
Kemerdekaan atau kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang
berterskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenarnya
adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas
utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam. Terdapat dalam Al Qur’an (an nahl
125, Yunus: 99, An Naml: 64)

4) al-Musawah (persamaan)
Persamaan di sini terdiri dari pada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuat kuasa undang-undang.
Terdapat dalam Al Qur’an (QS. 9 :13)

5)       Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.


Dalam hal ini sudah seharusnya menjadi landasan prinsip sistem politik dalam islam yang
harus dapat memberikan perlindungan dan hak-hak asasi manuasia, yang mana dinul islam
merupakan agama rahmat bagi semua alam, yang memberikan pengakuan dan hak hidup bagi
semua manusia. Terdapat dalam Al Qur’an a (QS. 17 : 70, QS. 17 : 33, QS. 5 : 32, QS. 88 :
21, QS. 88 : 22, QS. 50 : 45, QS. 4 : 32);

2.3. Demokrasi Dalam Islam

2.3.1. Pengertian Demokrasi

Demokrasi merupakan sebuah istilah yang sangat popular dimana istilah ini banyak
membicarakan mengenai orang, aktivis, politisi ataupun akademisi. Istilah ini juga
didambakan semua orang terutama yang mempunyai kesadaran politik, untuk mewujudkan
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka percaya bahwa demokrasi akan lebih banyak membawa
kemaslahatan manusia ketimbang implikasi negatifnya.
Secara normatif, demokrasi diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Sedangkan pengertian dari sistem politik demokrasi dinyatakan oleh
Hendry B. May, sistem politik demokrasi adalah suatu sistem yang menjamin bahwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasioleh rakyat
secara efektif dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas dasar prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

2.3.2. Islam dan Demokrasi

Memperbincangkan hubungan Islam dengan demokrasi pada dasarnya sangat


aksiomatis. Sebab Islam merupakan agama dan risalah yang mengandung asas-asas yang
mengatur ibadah, akhlak dan muamalat manusia. Sedangkan demokrasi hanyalah sebuah
sistem pemerintahan dan mekanisme kerja antar anggota masyarakat serta simbol yang
diyakini banyak membawa nilai-nilai positif. Polemik hubungan demokrasi dengan
Islam berakar pada sebuah ketegangan teologis antara rasa kehausan memahami doktrin yang
telah mapan oleh sejarah dinasti-dinasti muslim dengan tuntutan untuk memberikan
pemahaman baru pada doktrin tersebut sebagai respon atas timbulnya fenomena sosial yang
terus berkembang. Secara garis besar wacana Islam dan demokrasi terdapat tiga pemikiran
yaitu:
 Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang berbeda
Kelompok ini sering disebut sebagai kelompok islamis atau islam ideologis,
yang memandang islam sebagai sistem alternatif demokrasi, sehingga demokrasi
sebagaimana konsep barat tidak tepat dijadikan acuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Logika yang dipakai mereka adalah pemerintahan demokrasi berasal
dari barat dan barat bukanlah islam sehingga barat adalah kafir. Segala sesuatu
yang kafir tentunya berdosa sehingga mengikuti demokrasi bagi muslim sejati
adalah berdosa. Pendek kata, menurut kelompok ini demokrasi merupakan sistem
kafir karena telah meletakkan kedaulatan negara di tangan rakyat bukan Tuhan.
Kelompok ini diwakili oleh Taqiyuddin an-Nabhani dengan partainya Hizbut
Tahrir yang sangat menentang ide-ide demokrasi dan berpendapat bahwa sebagian
besar dari aktifitas demokrasi tertolak secara syar’i. Mereka memandang bahwa
prinsip pemilu secara jelas melanggar asas wakalah, yaitu materi yang diwakilkan
didasarkan atas asas demokrasi, yang menurut pandangan Hizbut Tahrir adalah batil.
 Islam berbeda dengan demokrasi
Kelompok ini menyetujui adanya prinsip demokrasi dalam islam tetapi tetap
mengakui adanya perbedaan antara islam dan demokrasi apabila demokrasi
didefinisikan secara prosedural seperti yang dipahami dan dipraktikkan di negara-
negara barat. Sebaliknya jika demokrasi dimaknai secara substantif, yaitu kedaulatan
di tangan rakyat islam merupakan sistem politik yang demokratis. Demokrasi
adalah konsep yang sejalan dengan islam setelah diadakan penyesuaian
penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri. Diantara tokoh muslim yang
mendukung pandangan ini adalah Abul A’la al Maududi yang menyatakan bahwa
demokrasi sekuler barat, pemerintahan dibentuk dan diubah dengan pelaksanaan
pemilihan umum. Demokrasi dalam islam juga memiliki wawasan yang mirip,
tetapi perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa jika didalam sistem barat
suatu negara demokratis menikmati hak kedaulatan mutlak. Dalam demokrasi
islam kekhalifahan ditetapkan untuk dibatasi oleh batas-batas yang digariskan
hukum ilahi.
 Islam membenarkan dan mendukung demokrasi
Kelompok ini sering disebut dengan kelompok moderat atau liberal. Menurut
kelompok ini islam merupakan sistem nilai yang membenarkan demokrasi seperti
yang sekarang dipraktikkan di negara-negara maju. Penerimaan ini disebabkan apa
yang dianggap prinsip-prinsip demokrasi sesungguhnya juga terkandung dalam ajaran
islam seperti keadilan, persamaan, musyawaran dan lain sebagainya.

2.3.3. Prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam

Prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam meliputi,


 Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura:38
dan Ali Imran:159. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling
dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli wal‘aqdi pada zaman
khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih
kepala negara atau khalifah Jelas bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan
pertimbangan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah
keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk
dari pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang
disampaikan menjadi pertimbangan bersama.
 al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain
dalam surat an-Nahl: 90; QS. as-Syura: 15; al-Maidah: 8; An-Nisa’: 58, dan
seterusnya. Betapa prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga
ada ungkapan yang “ekstrim” berbunyi: “Negara yang berkeadilan akan lestari
kendati ia negara kafir, sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara
(yang mengatasnamakan) Islam”.
 al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari
yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif.
Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni
penguasa atas rakyat. Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi
yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan
adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang yang telah
dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar di hadapan rakyat
demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu pemerintah harus amanah, memiliki
sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan adil. Sebagian ulama’ memahami
al-musawah ini sebagai konsekuensi logis dari prinsip al-syura dan al-‘adalah.
Diantara dalil al-Qur’an yang sering digunakan dalam hal ini adalah surat al-
Hujurat:13, sementara dalil sunnah-nya cukup banyak antara lain tercakup dalam
khutbah wada’ dan sabda Nabi kepada keluarga Bani Hasyim.
 al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada
orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan
baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan
kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan
penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil seperti
ditegaskan Allah SWT dalam Surat an-Nisa’:58. Karena jabatan pemerintahan adalah
amanah, maka jabatan tersebut tidak bisa diminta, dan orang yang menerima jabatan
seharusnya merasa prihatin bukan malah bersyukur atas jabatan tersebut. Inilah etika
Islam.
 al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui bahwa, kekuasaan
dan jabatan itu adalah amanah yangh harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus
disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus
dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini mememiliki dua pengertian, yaitu
amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang
harus dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Ibn
Taimiyyah, bahwa penguasa merupakan wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia
dan sekaligus wakil umat manusia dalam mengatur dirinya. Dengan dihayatinya
prinsip pertanggungjawaban (al-masuliyyah) ini diharapkan masing-masing orang
berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas. Dengan
demikian, pemimpin/penguasa tidak ditempatkan pada posisi sebagai sayyid al-
ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim alummah (pelayan umat).
Dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa menjadi pertimbangan dalam
setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa, bukan sebaliknya rakyat atau umat
ditinggalkan.
 al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga masyarakat
diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya. Sepanjang hal itu
dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq alkarimah dan dalam
rangka al-amr bi- ‘l-ma’ruf wa an-nahy ‘an al- ‘munkar, maka tidak ada alasan bagi
penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya
kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial
bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu masyarakat,
maka kezaliman akan semakin merajalela.

2.4. Kontribusi Umat Islam

Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional tidak bisa dipandang sebelah mata.
Disetiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang
besar.Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan
hingga saatini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa
ini.Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa
memberikankontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia.
Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan
kontribusi bagi bangsaini.
Sekarang mari kita amati kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional di setiapera/masa
bangsa ini:

1.Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya

Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup panjang. Jauh
sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa kerajaan Islam besar.
Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16
Masehi.

2. Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)

Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di
Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam
harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan Islam
harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpin-
pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu mulai dari
penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang Dasar Negara.
Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri
di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun, format tersebut
hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya.
Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis
negara.

3. Era Orde Baru

Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di dalam
negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan, termasuk ideologi
politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi politik di dalam
perpolitikan Islam. 
Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum skripturalis
yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah. Kelompok kedua
adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak
terjun ke dunia politik.

4. Era Reformasi

Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk
menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para
pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi
adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama. 
Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan santri.
Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi bergulir,
kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan
label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan
lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh menggunakan asas Islam. 
Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai
politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
Dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat Islam
untuk terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak boleh lagi bermain
di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri untuk memunculkan
pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas, berahklak mulia, profesional, dan punya integritas
diri yang tangguh

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Politik dalam
bahasa arab disebut siyasah yang artinya, mengurus, mengendali atau memimpin.

Prinsip- prinsip dasar politik dalam islam yaitu Al-Musyawarah, AlAdalah, Al-Musawah,
Al- Amanah, Al-Maasuliyyah dan Al- Hurriyyah.

Demokrasi dalam islam yang dikenal hari ini merupakan tatanan hidup yang jauh hari telah
dicontohkannya oleh umat islam dan menjadi sebuah jaminan kejayaan suatu Negara kalau
benar-benar menerapkan sistem demokrasi tersebut.

Kontribusi umat islam dalam politik nasional sudah terlihat dari masa ke masa, mulai dari era
kerajaan-kerajaan islam Berjaya, era colonial dan kemerdekaan, era orde baru, era reformasi
dan sampai sekarang. Umat islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam
panggung politik. Politik islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai
rahmatan lil „alamin” dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.

3.2. Saran

Makalah ini merupakan hasil diskusi kami Sistem politik dan demokrasi dalam islam,
dengan berlandasakan dari sumber sumber yang ada dalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum
islam. Dari uraian di atas, kami menyarankan agar kita dapat memahami Sistem politik dan
demokrasi dalam islam agar bisa kita terapkan dalam hidup dengan sebaik baiknya baik bagi
diri sendiri ataupun untuk kontribusi bagi bangsa dan negara, dan agar kita bisa selamat baik
di dunia maupun di akhirat kelak.
Daftra Pustaka

Iftitah, N. R. (2014). Islam dan Demokrasi. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 1(1).

Iryani, E. (2017). Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah
Universitas
Batanghari Jambi, 17(2), pp. 24-31.

Fahmi, M. (2017). PRINSIP DASAR HUKUM POLITIK ISLAM DALAM PERSPEKTIF


AL-QURAN. Jurnal Rainiry, 2(1), pp. 47-60

Anda mungkin juga menyukai