1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh
ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan yang
berjudul “Partai Politik”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada bapak Dr. H. Harpani MAtnuh, M.H dan ibu Nurlaili Hidayati, S.Pd, M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Hukum Tata Negara yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami
memperoleh banyak manfaat setelah menyusun makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................3
BAB 1
Pendahuluan
A. ..........................................................................................................
B. ..........................................................................................................
C. ..........................................................................................................
D. ..........................................................................................................
BAB 2
Pembahasan
A. ..........................................................................................................
B. ..........................................................................................................
C. ..........................................................................................................
D. ..........................................................................................................
E. ..........................................................................................................
..........................................................................................................
BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Partai politik, selanjutnya disingkat parpol, adalah produk masyarakat Barat yang dimulai di Inggeris
pada abad ke 17. Parpol dibentuk dalam rangka pikiran Barat bahwa Negara adalah organisasi kekuasaan
untuk menjamin bahwa kehidupan antara Individu yang semua bebas dan berkuasa tidak mengakibatkan
masalah sekuriti pada Individu. Organisasi kekuasaan yang dibagi dalam kekuasaan eksekutif,
kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif atau Trias Politica, merupakan perimbangan (checks &
balances) antara tiga kekuasaan itu. Untuk menjadikan kekuasaan legislatif mampu melakukan kontrol
yang efektif terhadap dua kekuasaan lainnya, khususnya terhadap eksekutif, rakyat di Inggeris pada
tahun 1678 membentuk partai politik, yaitu Tory. Parpol ini dalam abad ke 19 berkembang menjadi
Partai Konservatif yang seringkali berkuasa di negaranya hingga masa kini.
Kemudian parpol meluas di seluruh dunia, dan sejak permulaan abad ke 20 menjadi wahana penting
dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Menjadi pertanyaan bagaimana
parpol sebagai produk Barat dapat menjadi organisasi dan wahana efektif dalam Republik Indonesia
dengan Dasar Negara Pancasila. Sesuai dengan Pancasila negara bukan organisasi kekuasaan, melainkan
organisasi kesejahteraan. Tulisan ini berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan itu untuk
kepentingan masa depan kehidupan bangsa Indonesia yang adil, maju dan sejahtera.
Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan
kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah
saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman di beberapa
negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan banyak bermanfaat, kalau sistem
kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu menyerap dan
menyatukan semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai akibat modernisasi. Dari sudut pandang
ini, jumlah partai hanya akan menjadi penting bila ia mempengaruhi kapasitas sistem untuk membentuk
saluran-saluran kelembagaan yang diperlukan guna menampung partisipasi politik. Sistem kepartaian
yang kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan partisipasi politik
melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan.
Kedua, mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang
dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian,
4
sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang
melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.
Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan
merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat
sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa
untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat. Gunanya penulis membahas judul
ini ialah untuk untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan partai politik di indonesia, agar
dapat mengetahui lebih jelasnya, penulis akan membahasnya pada bab-bab berikutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi mengenai Partai Politik?
2. Bagaimana sejarah dan asal usul Partai Politik?
3. Bagaimana Partai Politik di Indonesia masa kini?
4. Bagaimana basis dari Partai Politik?
5. Apa saja tipe dari Partai Politik?
6. Apa saja fungsi dari Partai Politik?
7. Bagaimana Partai Politik di dalam Negara demokratis?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah
- Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran mahasiswa
- Tujuan Khusus :
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Partai Politik.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana sejarah dan asal usul Partai Politik.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Partai Politik di Indonesia masa kini.
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana basis dari Partai Politik.
5. Agar mahasiswa mengetahui apa saja tipe dari Partai Politik.
6. Agar mahasiswa mengetahui apa saja fungsi dari Partai Politik.
7. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Partai Politik di dalam Negara demokratis.
D. MANFAAT PENULISAN
- Sarana membaca
- Media pembelajaran
5
BAB 2
PEMBAHASAN
7
Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan berkembang di
negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negara-negara jajahan sering berperan
sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak ke arah persatuan nasional yang bertujuan
mencapai kemerdekaan. Hal ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India.
Dan dalam perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga
penting terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai
kelengkapan sistem demokrasi suatu negara.
b. Sejarah Partai Politik Di Indonesia
Parpol yang pertama ada di Indonesia adalah De Indische Partij yang pada 25 Desember 1912
dibentuk Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara ketika Indonesia
masih dalam penjajahan Belanda. Tujuan parpol itu adalah mencapai kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia. Sekalipun paham Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah
Pemuda, namun para pendiri parpol ini sudah dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat Hindia
Belanda merupakan kesatuan.
Pada tahun 1911 Haji Samanhudi membentuk Sarikat Dagang Islam (SDI) sebagai organisasi
untuk mengejar perbaikan nasib rakyat Indonesia dalam daerah jajahan Hindia Belanda. Pada tahun
1912 Haji Oemar Said Tjokroaminoto memberikan kepada SDI nama baru, yaitu Sarikat Islam (SI),
karena hendak meluaskan perjuangannya tidak terbatas pada bidang ekonomi saja. Dengan begitu SI
juga melakukan perjuangan politik. Meskipun tidak secara resmi dinamakan partai politik, tetapi
melihat sifat perjuangannya SI adalah satu parpol. Maka boleh dikatakan bahwa sejarah parpol di
Indonesia bermula pada tahun 1912.
Setelah itu telah berkembang berbagai parpol di Indonesia, baik yang berorientasi nasionalisme,
agama maupun sosialisme. Di masa penjajahan Belanda jelas sekali bahwa mayoritas parpol
bertujuan mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia, kecuali beberapa parpol yang dibentuk orang-
orang Belanda atau orang-orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda. Yang menonjol
adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mulanya bernama Perserikatan Nasional Indonesia,
dibentuk pada 4 Juli 1927 oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokrohadisuryo
dan Mr. Sunaryo . Kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia dan
dipimpin Ir Sukarno atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945 bersama Drs Mohamad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia atas nama rakyat Indonesia.
Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan Panitya Persiapan
Kemerdekaan tentang Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung). Uraian yang beliau beri nama
Pancasila kemudian diterima sidang dan kemudian dengan beberapa perubahan redaksional
ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sejak permulaan berdirinya Republik
Indonesia ada partai politik. Semula hendak dibentuk parpol tunggal, tapi kemudian dimungkinkan
8
berdirinya banyak parpol. Itu berarti bahwa parpol oleh para Pendiri Negara tidak dinilai
bertentangan dengan pandangan hidup Pancasila, sekalipun asal mulanya di masyarakat Barat yang
dasarnya individualisme dan liberalisme. Namun karena berada dalam masyarakat dengan dasar
Pancasila, parpol itu menyesuaikan eksistensi dan perilakunya dengan nilai dasar Pancasila, yaitu
Perbedaan dalam Kesatuan dan Kesatuan dalam Perbedaan.
Tabel Sejarah Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-1998
Periode
Periode Demokrasi Jumlah Partai
Pemerintahan
c. Teori Pembangunan
Menurut teori ini partai politik lahir sebagai akibat dari adanya proses modernisasi sosial-
ekonomi, seperti pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi,
perluasan dan peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara
seperti birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi profesi, dan
peningkatan kemampuan individu yang mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan
akan suatu organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai aspirasi
tersebut. Maka lahirlah partai politik, dengan harapan agar organisasi politik tersebut mampu
memadukan dan memperjuangkan berbagai aspirasi yang ada.
Berdasarkan teori asal-usul terbentuknya partai politik di atas, penulis dapat mengkategorikan
bahwa Partai Demokrat terbentuk berdasarkan teori situasi historis. Partai Demokrat lahir karena
adanya keinginan untuk memperbaiki bangsa yang sedang dilanda krisis multidimensi karena
partai-partai politik yang berkuasa sebelumnya dianggap gagal.
12
c) Orientasi terhadap calon. Individu memilih suatu partai karena kualitas personal kandidat tanpa
memandang pada partai yang mendukungnya atau pada isu yang sedang berkembang. Perilaku ini
terbagi menjadi dua, pertama: kualitas instrumental di mana pemilih melihat kemampuan kandidat
dalam menangani suatu masalah tertentu. Kedua: kualitas simbolis di mana pemilih mempunyai
pandangan bagaimanakah seharusnya figur pemimpin yang baik.
Dalam politik, basis merujuk kepada sekelompok pemilih yang hampir selalu mendukung calon
partai tunggal untuk kantor terpilih. Basis pemilih sangat tidak mungkin untuk memilih calon dari pihak
lawan, terlepas dari pandangan spesifik masing-masing kandidat memegang.
Di Amerika Serikat, ini biasanya karena tingkat tinggi kandidat harus memegang sikap yang sama
pada isu-isu kunci sebagai dasar partai unruk mendapatkan nominasi partai dan dengan demikian akses
suara dijamin. Dalam kasus pemilu legislatif, pemilihan basa biasanya lebih memilih untuk mendukung
kandidat partai mereka melawan lawan dinyatakan menarik untuk memperkuat peluang partainya
memperoleh mayoritas sederhana biasanya gateway untuk daya menyeluruh-dalam legislatif.
13
demokrasi partai relative dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan harkatnya pada saat kelahirannya,
yakni menjadi wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam mengelolah kehidupan bernegara
dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai tidak
dapat menunjukkan harkatnya, tetepi lebih bahwa menjalankan kehendak penguasa.
Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di Negara-negara demokratis, otoriter,
dan Negara-negara berkembang yang berada dalam transisi ke arah dekokrasi. Penjelasan fungsi partai
polituk di Negara otoriter akan di paparkan dalam contoh partai-partai Negara-negara komunis pada
masa jayanya.
1. Sebagai sarana komunikasi politik
Di masyarakat modern yang luas dan kompeks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang
berkembang. Pandapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok yang hilang tak berbekas seperti
suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan di gabung dengan pendapat atau aspirasi orang
lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah
digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi di olah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur.
Proses ini dinamakan perumusan kepentingan (interest articulation). Seandainya tidak ada yang
mengagregasi dan mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut akan simpang siur dan
saling berbenturan, sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan kesimpang siuran dan
benturan dikurangi. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi partai politik. Setelah
itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakann. Usul kebijakan ini dimasukkan ke dalam
progam atau platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan atau di sampaikan melalui
parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public policy). Demikianlah tuntutan
dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik. Di sisi lain,
partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari
atas ke bawah dan dari bawah keatas. Dalam pada itu partai politik memainkan peran sebagai
penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat
penting, karena I satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok
masyarakat, dan di pihak lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.
14
Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya masyarakat
menyampaikan “budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan factor yang penting dalam terbentuknya
budaya pilitik (political culture) suatu bangsa.
Suatu definisi yang dirumuskan oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992) : Sosialisasi
politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar mengenali system
politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena
politik (political socialization may be depined is the prosess by which individuals in a given society
become acquainted with the political system and which to a certain degree determines their
perceptions and their reactions to political phenomena).
Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang
melalui keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi
keagamaan, dan partai politik, ia juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik
generasi yang satu ke generasi yang lain. Di sinilah letaknya partai dalam memainkan peran sebagai
sarana sosialisasi politik.pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara yaitu
media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus karder, penataran dan sebagainya.
Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk
menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai harus
memperoleh dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya
mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya. Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai
politik dapat menjalankan fungsi sosialisasi yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggitanya
menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menepatkan
kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Secara khusus perlu disebutkan di sini bahwa di
Negara-negara yang baru merdeka, partai-partai politik juga di tuntut berperan memupuk identitas
nasional dan integrasi nasional. Ini adalah tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik.
Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai mengutamakan kepentingan partai atas kepentingan
nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada partai, yang melebihi loyalitas kepada
Negara. Dengan demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks
yang sangat sempit. Pandangan ini malahan dapat mengakibatkan pengotakan dan tidak membantu
proses integrasi, yang bagi Negara-negara berkembang menjadi begitu penting.
16
D. PARTAI POLITIK DI DALAM NEGARA DEMOKRATIS
Partai politik juga mengalami proses demokratisasi di dalam tubuh mereka sendiri. Proses itu
disebut sebagai demokrasi internal. Setelah syarat ini tercapai maka partai politik yang te- lah
menang pemilu akan ikut mendukung proses demokrasi dan tidak akan menjadi ancaman bagi pranata
demokrasi.
Suatu sistem demokrasi mengharuskan semua partai politik untuk selalu menerapkan demokrasi
internal. Hal ini harus diundangkan juga sehingga berjalannya suatu demokrasi internal tidak
bergantung pada kemauan baik (‘goodwill’) dari pemimpin partai tersebut. Karena bila ti- dak,
demokrasi akan terancam.
Demokratisasi internal menjamin adanya dialog ter- buka dalam proses pembentukan kehendak
politik. Dalam suatu partai politik harus ada sistem pemilu bebas yang memungkinkan pergantian
anggota secara adil dan bisa dipertanggungjawabkan kepada pengadilan publik.
Para pemimpin dan pemengang jabatan di dalam partai memiliki kecenderungan untuk menghimpun
kekuasaan di dalam parpol mereka dan pada berebut kekuasaan di luar partai. Demokrasi internal
yang berjalan dengan baik akan mengimbangi kecenderungan ini dan menjaga struktur organisasi
agar tetap terbuka terhadap kontrol demokratis dan partisipasi anggotanya serta memberikan
kesempatan bagi masyarakat madani untuk memberikan pengaruhnya.
17
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum kita dapat mendefinisikan bahwa parai politik adalah suatu kelompok yang teroganisir
yang anggota-anggotanya memppunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah memperoleh sebuah kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang
biasanya di raih lewat konstitusional untuk melakukan kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan
mereka.
Perlu diterangkan bahwa partai politik sangat berbeda dengan gerakan (movement) dan berbeda juga
dengan kelompok penekan (pressur group) atau istilah yang lebih banyak digunakan pada dewasa ini
yang memang memperjuangkan suatu kepentingan kelompok, atau memang ingin melakukan perubahan
terhadap paradigma masyarakat kearah yang lebih baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi. 2015. “Pergeseran Peran Partai Politik Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
22-24/PUU-VI/2008”. Jurnal Ilmu Hukum, volume 2, Nomor 2, Januari 2015.
Tutik, Titik Triwulan. 2010. “Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945”. Jakarta: Kencana.
19