PARTAI POLITIK
DISUSUN OLEH :
1. Ahmad santoso
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
dan kewajiban dalam hal ini menyusun makalah yang berjudul “Partai politik dan
Pemilihan Umum”.
Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tanggung jawab yang
telah diberikan kepada penyusun, yang merupakan salah satu untuk pemenuhan persyaratan
dalam perkulihan pada mata kuliah yang bersangkutan dalam hal ini “Sosiologi politik”
“Tak Ada Gading Yang Tak Retak” begitulah ungkapan yang sering kita dengar,
oleh sebab itu penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
beberapa kekurangan/kesalahan, maka dalam kesempatan ini juga penyusun mengaharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kedepannya bisa digunakan sebagai acuan
kami dalam penyusuan karya ilmiah lainnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat sesuai dengan fungsinya, dan
menambah wawasan kita mengenai reksadana, dana hal-hal lainnya yang terkait dengan
reksadana tersebut, yang akan diuraikan secara ringkas berikut ini. Terima kasih.
Penyusun,
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah system politik. Karena pasti
system politik-lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang
maju dapat dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik. System
politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana
fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan
dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat.
Dalam suatu sistem politik terdapat berbagai unsur, dan diantara unsur tersebut
adalah partai politik dan Pemilihan Umum. Partai politik dalam hubungannya dengan
system social politik ini memainkan berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input,
dimana partai politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen
politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya
fungsi partai politik dalam hubungannya dalam proses pembuatan dan penerapan
kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang dimana partai politik telah
dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa partai politik tidak lagi
membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap sebagai
kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai jabatan-jabatan
publik di Indonesia.
PEMBAHASAN
PARTAI POLITIK
Partai politik, per definisi, merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir
mem-bentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa
menjalankan program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog, dan
misi tertentu yang diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga mempunyai
pengurus dan massa
Maurice Duverger membagi sistem partai politik menjadi tiga sistem utama yaitu :
3. Sistem Multipartai
Sistem partai seperti ini dianut oleh negara Belanda, Perancis, di dalam sistem
ini menganut partai mayoritas dan minoritas dan diikuti oleh lebih dari dua partai.
Berdasarkan basis sosial dan tujuan partai politik dibagi menjadi empat tipe yaitu :
1. Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan
atas.
2. Partai politik berdasarkan kepentingan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.
3. Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.
4. Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.
Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi dalam volksraad
yaitu Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera, dan Indonesische
Nationale Groep. Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari
Partai-Partai Politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional yang disebut
Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di dalam K.R.I terdapat Gabungan Politik Indonesia
(GAPI), Majelisul Islami A’laa Indonesia (MIAI) dan Majelis Rakyat Indonesia (MRI).
Fraksi-fraksi tersebut di atas adalah merupakan partai politik – partai politik yang pertama
kali terbentuk di Indonesia.
Selama Jepang berkuasa di Indonesia, kegiatan Partai Politik dilarang, kecuali untuk
golongan Islam yang membentuk Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI).
Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem MultiPartai sehingga terbentuk banyak sekali
Partai Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 – 1998), Partai Politik di Indonesia hanya
berjumlah 3 partai politik (Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai
Demokrasi Indonesia).
Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu
Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua
organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang
berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut
memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka. Kehadiran partai
politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran nasinal untuk mencapai
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan Rakyat , gerakan ini oleh
beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi di
dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB
(Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische
Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin. Di luar dewan rakyat ada usaha
untuk mengadakan gabungan partai politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan
rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI
(Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan gabungan dari partai-partai yang beraliran
nasional, MIAI (Majelis Islamil A†laa Indonesia) yang merupakan gabungan partai-partai
yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang
merupakan gabungan organisasi buruh.
Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi
kebebasan untuk membentuk partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.
Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Dengan
demikian kita kembali kepada pola sistem banyak partai. Pemilu 1955 memunculkan 4 partai
politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI. Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering
disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena partai politik memainkan peranan yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui sistem parlementer. Sistem banyak partai
ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan program kerjanya.
Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan baik pula. Masa demokrasi
parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959, yang mewakili masa masa demokrasi
terpimpin. Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi,
sedangkan di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal
dengan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI.
Pada masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan
bertambah kuat, terutama memalui G 30 S/PKI akhir September 1965). Setelah itu Indonesia
memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih leluasa dibanding dengan
masa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah munculnya organisasi
kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan umum tahun 1971,
Golkar muncul sebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi
(Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI. Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai
politik. Empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti
bergabung menjadi Partai Persatu Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai
Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka pada tahun
1977 hanya terdapat 3 organisasi kuat politik Indonesia dan terus berlangsung hingga pada
pemilu 1997.Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan
tumbangnya rezim Suharto, maka pemilu dengan sistem multipartai kembali terjadi di
Indonesia
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat akrab di lingkungan
kita. Sebagai lembaga politik, partai bukan sesuatu yang sendirinya ada. Kelahirannya
mempunyai sejarah cukup panjang, meskipun juga belum cukup tua. Bisa dikatakan partai
politik merupakn organisasi yang baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda
dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia baru ada di negara modren. Sebagai subyek
penelitian ilmiah, partai politik tergolong relatif muda. Baru pada awal abad ke-20 studi
mengenai masalah ini dimula. Sarjana-sarjana yang berjasa mempelopori antara lain adalah:
Joseph Lapalombara dan Mayron Weiner, secara khusus meneropong masalah partai dalam
hubungan nya dengan pembangunan politik. Dari hasil sarjana-sarjana ini nampak adanya
usaha serius kearah penyusunan suatu teori yang kompherensip (menyeluruh) mengenai
partai politik. Akan tetapi, sampai pada waktu itu, hasil yang dicapai masih jauh dari
sempurna, bahkan bisa dikatakan tertinggal, bila dibandingka dengan penelitian penelitian
bidang lain di dalam ilmu politik.
Menurut Carl J. Friedrich. “partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini,memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil” (A political, party is a
groupof human being,stably organized with the objective of securing or maintaining for its
leadersthe control of a government, with the further objective of giving to members of the
party,through such control ideal and material benefits and advantages).
Menurut Sigmund Neumann. “partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang
berusaha untuk menguasai kekuassaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui
persaingan dengan satu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda” (A political party is the articulate organization of society’s active political
agents;those who are concerned with the control of governmental polity power,and who
compete for popular support with other group or groups holding divergent views)5.
Menurut Neumann, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan
kekuatan-kekuatan dan ideology social dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi.
Ahli lain yang juga turut merintis studi tentang kepartaian dan membuat definisinya adalah
Giovanni Sartori, yang karyanya juga menjadi klasik serta acuan penting.
Menurut Sartori Partai. “politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan
umum itu, mampu menempatkan calon - calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan public”
(A party is political group thet present at elections,and is capable of placing through elections
candidates for public office)
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna
mewujudkan program-program yang berdasarkan ideology tertentu.dengan cara ikut
pemilihan umum. Partai politik juga melakukan kegiatan meliputi seleksi calon-calon,
kampanye dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan eksekutif). Ada pandangan
yang berbeda secara mendasar mengenai partai politik di Negara yang demokratis dan di
negara yang otoriter. Perbedaan pandangan tersebut berimplikasi pada pelaksanan tugas atau
fungsi partai di masing-masing Negara. Di Negara demokrasi partai relative dapat
menjalankan fungsinya sesuai dengan harkatnya pada saat kelahirannya, yakni menjadi
wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam mengelolah kehidupan bernegara dan
memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai
tidak dapat menunjukkan harkatnya, tetapi lebih bahwa menjalankan kehendak penguasa.
Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di Negara-negara demokratis,
otoriter, dan Negara-negara berkembang yang berada dalam transisi ke arah dekokrasi.
Di masyarakat modern yang luas dan kompeks, banyak ragam pendapat dan aspirasi
yang berkembang. Pandapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok yang hilang tak
berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan di gabung dengan
pendapat atau aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan
kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi di olah
dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur. Proses ini dinamakan perumusan
kepentingan (interest articulation)
Seandainya tidak ada yang mengagregasi dan mengartikulasi, niscaya pendapat atau
aspirasi tersebut akan simpang siur dan saling berbenturan, sedangkan dengan agregasi dan
artikulasi kepentingan kesimpang siuran dan benturan dikurangi. Agregasi dan artikulasi
itulah salah satu fungsi komunikasi partai politik.
Setelah itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakann. Usul kebijakan ini
dimasukkan ke dalam progam atau platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan
atau di sampaikan melalui parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum
(public policy). Demikianlah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada
pemerintah melalui partai politik.
Dalam menjalankan fungsi inilah partai politik sering disebut sebagai pesantara
(broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga dikatakan
bahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi
warga masyarakat sebagai “pengeras suara”.
Dalam ilmu politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh
sikap dan orientasi tehadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di
mana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang,
misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideology, hak dan kewajiban.
Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya masyarakat
menyampaikan “budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan factor yang penting
dalam terbentuknya budaya pilitik (political culture) suatu bangsa.
Suatu definisi yang dirumuskan oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992) :
Sosialisasi politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar
mengenali system politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi
mereka terhadap fenomena politik (political socialization may be depined is the prosess by
which individuals in a given society become acquainted with the political system and which
to a certain degree determines their perceptions and their reactions to political phenomena).
Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk
menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai
harus memperoleh dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para
pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya.
Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat menjalankan fungsi sosialisasi
yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggitanya menjadi manusia yang sadar akan
tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menepatkan kepentingan sendiri di bawah
kepentingan nasional. Secara khusus perlu disebutkan di sini bahwa di Negara-negara yang
baru merdeka, partai-partai politik juga di tuntut berperan memupuk identitas nasional dan
integrasi nasional. Ini adalah tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik.
Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai mengutamakan kepentingan partai atas
kepentingan nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada partai, yang melebihi
loyalitas kepada Negara. Dengan demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat
dirinya dalam konteks yang sangat sempit. Pandangan ini malahan dapat mengakibatkan
pengotakan dan tidak membantu proses integrasi, yang bagi Negara-negara berkembang
menjadi begitu penting.
fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal
partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap
partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia
dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri.
Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pimpinannya
sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa
kepemimpinan nasional. Selain untuk tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan
memperluas atau memperbanyak keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik sebanyak-
banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan didirikannya organisasi-organisasi
massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani, pemuda,
mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen
politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara
untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.
Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat
heterogen, apakah dari segi etnis (suku bangsa), social-ekonomi, ataupun agama. Setiap
perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di
Negara yang menganut paham demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal
yang wajar dan mendapat tempat. Akan tetapi di dalam Negara yang heterogen sifatnya,
potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik.
Disini paran partai diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya
dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.
Elite partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga
meyakinkan pendukungnya. Pada tataran yang lain dapat dilihat pendapat dari ahli yang lain,
Arend Lijphart (1968). “Perbedaan-perbedaan atau perpecahan ditingkat massa bawah dapat
diatasi oleh kerja sama diatara elite-elite politik”. (Segmented or subcultural cleavegas at the
mass level could be overcome by elite cooperation).
Setelah Masuknya Era Reformasi Banyak Sekali Partai Politik Yang Didirikan Sampai
Masyarakat Tidak Mengenal Semua Partai Politik Yang Ada Di Indonesia Ini. Berikut Ini
Adalah Syarat - syarat Pembuatan Partai Politik Di Indonesia :
1. Harus ada minimal 50 orang warga negara Indonesia berusia minimal 21 tahun untuk
mendirikan dan membentuk partai politik baru. Akta pendi-rian dibuat di depan
notaris, memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, juga kepengurusan
tingkat nasional.
2. Membentuk kepengurusan minimal di 15 provinsi, atau 50 persen dari jumlah
provinsi di Indonesia. Termasuk, pengurus cabang tingkat kabupaten/kota madya
minimal 50 persen pada setiap provinsi itu dan 25 persen dari jumlah kecamatan pada
kabu-paten/kota yang bersangkutan.
3. Nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak boleh sama dengan partai politik lain
4. Mempunyai kantor yang tetap.
5. Mendaftarkan akta notaris pendirian partai kepada Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia.
6. Departemen Kehakiman melakukan verifikasi atas akta dan syarat pendirian partai
serta kepengurusannya. berikut nama, lambang, dan tanda gambar.
7. Komite Pemilihan Umum bertugas menyaring partai peserta pemilu. KPU
menetapkan dan melaksanakan tata cara penelitian keabsahan syarat-syarat partai
sesuai dengan UU Partai dan UU Pemilu. Yaitu: memiliki pengurus lengkap minimal
di 2/3 jumlah provinsi dan di 2/3 jumlah kabupaten/kota madya serta memiliki 1.000
anggota pada setiap kepengurusan partai di tingkat cabang, yang dibuktikan dengan
kartu tanda anggota. Masing-masing kepengurusan di tingkat daerah dan cabang ini
harus punya kantor tetap. Partai juga harus mengajukan nama dan tanda gambar.
8. Jika tidak memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam UU Pemilu, partai itu tidak
dapat menjadi peserta pemilu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pemilihan lebih banyak didasarkan pada tercakupnya indikator
akuntabilitas (accountability), keterwakilan (representativeness), keadilan (fairness),
persamaan hak tiap pemilih (equality), lokalitas. Begitu juga dengan pemilihan sistem
kepartaian, pilihan atas penerapan sistem kepartaian lebih banyak pada bagaimana
menciptakan sistem kepartaian yang adil (nondiskriminatif), menunjang persaingan
sehat dari pola interaksi antar parpol dalam satu sistem politik, serta menunjang
format dan mekanisme kerja sistem pemerintahan.
Dilihat dari indikator yang ada, sistem pemilu yang diterapkan Indonesia saat ini
lebih banyak memang sudah memenuhi sisi nilai demokratis suatu sistem pemilihan
disamping suitable dengan kondisi keindonesiaan. Keberadaan sistem pemilihan
lembaga perwakilan saat ini, di mana pengisian keanggotaannya secara keseluruhan
dipilih langsung oleh rakyat, sudah cukup mencerminkan representasi kedaulatan
rakyat dan rasionalisasi dari prinsip demokrasi.
3.2 Saran
Pembahasan makalah ini sangatlah sederhana,secara keseluruhan makalah ini
sudah cukup menggambarkan tentang Partai politik dan pemilu. Oleh karena itu
kepada pembaca makalah ini agar kiranya berkenan memperbaiki makalah ini agar
lebih menarik dan Interaktif. Sebaiknya bagi para pemilih agar memilih calon legisltif
yang jujur dan dapat dipercaya dengan baik,karna dengan itulah Negara kita akan
tetap maju di masa yang akan datang . Jangan sekali-kali memilih calon yang salah,
karma akan berakibat fatal bagi Negara kita sendiri .
DAFTAR PUSTAKA
http://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan-politik/pengertian-
demokrasi/.[25 september 2010].
http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/demokrasi/
http://www.forum-politisi.org/berita/article.php?id=547
http://organisasi.org.com
http://id.wikipedia.org.com
http://komunitasmahasiswa.info.com
www.irchan.co.cc/2009/01/sejarah-perkembangan-ham.com
http://hitsuke.blogspot.com
http://bluecryztal.blogspot.com
http://chaplien77.blogspot.com
http://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan-politik/pengertian-demokrasi/
http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/demokrasi/
http://www.forum-politisi.org/berita/article.php?id=547