Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Dosen Pengampu:
Fakultas Hukum
Universitas Krisnadwipayana
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Struktur Politik dan Sistem Pemerintahan"
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Politik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang ilmu politik bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Philips A. Kana, S.H, M.H dan Sugiman, S.H,
M.H. selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok IV,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 1
(PENDAHULUAN)..................................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................................... 1
BAB 2 ....................................................................................................................................................... 2
(PEMBAHASAN)....................................................................................................................................... 2
2.1 STRUKTUR POLITIK ........................................................................................................................ 2
2.1.1 STRUKTUR POLITIK ................................................................................................................. 2
2.1.2 CIRI SISTEM POLITIK ............................................................................................................... 8
2.2 SISTEM PEMERINTAHAN DEMOKRASI ........................................................................................ 10
BAB 3 ..................................................................................................................................................... 12
(PENUTUP) ............................................................................................................................................ 12
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13
ii
BAB 1
(PENDAHULUAN)
1.1 LATAR BELAKANG
Politik merupakan salah satu pokok bahasan yang seringkali kita konotasikan dengan
kekuasaan, hal ini tentu tidak dapat kita pungkiri, sebab politik dan kekuasaan bagaikan dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan tetapi disisi lain, masyarakat kita juga seringkali
memandang politik sebagai sesuatu yang kotor dan licik. Politik adalah kemahiran yaitu
kemahiran tentang hal-hal yang mungkin.
Dalam dunia perpolitikan baik itu zaman dahulu maupun zaman sekarang sudah tentu memiliki
struktur politik tersendiri yang semakinlama semakin kompleks. Hal ini dapat terjadi karena
sifat manusia yang dinamis dan menghendaki segala sesuatu menjadi lebih baik. bagaikan
bangunan yang memiliki kerangka struktur tersendiri yang digunakan sebagai acuan dalam
menjaga stabilitas bangunan, agar setiap komponen dapat bekerja secara maksimal.
Struktur sosial atau struktur masyarakat, termasuk struktur politik merupakan susunan atau
bangunan masyarakat yang menggambarkan tentang suatu pranata sosial yang berlapis-lapis.
Struktur politik merupakan bagian dari struktur sosial yang di dalamnya terdapat hubungan-
hubungan yang bersifat politik.
Oleh karena itulah pada makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pengantar
politik tujuan lainnya adalah untuk mengetahui struktur politik dan sistem pemerintahan yang
diterapkan oleh negara Indonesia.
1
BAB 2
(PEMBAHASAN)
Untuk negara Indonesia yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila, pada
praktiknya sebagai satu kesatuan di dalam sistem politik Pancasila (sering disebut sistem
politik Pancasila sebagaimana halnya diterapkan dalam sistem ekonomi Pancasila.
Struktur politik diartikan sebagai tata susunan kelembagaan (lembaga dan organisasi) dalam
kehidupan politik suatu bangsa dan suatu negara.
Struktur politik terdiri atas suprastruktur dan infrastruktur. Pada umumnya suprastruktur
meliputi:
1. Pemerintah
2. Lembaga Tinggi Negara
3. Lembaga-Lembaga Negara (di pusat dan daerah) serta Aparatur Pelaksana
Administrasi Pemerintahan.
1. Partai Politik
2. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
3. Kelompok Penekan / Pendesak (Pressure Group)
4. Pendapat Umum (Public Opinion) bersama-sama media massa.
Dalam terciptanya struktur politik yang baik dibutuhkan kerjasama antar lembaga politik.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai lembaga politik yang berperan dalam struktur politik
di Indonesia.
Lembaga Politik menjadikan perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang
banyak dapat berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi. Pada umumnya yang harus
diatasi adalah mengubah paradigma feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal yaitu
2
3
bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai tokoh
politik dan yang lain sebagai rakyat biasa).
Sebagai perbandingan, dalam konstitusi Amerika Serikat semua kekuasaan Legislatif ada di
Kongres yang terdiri atas The House of Representatives and Senate. Dalam Kerajaan Belanda
kekuasaan legislatif berada di Staten Generaal yang terdiri atas Eerste Kamer en Tweede
Kamer.
Setelah perubahan keempat UUD 1945, keberadaan MPR yang selama ini disebut sebagai
lembaga tertinggi negara telah mengalami perubahan yang sangat mendasar.
Perubahan mendasar dalam kerangka struktur parlemen Indonesia telah terjadi berkaitan
dengan:
Pertama, lembaga legislasi atau legislator adalah DPR, bukan presiden dan apalagi DPD.
Kedua, Presiden adalah lembaga yang mengesahkan rancanagn Undang-Undang yang telah
mendapat persetujuan bersama dalam rapat paripurna DPR resmi menjadi Undang-Undang.
4
Ketiga, rancangan undang-undang yang telah resmi sah menjadi undang-undang wajib
diundangkan semestinya.
Kelima, dalam hal rancangan undang-undang itu datang dari presiden, pembahasannya
dilakukan secara bersama-sama untuk mendapatkan persetujuan bersama.
Keenam, setelah suatu rancanga undang-undang mendapat persetujuan bersama yang ditandai
oleh pengesahannya dalam rapat paripurna DPR, maka rancangan Undang-Undang yang
bersangkutan secara substantif atau secara material telah menjadi undang-undang tetapi belum
mengikat karena presiden belum mengesahkan dan mengundangkannya sebagaimana
mestinya.
Salah satu ciri bikameralisme adalah apabila kedua kamar sama-sama menjaankan fungsi
legislatif.
Ironisnya, mekanisme pengisian jabatan keanggotaan DPD ini lebih berat jika dibandingkan
dengan mekanisme pengisian keanggotaan DPR. Anggota DPD tidak lebih dari sepertiga
jumlah anggota DPR. Disamping itu, peserta pemilu yang menjadi anggota DPD adalah
perorangan, sedangkan peserta pemilu untuk DPR adalah partai politik.
Presiden dan wakil presiden berserta semua Lembaga negara atau subyek hukum
tatanegara lainnya tunduk kepada konstitusi sebagai the symbolic head of state. Dalam sistem
kenegaraan yang disebut constitutional democratic republic, kedudukan konstitusi bersifat
5
sangat sentral. Pembedaan dan pemisahan antar kedua fungsi hanya relevan dalam sistem
pemerintahan parlementer. Dalam sistem ini terdapat lima prinsip penting, yaitu :
2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai
kewenangannya
3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindak-lanjuti oleh Lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan Undang-Undang
Dilihat dari perubahan tersebut, ada dua perkembangan baru yang terjadi dengan Badan
Pemeriksa Keuangan yaitu menyangkut perubahan bentuk orangnisasinya secara structural dan
menyangkut perluasaan jangkauan tugas pemeriksaannya secara fungsional. Perluasaan tugas
Badan Pemeriksa Keuangan menjadi 3 yakni
1. Pemeriksaan atas pelaksaan APBN menjadi pemeriksaan atas pelaksanaan APBN dan
APBD serta pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dalam arti luas.
2. Hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya dilaporkan kepada DPR di tingkat pusat
tetapi juga kepada DPD dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan tingkatan
kewenangannya masing-masing.
3. Perluasaan terhadap Lembaga atau badan-badan hukum yang menjadi objek
pemeriksaan oleh BPK, yaitu sebelumnya hanya terbatas pada Lembaga negara tetapi
menjangkau organ-organ yang merupakan subjek hukum perdata seperti perusahaan
daerah, BUMN ataupun perusahaan swasta yang dimana didalamnya terdapat kekayaan
negara.
berada diluar Mahkamah Agung yang mempunyai kedudukan yang setingkat atau sederajat
yakni Mahkamah Konstitusi (constitutional court). Dalam perubahan ketiga UUD, Mahkamah
konstitusi mempunyai lima kewenangan, yaitu :
Mahkamah Agung menurut pasal 24 ayat (2), Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara. Dalam konteks organ mahkamah dan badan-badan peradilan dengan hakim
sebagai pejabat hukum dan penegak keadilan, hubungan antar hakim dengan hakim yang lain
bersifat horizontal atau tidak ada hubungan bertikal atasan dan bahawan. Namun dilihat dari
perspektif organisasinya terdapat struktur vertical atas bawah yang dimana pengadilan tinggi
adalah organisasi dibawah Mahkamah Agung, dan pengadilan negeri adalah organisasi
bawahan pengadilan tinggi.
7. Komisi Yudisial
Keberadaan Komisi Yudisial diatur dalam Bab IX tentang kekuasaan kehakiman dalam
pasal 24B yang menegaskan bahwa :
Komisi Nasional haki Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Komisi Ombudsman, Komisi Persaingan Usaha Pemberantasan Korupsi (KPPU), Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lain sebagainya.
Secara teoritis, suatu sistem politik dapat dikatakan sudah siap untuk berjalan mulus
jika telah berhasil mencapai tingkat kualitas kapabilitas atau kemandirian yang cukup tinggi
sehingga kemungkinannya menjadi satu sistem polkitik yang dapat diandalkan. Ada 3 dimensi
kemampuan yang rekandung dalam kapabilitas atau kemandirian sistem politik yaitu dimensi
pencegah atau dimensi preventif, dimensi pemeliharaan dan saling berkaitan, dimensi
pengembangan atau dimensi perubahan yang dimana ketiga dimensi saling berkaitan dan
memeperkuat sehingga semakin tinggi kadarnya jika memiliki kemampuan untuk mengatasi
berbagai macam kesulitan atau krisis yang membahayakan dirinya.
1. The political system allocates values (sistem politik yang mengalokasikan nilai-nilai
dalam arti kebijakan)
2. Its allocations are authoritive (alokasi-alokasi bersifat kewenangan)
3. Its authoritive allocations are binding on the society as a whole (alokasi-alokasi
kwenangan bersifat amengikat seluruh masyarakat)
Berdasarkan unsur-unsur diatas dapat disimpulkan bahwa sistem politik paling tidak
mencakup fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat, penempatan nilai-nilai dalam
masyarakat berdasrkan kewenangan, dan penggunaan kewenangan baik secara sah maupun
tidak.
Menurut Gabriel Almond (1996), terdapat empat ciri sistem politik, yaitu :
1. Semua sistem politik mempunyai kebudayaan politik. Ini artinya bahwa masyarakat
yang paling sederhana sekalipun akan mempunyai tipe struktur politik seperti pada
masyarakat modern.
2. Semua sistem politik menjalankan fungsi yang sama walaupun tingkatannya
berbeda dalam masayarakat.
3. Semua struktur politik, bagaimanapun dispesialisasikan baik dalam masyarakat
primitf maupun modern bekerja dalam rangka melaksanakan berbagai fungsi.
4. Semua sistem politik ditinjau dari segi kebudayaan adalah sistem campuran.
10
Menurut David Easton (dalam Gabriel Almond, 1996), ciri sistem politik modern ada
4 yaitu :
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Demokrasi menempati posisi vital dengan kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu
negara, di mana kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus bertujuan
untuk rakyat.
perwakilan. Secara langsung, kedaulatan rakyat itu diwujudkan dalam tiga cabang
kekuasaaan yang tercermin dalam majelis permusyawaratan rakyat yang terdiri atas
dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan daerah; presidendan wakil presiden;
dan kekuasaan kehakiman yang terdiri atas Mahkamah konstitusi dan Mahkamah
agung.
Dalam menentukan kebijakan pokok pemerintahan dan mengatur ketentuan-
ketentuan hukum berupa undang-undang dasar dan undang-undang (fungsi legislatif),
serta dalam menjalankan fungsi pengawasan (fungsi kontrol) terhadap jalannnya
pemerintahan, pelembagaan kedaulatan rakyat disalurkan melalui sistem perwakilan,
yaitu melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Daerah.
Negara Indonesia juga disebut sebagai Negara Hukum (Rechstaat), bukan Negara
Kekuasaan (Machstaat).
Ketentuan mengenai cita-cita negara hukum ini secara tegas, dirumuskan dalam Pasal
1 ayat (3) UUD 1945, yang menyatakan: Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Sementara itu, ketentuan mengenai prinsip kedaulatan rakyat terhadap dalam
Pembukaan UUD 1945, terutama dalam rumusan Alinea IV tentang dasar negara yang
kemudian dikenal dengan sebutan Pancasila.
BAB 3
(PENUTUP)
3.1 KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
P, Trubus Rahardiansah, 2018. Pengantar Ilmu Politik Konsep Dasar, Paradigma dan
Pendekatannya, Jakarta: Universitas Trisakti.
13