Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR ILMU POLITIK

STRUKTUR POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Anisya Ayu Salsabila – 2133001164

Nindya Ayu Larasati – 2133001098

Wilken Rezki Abadi – 2133001046

Dosen Pengampu:

Dr. Philips A. Kana, S.H, M.H

Fakultas Hukum

Universitas Krisnadwipayana

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Struktur Politik dan Sistem Pemerintahan"
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Politik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang ilmu politik bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Philips A. Kana, S.H, M.H dan Sugiman, S.H,
M.H. selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 30 Mei 2023

Kelompok IV,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 1
(PENDAHULUAN)..................................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................................... 1
BAB 2 ....................................................................................................................................................... 2
(PEMBAHASAN)....................................................................................................................................... 2
2.1 STRUKTUR POLITIK ........................................................................................................................ 2
2.1.1 STRUKTUR POLITIK ................................................................................................................. 2
2.1.2 CIRI SISTEM POLITIK ............................................................................................................... 8
2.2 SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI ........................................................................................ 10
BAB 3 ..................................................................................................................................................... 12
(PENUTUP) ............................................................................................................................................ 12
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

ii
BAB 1
(PENDAHULUAN)
1.1 LATAR BELAKANG
Politik merupakan salah satu pokok bahasan yang seringkali kita konotasikan dengan
kekuasaan, hal ini tentu tidak dapat kita pungkiri, sebab politik dan kekuasaan bagaikan dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan tetapi disisi lain, masyarakat kita juga seringkali
memandang politik sebagai sesuatu yang kotor dan licik. Politik adalah kemahiran yaitu
kemahiran tentang hal-hal yang mungkin.

Dalam dunia perpolitikan baik itu zaman dahulu maupun zaman sekarang sudah tentu memiliki
struktur politik tersendiri yang semakinlama semakin kompleks. Hal ini dapat terjadi karena
sifat manusia yang dinamis dan menghendaki segala sesuatu menjadi lebih baik. bagaikan
bangunan yang memiliki kerangka struktur tersendiri yang digunakan sebagai acuan dalam
menjaga stabilitas bangunan, agar setiap komponen dapat bekerja secara maksimal.

Struktur sosial atau struktur masyarakat, termasuk struktur politik merupakan susunan atau
bangunan masyarakat yang menggambarkan tentang suatu pranata sosial yang berlapis-lapis.
Struktur politik merupakan bagian dari struktur sosial yang di dalamnya terdapat hubungan-
hubungan yang bersifat politik.

Oleh karena itulah pada makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pengantar
politik tujuan lainnya adalah untuk mengetahui struktur politik dan sistem pemerintahan yang
diterapkan oleh negara Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana struktur politik di Indonesia?
2. Bagaimana sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui struktur politik di Indonesia.
2. Untuk mengetahui sistem pemerintahan demokrasi yang dianut di Indonesia.

1
BAB 2
(PEMBAHASAN)

2.1 STRUKTUR POLITIK


2.1.1 STRUKTUR POLITIK
Struktur politik merupakan susunan atau bangunan masyarakat yang menggambarkan
tentang suatu pranata sosial yang berlapis-lapis. Struktur politik merupakan bagian dari struktur
sosial yang di dalamnya terdapat hubungan-hubungan yang bersifat politik.

Untuk negara Indonesia yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila, pada
praktiknya sebagai satu kesatuan di dalam sistem politik Pancasila (sering disebut sistem
politik Pancasila sebagaimana halnya diterapkan dalam sistem ekonomi Pancasila.
Struktur politik diartikan sebagai tata susunan kelembagaan (lembaga dan organisasi) dalam
kehidupan politik suatu bangsa dan suatu negara.

Struktur politik terdiri atas suprastruktur dan infrastruktur. Pada umumnya suprastruktur
meliputi:

1. Pemerintah
2. Lembaga Tinggi Negara
3. Lembaga-Lembaga Negara (di pusat dan daerah) serta Aparatur Pelaksana
Administrasi Pemerintahan.

Infrastruktur mencakup saluran organisasi untuk penyaluran aspirasi rakyat, yaitu:

1. Partai Politik
2. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
3. Kelompok Penekan / Pendesak (Pressure Group)
4. Pendapat Umum (Public Opinion) bersama-sama media massa.

Dalam terciptanya struktur politik yang baik dibutuhkan kerjasama antar lembaga politik.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai lembaga politik yang berperan dalam struktur politik
di Indonesia.

Lembaga Politik menjadikan perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang
banyak dapat berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi. Pada umumnya yang harus
diatasi adalah mengubah paradigma feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal yaitu

2
3

bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai tokoh
politik dan yang lain sebagai rakyat biasa).

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia terdapat lembaga-lembaga politik, yaitu:

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Awalnya dirancang untuk diubah menjadi nama genus dari lembaga perwakilan rakyat
atau parlemen Indonesia yang terdiri atas dua kamar dewan. Kamar Pertama disebut Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Kamar Kedua disebut Dewan Perwakilan Daerah.

Sebagai perbandingan, dalam konstitusi Amerika Serikat semua kekuasaan Legislatif ada di
Kongres yang terdiri atas The House of Representatives and Senate. Dalam Kerajaan Belanda
kekuasaan legislatif berada di Staten Generaal yang terdiri atas Eerste Kamer en Tweede
Kamer.

Setelah perubahan keempat UUD 1945, keberadaan MPR yang selama ini disebut sebagai
lembaga tertinggi negara telah mengalami perubahan yang sangat mendasar.

Perubahan mendasar dalam kerangka struktur parlemen Indonesia telah terjadi berkaitan
dengan:

Kewenangan MPR saat ini, yaitu:

1. Menetapkan Undang-Undang Dasar dan atau Perubahan UUD


2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden
3. Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden
4. Menetapkan Presiden dan atau Wakil Presiden pengganti sampai terpilihnya Presiden
dan atau Wakil Presiden sebagaimana mestinya.

2. Dewan Perwakilan Rakyat


Dalam Pasal 20 ayat (1) dinyatakan bahwa: “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk Undng-Undang”.

Berdasarkan ketentuan pasal 20, dikemukakan bahwa:

Pertama, lembaga legislasi atau legislator adalah DPR, bukan presiden dan apalagi DPD.

Kedua, Presiden adalah lembaga yang mengesahkan rancanagn Undang-Undang yang telah
mendapat persetujuan bersama dalam rapat paripurna DPR resmi menjadi Undang-Undang.
4

Ketiga, rancangan undang-undang yang telah resmi sah menjadi undang-undang wajib
diundangkan semestinya.

Keempat, setiap rancangan undang-undang dibahas bersama untuk mendapat persetujuan


bersama antara DPR dan Presiden dalam persidangan DPR.

Kelima, dalam hal rancangan undang-undang itu datang dari presiden, pembahasannya
dilakukan secara bersama-sama untuk mendapatkan persetujuan bersama.

Keenam, setelah suatu rancanga undang-undang mendapat persetujuan bersama yang ditandai
oleh pengesahannya dalam rapat paripurna DPR, maka rancangan Undang-Undang yang
bersangkutan secara substantif atau secara material telah menjadi undang-undang tetapi belum
mengikat karena presiden belum mengesahkan dan mengundangkannya sebagaimana
mestinya.

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Salah satu ciri bikameralisme adalah apabila kedua kamar sama-sama menjaankan fungsi
legislatif.

Ironisnya, mekanisme pengisian jabatan keanggotaan DPD ini lebih berat jika dibandingkan
dengan mekanisme pengisian keanggotaan DPR. Anggota DPD tidak lebih dari sepertiga
jumlah anggota DPR. Disamping itu, peserta pemilu yang menjadi anggota DPD adalah
perorangan, sedangkan peserta pemilu untuk DPR adalah partai politik.

4. Presiden dan Wakil Presiden


Pemerintahan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasasr 1945 menganut
sistem presidensiil akan tetapi sifatnya tidak murni karena bercampur dengan elemen sistem
parlementer yang tercermin dalam konsep pertanggungjawaban Presiden kepada MPR yang
temasuk ke dalam pengertian Lembaga parlemen dengan kemungkinan pemberian
kewenangan kepadanya untuk memberhentikan presiden dari jabatannya meskipun bukan
karena alasan hukum.

Presiden dan wakil presiden berserta semua Lembaga negara atau subyek hukum
tatanegara lainnya tunduk kepada konstitusi sebagai the symbolic head of state. Dalam sistem
kenegaraan yang disebut constitutional democratic republic, kedudukan konstitusi bersifat
5

sangat sentral. Pembedaan dan pemisahan antar kedua fungsi hanya relevan dalam sistem
pemerintahan parlementer. Dalam sistem ini terdapat lima prinsip penting, yaitu :

1. Presiden dan Wakil presiden merupakan satu institusi penyelenggara kekuasan


eksekutif negara yang tertinggi di bawah Undang-Undang Dasar yang dimana tidak
dikenal dan tidak perlu dibedakan adanya kepala negara dan kepala pemerintahan.
2. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dan karena itu secara
politik tidak bertanggungjawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Lembaga parlemen, melainkan bertanggungjawab langsung kepada rakyat yang telah
memilihnya.
3. Presiden dan/atau wakil Presiden dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara
hukum apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum konstitusi oleh Dewan
Perwakilan Rakyat untuk disidangkan dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu
siding gabungan antara DPR dan DPD.
4. Para Menteri adalah pembantu Presiden yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dan karena bertanggungjawab kepada Presiden, bukan dan tidak bertanggungjawab
kepada parlemen.
5. Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang kedudukannya dalam sistem presidential
sangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin stabilitas pemerintahan,
ditentukan pula bahwa masa jabatan presiden lima tahunan dan tidak boleh dijabat oleh
orang yang sama lebih dari dua masa jabatan.

5. Badan Pemeriksa Keuangan


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berkaitan dengan fungsi pengawasan, khususnya
berkenaan dengan pengelolaan keuangan negara. Kedudukan kelembagaaan Badan Pemeriksa
Keuangan berada atau berhimpitan dengan ranah kekuasaan legislatif karena laporan hasil
pemeriksaan yang dilakukan harus disampaikan kepada DPR. Keberadaan BPK mengalami
perubahan akibat dari konsekuensi perubahan ketiga UUD 1945 yang awalnya BPK hanya
diatur dalam UUD 1945 Bab VIII tentang hal keuangan pasal 23 ayat (5) menjadi UUD 1945
Bab VIIA Badan Pemeriksa Keuangan terdiri atas pasal 23E, pasal 23F dan 23G. Dalam pasal
23E berisikan :

1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan


satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri
6

2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai
kewenangannya
3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindak-lanjuti oleh Lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan Undang-Undang

Pasal 23F berisikan:

1. Anggota badan pemeriksa keuangan dipilih oleh DPR dengan memperhatikan


pertimbangan DPD, dan diresmikan oleh Presiden.
2. Pimpinan Badan Pemeriksaan Keuangan dipilih dari dan oleh anggota

Pasal 23G berisikan:

1. Badan pemeriksa keuangan berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan


di setiap provinsi
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dalam Undang-
Undang.

Dilihat dari perubahan tersebut, ada dua perkembangan baru yang terjadi dengan Badan
Pemeriksa Keuangan yaitu menyangkut perubahan bentuk orangnisasinya secara structural dan
menyangkut perluasaan jangkauan tugas pemeriksaannya secara fungsional. Perluasaan tugas
Badan Pemeriksa Keuangan menjadi 3 yakni

1. Pemeriksaan atas pelaksaan APBN menjadi pemeriksaan atas pelaksanaan APBN dan
APBD serta pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dalam arti luas.
2. Hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya dilaporkan kepada DPR di tingkat pusat
tetapi juga kepada DPD dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan tingkatan
kewenangannya masing-masing.
3. Perluasaan terhadap Lembaga atau badan-badan hukum yang menjadi objek
pemeriksaan oleh BPK, yaitu sebelumnya hanya terbatas pada Lembaga negara tetapi
menjangkau organ-organ yang merupakan subjek hukum perdata seperti perusahaan
daerah, BUMN ataupun perusahaan swasta yang dimana didalamnya terdapat kekayaan
negara.

6. Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung


Sebelum perubahan UUD, kekuasaan kehakiman hanya terdiri atas badan-badan
pengadilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung. Namun setelah perubahan ketiga UUD
1945 disahkan, kekuasaan kehakiman mendapat tambahan satu jenis mahkamah lain yang
7

berada diluar Mahkamah Agung yang mempunyai kedudukan yang setingkat atau sederajat
yakni Mahkamah Konstitusi (constitutional court). Dalam perubahan ketiga UUD, Mahkamah
konstitusi mempunyai lima kewenangan, yaitu :

1. Melakukan pengujian atas konstitutionalitas Undang-Undang


2. Mengambil putusan atau senagkete kewenangan antar Lembaga negara yang ditentukan
menurut UUD
3. Mengambil putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum ataupun mengalami perubahan
sehingga secara hukum tidak memenuhi syarat seagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
menjadi terbukti dan karena itu dapat dijadikan alasan oleh MPR untuk
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dari jabatannya.
4. Memutuskan perkara perselisihan mengenai hasil-hasil pemilihan umum
5. Memutuskan perkara berkenaan dengan pembubaran partai politik.

Mahkamah Konstitusi beranggotakan 9 orang yang dimana pemilihannya terbagi atas 3


yakni 3 orang ditentukan oleh DPR, 3 orang ditentukan oleh Mahkamah Agung dan 3 orang
ditentukan oleh Presiden. Untuk pemilihan ketua dan wakil ketua dari Mahkamah Konstitusi
dipilih dari dan oleh anggotanya sendiri.

Mahkamah Agung menurut pasal 24 ayat (2), Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara. Dalam konteks organ mahkamah dan badan-badan peradilan dengan hakim
sebagai pejabat hukum dan penegak keadilan, hubungan antar hakim dengan hakim yang lain
bersifat horizontal atau tidak ada hubungan bertikal atasan dan bahawan. Namun dilihat dari
perspektif organisasinya terdapat struktur vertical atas bawah yang dimana pengadilan tinggi
adalah organisasi dibawah Mahkamah Agung, dan pengadilan negeri adalah organisasi
bawahan pengadilan tinggi.

7. Komisi Yudisial
Keberadaan Komisi Yudisial diatur dalam Bab IX tentang kekuasaan kehakiman dalam
pasal 24B yang menegaskan bahwa :

1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim


Agung dan mempunyai kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluruhan martabat, serta perilaku hakim.
8

2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang


hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
3. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
DPR
4. Susunan kedudukan dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan Undang-Undang.

Pembentukan Komisi Yudisial merupakan pengembangan lebih lanjut ide pembentukan


Majelis Kehormatan Hakim Agung yang akan tetapi jika majelis tersebut dibentuk
dilingkungan internal Mahkamah Agung maka sulit diharapkan akan efektif menjalankan
fungsi pengawasan atas kehormatan hakim agung itu sendiri karena kedudukannya yidak
independent terhadap subjek yang akan diawasi.

8. Struktur Politik Lembaga Lainnya.


Organisasi di Indonesia yang berkembangan di tengah keterbukaan di era demokratisasi
seperti oraganisasi tentara, organisasi kepolisian, kejaksaan agung dan bank sentral.
Independensi Lembaga-lembaga tersebut sangat diperlukan untuk kepentingan menjamin
pembatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif. Dari keempat yang berkedudukan
independent adalah Organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara (POLRI),
dan Bank Indonesia sebagai bank sentral. Sedangkan Kejaksaan Agung belum ditingkatkan
kedudukannya secara independen. Perkembangan Lembaga lainnya berkenaan dengan
Lembaga-lembaga khusus seperti

Komisi Nasional haki Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Komisi Ombudsman, Komisi Persaingan Usaha Pemberantasan Korupsi (KPPU), Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lain sebagainya.

2.1.2 CIRI SISTEM POLITIK


Sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Pendeketan sistem melihat
akeseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari
lingkungannya dan memiliki hubngan yang relatif tetap diantara elemen-elemen
pembentuknya. Model sistem politik yang paling sederehana akan menguraikan masukan
(input) ke dalam sistem politik, yang mengubah melalui rposes politik menjadi keluaran
(output). Dalam model ini biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus
diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayananpublik yang diberikan oleh
pemerintah untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka
efektivitas sistem politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejateraan bagi rakyat.
9

Secara teoritis, suatu sistem politik dapat dikatakan sudah siap untuk berjalan mulus
jika telah berhasil mencapai tingkat kualitas kapabilitas atau kemandirian yang cukup tinggi
sehingga kemungkinannya menjadi satu sistem polkitik yang dapat diandalkan. Ada 3 dimensi
kemampuan yang rekandung dalam kapabilitas atau kemandirian sistem politik yaitu dimensi
pencegah atau dimensi preventif, dimensi pemeliharaan dan saling berkaitan, dimensi
pengembangan atau dimensi perubahan yang dimana ketiga dimensi saling berkaitan dan
memeperkuat sehingga semakin tinggi kadarnya jika memiliki kemampuan untuk mengatasi
berbagai macam kesulitan atau krisis yang membahayakan dirinya.

Sistem Politik pada hakikatnya melaksanakan fungsi-fungsi mempertahankan kesatuan


masyarakat, meyesuaikan dan mengubah unsur pertautan hubungan agama dan sistem
ekonomi, melindungi kesatuan sistem politik dari ancaman luar atau mengembangkannya ke
masyarakat lain. Menurut David Easton (dalam Rodee, et al., 2000) mengajukan suatu defenisi
sistem politik yang mencakup 3 unsur yaitu :

1. The political system allocates values (sistem politik yang mengalokasikan nilai-nilai
dalam arti kebijakan)
2. Its allocations are authoritive (alokasi-alokasi bersifat kewenangan)
3. Its authoritive allocations are binding on the society as a whole (alokasi-alokasi
kwenangan bersifat amengikat seluruh masyarakat)

Berdasarkan unsur-unsur diatas dapat disimpulkan bahwa sistem politik paling tidak
mencakup fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat, penempatan nilai-nilai dalam
masyarakat berdasrkan kewenangan, dan penggunaan kewenangan baik secara sah maupun
tidak.

Menurut Gabriel Almond (1996), terdapat empat ciri sistem politik, yaitu :

1. Semua sistem politik mempunyai kebudayaan politik. Ini artinya bahwa masyarakat
yang paling sederhana sekalipun akan mempunyai tipe struktur politik seperti pada
masyarakat modern.
2. Semua sistem politik menjalankan fungsi yang sama walaupun tingkatannya
berbeda dalam masayarakat.
3. Semua struktur politik, bagaimanapun dispesialisasikan baik dalam masyarakat
primitf maupun modern bekerja dalam rangka melaksanakan berbagai fungsi.
4. Semua sistem politik ditinjau dari segi kebudayaan adalah sistem campuran.
10

Menurut David Easton (dalam Gabriel Almond, 1996), ciri sistem politik modern ada
4 yaitu :

1. Adanya unit yang membentuk sistem itu sekaligus batas-batas pengaruhnya.


2. Adanya input dan output dalam sistem yang tercermin dalam keputusan
keputusan yang dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan (input)
3. Adanya jenis dan tingkat difrensiasi dalam sistem
4. Adanya tingkat integrasi sistem politik yang mencerimkan pula tingkat
efesiennya.

2.2 SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Demokrasi menempati posisi vital dengan kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu
negara, di mana kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus bertujuan
untuk rakyat.

Sistem Pemerintahan Demokrasi memiliki prinsip-prinsipnya, yaitu:


1. Kedaulatan Rakyat
2. Kesamaan Politik
3. Konsultasi Rakyat
4. Kekuasaan Mayoritas

Negara Indonesia menganut faham kedaulatan rakyat atau democratie (democracy).


Konsep demokrasi dan kedaulatan rakyat dirumuskan secara komprehensif oleh The
Founding Fathers. Misalnya, Moh. Hatta merumuskan konsep kerakyatan (kedaulatan
rakyat) atas dasar permusyawaratan,, yaitu pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara
adalah rakyat.
Undang-Undang Dasar 1945 menganut pengertian bahwa Negara Republik Indonesia
adalah Negara Hukum yang demokrasi (democratische rechstaat) dan negara demokrasi
yang berdasarkan atas hukum (constitutional democracy). Kedaulatan rakyat
(democratie) Indonesia itu diselenggarakan secara langsung dan melalui sistem
11

perwakilan. Secara langsung, kedaulatan rakyat itu diwujudkan dalam tiga cabang
kekuasaaan yang tercermin dalam majelis permusyawaratan rakyat yang terdiri atas
dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan daerah; presidendan wakil presiden;
dan kekuasaan kehakiman yang terdiri atas Mahkamah konstitusi dan Mahkamah
agung.
Dalam menentukan kebijakan pokok pemerintahan dan mengatur ketentuan-
ketentuan hukum berupa undang-undang dasar dan undang-undang (fungsi legislatif),
serta dalam menjalankan fungsi pengawasan (fungsi kontrol) terhadap jalannnya
pemerintahan, pelembagaan kedaulatan rakyat disalurkan melalui sistem perwakilan,
yaitu melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Daerah.
Negara Indonesia juga disebut sebagai Negara Hukum (Rechstaat), bukan Negara
Kekuasaan (Machstaat).
Ketentuan mengenai cita-cita negara hukum ini secara tegas, dirumuskan dalam Pasal
1 ayat (3) UUD 1945, yang menyatakan: Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Sementara itu, ketentuan mengenai prinsip kedaulatan rakyat terhadap dalam
Pembukaan UUD 1945, terutama dalam rumusan Alinea IV tentang dasar negara yang
kemudian dikenal dengan sebutan Pancasila.
BAB 3
(PENUTUP)

3.1 KESIMPULAN

Struktur politik merupakan susunan atau bangunan masyarakat yang


menggambarkan tentang suatu pranata sosial yang berlapis-lapis. Struktur politik
merupakan bagian dari struktur sosial yang di dalamnya terdapat hubungan-hubungan
yang bersifat politik. Untuk negara Indonesia yang menerapkan sistem pemerintahan
demokrasi Pancasila, pada praktiknya sebagai satu kesatuan di dalam sistem politik
Pancasila (sering disebut sistem politik Pancasila sebagaimana halnya diterapkan dalam
sistem ekonomi Pancasila. Struktur Politik terdiri atas Suprastruktur (Pemerintah serta
Lembaga Negara) dan Infrastruktur (Organisasi penyalur aspirasi rakyat). Dalam
pelaksanaan struktur politik dibantu dengan kinerja lembaga-lembaga negara yang baik
sesuai aturan, lembaga negara tersebut yaitu: MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden, BPK, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, serta
struktur lembaga politik lainnya.

Negara Indonesia menganut faham kedaulatan rakyat atau democratie (democracy).


Konsep demokrasi dan kedaulatan rakyat dirumuskan secara komprehensif oleh The
Founding Fathers. Misalnya, Moh. Hatta merumuskan konsep kerakyatan (kedaulatan
rakyat) atas dasar permusyawaratan,, yaitu pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara
adalah rakyat. Negara Indonesia juga disebut sebagai Negara Hukum (Rechstaat),
bukan Negara Kekuasaan (Machstaat). Ketentuan mengenai cita-cita negara hukum ini
secara tegas, dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyatakan: Negara
Indonesia adalah Negara Hukum. Sementara itu, ketentuan mengenai prinsip
kedaulatan rakyat terhadap dalam Pembukaan UUD 1945, terutama dalam rumusan
Alinea IV tentang dasar negara yang kemudian dikenal dengan sebutan Pancasila.
Demokrasi yang dianut Indonesia yaitu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.

12
DAFTAR PUSTAKA

P, Trubus Rahardiansah, 2018. Pengantar Ilmu Politik Konsep Dasar, Paradigma dan
Pendekatannya, Jakarta: Universitas Trisakti.

13

Anda mungkin juga menyukai