Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS

ILMU SOSIAL DAN ILMU SAINS UNIVERSITAS


PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2023

Manajemen Sosiologi Politik


"Partai Politik Dan Pemilu'

Disusun Oleh:
Adinda Purnama Sari
(2115310456)
DAFTAR ISI

COVER ..................................

DAFTAR ISI ............................ KATA

PENGANTAR ........................ BAB I

PENDAHULUAN ......................

1.1 Latar Belakang ...............................

1.2 Rumusan Masalah ........................

1.3 Tujuan ..................................

1.4 Manfaat ................................

BAB II PEMBAHASAN ......................

2.1 Partai Politik ..........................................

2.2 Pemilihan Umum .............................. BAB III

PENUTUP .................................

3.1 Simpulan ................................

3.2 Saran ...................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ini ialah "Partai Politik dan Pemilu Makalah ini berisi tentang konsep
partai politik dan pemilu, bentuk-bentuk partai politik dan pemilu, dan sejarah partai politik dan
pemilu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada


makalah ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan oleh penulis
untuk melengkapi makalah ini baik dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi
acuan referensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam pemerintahan yang demokratis salah satu wujudnya ialah


adanya kehidupan partai politik. Setelah partai politik maka dilanjutkan dengan
adanya ketentuan pemilihan umum untuk memilih Presiden, Wakil Presiden,
Gubernur, Bupati dan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat serta lain
sebagainya. Dahuku di awal kemerdekaan setelah maklumat wakil presiden
dengan memberi kebebasan rakyat mendirikan partai politik, maka
direncanankan pula akan diselenggarakan pemilihan umum. Namun karena
situasi keamanan dan stabilitas pemerintahan belum memungkinkannya, maka
baru 10 tahun setelah kemerdekaan di tahun 1955 Pemilu pertama
diselenggarakan.

Dalam sistem pemilihan umum yang dipilih oleh rakyat semua jabatan
politik seperti jabatan Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyar
Daerah, jabatan Gubernur dan Wakilnya, dan jabatan Bupati dan Wakilnya serta
Walikota dan wakilnya. Pemilihan umum unruk jabatan-jabatan politik itu ada
yang serentak ada yang tidak serentak.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu partai politik?

2) Apa itu pemilihan umum?

1.3 Tujuan

1) Menjelaskana dan mendeskripsikan partai politik

2) Menjelasakan dan mendeskripsikan pemilihan umum

1.4 Manfaat

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Partai Politik dan Pemilu.


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PARTAI POLITIK

A. Pengertian partai politk

Secara etimologis kata partai dapat ditelusuri jejaknya daei bahasa Latin,
yaitu partire, yang bermakna "membagi" atau "memilah" atau juga bisa disejajarkan
dengan kata benda "parf di kembangkan menjadi kata kerja berubah jadi "to
participate, yang berarti turut ambil bagian." Dengan pengertian tersebut, partai
dipahami sebagai "bagian dari masyarakat yang turut ambil bagian dalam kegiatan
bertujuan." Sementara politik itu. Jika disandingkan antara makna partai dan politik
secara etimologis, maka partai politik dipahami sebagai bagian dari masyarakat
yang turut ambil bagian dalam kegiatan bertujuan kekuasaan (power), kewenangan
(authority), kehidupan publik (public life), pemerintahan (government), negara
(state), kebijakan (policy), pengambilan keputusan (decision making), dan lain
sebagainnya.

Adapun pengertian partai politik menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:

1. G. SARTORI

Dalam bukunya Party and Party Systems: A Framework for Analysis, Sastori
memberikan pengertian partai politik sebagai "kelompok politik yang ikut
serta dalam pemilihan umum, para calon untuk duduk dalam legislatif dan
pemerintahan.

2. MIRIAM BUDIARDJO

Dalam bukunya Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlamenter dan


Demokrasi Pancasila, Miriam Budiardjo membuat batasan partai politik
sebagai "suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai serta cita-cita yang sama, dan mempunyai
tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu,
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Dari pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa partai politik
adalah kelompok yang terorganisasi, ditandai dengan adanya visi, misi, tujuan,
platform, dan program dan agenda, dan mengikuti pemilihan umum untuk meraih
kekuasaan atau jabatan legislatif dan eksekutif.

B. Fungsi partai politik

> Sebagai wahana representasi politik

Partai politik dibangun oleh para pendirinya sebagai suatu usaha untuk
merepresentasikan kepentingan politik mereka pada lembaga perwakilan
rakyat (legislatif) dan lembaga pemegang kekuasaan pemerintahan
(eksekutif) seperti presiden, gubernur, bupati, atau wali kota.

> Sebagai sarana komunikasi politik

Pendapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok ditampung dan


digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada dan
setelah itu pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam bentuk
yang lebih teratur dan kemudian merumuskannya menjadi usulan sebuah
kebijakan. Atau biasa disebut sebagai perantara.

> Sebagai sarana sosialisasi politik

Sosialisasi politik merupakan suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai,


norma, dan perilaku esensial dalam kaitannya dengan politik, agar mampu
berpartisipasi efektif dalam kehidupan politik. Dimana disini dia
menyampaikan budaya politik yaitu sikap, nilai, norma, dan perilku yang
esensial kepada generasi-generasi berikutnya.

> Sebagai sarana partisispasi politik


Partisispasi politik merupakan turut ambil bagian, ikut serta dalam kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan kekuasaan (power), kewenangan
(authority), kehidupan publik (public life), pemerintahan (government),
negara (state), dan lain sebagainnya. Dimana partai politik seyogianya
menciptakan sesuatu mekanisme di mana kebijakan dan pengambilan
keputusan para anggota legislatif dari partainya mengikutsetakan aspirasi,
keinginan, dan harapan para konstituen, simpatisan, dan kader partai
mereka.

> Sebagai sarana perekrutan politik

Perekrutan politik merupakan suatu proses melakukan pemilihan,


pengangkatan, dan penetapan sehingga seseorang atau kelompok orang
untuk jabatan politik dan pemerintaha. Atau berkaitan dengan seleksi
kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan
nasional yang lebih luas.

> Mencari dan mempertahankan kekuasaan

Untuk memperjuangkan alternatif kebijaksanaan umum yang telah


dipadukan oleh suatu partai politik, maka partai politik yang bersangkutan
berusaha mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan baik dalam badan
eksekutif baik lewat pemilihan umum maupun dengan cara lain yang sah.
Tanpa adanya kekuasaan itu, partai politik yang bersangkutan tak akan
dapat memperjuangkan alternatif kebijaksanaan umum tersebut. Kalau telah
mendapatkan kekuasaan, maka partai politik yang bersangkutan biasanya
berusaha mempertahankan kekuasaan.

> Pegendali konflik

Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi konflik,


atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat
negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elit politik dapat
menumbuhkan pengertian atau perdamaian diantara mereka.

> Kontrol politik

Kontrol politik adalah kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan,


dan penyimpangan dalam suatu kebijaksanaan atau dalam pelaksanaan
suatu kebijaksanaan. Dalam melakukan suatu kontrol atau pengawasan
haruslah berdasarkan kriteria atau norma, sehingga kegiatan itu objektif atau
sesuai atau bagus sifatnya. Melakukan suatu kegiatan kontrol atau
pengawasan tanpa suatu kriteria yang jelas, maka kontrol itu tidak akan
mempunyai arah atau ngawur. Kriteria suatu kontrol politik adalah nilai-nilai
politik yang dianggap ideal oleh masyarakat (ideologi) yang dijabarkan ke
dalam berbagai kebijaksanaan umum atau peraturn undang-undangan.

C. Tujuan partai politik

Tujuan dari partai politik adalah untuk mendapatkan, dan mempertahankan


kekuasaan demi menjalankan atau mewujudkan ideoligi mereka, dalam bentuk
program-program yang akan disusun.

D. Tipologi partai politik

1) Berdasarkan asas dan orientasinya

> Partai Politik Pragmatis

Suatu partai yang dimana memiliki tujuan program atau kegiatan


yang tidak terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu juga
menyesuaikan dengan perubahan dan kondisi suatu partai. Biasanya
didalam partai pragmatis ini terdapat dalam sistem dwi partai yang
berkompetisi secara stabil, sebagai contoh Partai Demokrat denga
partai Republik di amerika serikat.
> Partai Politik Doktriner/ideologi

Partai politik doktriner adalah partai politik yang mempunyai program-


program dan kegiatan yang dilandasi oleh doktrin dan ideologi politik
tertentu. Mungkin saja ada perubahan, tetapi perubahan itu biasanya
tetap dalam kerangka ideologi partai itu. Pergantian pemimpin tidak
mengubah program dasar, walaupun mengkin penampilannya
berbeda sesuai dengan gaya kepemimpinan pemimpin baru.
Contohnya partai politik doktriner atau ideologi ini antara lain Partai
Masyumi, dan PNI di Indonesia (yang sudah tak ada lagi secara
formal), partai Demokrat Kristen di Jerman Barat, dan tentu saja
Partai Komunis di mana saja.

> Partai Politik Kepentingan

Partai Politik Kepentingan adalah partai yang dibentuk atas dasar


suatu kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnik,
pedesaan atau perkotaan, dan agama yang secara langsung ingin
berpartisipasi dalam pemerintahan. Partai politik seperti umumnya
terdapat dalam sistem banyak partai, namun dapat pula ditemukan
dalam sistem dua partai yang dominan tetapi partai itu umumnya
adalah minoritas. Contoh partai politik kepentingan itu adalah Partai
Petani di Swiss serta Partai Buruh dan Partai Pedesaan (country
party) di Australia.

2) Berdasarkan komposisi keanggotaan dan fungsi anggota

> Partai Politik Massa

Partai politik massa merupakan suatu partai politik yang hadir dari
kelas-kelas masyarakat yang sering termarjinalkan atau dari elit ya g
berada diluar parlemen yang berkeinginan untuk merebut kekuasaan
atau sekedar memperjuangkan kepentingan golongannya di dalam
pemerintahan. Atau yang mengandalakan
kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara
memobilisasi massa sebanyak-banyaknya, dan mengenbangkan diri
sebagai pelindung atau menempatkan partai melindungi semua
golongan dan lapisan masyarakat yang ada sehingga pemilihan
umum dapat dimenangkan.

> Partai Kader

Partai kader adalah suatu partai yang mengandalakan kualitas


anggota, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Atau
bisa dikatakan secara historis partai ini berkembang sebagai akibat
hak pilih belum diberikan kepada masyarakat luas. Di Indonesia
partai yang masuk kategori ini tidak terlalu begitu banyak. Contohnya
saja itu Partai Keadilan atau yang sekarang diseburt sebagai Partai
Keadilan Sejahterah (PKS). Dimana pada era reformasi masih begitu
banyak kader- kader loncatan yang ada di dalam partai ini yang
berasal dari basis yang tidak jelas.

3) Berdasarkan Basis Sosial dan Tujuannya

❖ Berdasarkan Basis Sosial

Almond mengajukan klasifikasi lain berdasarkan basis sosial dan


tujuan berdasarkan basis sosialnya, partai politik dapat dibagi
menjadi empat tipe, yaitu:

• Partai politik yang beranggotakan lapisam-lapisan sosial dalam


masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah.

• Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok


kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, pedagang, dan
berbagai profesi lainnya.

Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari


pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, dan agama lainnya.

• Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari etmis dan


budaya tertentu, seperti ras, suku, bahasa, dan daerah
tertentu.

Dalam kenyataan, banyak partai politik yang, tak hanya mempunyai


basis sosial pada satu kalangan tertentu saja tetapi sering kali
beraneka. Hanya mungkin yang dominan dalam partai itu berasal
dari kalangan atau basis sosial tertentu. Misalnya, Partai Demokrat
di Amerika Serikat pada umumnya mempunyai basis sosial dari
kalangan menengah, orang Negro, dan Katolik. Tetapi, itu tidak
berarti bahwa anggota Partai Demokrat tidak ada yang berasal dari
kalangan atas, kulit putih, dan Protestan.

❖ Berdasarkan tujuannya

> Partai perwakilan kelompok, yaitu partai yang menerima sistem


kepartaian kompetitif dan berusaha memenagkan sebanyak mungkin
sebanyak mungkin kursi dalam parlemen. Misalnya, partai UMNO di
Malaysia serta PDIP dan Golkar di indnesia.

> Partai Pembinaan bangsa, yaitu partai yang bertujuan menciptakan


kesatuan identitas nasional, dan biasanya menindas kepentingan-
kepentingan fisik. Contoh partai tipe ini adalah Partai Aksi Rakyat Lee
Kuan Yew di Singapura; Golkar dari Indonesia di masa Orde Baru.

> Partai mobilisasi atau integrasi, yaitu partai yang bertujuan


memobilisasi masyarakat ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
oleh pemimpin-pemimpin rezimnya, dan kurang membina partisipasi
dan perwakilan berbagai kelompok dalam masyarakat.
E. Sistem kepartaian

Maurice Duverger mengajukan penggolongan sistem kepartaian yaitu sebagai


beriut:

1) Sistem partai tunggal (one party system)

Sistem ini berlaku apabila di suatu negara hanya terdapat satu partai politik
atau ada beberapa partai politik, namun yang dominan dan mempunyai
peran yang sangat besar hanya satu partai. Sebagai contoh China, yang
memiliki partai tunggal yakni Partai Komunis China, sedangkan contoh
partai tunggal yang dominan dan mempunyai peran besar yakni Indonesia
pada waktu era Orde Baru dengan Golkar yang sangat dominan.

2) Sistem dwi partai (two party system)

Sistem ini berlaku, apabila dalam suatu negara hanya ada dua partai politik
ataupun bisa lebih dari dua partai politik akan tetapi yang dominana hanya
dua partai. Agar sistem ini berjalan baik menurut Peter G.J. Pulzer,
diperlukan tiga syarat, yakni: 1) komposisi masyarakatnya homogen; 2)
adanya konsesus yang kuat dalam masyarakat mengenai asas dan tujuan
sosial yang pokok; dan 3) adanya kontinuitas atau latar belakang sejarah.

Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang
berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi
(karena kalah dalam pemilihan umum). Contoh negara memiliki ciri-ciri
sistem dwi partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina, Kanada, dan
Selandia Baru.

3) Sistem banyak partai (multi party system)

Sistem multipartai, yaitu parpol yang eksis lebih dari dua. Jumlahnya
persisnya bervariasi. Munculnya multipartai bisa disebabkan oleh konteks
sosial negara itu yang majemuk. Kemajemukan bisa dilihat dari berbagai hal
misalnya, dari ras, suku, agama, kebudayaan, sampai ideologi. Indonesia
adalah salah satu negara yang menganut sistem multipartai.

F. Sejarah partai politik dan kepartaian di Indonesia

Organisasi Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo


dan beberapa rekannya pada tahun 1908 merupakan cikal bakal partai politik di
Indonesia. Walaupun pada awal pembentukannya, Boedi Oetomo bukanlah
organisasi yang terjun dalam politik murni, namun para pakar sejarah setuju bahwa
kehadiran Boedi Oetomo menjadi pelopor didirikannya organisasi politik.

Partai politik yang pertama kali lahir di Indonesia adalah partai yang
didirikan oleh tiga serangkai yaitu Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Setiabudi, dan Ki
Hajar Dewantara. Partai yang pertama ini bernama Indische Partij, dan didirikan
tahun 25 Desember 1912 di kota Bandung. Partai partai politik yang berdiri pada
jaman penjajahan Belanda, selalu dilingkupi oleh perasaan cemas, dan tidak dapat
hidup dengan damai. Hal ini dikarenakan partai partai ini mempunyai tujuan utama
untuk menggulingkan pemerintahan Belanda secara politik.

Sejak saat itu mulai banyak bermunculan organisasi yang berani bergerak di
bidang politik, sebut saja PNI atau Partai Nasional Indonesia yang didirikan oleh Ir.
Soekarno, yang merupakan presiden pertama Republik Indonesia. Partai politik
mempunyai peranan yang sangat besar dalam perjalanan perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat ini partai politik di negara kita sudah tidak
lagi bertujuan untuk membebaskan diri dari penjajah, namun bertujuan untuk
membebaskan setiap rakyat Indonesia dari berbagai macam masalah masalah
pemerintahan, termasuk dalam sektor ekonomi, sosial, dan lain lainnya.

Dan saat ini partai yang ada di Indonesia itu terdiri dari PDI, Gerindra, PAN,
Partai Berkarya, emokrat, Gerakan Perubahan Indonesia, Hanura, Golkar, PKS,
Nasional Demokrat, Persatuan Pembangunan, Persatuan Indonesia, Solidaritas
Indonesia, PKB. Sementara dua partai lainnya yang tidak lolos dari proses
verifikasi adalah partai Bulan Bintang, dan partai PKPI.
2.2 PEMILIHAN UMUM

A. Pengertian pemilihan umum

Pemilihan umum yang kemudian disingkat menjadi pemilu, dan selanjutnya


kata pemilu begitu akrab dengan masalah politik dan pergantian pemimpin, Pemilu
yang diselenggarakan tidak lain adalah masalah politik yang berkaitan dengan
masalah pergantian pemimpin. Secara teoritis pemilihan umum dianggap
merupakan tahap paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan ketatanegaraan
yang demokratis, sehingga pemilu merupakan motor penggerak mekanisme sistem
politik demokrasi. Pemilihan umum merupakan suatu keharusan bagi suatu negara
yang menamakan dirinya sebagai negara demokrasi. Pemilu berkaitan erat dengan
proses peralihan kepemimpinan, pelaksanaan demokrasi, dan perwujudan
kedaulatan rakyat.

Ada pun pengertian pemilu menurut para ahli

> Syamsudin Haris, pemilu adalah salah satu bentuk pendidikan politik bagi
rakyat, yang bersifat langsung, terbuka, massal.

> Veri Junaidi, pemilu adalah sebagai prosedur untuk mencapai demokrasi atau
merupakan prosedur untuk memindahkan kedaulatan rakyat kepada
kandidat tertentu untuk menduduki jabatan-jabatan politik.

> UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum, menyatakan Pemilu adalah


sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.

Adam Pzeworski (1988) menulis, minimal ada dua alasan mengapa pemilu menjadi
variabel sangat penting dalam suatu negara demokrasi;

> Pertama, pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik


secara damai.
> Kedua, demokrasi yang memberikan ruang kebebasan bagi individu,
meniscayakan terjadinya konflik-konflik.

B. Alasan pemilu diadakan

Terdapat dua alasan mengapa pemilu menjadi variabel penting suatu negara,
yakni:

> Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara


damai.

> Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu.

C. Fungsi pemilihan umum

Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, fungsi pemilu sebagai alat
demokrasi yang digunakan untuk:

1. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia.


2. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
(Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
3. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila dan
dipertahankannya UUD 1945.

Pemilu sebenarnya memiliki empat fungsi utama, yaitu:

1. Pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah


2. Pembentukan perwakilan politik rakyat
3. Sirkulasi elite penguasa
4. Pendidikan politik

D. Asas-asas pemilihan umum

Asas adalah suatu pangkal tolak pikiran untuk suatu kasus atau suatu jalan dan
sarana untuk menciptakan suatu tatanan hubungan yang dikehendaki, mengutip
Joko. J.Prihatmoko dalam buku Pemilihan Kepala Derah Langsung
(Filosofi, Sisten, dan Problema Penerapan di Indonesia). Asas yang dipakai dalam
pemilu Indonesia yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil seperti yang
tertuang dalam Pasal 2 UU Pemilu Legislatif. Berikut penjelasannya:

> Langsung

Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih


secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri
sendiri tanpa ada perantara.

> Umum

Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis
kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.

> Bebas

Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai


pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan
dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari
siapa pun.

> Rahasia

Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan


pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak
dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

> Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan
juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

> Adil

Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta


pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari
kecurangan pihak manapun.

E. Tujuan pemilihan umum

Tujuan pemilu di Indonesia menurut Prihatmoko (2003:19) dalam


pelaksanaannya memiliki tiga tujuan utama yakni:

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan


alternatif kebijakan umum (public policy).
2. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan
badan perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang terpilih atau partai yang
memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.
3. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang
dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta
dalam proses politik.

Selanjutnya, tujuan pemilu di Indonesia dalam pelaksanaannya berdasarkan


Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 3 yakni; pemilu diselenggarakan untuk
memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Dalam pelaksanaannya pemilu memiliki lima tujuan, yaitu:

> Pemilu sebagai implementasi kedaulatan rakyat.


> Pemilu sebagai sarana membentuk perwakilan politik.

> Pemilu sebagai sarana penggantian pemimpin secara konstitusional.

> Pemilu sebagai sarana pemimpin politik memperoleh legitimasi.

> Pemilu sebagai sarana partisipasi politik masyarakat.

Secara singkat, tujuan pemilu adalah untuk menyeleksi para pemimpin


pemerintahan baik eskekutif maupun legislatif. Serta untuk membentuk
pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945.

F. Sistem pemilihan umum

Secara umum ada dua sistem pemilihan umum yaitu sebagai berikut: Sistem
Distrik dan Proporsional.

> Sistem perwakilan distrik

sistem distrik memiliki karakteristik, antara lain : sistem yang menerapkan


single memberdistrict dan pemilihan yang berpusat pada calon, sitem ini
menggunakan putaran kedua sebagai dasar untuk menentukan pemenang
pemilu, dan para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon
yang terdapat dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari calon-
calon yang ada.

• Kelebihannya: Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai,


karena kursi kekuasaan yang diperebutkan hanya satu, Perpecahan
partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami, wakil terpilih dapat
dikenali dengan baik oleh komunitasnya sehingga hubungannya lebih
akrab, Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah
diciptakan.

Kelemahannya: Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh


dengan jumlah kursi di partai, Sistem ini kurang mewakili
kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis, Wakil rakyat terpilih
cenderung memerhatikan kepentingan daerahnya daripada
kepentingan nasional.

> Sistem Proposional, Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang
merupakan peserta pemilih. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh
negara multipartai, seperti Italia, Indonesia, Swedia, dan Belanda.

Ada dua jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu: list proportional
representation, dan the single transferable vote.

• Kelebihannya: lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara


partai sama dengan persentase kursinya di parlemen, Setiap suara
dihitung & tidak ada yang terbuang,

• Kelemahannya: Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi


partai politik. Jumlah partai yang terus bertambah menghalangi
integrasi partai, Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya,
Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu
partai untuk menjadi partai mayoritas.

G. Sistem pemilihan umum di Indonesia

Bangsa Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak zaman


kemerdekaan. Semua pemilihan umum itu tidak diselenggarakan dalam kondisi
yang vacuum, tetapi berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil
pemilihan umum tersebut. Dari pemilu yang telah diselenggarakan juga dapat
diketahui adanya usaha untuk menemukan sistem pemilihan umum yang sesuai
untuk diterapkan di Indonesia.

> Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1959)

Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin


Harahap (tahun 1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2
kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
pada bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante
pada bulan Desember. Sistem yang diterapkan pada pemilu ini adalah
sistem pemilu proporsional.

Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis dan


khidmat, Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari
pemerintah mengadakan intervensi atau campur tangan terhadap partai
politik dan kampanye berjalan menarik. Pemilu ini diikuti 27 partai dan satu
perorangan. Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu
tidak tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU,
PNI dan Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa
masalah terutama yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno
zaman Demokrasi Parlementer berakhir.

> Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Setelah pencabutan Maklumat Pemerintah pada November 1945 tentang


keleluasaan untuk mendirikan partai politik, Presiden Soekarno mengurangi
jumlah partai politik menjadi 10 parpol. Pada periode Demokrasi Terpimpin
tidak diselanggarakan pemilihan umum.

> Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)

Setelah turunnya era Demokrasi Terpimpin yang semi-otoriter, rakyat


berharap bisa merasakan sebuah sistem politik yang demokratis & stabil.
Upaya yang ditempuh untuk mencapai keinginan tersebut diantaranya
melakukan berbagai forum diskusi yang membicarakan tentang sistem
distrik yang terdengan baru di telinga bangsa Indonesia.

Pendapat yang dihasilkan dari forum diskusi ini menyatakan bahwa sistem
distrik dapat menekan jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan,
dengan tujuan partai-partai kecil akan merasa berkepentingan untuk
bekerjasama dalam upaya meraih kursi dalam sebuah distrik. Berkurangnya
jumlah partai politik diharapkan akan menciptakan stabilitas politik dan
pemerintah akan lebih kuat dalam melaksanakan program-programnya,
terutama di bidang ekonomi.

Karena gagal menyederhanakan jumlah partai politik lewat sistem pemilihan


umum, Presiden Soeharto melakukan beberapa tindakan untuk menguasai
kehidupan kepartaian. Tindakan pertama yang dijalankan adalah
mengadakan fusi atau penggabungan diantara partai politik,
mengelompokkan partai-partai menjadi tiga golongan yakni Golongan Karya
(Golkar), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Spiritual (PPP). Pemilu
tahuni 977 diadakan dengan menyertakan tiga partai, dan hasilnya
perolehan suara terbanyak selalu diraih Golkar.

> Zaman Reformasi (1998- Sekarang)

Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan


berbangsa dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa
dengan diberikannya ruang bagi masyarakat untuk merepresentasikan
politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak sekali
parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik
yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini
tentu sangat jauh berbeda dengan era orba.

Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja.
Ini disebabkan telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold)
sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik
yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah parpol yang meraih
sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak
mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara
bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.

untuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa
perlu seperti persentasi Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah
sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%. Begitu juga selanjutnya pemilu 2014
ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan

politik adalah kelompok yang terorganisasi, ditandai dengan adanya visi,


misi, tujuan, platform, dan program dan agenda, dan mengikuti pemilihan umum
untuk meraih kekuasaan atau jabatan legislatif dan eksekutif. Dimana fungsi dari
partai politik adalah Sebagai wahana representasi politik, sosialisasi politik,
partisispasi politik, perekrutan politik, mencari dan mempertahankan kekuasaan,
pengendali konflik, dan kontrol politik. Tujuan dari partai politik adalah untuk
mendapatkan, dan mempertahankan kekuasaan demi menjalankan atau
mewujudkan ideoligi mereka, dalam bentuk program-program yang akan disusun.
Tipologi dari partai politik itu bisa dilihat berdasarkan asas dan orientasinya,
komposisi keanggotaan dan fungsi anggota, dan basis sosial dan tujuannya.
Sistem partai politik itu bisa kita lihat terdiri dari sistem partai tunggal, dwi partai
dan multi partai.

Pemilu berkaitan erat dengan proses peralihan kepemimpinan,


pelaksanaan demokrasi, dan perwujudan kedaulatan rakyat. Terdapat dua alasan
mengapa pemilu menjadi variabel penting suatu negara, yakni: Pemilu merupakan
suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara damai, dan Demokrasi
memberikan ruang kebebasan bagi individu. Tujuan pemilu adalah untuk
menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik eskekutif maupun legislatif. Serta
untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh
dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945.
Asas-asas yang digunakan dalam pemilihan umum adalah asa LUBER dan
JURDIL. Sistem pemilihan umum itu pada umumnya itu adalah sistem distrik dan
sistem proposional. Di Indonesia sistem pemilihan umum yang digunakan adalah
sistem proposional.
3.2 Saran

Disarankan untuk para pembaca agar bisa memahami isi makalah ini
dengan baik guna menambah pengetahuan dan memperluas pemahaman
tentang "Partai Politik dan Pemilu" akan tetapi sebelumnya penulis
menyampaikan permohonan maaf jika ada kata yang membuat para pembaca
keliru, dan penulis menyadari pembahasan hanya pada batasan permasalahan
pada makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk
melengkapi makalah ini baik dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat
menjadi acuan referensi bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

> Elly M. Setiadi, Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi Politik edisi
pertama. Jakarta: Kencana
> Prof. Dr. Damsar. 2015. Edisi Revisi Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
Kencana
> Yusnedi Achmad. 2019. Sosiologi Politik. Yogyakarta: Deepublish CV Budi
Utama
> Salamadian. 2019. Dalam https://salamadian.com/pengertian-partai-politik/
> Idil Akbar. 2012. Mengenal tipologi partai politik. Dalam Inikatorsurvey
(https://indikatorsu 「 vey.wo 「 dpress.com/2012/03/22/mengenal-tipologi-
partai-politik-indonesia/)
> Aviv. 2012. Jenis partai politik. Dalam Avivsyuhada.
(https://avivsyuhada.wordpress.com/2012/02/23/jenis-partai-politik/)
> Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
> Dr. Yusa Djuyandi. 2017. Pengantar Ilmu Politik edisi kedua. Depok: PT.
RajaGrafindo Persada
> (http://sosiologis.com/partai-politik)
> Dr. Miftah Thoha. 2014. Birokrasi Politik Pemilihan Umum di Indonesia.
Jakarta: Kencana
> Serafica Gischa . 2020. Kompas.com. Dengan judul "Pemilu: Pengertian,
Alasan, Fungsi, Asas dan Tujuan".
(https://www.kompas.eom/skola/read/2020/01/15/113000169/pemilu-
Dengertian-alasan-fungsi-asas-dan-tujuan?page=all)

> Mochamad Febriansyah. 2019. Dalam sejarah pemilu (pemilihan umum) di


Indonesia, (http://diklikaja.eom/smartblog/101 _seja 「 ah-pemilu-di-
indonesia.html)
> Dinasthi, 2013. Pemilu di Indonesia. (http://sistempeme 「 intahan-
indonesia.bloqspot.com/2013/06/pemilu-di-indonesia-sistem.html?m=1)

Anda mungkin juga menyukai