Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PARTAI POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem Politik
Indonesia

Dosen Pengampu : Remeiliza Fitri, M.Si

Disusun oleh

Kelompok 2:

Mey Adriesti 2121020231


Mita Santika 2121020233
M. Wildan 2121020249
Niken Ayu 2121020254

FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Partai Politik dan pastisipasi politik” ini dengan sebaik-baiknya
guna memenuhi tugas Kelompok untuk mata kuliah Sistem Politik Indonesia.
Dengan selesainya makalah ini, kami selaku penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu. Remeiliza Fitri, M.Si selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Sistem Politik Infonesia yang telah membantu dan memberikan pengarahan
kepada kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini, kami selaku penulis sangat memahami bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi materi, maupun dalam
segi penyusunan kata-kata. Kami juga menyadari bahwa hal tersebut tentu saja
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami ingin meminta maaf kepada para pembaca atas keterbatasan
tersebut. Saran dan juga kritik yang diberikan oleh para pembaca akan tetap
dibutuhkan kedepannya dalam upaya perbaikan makalah ini.

Bandar Lampung, 4 Mei 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A Latar Belakang ................................................................................... 1
B Rumusan masalah............................................................................... 1
C Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A Pengertian Partai Politik..................................................................... 3
B Fungsi Partai Politik ........................................................................... 4
C Ciri-ciri Partai Politik ......................................................................... 8
D Klasifikasi Sistem Politik ................................................................... 8
E Pengertian partisipasi politik .............................................................. 9
BAB III PENUTUPAN ................................................................................ 12
A Kesimpulan....................................................................................... 12
B Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Partai politik memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem politik
Indonesia apalagi dalam proses pelaksanaan demokrasi khususnya demokrasi
perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk dilembaga
legislatif maupun eksekutif mewakili rakyat untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat bersama yang dipilih melalui pemilihan umum (pemilu), sekaligus juga
menjadi saluran partisipasi politik bagi warga negara untuk ikut serta
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Pentingnya peran partai politik dalam demokrasi perwakilan (menyiapkan


calon pemimpin dan menyiapkan rencana pola dan arah kebijakan publik) juga
ditegaskan dalam dua pasal di dalam UUD 1945. Pertama, Pasal 6A menentukan
partai politik atau gabungan partai politik berperan mengusulkan pasangan calon
presiden dan wakil presiden. Kedua, Pasal 22E menempatkan partai politik
sebagai peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.Partai
politik (parpol) adalah suatu organisasi nasional yang dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia yang mempunyai kesamaan kehendak dan cita cita untuk
memperjuangkan kepentingan rakyat, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.

Dan disini kita akan membahas lebih lanjut tentang partai politik seperti
membahas pengertian partai politik, fungsi partai politik, ciri-ciri partai politik,
serta klasifikasi sistem kepartaian.
B Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari partai poitik?
2. Apa Fungsi dari partai politik ?
3. Apa saja ciri-ciri dari partai politik?

1
4. Apa saja klasifikasi sistem kepartaian ?
5. Apa Pengertian dari Partisipasi politik ?

C Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari partai politik.
2. Mengetahui dan memahami fungsi dari partai politik.
3. Mengetahui dan memahami apa saja ciri-ciri dari partai politik.
4. Mengetahui dan memahami pengertian dari klasifikasi
sitem kepartaian.
5. Untuk mengetahui pengertian dari partisipasi politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Partai Politik


Menurut UU No. 31 tahun 2002, bahwa yang dimaksud dengan partsi
politik adalah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negra melalui
pemilihan umum.1 Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang partai
politik pasal 1 ayat 1, partai politik didefinisikan sebagai organisasi yg bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela
atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentigan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta mempelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
perspektif kelembagaan, partai politik adalah mata rantai yang menghubungkan
antara rakyat dan pemerintah. Atau dalam bahasa lain, partai politik menjadi
jembatan antara masyarakat sipil dengan pemerintah.2
Partai politik menurut Weber adalah organisasi publik yang bertujuan
untuk membawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya
(politisi) untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut. Menurut
Budiardjo partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah untuk mendapatkan kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksankan
programnya. Subakti juga berpendapat partai politik merupakan kelompok yang
anggotanya terorganisas secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi
dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan

1
Hendrarto, Peran dan Fungsi Partsi Politik Dalam Mencatak Kader Pemimpin, vol.26, Ilmu Politik,
2006, hlm.311.
2
Ryan, Cooper, and Tauer, Partai Politik, Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents
(2013): 12–26.

3
kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksakana
alternatif kebijakan umum yang mereka susun. Alternatif kebijakan umum yang
disusun ini merupakan hasil pemaduan berbagai kepentingan yang hidup didalam
masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna
melaksakan kebijkaan umum dapat melalui pemilihan umum dan cara-cara lain
yang sah.3
Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik
merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan kumpulan orang-orang
yang memiliki kesamaan tujuan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dalam
pemerintahan dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil dengan
pemerintah,

B Fungsi Partai Politik


Partai politik yang merupakans arana penyalur aspirasi masyarakat sudah
selayaknya memiliki fungsi antara lain:4
1) Sosialisasi Politik
Partai politik merupakan wahana bagi masyarakat dalam menyadarkan
hak-hak politik tiap warga masyarakat. Hak berpendapat, hak
mengeluarkan suara melalui pemilu dan lain-lain. Semua hak ini akan
terpelihara melalui perjuangan partai politik. Masyarakat disadarkan
betapa pentingnya ikut memikirkan kehidupan politik kenegaraan,
berpartisipasi dalam proses pembentukan pemerintahan, memilih orang-
orang yang akan diangkat menjadi penguasa, ikut andil dalam menentukan
kebijakan publik, yang kesemua pendapat tersebut dapat disalurkan
melalui kekuatan partai politik. Tanpa memiliki kesadaran dan
pengetahuan mengenai fungsi partai politik, masyarakat akan dirugikan
sendiri, karena hak-hak politiknya tidak digunakan sebagaimana mestinya.

3
Rika Ramadhanti, “Partai Politik Dan Demokrasi,” demokrasi dan Otonomi daerah 16 (2018): 251–
256.
4
Hendrarto, Peran dan Fungsi Partsi Politik Dalam Mencatak Kader Pemimpin, vol.26, Ilmu Politik,
2006, hlm.311-314

4
Sebagai warga negara yang mempunyai hak-hak politik, sebagai
rakyat pemilik kekuasaan yang kemudian kekuasaan tersebut diserahkan
kepada penguasa agar mereka dapat mengatur negara, mengeluarkan
kebijakan demi mensejahterakan rakuat, maka rakyat yang telah
melimpahkan kepercayaannya itu harus melakukan control sosial maupun
pengawasan politik, dimana hal itu dapat dilakukan melalui mekanisme
pengawasan partai politik terhadap penguasa yang sedang menjalankan
amanah kekuasaan tersebut.
Untuk itu, partai politik memiliki fungsi sebagai sarana sosialisasi
terhadap penyadaran akan hak-hak warga negara (hak-hak rakyat),
penyampaian informasi yang benar, ikut mendidik masyarakat dalam
memelihara hak-hak politiknya. Sosialisasi politik bersifat membangun,
memelihara bahkan bisa saja mengubah budaya politik masyarakat yang
berlangsung terus menerus sepanjang hidup tiap warga negara.
2) Komunikasi Politik
Partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik, artinya
bahwa keberadaan partai politik di dalam kehidupan perpolitikan nasional
berada pada posisi di tengah-tengah, yaitu penyalur aspirasi dari arus
bawah (rakyat) dan penyalur informasi dari arus atas (penguasa). Titik
pertemuan antara aspirasi dan informasi ini diolah oleh partai politik yang
melahirkan program perjuangan partai. Perjuangan ke atas mengisyaratkan
agar program kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, penegakan hukum dan
lain-lain lebih diutamakan. Perjuangan ke bawah" mengisyaratkan agar
rakyat mengerti dan memahami apa yang sesungguhnya sedang dikerjakan
oleh penguasa untuk melaksanakan kebijakan kesejahteraan rakyat,
penertiban keamanan, pertahanan negara, perbaikan ekonomi dan lain
sebagainya. Dengan demikian sebenarnya fungsi komunikasi politik yang
dijalankan oleh partai politik adalah menjadi titik keseimbangan bagi iklim
perpolitikan nasional, yaitu terjadinya proses yang berimbang antara
masuknya arus aspirasi dari bawah dan penyaluran informasi dari atas.

5
3) Pembentukan Kader Politik
Di dalam kehidupan partai politik, tiap orang mempunyai peluang
yang sama untuk menduduki kepengurusan partai politik bersangkutan.
Seseorang sebelum menjadi kader bangsa yang akan menduduki posisi-
posisi penting di pemerintahan, memegang jabatan politik baik di
legislative (wakil rakyat) maupun di eksekutif (pemerintah), ia perlu
menghadapi seleksi dan teruji terlebih dahulu di kehidupan partai politik
tempat awal mula penggodokan kader, tempat berlatih politik, tempat
belajar memahami soal-soal kenegaraan, tempat berpraktek menjadi
pemimpin, tempat menguji diri untuk memahami aspirasi masyarakat dan
lain-lain.
Sehingga ketika seseorang telah dianggap matang oleh partai
politik yang bersangkutan, ia akan dijagokan untuk menduduki jabatan-
jabatan politik di pemerintahan dan di badan-badan lain yang memang
menjadi porsi bagi masuknya partai politik, seperti presiden, menteri,
gubernur, bupati, walikota maupun lembaga perwakilan rakyat.

4) Pengendali Konflik Masyarakat


Fungsi dari parta politik adalah sebagai pengendali konflik
masyarakat. Hakekat partai politik adalah sebagai alat perjuangan politik
bagi masyarakat, tetapi tidak sedikit justru juga sering mengundang
konflik (pemicu konflik) yang terjadi di masyarakat. Lebih parah lagi dan
ironis. pula, konflik justru berawal dari dalam tubuh partai (internal partai)
atau antar partai kemudian menjalar ke masyarakat luas.
Bagi masyarakat yang telah dewasa berpolitik, sesungguhnya
secara ideal konflik politik ini seharusnya tidak pernah terjadi sampai
menjalar menjadi konflik di masyarakat luas. Kalau semua orang
memahami bahwa partai politik ini hanya semata-mata merupakan
kesadaran politik yang tidak menjadi harga mati, maka terjadinya konflik
dapat dihindari. Bila seseorang mulai merasakan tidak sepaham lagi
dengan arah garis partai, maka ia dengan mudah meninggalkan partai

6
tersebut dan masuk ke partai lain yang dirasakan lebih sehaluan dengan
dirinya, sebab tidak ada larangan dalam soal pindah-pindah partai ini.
Partai bukanlah agama yang harus bersikap secara fanatik. Partai
adalah sarana, kendaraan politik dan juga alat untuk memperjuangkan
kepentingan politik. Jadi tidak perlu mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan kita demi mempertentangkan suatu kepentingan tertentu
dalam partai. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat adalah wajar dalam
kehidupan politik. Malah seharusnya dalam kehidupan berpartai itu selalu
terjadi perbedaan pendapat, sehingga menimbulkan kritis dan dinamis,
akan tetap tidak harus berkembang menjadi konflik ataupun melahirkan
dendam politik. Sehingga hendaknya dalam mengatur kehidupan partai
politik, kembangkanlah rasa humor yang tinggi, maka akan lahir
persaudaraan yang akan membawa hikmah bagi semuanya.
Di dalam kehidupan masyarakat luas, dimana berbagai kepentingan
bercampur baur, tidak sedikit melahirkan konflik dan semua beradu untuk
mendapatkan kemenangan. Di samping mudah terpicu konclik horizontal
diantara warga masyarakat sendiri, juga tidak sedikit melahirkan konflik
vertikal, yaitu penentangan terhadap kebijakan pemerintah. Dalam kondisi
demikian ini, partai politik harus tampil sebagai penengah dan menjadi
peredam konflik. Berfungsi sebagai penyalur aspirasi rakyat kepada
penguasa dan menginformasikan kehendak politik penguasa kepada
masyarakat. Dalam hal konflik terjadi di tengah masyarakat, partai politik
hendaknya mampu menyelesaikan konflik melalui penyelesaian politis,
yaitu antar partai politik yang mewakili suara komunitas masing-masing di
DPR/DPRD.
Selain melalui partai politik, masyarakat juga diberi kesempatan
secara mandiri dan bebas untuk memilih dan mencalonkan dirinya menjadi
pemimpin di masyarakat melalui jalur perorangan untuk menjadi anggota
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang merupakan perwakilan daerah
yang berada di pusat. Disinilah letak pentingnya hak dari masyarakat

7
dalam ikut menentukan arah dan tujuan bangsanya melalui kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh para pemimpin yang sudah dipilihnya.

C Ciri-Ciri Partai Politik


Ciri-ciri partai politik yang dikemukakan olen Ramlan Surbakti,yaitu:
1. Partai politik berakar dari masyarakat lokal, dalam arti bahwa partai
politik mempunyai cabang-cabang di setiap daerah.
2. Melakukan kegiatan secara terus menerus , dengan penyusunan program
kegiatan yang berkesinambungan.
3. Berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam
pemerintahan.
4. Ikut serta dalam pemilu.
5. Mempunyai landasan ideologi.
6. Sebagai Pembina kesadaran nasional dan mengarahkan massa untuk
mencapai kemerdekaan (dalam masyarakat yang tengah di jajah).

D Klasifikasi Sistem Kepartaian


Sistem kepartaian (party system) pertama kali dikemukakan oleh Maurice
Duverger dalam bukunya Political Parties yang dalam pembahasannya membuat
klasifikasi sistem kepartaian dalam tiga kategori, yaitu sistem partai tunggal,
sistem dwi-partai, dan sistem multi partai.
Mirian Budiarjo selanjutnya mengurai secara singkat tentang ketiga sitem
kepartaian ini, yakni :
pertama : Sistem partai tunggal merupakan praktek politik dalam suatu
negara yang hanya membenarkan adanya satu partai saja yang resmi dalam
negara, atau hanya satu partai yang mendominasi dari partai-partai lainnya dalam
pengisian jabatan pemerintahan. Sistem partai tunggal dipraktekan di beberapa
negara, seperti Afrika, China, Kuba, dan yang paling berjaya di Uni Soviet
sebelum terpecah menjadi beberapa negara.
Kedua, sistem dwi-partai adalah sistem politik kenegaraan yang hanya
didominasi oleh dua partai besar saja yang silih berganti dalam mengendalikan

8
pemerintahan tergantung hasil pilihan rakyat dalam pemilu. Jika satu partai
berhasil memenangkan dalam pemilu, maka partai itu yang menjalankan
pemerintahan, sedangkan partai yang lain menjadi opisisi pemerintahan. Sistem
ini dipraktekkan oleh negara-negar anglo saxon seperti Amerika Serikat, Inggris,
Kanada dan Selandia Baru.
Ketiga, sistem multi partai adalah sistem yang mengakomodir banyak
partai akibat dari keanekaragaman budaya dan keyakinan masyarakat atau bangsa
suatu negara, sehingga kepentingan kelompok etnis, agama, ras dan golongan
berdasarkan visi dan misinya dapat diartikulasikan dalam partai politik untuk
dikelola menjadi suatu aspirasi yang diperjuangkan dalam kebijakan negara dan
pemerintahan. Sitem ini berlaku dibeberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia,
Belanda, Perancis, Australia.
Di Indonesia pelaksanaan sistem kepartaian sebagaimana dikemukakan
oleh Miriam Budiarjo adalah sistem multi partai, tetapi dalam dinamika
perjalanan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, dalam prakteknya mengalami
deviasi dari perspektif sistem multi partai, karena ada kehendak kekuasaan
eksekutif untuk mendominasi secara totaliter kekuasaan negara dan pemerintahan
yang mempraktekkan sistem partai tunggal.5

E Pengertian Partisipasi Politik


Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau
spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau
illegal, efektif atau tidak efektif.
Menurut Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu
dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup

5
Salahudin Pakaya and Amin Dali, “Demokrasi Dan Sistem Kepartaian Di Indonesia,” At- Tanwir Law
Review 1, no. 1 (2021): 74–95

9
tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat
umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan
hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan
sebagainya.
Partisipasi politik secara harfiah berarti keikutsertaan, dalam konteks
politik hal ini mengacu pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.
Keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik tidaklah hanya berarti warga
mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para
pemimpinnya. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan
kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian
keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
Pada abad ke 14, hak untuk berpartisipasi dalam hal pembuatan keputusan
politik, untuk member suara, atau menduduki jabatan pemerintah telah dibatasi
hanya untuk sekelompok kecil orang yang berkuasa, kaya dan keturunan orang
terpandang.
Partisipasi politik menurut Brady, mencakup empat konsep dasar: aktivitas
atau aksi, warga Negara biasa, politik, dan pengaruh. Aksi atau aktivitas dalam
partisipasi politik merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.Hal ini
bukan hanya pemikiran, perilaku, atau kecenderungan. Pemberian suara (voting)
untuk suatu partai politik dalam suatu pemilu, penandatanganan petisi yang
menunjukan ketidaksetujuan terhadap suatu kebijakan pemerintah, atau protes
menentang keputusan pemerintah yang menaikan pajak pendapatan, merupakan
contoh-contoh aktivitas politik atau partisipasi politik
Keikutsertaan warga negara atau masyarakat dalam suatu kegiatan politik,
tidak lepas dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat.Dimana masyarakat
menjadi faktor penting dalam menentukan pemimpin pemerintahan baik ditingkat
pusat maupun di tingkat paling rendah yaitu desa.Sebagai definisi umum dapat
dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah (Public Policy).

10
Herbert Mc Closky seorang tokoh masalah partisipasi berpendapat bahwa
:“Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat
melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan
secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Kesadaran politik warga negara menjadi faktor terpenting dalam
mendorong partisipasi politik masyarakat. Negara demokrasi umumnya
menganggap bahwa lebih banyak masyarakat yang berpartisipasi itu lebih baik
daripada sedikit masyarakat yang berpartisipasi. Partisipasi politik di negara
negara yang menerapkan politik demokrasi merupakan hak warga
negara, tetapi dalam kenyataan, persentase warga Negara yang berpartisipasi
berbeda beda. Karena tidak semua warga Negara ikut serta dalam proses politik
ada yang ikut berpartisipasi, ada yang kurang berpartisipasi. Faktor-faktor yang
diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang ialah
kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik).
Untuk terselenggaranya pemerintahan yang efektif dan lebih demokratis,
pemerintah harus membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat terutama partisipasi
politiknya.
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu aspek terpenting
dalam demokrasi karena segala keputusan yang dibuat dan dilaksanakan
pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negaranya, maka
masyarakat berhak ikut andil dalam menentukan isi keputusan yang
mempengaruhi hidupnya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik.

11
BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
1. partai politik merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan
kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan untuk mendapatkan
sebuah kekuasaan dalam pemerintahan dan menjadi penghubung antara
masyarakat sipil dengan pemerintah,
2. Fungai partai politik,yaitu:
1) Sosialisasi politik
2) Komunkasi politik
3) Pembentukan kader politik
4) Pengendali konflik masyarakat
3. Ciri-ciri partai politik yang dikemukakan olen Ramlan Surbakti,yaitu:
1) Partai politik berakar dari masyarakat lokal, dalam arti bahwa partai
politik mempunyai cabang-cabang di setiap daerah.
2) Melakukan kegiatan secara terus menerus, dengan penyusunan program
kegiatan yang berkesinambungan.
3) Berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam
pemerintahan.
4) Ikut serta dalam pemilu.
5) Mempunyai landasan ideologi.
6) Sebagai Pembina kesadaran nasional dan mengarahkan massa untuk
mencapai kemerdekaan (dalam masyarakat yang tengah di jajah).
4. Klasifikasi sistem kepartaian
1) Sistem partai tunggal
2) Sistem dwi partai
3) Sistem multi partai
5. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan

12
oleh Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir
atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan,
legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.
Menurut Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu
dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).

B Saran
Meskipun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini,akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penyusun perbaiki.Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penyusun.
Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hendrarto, Peran dan Fungsi Partisipasi Politik Dalam Mencatak Kader


Pemimpin, vol.26, Ilmu Politik, 2006, hlm.311.
Pakaya, Salahudin, and Amin Dali. “Demokrasi Dan Sistem Kepartaian Di
Indonesia.” At-Tanwir Law Review 1, no. 1 (2021): 74–95.
Ramadhanti, Rika. “Partai Politik Dan Demokrasi.” demokrasi dan Otonomi
daerah 16 (2018): 251–256.
Ryan, Cooper, and Tauer. “済無No Title No Title No Title.” Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents (2013): 12–26.

14

Anda mungkin juga menyukai