Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK: STUDI PARTAI POLITIK DI


INDONESIA

Dosen: Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc

Mata Kuliah: Akuntansi Sektor Publik

Disusun Oleh:
Muh. Musyaid Saputra ( 19320014 )

PROGRAM STUDI AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU 2020/2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “akuntansi untuk entitas partai politik:
studi partai politik di indonesia” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini saya susun untuk
memenuhi tugas“Akuntansi Sektor Publik”.Dalam makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari
berbagai referensi buku dan website.

saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan, maka
saran dan kritik yang membangun sangat saya butuhkan dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantudalam
proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan
pembelajaran dikemudian hari.

Baubau, 04 Agustus 2021

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... 2

Daftar Isi............................................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 4

A. Latar Belakang......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan............................................................................................................ 5

A. Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik,

Dan Lingkungannya ................................................................................................ 5

B. Akuntabilitas Keuangan Partai Politik .................................................................... 9

C. Peran Dan Fungsi Akuntansi Dalam Lingkungan Partai Politik............................... 11

D. Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar

Akuntansi Untuk Partai Politik ................................................................................ 12

Bab III Penutup.................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan................................................................................................................ 16

Daftar Pustaka.................................................................................................................... 17

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selain menekan potensi kecurangan dalam penggalangan dana, standardisasi laporan keuangan partai
politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan pilihan secara cerdas dan rasional. Di
luar kepentingan untuk menjalankan fungsi kontrol atas Partai Politik yang ada, warga negara yang
menggunakan hak pilihnya dapat mencermati derajat sehar-tidaknya sebuah partai politik dari Laporan
Keuangan Tahunan yang disampaikannya secara terbuka kepada publik. Informasi menyangkut keuangan
bisa menjadi dasar penilaian kemampuan Partai Politik untuk melangsungkan aktivitasnya dan
memperjuangkan kepentingan politik secara berkelanjutan (Syaputra, 2011a).

Sementara itu, realitas yang ada menunjukkan masih lemahnya kesadaran dan kepatuhan partai
politik untuk membuat laporan pertanggungjawaban atas penggunan dananya. Diberitakan per Nopember
2010, masih ada 11 partai politik kontestan Pemilu 2009 yang belum menyerahkan laporan
pertanggungjawaban dana kampanyenya kepada KPU. Hal ini tentunya dapat menghambat pembangunan
demokrasi yang berkredibilitas. Di sisi lain, standar akuntansi yang ada, yaitu PSAK 45, merupakan
standar akuntansi keuangan yang dibuat LAI untuk organisasi nirlaba yang juga dipakai untuk partai
politik. PSAK 45 ini tidak cukup mengakomodasi karekteristik partai politik yang berbeda dengan
organisasi nirlaba lain. Oleh karena itu, hasil studi yang dilaporkan oleh Hafild (2008) merekomendasikan
adanya modifikasi atau pedoman khusus standar akuntansi keuangan untuk partai politik.

B. Rumusan Masalah
1. Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik, Dan Lingkungannya
2. Akuntabilitas Keuangan Partai Politik
3. Peran Dan Fungsi Akuntansi Dalam Lingkungan Partai Politik
4. Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik, Dan Lingkungannya


a. Definisi Partai Politik
Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik, partai pilitik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaan aktivitas organisasinya, partai politik terikat dengan peraturan
Perundangundangan Republik Indonesia. Tata cara pembentukan partai politik termasuk syarat-syarat
pembentukannya dapat dilihat dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik, di mana terdapat
ketentuan mengenai kepengurusan partai politik, larangan, dan sanksi yang harus diikuti oleh partai
politik.

b. Tujuan Partai Politik


Pendirian partai politik, sesuai dengan aturan perundang-undangan, pada dasarnya memiliki tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum partai politik adalah sebagai berikut (Bastian 2007; Hafild,
2008):
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional.

c. Fungsi dan Peran Partai Politik


Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi sebagai berikut:
1. Partai politik berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat.
Dalam hal ini partai politik berperan sebagai sarana sosialisasi politik masyarakat dalam rangka
melakukan pendidikan politik bagi rakyat.

5|Page
2. Partai politik berfungsi menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara.
Dalam hal ini partai politik berperan sebagai sarana komunikasi politik yang partai politik
menyalurkan aneka ragam pendapat, aspirasi, dan kepentingan masyarakat dalam pembuatan
kebijjakan negara.
3. Partai politik berfungsi untuk membina dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi
jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai politik merupakan juga
sebagai sarana untuk melakukan rekrutmen politik dengan mencari dan mengajak orang yang
berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik dalam rangka memperluas partisipasi politik
masyarakat.
4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik dengan mengatasi persaingan dan perbedaan
pendapat dalam masyarakat.

d. Karakteristik Aktivitas Partai Politik


Pada dasarnya aktivitas politik adalah aktivitas untuk memperoleh, mengelola, dan mengatur
kekuasaan sebagai amanat dan mandat dari konstituennya dengan caracara yang demokratis. Untuk itu
partai politik memiliki karakteristik utama yaitu faktor kekuasaan yang dimilikinya dan perannya dalam
mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai politik adalah mendapatkarn mandat dari konstituennya untuk
memegang kekuasaan lewat cara-cara demokratis, yaitu lewat pemilihan umum. Dengan demikian, partai
politik dapat menempackan anggota maupun kadernya di parlemen (legislatif) atau di pemerintahan
(eksekutif), dan mercka melaksanakan kekuasaan yang dipegangnya sesuai dengan ideologi yang
dianutnya serta program-program yang telah dibuatnya.

Setiap keputusan yang dibuat oleh partai politik akan memiliki dampak yang sangat luas terhadap
harkat hidup orang banyak. Dengan demikian partai politik harus sangat berhati-hati dalam setiap gerak
langkahnya dan harus memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan adalah demi masyarakat
banyak, bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan (vested interest group).
Keberhasilan suaru partai politik diukur dengan banyaknya jumlah suara yang direbutnya lewat pemilihan
umum. Hal ini menjadikan salah satu karakteristik partai politik yang membedakannya dengan organisasi
nirlaba lainnya, yaitu bahwa partai politik memperjuangkan kepentingan baik anggota, bangsa, dan
negara melalui keglatan pemilu.

Kegiatan berpartisipasi dalam pemilu merupakan kegiatan paling besar yang dilakukan oleh partai
politik, sehingga pertanggungjawaban keuangan atas kegiatan ini perlu dilakuka tersendiri, terpisah dari
laporan keuangan yang disajikan secara periodic.

6|Page
e. Struktur dan Mekanisme dalam Organisasi Partai Politik
Setiap partai politik memiliki kepengurusan yang tersebar di berbagai tingkat di daerah. Pada
umumnya, partai politik membentuk kepengurusan tingkat pusat yang disebut dengan Dewan Pengurus
Pusat (DPP) yang berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia. Begitu juga dibentuk untuk
tingkat provinsi yang disebut dengan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) yang berkedudukan di ibukota
provinsi, dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) yang berkedudukan di kabupaten atau kota. Sedangkan
kepengurusan tingkat kecamatan disebut dengan pengurus ranting, dan tingkat desa atau kelurahan
disebut anak ranting.

Struktur organisasi partai politik yang meliputi beberapa tingkat di daerah ini menyebabkan perlunya
ditentukan entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat
pertanggungjawaban keuangan partai politik. Oleh karena itu, dari sisi konsep entitas, mungkin perlu
dipertimbangkan mengatur sistem akuntansi untuk entitas partai politik ini seperti halnya pada sistem
akuntansi pemerintahan. Entitas pelaporan dapat diperlakukan pada DPP, kecuali untuk laporan dana
kampanye harus dilakukan pada tingkat DPP, DPW, dan DPC secara terpisah, karena sesuai dengan
pembagian pemilu legeslatif yaitu, pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Sedangkan, entitas akuntansi yang berwenang menyusun laporan keuangan adalah untuk tingkat bidang
pada DPP, DPW, dan DPC.

Seperti halnya organisasi-organisasi nirlaba, maka partai politik mempunyai mekanisme


keorganisasian yang memerlukan mekanisme dan manajemen seperti halnya organisasi nirlaba lainnya.
Perangkat organisasi umum pasti ada dalam partai politik. Perangkat-petangkat organisasi dan
kegiatankegiatannya ini antara lain:
1. Sekretariat. Sekretariat ini ada di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.
Biaya-biaya yang keluar untuk menjalankan sekretariat ini dapat digolongkan kepada biaya rutin.
2. Rapat-rapat yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam partai. Kongres yang
menentukan kepemipinan biasanya diadakan dalam jangka waktu tertentu. Juga ada rapat kerja
baik di tingkat nasional, daerah, cabang atau ranting. Ada pula rapat rutin di sekretariat.
3. Kegiatan pencarian dana. Karena partai politik tidak boleh memilika badan usaha dan tidak boleh
memiliki saham, maka cara-cara pencarian dana politik adalah lewat sumbangan-sumbangan
pribadi dari anggota, sumbangan yang sah menurut hukum seperti dari perusahaan atau
kegiatankeglatan khusus yang dikoordinasi untuk pencarian dana.

7|Page
4. Kegiatan kampanye. Kegiatan-kegiatan dalam kampanye ini antara lain perjalanan kampanye
oleh calon legislatif atau calon presiden, rapat akbar, iklan di media massa (televisi, radio, koran,
majalah), pembuatan poster, pembuatan bendera, rally, dan kegiatan karetatif.
5. Kegiatan pendidikan politik. Partai juga melakukan seminar, lokakarya, diskusi-diskusi atau
pelatihan-pelatihan untuk anggota, pengurus, dan simpatisannya.
6. Kegiatan-kegiatan partai politik di luar kampanye banyak yang spontan dilakulan, baik oleh calon
legislatif dan / atau calon presiden ataupun olch angota dan fungsionaris di tingkat dacrah.
7. Partai membentuk yayasan-yayassn atau think-tank untuk menyebarluaskan ideologi maupun
pengaruhnya. Sebenarnya yayasan-yayasan ini dibuat olch petinggi-petinggi partai untuk
memengaruhi opini publik.
8. Kekayaan partai. Kekayaan partai bisa berbentuk gedung, kantor, kendaraan, alat-alat kantor, dan
lain-lain. Kekayan ini bisa didapat dari hibah, membeli sendiri dari dana partai atau membeli
dengan dana dari sumbangan donatur.

f. Keuangan Partai Politik


Kegiatan manajemen keuangan adalah terkait dengan cara memperoleh dana dan menggunakan dana.
Sumber pendanaan partai politik berasal dari:
1. Iuran anggota
2. sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hokum
3. bantuan keuangan dari anggaran negara atau daerah.

Aktifitas pencarian dana yang dilarang, antara lain:


1. menerima sumbangan dari pihak asing dalam bentuk apa pun, yang bertentangan dengan hokum
dan aturan perundang-undangan.
2. menerima sumbangan, berupa barang maupun uang, dari pihak orang tanpa mencantumkan
identitas yang jelas.
3. Menerima sumbangan dari perseorangan dan / atau perusahaan / badan usaha melebihi batas yang
ditetapkan.
4. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD, BUMDes atau dengan sebutan lainnya,
koperasi, yayasan, LSM, Ormas, dan organisasi kemanusiaan
5. Memperoleh hasil dari aktivitas bisnis, misalnya dengan mendirikan badan usaha yang dapat
menghasilkan laba, atau menanamkan modal berupa saham pada suatu badan usaha.

8|Page
Sementara penggunaan dana terkait dengan aktivitas-aktivita yang dilakukan olch partai politik, baik
yang bersifat rutin maupun insidental. Pada dasarnya semua aktivitas, yang berkenaan dengan aktivitas
politik secara langsung maupun tidak langsung, boleh dilakukan oleh partai politik selama tidak dilarang
oleh hukum atau aturan perundang-undangan. Akivitas yang dilarang bagi partai politik adalah sebagai
berikut:
1. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945 atau peraturan perundang-
undangan lainnya.
2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan RI
3. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kcbijakan pemerintah dalam memelihara
persahabatan dengan negara lain, dalam rangka ikut memelihara ketertiban dan perdamaian
dunia.
4. Mendirikan badan usaha atau memiliki saham suatu badan usaha
5. melakukan aktivias untuk menganut, mengembangkan, dan menyebarkan ajaran atau paham
komunisme / marxisme-leninisme.

B. Akuntabilitas Keuangan Partai Politik


Aspek keuangan pada partai politik dapat dikatakan sebagai aspek yang palin penting karena dapat
menentukan kelangsungan hidup dan kredibilitas partai, dan secara keseluruhan dapat mempengaruhi
kualitas proses politik pada suatu negara. Partai politik dapat melaksanakan fungsinya apabila memiliki
pendanaan yang besar dan berlaujut, sementara di sisi lain partai politik dituntut untuk menjaga
independensi, kemandirian dan bersih dari praktik-praktik terlarang. Untuk itu diperlukan mekanisme
akuntabilitas publik pada partai politik.

Misalnya, pada kegiatan kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik pada
momen Pemilu sudah pasti memerlukan dana yang besar. Oleh karena itu, segala sesuatu yang barkaitan
dengan penggunaan dana publik yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan, mulai dari rawan kolusi,
rawan korupsi, dan rawan konflik. Kemungkinan terdapat pihak yang secara mudah menyumbangkan
sejumlah uang kepada partai politik kontestan pemilu yang mengharapkan akan mampu memberikan
keuntungan besar buat donator, bila saja kandidat yang dijagokan terpilih menjadi anggota dewan
legislative.

Selain itu, berbagai kekhawatiran yang juga muncul bahwa dana publik (APBN / APBD) akan
digunakan untuk membiayai kampanye pemilu kontestan tertentu. Perbuatan tersebut sangat tidak etis dan
melanggar hukum (Syaputra, 2011b). Oleh karena itu, aturan yang ada disetujui untuk membangun sistem

9|Page
pertanggungjawaban publik (akuntabilitas). Seacara filosofi, pembentukan partai politik merupakan
perwujudan kedaulatan rakyat, bukan perwujudan kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu pembatasan
sumber keuangan partai politik untuk mencegah penyalahgunaan uang demi kepentingan politik (money
politic). Keterbukaan partai politik dalam hal keuangan merupakan informasi yang penting bagi warga
negara untuk menilai dan memutuskan dukungannya terhadap partai politik. Akuntabilitas yang tinggi
dapat meminimalisasi kecurigaan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik.
Kebutuhan untuk menciptakan good political party governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi
para partai politik peserta pemilihan umum.

Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan system pelaporan dana kampanye secara
transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu yang
bersih dalam rangka membangun demokrasi berkredibilitas di mana dapat menciptakan kepercayaan
publik untuk pemerintah dan pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik. Dalam kenyataannya
sulit sekali untuk melepaskan pengaruh kelompok kepentingan dari partai politik karena justru sifat dari
partai politik itu yang hidup dari dukungan masyarakat. Kelangsungan hidup partai politik sangat
tergantung pada sumbangan yang diterimanya, baik dari anggotanya sendiri maupun dari simpatisannya.

Sangat mudah bagi kelompok kepentingan untuk mempengaruhi partai politik melalui "sumbangan”
yang diberikannya. Dengan demikian, cara terbaik untuk memastikan bahwa sebuah partai politik tidak
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu adalah dengan membatasi sumber dana
yang boleh diterimanya, menciptakan system yang transparan dan bertanggung gugat dalam hal
pencatatan mengenai sumber dana tersebut. Seluruh dana harus tercatat lengkap dengan identitas
penyumbang. Sumbangansumbangan ini termasuk yang berbentuk natura, nilai setara kasnya harus di
laporkan dalam laporan keuangan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam partai politik adalah cara partai
tersebut mendapatkan suara sebanyak-banyaknya.

Pada dasarmya pemilih akan memilih partai politik tertentu dengan melihat apa yang dapat mewakili
aspirasinya. Namun, sering kali menjadi "virus mematikan" bagi kelangsungan demokrasi yang sehat,
jujur dan adil adanya praktik politik uang. Politik uang dengan memberikan uang kepada pemilih atau
tokoh-tokoh masyarakat untuk memilih atau mengarahkan pilihannya kepada salah satu partai politik
karena uang yang diberikan bukan karena aspirasinya dapat terwakili oleh partai politik tersebut. Praktik
ini juga tidak hanya terjadi pada saat pemilu, melaikan juga dapat terjadi pasca-pemilu, yaitu saat proses
politik di dalam gedung Dewan Legislatif. Untuk memengaruhi keputusan politik dari anggota dewan

10 | P a g e
agar mendukung suatu keputusan tertentu melalui "transaksi-transaksi politik” berupa pemberian
sejumlah uang maupun jabatan politik di pemerintahan.

Praktik ini disebut dengan" politik dagang sapi". Contoh kasus nyata, adalah adanya dugaan praktik
suap pada pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang melibatkan puluhan anggota dewan periode
2004-2009, yang kini kasusnya tengah ditangani oleh KPK. Praktik politik ini harus dilarang dan dicegah.
Untuk itu, maka pengeluaran keuangan partai politik harus dicatat serinci mungkin dan harus dilaporkan
dalam laporan keuangan. Partai politik juga sering memanfaatkan fasilitas public untuk keuntungan
partainya. Hal ini kemungkinan besar terjadi pada partai politik yang memegang kekuasaan
pemerintahan. Fasilitas-fasilitas pemerintah misalnya kendaraan, biaya transportasi, biaya komunikasi,
biaya perjalanan , dan lain-lain, yang seharusnya untuk melakukan pelayanan publik, sering kali dipakai
juga oleh partai politik untuk urusan-urusan partai.

Hal ini harus dilarang, dan untuk itu maka laporan keuangan partai politik harus memisahkan dengan
jelas mana dana-dana yang didapat dari fasilitas publik dan mana yang berasal dari dirinya sendiri.
Berdasarkan gambaran diatas, jelas bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis salah
satunya adalah dengan menerapkan mekanisme akuntabilitas publik pada partai politik. Akuntabilitas
publik tersebut dilakukan melalui kewajiban partai politik untuk mampu menyusun laporan keuangan
partai politik dan laporan dana kampanye sesuai dangan standar akuntansi dan aturan perundang-
undangan yang berlaku, serta mudah diakses oleh publik. Untuk dapat menyusun laporan keuangan yang
andal dan relevan diperlukan sistem dan prosedur akuntansi yang baik. Sistem dan prosedur akuntansi
yang baik memerlukan standar akuntansi yang sesuai dengan karakteristik organisasi politik.

C. Peran Dan Fungsi Akuntansi Dalam Lingkungan Partai Politik


Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu peranan dan fungi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak eksternal partai politik. Pembagian
dalam kedua kelompok tersebut juga menggambarkan pengguna dari informasi akuntansi.

Pihak Internal
1. Ketua Partai Politik. Ketua partai politik menggunakan akuntansi untuk menyusun perencanaan,
mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha memenuhi tujuan, dan melakukan tindakan-
tindakan koreksi yang diperlukan. Keputusan yang diambil harus herdasarkan informasi
akuntansi, seperti menentukan peralatan apa yang sebaiknya dibeli, berapa persediaan ATK yang
harus ada di bagian perlengkapan, dan lain-lain.

11 | P a g e
2. Staf. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan kegiatan dan
pelaporan keuangan partai politik. Staf juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan untuk
menilai kemampuan organisasinya dalam melaksanakan administrasi keungan ditingkat partai
politik sebagai cermin akuntabilitas public dan miniature pelaksanaan administrasi public di
tingkat lokal atau nasional.
3. Anggota. Perbedaan anggota dengan staf adalah sifat keaktifannya dalam partai politik. Staf
merupakan anggota partai politik yang ikut mengurusi operasionalisasi partai politik. Staf
merupakan bagian dari struktur pengurus partai politik. Sedangkan, anggota adalah orang yang
menjadi bagian dan pendukung partai politik, tetapi belum tentu masuk menjadi pengurus partai
politik. Jadi, staf sudah pasti menjadi anggota partai politik, sementara anggota belum tentu
menjadi staf partai politik.

Pihak Eksternal
1. Donatur. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusan dan kredibilitas partai
politik untuk menjalankan program-program pencerdasan masyarakat secara politik. Para donatur
juga ingin mengetahui laporan keuangan atas dana yang telah diberikan untuk partai politik.
2. Supplier / Pemasok /Kerditur. Supplier atau kreditur tertarik dengan informasi akuntansi yang
memungkinkannya untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dapat dibayar oleh
partai politik pada saat jatuh tempo.
3. Konstituen / Basis Massa. Adanya laporan keuangan partai Politik yang transparan dan akuntabel
akan mengundang simpati masyarakt, dan akan dapat menepis isu miring bahwa partai politik
hanya aktif sewaktu pemilu dan setelah pemilu kembali melupakan rakyat.
4. Badan Pemeriksan Keuangan ( BPK). BPK berkepentingan untuk memeriksa (mengaudit laporan
pertanggung jawaban partai politik atas penggunaan dana bantuan keunangan dari pemerintah
(pusat dan daerah) sebagaimana amanat dari PP Nomor 05 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2).
5. Pemerintah (Pusat dan Daerah). Pemerintah pusat dan daerah berkepentingan untu menerima
laporan pertanggungjiawaban partai politik yang telah diaudit oleh BPK atas penggunaan dana
bantuan keuangan dari APBN dan APBD

D. Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik
Standarisasi Akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai politik, akan
memberikan informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana, kecakapannya
mengelola dana, dan tertib pembelanjaannya. Pencatatan keuangan yang transparan akan memberikan
gambaran kepada publik tentang kualitas dan komitmen partai tersebut dalam upaya bersama mencegah

12 | P a g e
terjadinya taktik poitik uang (money politik). Laporan keuangan juga akan memberikan gambaran apakah
partai tersebut telah menjalankan mandat rakyat (konstituen) yang memilihnya, atau lebih oleh orang atau
kelompok kepentingan yang memberikan sumbangan besar kepada partai tersebut. Organisasi partai
politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari laba dan bertujuan untuk
memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang diwujudkan secara konstitusional, maka partai politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba.

Kebanyakan organisasi nirlaba menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai ukuran


keberhasilannya, seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh, pertumbuhan jumlah anggota, jumlah
pengunjung, jumlah orang yang tersembunyi, dan biaya overhead yang mampu diminimalisasikannya
(Bastian, 2007). Untuk itu perlakuan akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK
Nomor 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
PSAK Nomor 45 antara lain sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Kegiatan
3. Laporan Perubahan dalam Aset Neto / Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Namun, berdasarkan PP Nomor 05 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Partai Poltik Pasal 14
mensyaratkan kepada partai politik untuk menyusun dan menyerahkan laporan pertanggungjawaban atas
penggunaan dana bantuan keuangan tersebut dan telah diaudit oleh BPK. Begitu juga menurut Peraturan
KPU Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu
Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten / Kota, serta Calon Anggota DPD Tahun 2009
Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa "Laporan dana kampanye partai politik tahun 2009 merupakan bagian
dari laporan keuangan partai politik ...”. Sebenarnya, kedua laporan tersebut merupakan bagian dari
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan partai politik. Namun, kedua laporan tersebut
merupakan amanat aturan perundang-undangan yang bersifat mengikat dan harus dilaksanakan oleh partai
politk. Jika tidak dilaksanakan partai politik akan terkena sanksi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa
PSAK Nomor 45 belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan partai politik.

Selama ini ada tiga pendapat terkait enerapan PSAK No. 45 masih bisa dipakai sebagai tandar
akuntansi keuangan partai politik (Hafild, 2008).

13 | P a g e
1. PSAK Nomor 45 masih bias dipakai sebagai standar akuntansi keungan partai politik, karena
karakter partai politik mirip dengan karakter organisasi nirlaaba. Yang perlu dibuat adalah
pedoman pembuatan lapora keuangan atau pedoman audit keungan partai politik untuk
melengkapi PSAK No. 45 tersebut.
2. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik tidak perlu dibuat tetapi dapat melakukan
modifikasi PSAK Nomor 45, sehingga memenuhi kebutuhan transparabsi dan akuntabilitas
keuangan partai politik. Modifikasi kelengkapan dengan pedoman pembuatan dan pencatatan
laporan keuangan.
3. Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini karena karena karakter
partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba. Partai politik memerlukan suatu
standar akuntansi khusus partai politik. Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan perbedaan
transaksi keuangan bentuk laporan keuangan dan pengukuran- pengukuran tertentu terhadap pos-
pos dalam laporan keuangan.

Ketiga pendapat diatas pada umumnya sepakat bahwa terdapat perbedaan antara ppartai politik
dengan organisasi nirlaba. Perbedaan tersebut memerlukan adanya upaya untuk melengkapi atau
memodifikasi atau membuat baru standar akuntansi yang selama ini dijadikan acuan. Tentu, pendapat
mana yang akan dipilih bukanlah perkara mudah dan cepat, karena banyak pihak yang berkepentingan di
dalamnya. IAI selaku otoritas yang berwenang menyusun dan menerbitkan standar akuntansi di Indonesia
perlu segera menkaji dan menentukan solusi terbaik terkait permasalahan ini.

Perbedaan karakteristik antara organisasi nirlaba dengan partai politik.


Organisasi Nirlaba Partai Politik
UU yayasan UU partai politik dan UU pemilu
Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang
Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum jumlah
sumbangan sumbangan
Tidak ada kewajiban melaporkan daftar Daftar penyumbang wajib dilaporkan
penyumbang (terutama individu)
Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan Hasil kegiatan berupa kekuasaan politik
untuk kepentingan umum
Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai Akuntabilitas berupa bersih dari politik
dengan tujuan organisasi dan manajemen uang, kepatuhan pada hokum dan posisi
yang baik politik sesuai janji kepada rakyat
Kinerjanya dinilai dari rasio biaya Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan
terhadap kualitas jasa dan jasa atau jumlah suara yang didapatkanya dalam

14 | P a g e
produk social yang dihasilkan pemilu
Kecuali untuk ormas, pada umumnya Merupakan organisasi public sehingga
organisasi nirlaba bukan merupakan kebutuhan public untuk menilai kinerja
organisasi public sehingga kebutuhan partai politik lebih besar disbanding
public untuk menilai kinerjanya lebih organisasi nirlaba lainnya
kecil disbanding partai politik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15 | P a g e
Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik, Dan Lingkungannya a. Definisi
Partai Politik Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik, partai pilitik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Tata cara pembentukan partai politik termasuk syarat-syarat pembentukannya dapat dilihat dalam
UU RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik, di mana terdapat ketentuan mengenai kepengurusan
partai politik, larangan, dan sanksi yang harus diikuti oleh partai politik. Partai politik merupakan juga
sebagai sarana untuk melakukan rekrutmen politik dengan mencari dan mengajak orang yang berbakat
untuk turut aktif dalam kegiatan politik dalam rangka memperluas partisipasi politik masyarakat.

Akuntabilitas Keuangan Partai Politik Aspek keuangan pada partai politik dapat dikatakan sebagai
aspek yang palin penting karena dapat menentukan kelangsungan hidup dan kredibilitas partai, dan secara
keseluruhan dapat mempengaruhi kualitas proses politik pada suatu negara. Peran Dan Fungsi Akuntansi
Dalam Lingkungan Partai Politik Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu peranan dan fungi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak eksternal
partai politik.

Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik
Standarisasi Akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai politik, akan memberikan
informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana, kecakapannya mengelola dana, dan
tertib pembelanjaannya. Begitu juga menurut Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaporan Dana Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten / Kota, serta Calon Anggota DPD Tahun 2009 Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa "Laporan
dana kampanye partai politik tahun 2009 merupakan bagian dari laporan keuangan partai politik ...”.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dan Syam Kusufi. 2012. akuntansi sektor publik. Salemba empat. Jakarta selatan.
https://pdfcoffee.com/akuntansi-untuk-entitas-partai-politik-3-pdf-free.html

16 | P a g e
17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai