Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“LAPORAN KEUANGAN PROFORMA”

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Dean Nabila (B1032201043)

Lestari (B1034191036)

Patricia Vanessa (B1032201011)

Vivi Theresia (B1032201017)

Dosen Pengampu : Gita Desyana, SE.MM,Ak

Mata Kuliah : Analisis Laporan Keuangan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Laporan Keuangan :
Laporan Keuangan Proforma.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap makalah Analisis Laporan Keuangan : Laporan Keuangan
Proforma ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................3

1.3 Tujuan.................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyusunan Laporan Keuangan Proforma.............…........................................................5

2.2 Memproyeksikan Laporan Laba-Rugi................................................................................5


2.3 Memproyeksikan Neraca....................................................................................................8

2.4 Memproyeksikan total aset.................................................................................................9

2.5 Memproyeksikan aset individual.......................................................................................11

2.6 Memproyeksikan utang dan modal saham.........................................................................14

2.7 Memproyeksikan biaya pendanaan....................................................................................14

2.8 Memproyeksikan laporan aliran kas..................................................................................16

2.9 Menganalisis rasio keuangan proforma.............................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................21

3.2 Saran...................................................................................................................................21

3.3 Daftar Pustaka....................................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam sebuah perusahaan aktivitas manajerial seperti perencanaan keuangan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perencanaan keuangan ini
merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sebuah pedoman pelaksanaan aktivitas di
masa mendatang. Proyeksi laporan keuangan dalam sebuah perusahaan harus dilaksanakan
karena dengan adanya proyeksi ini maka memberikan kemudahan dan memberikan informasi
atas proyeksi keuangan yang mana akan menjadi sebuah pedoman dalam menjalankan sebuah
perusahaan.
Sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan proforma dikarenakan laporan
proforma sangat berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk masa mendatang.
Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan merger dengan
perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan sering diminta untuk
menyampaikan laporan proforma ketika mengajukan aplikasi kredit. Sehingga perusahaan
mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :

1. Bagaimana cara penyusunan laporan keuangan proforma?


2. Bagaimana cara memproyeksikan laporan laba-rugi?
3. Bagaimana cara memproyeksikan neraca?
4. Bagaimana cara memproyeksikan total aset?
5. Bagaimana cara memproyeksikan aset individual?
6. Bagaimana cara memproyeksikan utang dan modal saham?
7. Bagaimana cara memproyeksikan biaya pendanaan?
8. Bagaimana cara memproyeksikan laporan aliran kas?
9. Bagaimana cara menganalisis rasio keuangan proforma?

3
1.3 Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka adapun tujuan yang diinginkan yaitu
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara penyusunan laporan keuangan proforma.


2. Untuk mengetahui cara memproyeksikan laporan laba-rugi.
3. Untuk mengetahui cara memproyeksikan neraca.
4. Untuk mengetahui cara memproyeksikan total aset.
5. Untuk mengetahui cara memproyeksikan aset individual.
6. Untuk mengetahui cara memproyeksikan utang dan modal saham.
7. Untuk mengetahui cara memproyeksikan biaya pendanaan.
8. Untuk mengetahui cara memproyeksikan laporan aliran kas.
9. Untuk mengetahui cara menganalisis rasio keuangan proforma.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyusunan Laporan Keuangan Proforma


Laporan keuangan proforma adalah teknik untuk memproyeksikan kondisi keuangan
(prestasi dan posisi keuangan) perusahaan pada masa-masa mendatang. Penyusunan laporan
keuangan proforma memerlukan banyak asumsi (seperti tingkat pertumbuhan penjualan,
perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat investasi pada modal kerja dan aktiva tetap,
dll). Manajemen ingin melihat sensitivitas laporan keuangan proforma terhadap perubahan-
perubahan asumsi dan pengaruh asumsi-asumsi terhadap laporan keuangan proforma.
Penggunaan software seperti Microsoft Excel dapat membantu penyusunan laporan keuangan
proforma, sekaligus melihat sensitivitas laporan keuangan terhadap perubahan-perubahan
asumsi.
Prosedur penyusunan laporan keuangan proforma meliputi beberapa langkah berikut ini:
a. Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode yang akan datang.
b. Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok penjualan, biaya penjualan dan
administrasi, biaya pajak di luar bunga) dan kemudian menurunkan proyeksi pendapatan
operasional.
c. Memproyeksikan total aset, hutang, dan modal saham yang diperlukan untuk
mendukung tingkat operasi yang diproyeksikan pada point 1 dan 2.
d. Menetukan biaya pendanaan (financing cost) dari hutang pada point 3 dan kemudian
menurunkan dari pendapatan operasional untuk memperoleh laba bersih proyeksi.
e. Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan yang diproyeksikan (laporan
laba-rugi dan neraca).

2.2 Memproyeksikan Laporan Laba-Rugi


A. Memproyeksikan Penjualan
Langkah pertama yang diperlukan adalah memproyeksikan penjualan. Proyeksi
penjualan ini kemudian dipakai untuk menurunkan angka-angka dalam laporan keuangan
proforma. Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan bisa
dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada faktor-faktor lain
yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penjual di masa lalu, maka perlu dilakukan

5
penyesuaian. Sebagai contoh, penjualan tahun lalu melonjak cepat karena perusahaan
melakukan akuisisi, sementara tahun ini perusahaan tidak melakukan akuisisi, maka tingkat
pertumbuhan penjualan tahun lalu jangan dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-
masa datang. Pola penjualan yang dipengaruhi siklus/musiman (cyclical) juga membuat
proyeksi penjualan menjadi lebih sulit karena variasi yang cukup besar dari tahun ke tahun.
Misalkan tingkat pertumbuhan penjualan empat tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tahun 1 9,0%
Tahun 2 9,8%
Tahun 3 2,5%
Tahun 4 8,4%
Rata-rata tingkat pertumbuhan empat
7,4%
tahun

Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi (sama dengan)
pada masa datang, maka analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan 7,4% untuk
memproyeksikan tingkat penjualan pada masa datang. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut,
berikut ini adalah proyeksi penjualan pada masa-masa datang:
%
Jumlah (Rp)
Perubahan
Tahun 3 (penjualan nyata) 4.868.900.000 -
Tahun 4 (proyeksi) 5.229.200.000 7,4%
Tahun 5 (proyeksi) 5.616.200.000 7,4%
Tahun 6 (proyeksi) 6.031.800.000 7,4%

B. Memproyeksikan Biaya Operasional


Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya. Jika analis biaya
mengasumsikan biaya operasional mempunyai perilaku sebagai biaya variabel sepenuhnya,
analis bisa memproyeksikan biaya operasional pada masa datang dengan menggunakan
laporan keuangan common size (proporsional). Biaya-biaya operasional seperti harga pokok
penjualan, biaya administrasi, diperoleh dengan mengalikan proporsinya terhadap penjualan
saat ini (untuk masing-masing komponen biaya) dengan penjualan yang diproyeksikan.

6
Alternatif lain adalah dengan memproyeksikan masing-masing komponen biaya operasional
untuk tumbuh dengan 7,4%.
Contoh Proyeksi Laporan Laba-Rugi (dalam jutaan Rp)
Tahun comm Proyeksi
3 on size
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata) (%)
Dengan menggunakan pendekatan common size
Penjualan 4.868,9 100,0 5.229,2 5.616,2 6.031,8
Harga Pokok
3.392,8 69,7 3.644,8 3.914,5 4.204,2
Penjualan
Biaya
penjualan dan 1.092,8 21,1 1.103,4 1,185,0 1,272,7
administrasi
Pendapatan
36,4 0,7 36,6 39,3 42,2
lainnya
Pajak
179,1 3,7 193,4 207,8 223,2
Penghasilan
Pendapatan
304,0 6,2 324,2 348,2 373,9
Operasional
Biaya bunga
35,6 44,5 51,1 56,4
(bersih pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 279,7 298,1 317,5

Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan item individual


Penjualan 4.868,9 7,4 5.229,2 5.616,2 6.031,8
Harga Pokok
3.392,8 5,9 3.593,0 3.805,0 4.029,5
Penjualan
Biaya
penjualan dan 1.092,8 14,1 1.174,5 1.340,2 1.529,1
administrasi
Pendapatan 36,4 18,2 43,0 50,9 60,1

7
lainnya
Pajak
179,1 0,3 179,6 180,2 180,7
Penghasilan
Pendapatan
304,0 325,1 341,7 352,6
Operasional
Biaya bunga
35,6 44,5 50,1 56,4
(bersih pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 280,6 291,6 296,2

Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan berubah dengan
tingkat yang sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini lebih lambat. Sebagai contoh,
Harga Pokok Penjualan meningkat dengan kenaikan 5,9%, sementara penjualan meningkat
dengan tingkat 7,4%. Salah satu penjelasan perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan
diperkirakan mempunyai komponen biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya
penjualan dan administrasi meningkat cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang mungkin adalah
karena biaya tersebut mempunyai komponen variaber yang tinggi.
Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan common size (proporsional), dan (2) pendekatan tingkat
pertumbuhan individual.
Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir sama. Perhatikan
bahwa biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening item lainnya. Karena biaya ini
diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun-tahun berikutnya (item yang non-recurring),
maka biaya ini tidak dimasukkan ke dalam proyeksi tahun-tahun selanjutnya.

2.3 Memproyeksikan Neraca


Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya membuat
proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca adalah dengan
memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru kemudian menyusun
komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau pendanaan) neraca untuk tingkat
total aset yang diproyeksikan.
Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:

8
a. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size untuk
mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
b. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset individual
untuk memperoleh total aset.
Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
b. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap) untuk
masa datang.

2.4 Memproyeksikan Total Aset


Total aset dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan tingkat pertumbuhan
aset pada masa lalu. Misalkan aset selama lima tahun terakhir ini tumbuh rata-rata 12,6% dan
analis menganggap tingkat pertumbuhan ini akan terjadi pada masa-masa datang, maka
perkiraan total aset tahun-tahun yang akan datang berikut ini:
%
Jumlah (Rp)
Perubahan
3.609.600.00
Tahun 3 (nyata) -
0
4.064.400.00
Tahun 4 (proyeksi) 12,6%
0
4.576.500.00
Tahun 5 (proyeksi) 12,6%
0
5.153.200.00
Tahun 6 (proyeksi) 12,6%
0

Cara lain, dengan menggunakan pendekatan perputaran aktiva yang konstan, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Penju Perputa Total Aset
Total Aset
alan ran Total Awal Akhir
Rata-Rata
(Rp) Aset Tahun Tahun
Tahun 3 4.868. - - - 3.609.600.

9
(nyata) 900.000 000
Tahun 4 5.229. 3.486.100. 3.609.600. 3.362.600.
12,6%
(proyeksi) 200.000 000 000 000
Tahun 5 5.616. 3.744.100. 3.362.600. 4.125.700.
12,6%
(proyeksi) 200.000 000 000 000
Tahun 6 6.031. 4.021.200. 4.125.700. 3.916.700.
12,6%
(proyeksi) 800.000 000 000 000

Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-rata total
aset ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal tahun + aset akhir
tahun)/2.
Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset dengan
proyeksi penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi menghasilkan angka-
angka yang tidak biasa (tidak wajar). Sebagai contoh, meskipun penjualan naik dari tahun ke-
3 sebesar Rp4.868.900.000,00 menjadi Rp5.229.200.000,00 pada tahun ke-4, proyeksi asset
malahan menurun dari Rp3.609.600.000,00 menjadi Rp3.362.600.000,00.
Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4, sebagi
kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola sebaliknya terjadi
pada tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun ke-5) sangat rendah, maka
aset akhir tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada tahun ke-6 bergerak sebaliknya (pola
ini lebih menyerupai pola pada tahun ke-4).
Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke dua
metode tersebut menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan sifatnya
musiman atau tidak stabil, maka penggunaan rata-rata (12,6% pada pendekatan pertama)
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-komponen aser
kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari total aset (common size).
Common size atau proporsi dihitung dari proporsi neraca untuk tahun ini (tahun 3). Berikut
ini contoh perhitungan neraca proforma dengan menggunakan pendekatan total aset yang
kemudian diikuti dengan pendekatan proforma untuk menentukan besarnya komponen-
komponen aset.
Tahun Common Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6

10
3 (nyata) size (%)
AKTIVA
85.800.00 97.500.0 109.800.0 123.700.0
Kas 2,4
0 00 00 00
Surat 35.000.00 40.600.0 45.800.00 51.500.00
1,0
Berharga 0 00 0 0
Piutang 486.900.0 548.700. 617.800.0 695.700.0
13,5
Dagang 00 000 00 00
664.700.0 747.900. 842.100.0 948.200.0
Persediaan 18,4
00 000 00 00
90.500.00 101.600. 114.400.0 128.800.0
Persekot 2,5
0 000 00 00
Total
1.362.900. 1.536.30 1.729.900. 1.947.900.
Aktiva 37,8
000 0.000 000 000
Lancar
Bangungan,
Pabrik, dan 1.508.900. 1.698.90 1.913.000. 2.154.000.
41,8
Peralatan 000 0.000 000 000
(bersih)
Aktiva 737.800.0 829.200. 933.600.0 1.051.300.
20,4
lainnya 00 000 00 000
Total 3.609.600. 4.064.40 4.576.500. 5.153.200.
100,0
Aktiva 000 0.000 000 000

2.5 Memproyeksikan Aset Individual


Cara lain adalah dengan menggunakan metode kedua yaitu memproyeksi aset secara
individual, kemudian menjumlahkan aset-aset menjadi total aset. Untuk memproyeksi aset
secara individual, analis bisa menggunakan tingkat pertumbuhan di masa lalu atau
menggunakan asumsi perputaran aktiva tetap.
Misalkan piutang dagang tumbuh dengan tingkat 15,5% selama lima tahun terakhir dan
analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut, maka besarnya piutang dagang tiga

11
tahun yang akan datang dapat diproyeksikan. Misalkan persediaan juga tumbuh dengan
tingkat 7,8%, maka berikut ini adalah proyeksi untuk kedua rekening tersebut.
Tahun 3 Tingkat Proyeksi
(nyata) Pertumbuhan Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
Piutang 486.900. 562.400 649.500.0 750.200.0
15,5%
Dagang 000 .000 00 00
664.700. 716.500 772.400.0 832.700.0
Persediaan 7,8%
000 .000 00 00

Sebagai alternatif, analis bisa melakukan perhitungan dengan menggunakan perputaran


piutang dan perputaran persediaan sebagai berikut:
Perputaran Rata-rata Piutang
Penjualan(Rp)
Piutang Piutang Awal Tahun Akhir Tahun
Tahun 3 4.868.900 486.900.0
11,8 kali - -
(nyata) .000 00
Tahun 4 5.229.200 443.200.0 486.900.0 399.500.0
11,8 kali
(proyeksi) .000 00 00 00
Tahun 5 5.616.200 475.900.0 399.500.0 552.300.0
11,8 kali
(proyeksi) .000 00 00 00
Tahun 6 6.031.800 511.200.0 552.300.0 470.100.0
11,8 kali
(proyeksi) .000 00 00 00

Harga Pokok Persediaan


Perputaran Rata-rata
Penjualan
Persediaan Persediaan Awal Tahun Akhir Tahun
(Rp)
Tahun 3 3.392.800 664.700.0
5,3 kali - -
(nyata) .000 00
Tahun 4 3.644.800 687.700. 664.700.0 710.700.0
5,3 kali
(proyeksi) .000 000 00 00
Tahun 5 3.914.500 738.600. 710.700.0 766.500.0
5,3 kali
(proyeksi) .000 000 00 00
Tahun 6 4.204.200 5,3 kali 793.200. 766.500.0 820.000.0

12
(proyeksi) .000 000 00 00

Untuk piutang tampak bahwa kedua pendekatan di atas (menggunakan tingkat


pertumbuhan dan mengasumsikan perputaran piutang yang tetap) menghasilan angka-angka
yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan karena piutang dagang naik lebih cepat
dibandingkan dengan penjualan pada tahun ke-3. Sebaliknya dengan persediaan, kedua
pendekatan dia atas menghasilkan angka yang tidak jauh berbeda.
Tabel berikut ini meringkas pendekatan-pedekatan yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset.

Memproyeksi Memproyeksi
Total Aset Aset Individual
Menggunakan tingkat
X X
pertumbuhan hitoris
Menggunakan perputaran aset
X X
untuk memproyeksi aset

Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset. Apabila tingkat pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat
pendekatan di akat menghasilkan angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi kalau tingkat
pertumbuhan tidak stabil, maka keempat pendekatan di atas mungkin akan menghasilkan
angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal penggunaan tingkat pertumbuhan historis akan
memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat dari penggunaan perputaran aset untuk
memproyeksi aset adalah karena jumlah aset dikaitkan dengan proyeksi penjualan. Kadang-
kadang prestasi manajemen dikaitkan dengan perputaran aktiva (untuk menaikkan
profitabilitas). Kalau manajemen dievaluasi dengan cara semacam itu, penggunaan
perputaran aset akan memberikan tambahan keuntungan karena dapat dipakai sebagai dasar
evaluasi manajemen.

2.6 Memproyeksikan Hutang dan Modal Saham

13
Setelah sisi kiri neraca proforma selesai disusun, tahap berikutnya adalan menyususn sisi
kanan neraca (sisi pasiva). Cara yang paling mudah untuk menyusun komposisi pasiva adalah
dengan menggunakan common size sisi kanan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
komposisi semacam itu tidak akan berubah untuk masa-masa datang. Kadang-kadang ada
beberapa peristiwa yang merubah total sisi kanan neraca, misalkan pada peristiwa pembelian
perusahaan (leverage buy-out), dan restrukturisasi. Pada peristiwa semacam ini barangkali
common size pada saat ini tidak bisa dipakai untuk memproyeksi sisi kanan neraca pada
tahun-tahun yang akan datang.
Berikut ini penyusunan proyeksi sisi kanan neraca.
Tahun 3 Common
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata) size (%)
PASIVA
Hutang Dagang 446.700.000 12,4 504.000.000 567.500.000 639.000.000
Hutang Wesel 138.000.000 3,8 154.400.000 173.900.000 195.800.000
Hutang jangka
278.600.000 7,7 313.000.000 352.400.000 396.800.000
pendek lainnya
Total Hutang
863.300.000 23,9 971.400.000 1.093.800.000 1.231.600.000
Lancar
Hutang jangka
525.800.000 14,6 593.400.000 668.100.000 752.400.000
panjang
Hutang jangka
325.500.000 9,0 365.800.000 411.900.000 463.800.000
panjang lainnya
Total Hutang 1.714.600.000 47,5 1.930.600.000 2.173.800.000 2.447.800.000
Total Modal
1.895.000.000 52,5 2.133.800.000 2.402.700.000 2.705.400.000
Saham
Total Hutanga dan
3.609.600.000 100,0 4.064.400.000 4.576.500.000 5.153.200.000
Modal Saham

2.7 Memproyeksikan Biaya Pendanaan


Setelah struktur modal diproyeksikan, analis dapat menghitung biaya pendanaan (seperti
bunga). Langkah ini memerlukan asumsi bahwa struktur modal tidak akan berubah pada
masa datang, dan juga dengan tingkat bunga. Apabila struktur modal berubah (misal hutang

14
lebih besar), maka resiko perusahaan berubah dan dengan demikian tingkat bunga juga dapat
berubah untuk mengkompensasi kenaikan resiko.
Berikut ini perhitungan tingkat bunga untuk hutang-hutang perusahaan.
Biaya bunga bersih pajak (1 – 0,34) (53,9) 35,6
------------------------------------- = --------------------------------------- = --------
Rata-rata hutang yang 0,5(93,5+380,2+138,0+525,8) 568,8
Mempunyai beban bunga = 6,3%

Dalam perhitungan di atas, hutang yang mempunyai bunga diasumsikan datang dari
hutang jangka panjang dan hutang wesel. Kemudian, misal hutang keduanya pada tahun 2
(Rp93.500.000,00 untuk hutang wesel dan Rp380.200.000,00 untuk hutang jangka panjang)
ditambah dengan hutang pada tahun 3 (Rp138.000.000,00 untuk hutang wesel dan
Rp525.800.000,00 untuk hutang jangka panjang) dikalikan 0,5 untuk memperoleh hutang
rata-rata. Tingkat pajak diasumsikan 34% dan ini dipakai untuk menghitung biaya bunga
bersih pajak yang menjadi angka yang dibagi (numerator) untuk perhitungan di atas.
Setelah persentase tingkat bunga diketahui, tingkat bunga tersebut dipakai untuk
menentukan bunga dengan mengalikan tingkat bunga tersebut dengan rata-rata hutang (yang
terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang wesel). Berikut ini perhitungannya.
Hutang yang berbunga Rata-rata Biaya
Biaya
hutang bunga
Awal tahun Akhir tahun bunga
berbunga (Rp) bersih pajak
Tahun 4
663.800.000 747.800.000 705.800.000 6,3% 44.500.000
(proyeksi)
Tahun 5
747.800.000 842.000.000 794.900.000 6,3% 50.100.000
(proyeksi)
Tahun 6
842.000.000 948.200.000 895.100.000 6,3% 56.400.000
(proyeksi)

Biaya bunga tersebut (bersih pajak) kemudian dikurangkan dari pendapatan operasional
untuk memperoleh proyeksi laba bersih untuk setiap tahunnya.

15
2.8 Memproyeksikan Laporan Arus Kas
Langkah akhir adalah memproyeksi arus kas. Proyeksi arus kas diturunkan dari proyeksi
neraca dan proyeksi laba-rugi. Berikut ini laporan arus kas proforma.
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
OPERASI
1. Laba bersih 279.700.000 298.100.000 317.500.000
2. Plus: Depresiasi dan 182.400.000 205.400.000 231.300.000

Amortisasi 10.000.000 11.300.000 12.700.000

3. (Kenaikan) Penurunan Piutang Dagang (61.800.000) (69.100.000) (77.900.000)


4. (Kenaikan) Penurunan Persediaan (83.200.000) (94.200.000) (106.100.000)
5. (Kenaikan) Penurunan rekening dibayar
(11.100.000) (12.800.000) (14.400.000)
di muka
6. (Kenaikan) Penurunan Hutang Dagang 57.300.000 63.500.000 71.500.000
7. (Kenaikan) Penurunan Hutang lancar
34.400.000 39.400.000 44.400.000
lainnya
Aliran kas dari operasi 407.700.000 441.600.000 479.000.000
INVESTASI
8. (Kenaikan) Penurunan Surat Berharga (5.600.000) (5.200.000) (5.700.000)
9. (Kenaikan) Penurunan Aktiva Tetap,
(372.400.000) (419.500.000) (472.300.000)
bersih depresiasi
10. (Kenaikan) Penurunan Aktiva lainnya,
(101.400.000) (115.700.000) (130.400.000)
bersih depresiasi
Aliran kas dari investasi (479.400.000) (540.400.000) (608.400.000)
PENDANAAN
11. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka
16.400.000 19.500.000 21.900.000
Pendek

12. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka


67.600.000 74.700.000 84.300.000
Panjang

16
13. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka
40.300.000 46.100.000 51.900.000
Penjang lainnya
14. Dividen (114.500.000) (125.400.000) (137.300.000)
15. (Kenaikan) Penurunan Modal Saham
73.600.000 96.200.000 122.500.000
bersih dari laba bersih dan dividen
Aliran kas dari pendanaan 83.400.000 111.100.000 143.300.000
16. Perubahan dalam kas 11.700.000 12.300.000 13.900.000

Berikut ini penjelasan penyusunan laporan arus kas:


1. (1)Laba bersih: jumlah ini diambil dari laporan laba-rugi proforma.
2. (2)Depresiasi dan Amortisasi: jumlah ini diasumsikan naik dengan tingkat kenaikan
yang sama dengan aset (bangungan, mesin, peralatan, dan aset lainnya). Aset ini
diasumsikan untuk tumbuh dengan tingkat kenaikan 12,6%. Tingkat kenaikan ini juga
digunakan untuk menghitung depresiasi dan amortisasi.
3. (3,4,5,6,7)Perubahan-perubahan dalam aktiva dan hutang lancar selain kas diambil
langsung dari neraca yang diproyeksikan.
4. (8)Perubahan surat berharga: pembelian dan penjualan surat berharga dan investasi
pada surat berharga (yang masuk aktiva tidak lancar) dimasukkan ke dalam rekening
Investasi. Perubahan-perubahan dalam rekening ini diambil dari neraca yang
diproyeksikan. Jika ada perubahan disebabkan karena perubahan yang berkaitan dengan
pendapatan, maka jumlah yang disebabkan perubahan tersebut dimasukkan ke dalam
operasi, bukan investais.
5. (9)Perubahan dalam bangungan, mesin, peralatan (bersih depresiasi): pembelian dan
penjualan bersih aktiva tetap termasuk dalam baris ini. Depresiasi tidak dimasukkan
karena depresiasi sudah dimasukkan ke dalam operasi, yaitu baris 2.
6. (10)Perubahan dalan aktiva lainnya: biasanya aktiva lainnya datang dari goodwill
yang timbul dari selisih harga pembelian akuisisi dengan harga aset yang dibeli. Jumlah
ini bersih dari amortisasi karena amortisasi sudak dimasukkan ke dalam operasi, yaitu
baris 3.
7. (11,12,13)Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya masuk
dalam bagian pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain. Jika hutang
pajak non lancar (deferred income taxes) dilaporkan terpisah dari hutang non lancar,

17
maka perubahan-perubahan dalam hutang pajak tersebut dimasukkan dalam bagian
operasi, bukan dalam bagian pendanaan.
8. (14)Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan dividen.
Banyak perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar dividen yang
konstan setiap tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai kebijakan membayar
dividen dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio) yang konstan. Misalkan
dividen tumbuh 9,5% setiap tahunnya selama lima tahun terakhir ini, tingkat
pertumbuhan ini dapat dipakai untuk memproyeksikan dividen pada masa-masa
datang. Proyeksi dividen dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut dapat
dilihat pada tabel proyeksi arus kas di atas.
9. (15)Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15 merupakan
perubahan modal saham yang belum termasuk dalam laba operasional (baris 1) dan
dividen (baris 14). Laba operasi dikurangi dividen biasanya sama dengan laba yang
ditahan. Dengan demikian baris 15 ini merupakan perubahan dalam modal disetor.
Nilai baris 15 yang positif mencermingkan adanya saham baru yang masuk (emisi
baru).
10. (16)Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan menghasilkan
perubahan kas pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau dikurangi apabila
perubahan negatif) kas pada awal periode akan menghasilkan kas akhir periode.

18
2.9 Rasio Keuangan Proforma
Setelah laporan keuangan proforma selesai disusun, analis bisa menyusun analisis rasio
untuk laporan keuangan proforma dengan cara yang sama dengan ketika membuat analisis
rasio untuk laporan keuangan. Berikut ini analisis rasio untuk perusahaan dengan
mendasarkan pada laporan keuangan proforma.
Tahun3 Tahun Tahun Tahun
(nyata) 4 5 6
PROFITABILITAS
Return On Asset (ROA) 9,1% 8,4% 8,1% 7,7%
Profit Margin 6,2% 6,2% 6,2% 6,2%
Perputaran Aktiva 1,5 kali 1,4 kali 1,3 kali 1,2 kali
Return On Equity (ROE) 14,8% 13,9% 13,1% 12,4%
Common Earning Leverage 0,87% 0,86% 0,86% 0,85%
Leverage Struktur Modal 1,9% 1,9% 1,9% 1,9%
Harga Pokok Penjualan / Penjualan 69,7% 69,7% 69,7% 69,7%
Biaya Penjualan dan Administrasi /
21,1% 21,1% 21,1% 21,1%
Penjualan
Biaya Pajak Penghasilan / Penjualan 3,7% 3,7% 3,7% 3,7%
11,8 10,1
Perputaran Piutang Dagang 9,6 kali 9,2 kali
kali kali
Perputaran Persediaan 5,3 kali 5,2 kali 4,9 kali 4,7 kali
Perputaran Aktiva Tetap 3,4 kali 3,3 kali 3,1 kali 3,0 kali

LIKUIDITAS JANGKA PENDEK


Rasio Lancar 1,6% 1,6% 1,6% 1,6%
Rasio Quick 0,7% 0,7% 0,7% 0,7%
Rasio aliran kas dari operasi / Hutang lancar 60,2% 44,4% 42,8% 41.2%

SOVABILITAS
Rasio Hutang Jangka Panjang 21,8% 21,8% 21,8% 21,8%
Rasio Hutang Modal Saham 27,8% 27,8% 27,8% 27,8%

19
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Aset 14,6% 14,6% 14,6% 14,6%
Times Interest Earned 8,2% 7,7% 7,3% 7,0%
Aliran kas operasi terhadap total hutang 30,6% 22,4% 21,5% 20,7%
Alaran kas operasi terhadap pengeluaran
1,91% 1,09% 1,05% 1,01%
modal
Profitabilitas perusahaan diproyeksikan akan menurun sesuai dengan penurunan ROA
dan ROE. Penurunan ini dikarenakan turunnya perputaran aktiva. Penjualan diproyeksikan
untuk tumbuh 7,4% setiap tahunnya, sedangkan aset diproyeksikan untuk tumbuh 12,6% per
tahun. Perbedaan asumsi pertumbuhan ini mengakibatkan turunnya perputaran aktiva.
Penurunan perputaran akitva tidak diimbangi oleh kenaikan profit margin yang
diproyeksikan untuk tetap selama tiga tahun mendatang.
Rasio-rasio untuk mengukur resiko perusahaan (dilihat dari perbandingan hutang dengan
non hutang) tidak berubah selama tiga tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena common
size dari neraca diproyeksikan tetap sama untuk tahun-tahun mendatang. Rasio yang
melibatkan laporan laba-rugi atau laporan arus kas diproyeksikan untuk menurun. Ini
disebabkan karena aset diproyeksikan tumbuh lebih cepat dibandingkan penjualan.
Analisis rasio ini menunjukkan bahwa asumsi-asumsi yang dipakai untuk menyusun
laporan keuangan proforma akan menentukan besarnya laporan keuangan proforma. Dalam
contoh di atas, asumsi pertumbuhan penjualan dan asumsi pertumbuhan aset yang berbeda
akan menghasilkan angka-angka dan rasio-rasio yang berbeda.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laporan Proforma adalah ikhtisar laporan keuangan yang menunjukkan harta dan utang,
atau pendapatan dan pengeluaran yang mungkin diakui pada masa mendatang Laporan ini
juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan merger dengan perusahaan
lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan sering diminta untuk
menyampaikan laporan proforma ketika mengajukan aplikasi kredit.
Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, laporan keuangan
proforma ini dapat menurunkan risiko seminimal mungkin dalam memulai operasi dari
bisnis. Ini juga merupakan dasar yang dapat meyakinkan para kreditur dan investor yang
menyediakan dana untuk bisnis yang baru ini. Perencanaan keuangan sangat penting bagi
setiap perusahaan untuk menyusun rencana keuangan seberapa besar dana yang harus
dikeluarkan, terutama pihak manajemen apabila perencanaan keuangan disajikan dengan
baik dan benar tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu yang akan datang akan
terlaksana dengan baik pula.

3.2 Saran

Laporan keuangan proforma ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan akurat dan
dapat menolong untuk memperoleh gambaran yang tepat untuk memulai suatu bisnis. Ini
harus didasarkan pada informasi yang dapat memberikan proyeksi yang tepat untuk
memperoleh jumlah profit yang diharapkan dari bisnis dan juga kebutuhan keuangan yang
diperlukan dalam tahun pertama operasi dan sesudahnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://kamus.tokopedia.com/l/laporan-proforma/

https://wartaekonomi.co.id/read339512/apa-itu-laporan-proforma?page=all

https://www.slideshare.net/juditjnugroho/keuangan-wirausaha-33

https://www.coursehero.com/file/25501117/Pertemuan-13-Laporan

KeuanganProformadoc/

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Edisi

Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

22

Anda mungkin juga menyukai