Anda di halaman 1dari 15

PARTISIPASI PARTAI POLITIK DALAM KAJIAN ILMU POLITIK

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik Semester Tiga yang
Diampu Dr. Indriyanto, S.H, M.Hum.

Disusun Oleh :

Lathifah Aini Nariswari

13030122130055

PROGRAM STUDI S-1 SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kajian ilmu politik, terdapat banyak bidang kajian yang mendalam dan beragam, dan
salah satu di antaranya adalah ilmu partai politik. Ilmu partai politik memainkan peran kunci
dalam pemahaman struktur dan dinamika politik di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat lokal
hingga internasional. Melalui analisis partai politik, para ilmuwan politik memahami bagaimana
partai politik menjadi kendaraan bagi persaingan politik, representasi warga negara, dan
pembentukan kebijakan. Ilmu partai politik menawarkan landasan konsep dan klasifikasi
pengelompokan yang kuat untuk menganalisis partai politik berinteraksi di dalam sistem politik,
memobilisasi pemilih, serta mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk berpartisipasi atau berpartisipasi
dalam proses penyelenggaraan negara. Partai politik sudah sangat familiar di lingkungan kita
saat ini. Sebagai institusi politik, partai itu sendiri tidak ada. Kelahirannya mempunyai sejarah
yang cukup panjang, bahkan belum cukup umur. Dapat dikatakan bahwa partai politik
merupakan organisasi baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda dibandingkan organisasi
negara. Dan ini hanya ada di negara-negara modern. Sebagai bahan penelitian ilmiah, partai
politik masih tergolong muda. Penelitian mengenai masalah ini baru dimulai pada awal abad ke-
20. Di antara peneliti yang berkontribusi pada karya perintis ini adalah M. Ostrogorsky (1902),
Robert Michels (1911), Maurice Duverger (1951) dan Sigmund Neumann (1956).

Pada awal perkembangannya, partai politik terkonsentrasi pada kelompok politik di


lingkungan Majelis Nasional, elitis dan aristokrat. Namun lambat laun aktivitas partai politik
juga berkembang di luar Parlemen dengan munculnya partai publik yang berfungsi sebagai
jembatan komunikasi antara pemerintah dan yang diperintah dan pada umumnya bersifat
spontanitas. Dengan adanya peralihan kekuasaan, pemerintahan yang representatif memerlukan
mekanisme untuk itu menyatakan keinginan mereka yang diwakili agar hak atas kebebasan
berserikat dan berekspresi diakui dan dilindungi sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Keberadaan partai politik hanya sekedar formalitas untuk melaksanakan hak asasi manusia

1
untuk berkumpul, berserikat, dan menyampaikan pendapat, tetapi juga untuk terlaksananya
demokrasi dengan baik di suatu negara Bangsa.

Sebagai negara hukum (rechstaat) dan bukan negara kekuasaan (machstaat), hanya
hukumlah yang merupakan satu-satunya kedaulatan tertinggi suatu negara. Konsep negara
hukum sendiri masih terus berkembang zaman dan kebutuhan sosial selalu berubah. Konstitusi
dan kedaulatan rakyat mempunyai hubungan yang erat satu sama lain karena pada hakikatnya
konstitusi adalah sebuah bentuk aturan konsep kedaulatan rakyat. Dalam perkembangannya,
rakyat menggunakan hak penguasaannya melalui wakil-wakilnya. Perwakilan rakyat inilah yang
mewakili mayoritas masyarakat melalui partai politik. Oleh karena itu, masyarakat memberikan
hak kepada wakil-wakilnya untuk mewakili kepentingannya dalam proses politik dan
pemerintahan. Tulisan ini bertujuan untuk mendalami kajian ilmu politik secara keseluruhan
dalam ilmu partai politik. Keseluruhan berisi konsep dan klasifikasi pembeda partai politik
melalui sistem pada negaranya dan penerapan sistem di partai politik Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Partai Politik

Partai politik merupakan organisasi yang representative menyatukan ide-ide dan pemikiran
orang-orang yang mewakili nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Terutama kepentingan partai
politik adalah untuk mewakili kepentingan warga masyarakat di dalam kehidupan politik. Tujuan
dari partai politik atau sekelompok orang yang bertujuan sama adalah untuk memperoleh
kekuasaan politik juga meraih posisi politik dengan melaksanakan program kerja dan
kebijakannya.

Definisi partai politik menurut Sigmund Neumann dalam bukunya, Modern Political
Parties, menyebutkan bahwa:

Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivias politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan
atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (A political party is the
articulate organization of society’s active political agents; those who are concerned with the
control of governmental polity power, and who compete for popular support with other group or
groups holding divergent views).1
Neumann berpendapat bahwa partai politik merupakan penghubung antara pelaku politik yang
menghubungkan kekuatan, pemikiran, dan ide sosial dengan lembaga resmi pemerintahan
dengan menarik dukungan rakyat.

Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
menyebutkan, “Partai politik adalah organisasi bersifat nasional dan dibangun oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan pemikiran dan kemauan cita-cita
untuk memperjuangkan aspirasi kepentingan politik anggota, warga Masyarakat bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia didasarkan atas
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” (Labolo &
Ilham, 2015).

1
Sigmund Neumann. “Modern Political Parties,” dalam Comparative Politics: A Reader, diedit oleh Harry
Eckstein dan David E. Apter (London: The Free Press of Glencoe, 1963), hlm. 352. Dalam buku “Dasar-Dasar Ilmu
Politik” oleh Miriam Budiardjo (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 404.

3
Menurut Hafied Cangara2 terdapat tiga prinsip dalam pemahaman partai politik, yaitu:

1. Partai sebagai koalisi, yaitu membangun koalisi atau persatuan dari berbagai
kepentingan dalam membangun kekuatan Masyarakat mayoritas.
2. Partai sebagai organisasi, yaitu menjadi institusi yang dinamis dan berkesinambungan
menjadi partai politik yang harus dikelola. Tujuannya adalah partai dibentuk dan
dibesarkan untuk menjadi wadah yang menarik dari orang atau kelompok, guna
mencalonkan anggota untuk maju ke pemilu dengan membawa nama partai. Untuk itu
partai politik membuat pergerakan untuk anggota-anggotanya agar loyal kepada
partainya.
3. Partai sebagai pembuat kebijakan (policy making), yaitu partai politik mendukung
calon yang menduduki jabatan pemerintahan atau public secara nyata. Yang mana partai
politik dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan dan pengambilan kebijakan di
tempat calonnya ditempatkan melalui kolegitas partai.

B. Fungsi Partai Politik

Fungsi partai politik memiliki ciri dari pandangan yang berbeda-beda tergantung di negara mana
partai politik dibangun, mengenai partai politik di negara demokratis atau di negara yang
otoriter. Fungsi utama partai politik adalah untuk membangun, mencari dan memperoleh
kekuasan serta mempertahankan kekuasaan. Selain itu, partai politik juga sebagai media untuk
terwujudnya perwakilan politik dari rakyat, sebagai mekanisme bagi penyelenggaraan
pemerintah, dan sebagai saluran utama untuk memelihara akuntabilitas demokrasi.

Secara lebih rinci Prof. Miriam Budiadjo mengemukakan fungsi-fungsi politik di negara
demokrasi, yaitu:

1. Fungsi sebagai sarana komunikasi politik, sebagai sebuah organisasi yang mewakili
rakyat, partai politik menerima aspirasi dan pendapat masyarakat. Berbagai aspirasi dari
rakyat digabung dan dikumpulkan dan partai politik akan merumuskannya sebagai usulan
kebijakan yang kemudian akan disampaikan kepada pemerintah agar menjadi kebijakan

2
Dikutip dalam Muhadam Labolo dan Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia: Teori, Konsep dan Isu Strategis (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 14.

4
umum. Disisi lain, partai politik juga menjadi penyatu antara pemerintah dengan rakyat
dan menjadi penjelas keputusan pemerintah dan pendengar pendapat rakyat.
2. Fungsi sebagai sarana sosialisasi politik, yakni partai politik mengupayakan untuk
membentuk citra perjuangan kepentingan umum masyarakat. Fungsi sosialisasi ini juga
menguntungkan partai politik dalam mendidik anggota-anggota bakal calon untuk
menjadi wakil yang bertanggung jawab dan sadar untuk menempatkan kepentingan
nasional diatas kepentingan pribadi. Sosialisasi politik membentuk anggota-anggota
partai politik menjadi sosok yang loyalitas.
3. Fungsi sebagai sarana rekuitmen politik, berhubungan dengan pemilihan peminpin
yang baik untuk dicalonkan oleh partai untuk kepentingan nasional maupun kepentingan
partai. Juga partai politik meluaskan penarikan anggota dan memperbesar partai dengan
banyak orang yang ingin menjadi anggotanya. Rekuitmen politik biasanya dilakukan
melalui koneksi pribadi atau dengan media dan cara lain.
4. Fungsi sebagai pengatur konflik (Conflict Manageme), konflik pasti terjadi disetiap
lapisan masyarakat, terutama karena adanya keberagaman dan pembeda disetiap wilayah.
Tugas partai politik berfungsi untuk mengatasi dan mengatur konflik untuk memperoleh
hasil dengan titik akibat negatif yang rendah. Partai politik menjadi penyatu antara warga
rakyat dengan organisasi maupun dengan kelompok lainnya dengan pemerintah.

C. Sistem Partai Politik

Menurut Maurice Duveger3 dalam bukunya Political Parties mengelompokkan sistem kepartaian
politik dalam tiga katergori berdasarkan jumlah partai politik, yaitu:

1. Sistem partai tunggal


Sistem partai tunggal memiliki dua pengertian dalam sebuah negara, yaitu dalan negara
terdapat hanya satu partai dan kedua dalam sebuah negara terdapat beberapa partai
namun salah satu partai menjadi partai utama, sedangkan partai lainnya hanya menjadi
pelengkap. Istilah partai tunggal dalam politik berarti menyangkal diri sendiri, sebab
dalam sebuah sistem politik berisi lebih dari satu bagian partai. Beberapa negara yang
menerapkan pola sistem partai tunggal adalah Afrika, Kuba dan Cina. Sistem partai

3
Dikutip dalam Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 415-420.

5
tunggal biasanya terbentuk ketika negara-negara yang lepas dari kolonialisme dengan
pemimpin yang berpengaruh kuat dimasa awal lepasnya dari kolonialisme. Sistem partai
tunggal juga disebut sebagai nonkompetitif yang mengharuskan menerima pemimpin
yang berpengaruh kuat. Sistem partai tunggal berhasil terapkan disaat Uni Soviet masih
berdiri, terutama saat partai komunis Uni Soviet melarang adanya partai lain untuk
bersaing.
2. Sistem dwipartai
Sistem dwipartai diartikan sebagai adanya dua partai antara beberapa partai yang
dominan memenangkan posisi dalam pemilihan umum dan berada ditempat teratas secara
bersamaan. Adapun terdapat pembeda dalam sistem dwipartai, yaitu partai yang berkuasa
karena menang dalam pemilihan, dan partai yang oposisi karena kalah dalam pemilihan.
Negara yang memakai sistem dwipartai adalah Kanada, Selandia Baru, Inggris, Amerika
Serikat, dan Filipina. Inggris menjadi contoh negara yang menerapkan sistem dwipartai
yang paling sesuai. Di Inggris pihak Partai Buruh dan Partai Konservatif memiliki
pandangan yang berbeda. Partai Buruh lebih kearah pelaksanaa pengendalian dan
pengawasan di bidang ekonomi kepada pemerintah, sedangkan Partai Konservatif
condong pada cara-cara dalam kebebasan berusaha.4
3. Sistem multipartai
Sistem multipartai merupakan sistem politik ketika ada dua atau lebih partai politik yang
aktif didalam pemilihan umum dan pemerintahan negara. Adanya sistem multipartai
karena berbagai perbedaan golongan-golongan dalam masyarakat dan membentuk partai
politik untuk mewakili masyarakat yang memiliki pandangan yang sama dan sebagai
wakil masyarakat segolongan di pemerintahan. Kekurangan dalam sistem multipartai
adalah kekuasaan condong pada badan legislatif dan berkurangnya peran badan eksekutif,
hal ini karena tidak adanya partai yang kuat untuk membentuk kekuasaan pemerintah
sendiri, maka partai-partai berkoalisi dengan partai lainnya. Ciri-ciri sistem multipartai
adalah adanya pluralisme politik di mana partai mewakili pendapat rakyat, negosiasi
menjadi hal yang penting dalam membentuk perjajian untuk mengesahkan kebijakan, dan
representasi yang luas dengan mendorong partisipasi pemilih. Negara yang menerapkan

4
Ibid. hlm. 34.

6
sistem multipartai adalah Indonesia, Belanda, Swedia, Prancis, Malaysia, Australia, dan
Federasi Rusia.

Menurut ahli Italia, Giovani Sartori5 menggolongkan sistem kepartaian berdasarkan jenis
ideologi antar politik yang dibedakan dari jumlah kutub (polar), jarak antara kutub-kutub
(popularitas), dan jarak perilaku politik, yaitu:

1. Sistem pluralisme sederhana


Sitem pluralisme sederhana merupakan sistem politik dengan terdapat partai yang
jumlahnya terbatas dan memiliki pengaruh yang dominan. Sistem ini mempunyai kutub
partai yang beberapa partai mendominasi politik kekuasaan, sedangkan partai lainnya
memiliki peran yang kurang signifikan. Sistem pluralisme sederhana banyak ditemukan
di negara dengan kependudukan yang sedikit atau masih dalam pembangunan politik.
Contohnya adalah sistem dwipartai di Amerika Selatan.
2. Sistem pluralisme moderat
Sistem pluralisme moderat berbentuk sistem politik dalam negara yang menganut tiga
atau lebih partai politik, tetapi memiliki pandangan dan ideologi yang berbeda-beda atau
seimbang. Polaritas atau intensitas persaingan partai politik dalam sistem ini tidak terlalu
esktrem, malah dapat menciptakan lingkungan politik yang lebih stabil. Contohnya
adalah sistem multipartai di Belanda.
3. Sistem pluralisme ekstrem
Sistem pluralisme ekstrem merupakan sistem dalam kepartaian yang setiap partai-
partainya memiliki pandangan ideologi yang berbeda jauh atau ekstrem. Pandangan
ideologi yang kontras berupa komunisme, radikalisme, dan ekstremisme dalam politik.
Contohnya adalah ditemukannya partai politik yang membawa konflik agama, ideologi,
dan etnis untuk mendominasi politik bangsa. Contoh negara yang terdapat sistem
pluralisme ekstrem adalah Ukraina di mana terjadi konflik politik antara golongan partai
pro-Rusia dan golongan partai pro-Eropa, bahkan mengakibatkan adanya konflik
bersenjata.

D. Partai Poltik di Indonesia

5
Ibid. hlm. 36.

7
Di Indonesia, partai politik telah menjadi organisasi resmi di masyarakat dan partai
politik hampir ditemukan disemua negara. Dari pengelompokan klasifikasi ahli, Indonesia
merupakan negara yang menerapkan sistem multipartai.

1. Masa perjuangan kemerdekaan (1945-1949)


Selama masa perjuangan kemerdekaan Indonesia dari tahun 1945 hingga 1949, beberapa
partai politik berperan penting dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dari
penjajahan Belanda. Selama periode ini, partai-partai politik tersebut seringkali bekerja
sama dalam perjuangan bersama melawan penjajahan Belanda, meskipun juga ada
ketegangan dan persaingan antara beberapa di antaranya. Perjuangan ini berujung pada
pengakuan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949 setelah perjanjian Linggarjati dan
Renville dengan Belanda. Berikut adalah beberapa partai politik utama yang aktif selama
periode ini:
a. Partai Nasional Indonesia (PNI): yang dipimpin oleh Soekarno, adalah salah
satu partai politik paling berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka
memainkan peran kunci dalam proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
b. Partai Komunis Indonesia (PKI): di bawah pimpinan Muso, memiliki pengaruh
yang cukup besar pada awal masa perjuangan. Namun, hubungannya dengan
partai-partai nasionalis semakin memburuk selama periode ini.
c. Partai Indonesia Raya (Parindra): partai yang dipimpin oleh Mohammad Hatta
dan Mohammad Yamin. Mereka berfokus pada ideologi nasionalisme.
d. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia): partai politik yang mewakili
kepentingan Islam dan memainkan peran penting dalam politik Indonesia selama
masa perjuangan kemerdekaan.
e. Partai Sosialis Indonesia (PSI): yang di bawah pimpinan Sutan Sjahrir, memiliki
orientasi sosialis dan liberal. Mereka berperan penting dalam mengoordinasikan
perlawanan terhadap Belanda dan dalam negosiasi Linggarjati.

Selain upaya pembentukan aparatur negara, di beberapa kalangan juga terdapat


keinginan untuk melepaskan diri dari suasana politik otoriter dan represif yang ada
selama tiga setengah tahun pendudukan Jepang, menuju kehidupan demokratis. Hal ini
terjadi dalam beberapa tahap. Awalnya, atas prakarsa beberapa politisi muda, dilakukan

8
upaya untuk menjadikan KNIP yang tadinya pembantu presiden menjadi lembaga yang
mempunyai kekuasaan legislatif. Selama MPR dan DPR tidak bisa dididik, pemerintah
tidak bertanggung jawab kepada siapapun. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Oktober,
sidang paripurna (resat) KNIP dipimpin oleh Bapak Kasman Singodimedjo dan dihadiri
sebagian besar menteri serta Wakil Presiden Moh. Hatta menetapkan, sampai MPR dan
DPR terbentuk, KNIP mempunyai kekuasaan legislatif dan hak ikut menentukan garis-
garis besar kebijaksanaan negara.

Pada awal revolusi material, partai politik berperan penting dalam proses
pengambilan keputusan yang menentukan nasib masyarakat Indonesia. Perwakilan partai
duduk di kabinet. Namun ternyata stabilitas politik belum tercapai. Kurangnya partai
mayoritas yang jelas (Masyumi dan Pi mempunyai kekuatan yang kira-kira sama) berarti
pemerintah masih harus bergantung pada koalisi partai-partai besar dan kecil. Koalisi ini
jelas tidak bertahan lama, dan rata-rata pemerintahan hanya bertahan sekitar satu tahun.
Oleh karena itu, tidak ada perusahaan yang dapat melaksanakan program yang
direncanakan. Karena tindakan partai koalisi, mereka berubah hingga aksi militer kedua
pada masa jabatan presiden. “Wakil Presiden dan beberapa menteri ditangkap Belanda.
Kabinet sudah delapan kali pergantian.”

Masyumi, satu-satunya organisasi yang diperbolehkan menyelenggarakan


kegiatan sosial di bawah rezim Jepang, memanfaatkan kesempatan ini untuk
berorganisasi secara efektif. Hal ini memungkinkan Masyumi menjadi partai terbesar
pada awal revolusi. Beberapa organisasi era kolonial turut serta, seperti Muhammadiyah
dan Nahdatul Ulama.

2. Masa Republik Indonesia serikat (1949-1950)


Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlangsung antara tahun 1949 dan
1950, beberapa partai politik berperan dalam mengelola pemerintahan sementara
Republik Indonesia. Sistem politik RIS mencakup beberapa negara bagian yang
kemudian digabungkan menjadi satu kesatuan dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sistem politik RIS adalah usaha untuk mempersatukan negara-negara
bagian Indonesia yang beragam di bawah satu entitas kesatuan. Namun, pada tahun 1950,
RIS mengalami perubahan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

9
lebih sentralistik, dan sistem multipartai berubah menjadi sistem satu partai di bawah
kediktatoran presiden. Soekarno menjadi presiden pertama NKRI. Beberapa partai politik
utama yang aktif selama masa RIS meliputi:
a. Partai Nasional Indonesia (PNI): PNI, yang dipimpin oleh Soekarno, adalah
partai politik paling berpengaruh di tingkat nasional dan mendukung gagasan
Republik Indonesia Serikat sebagai model negara.
b. Partai Sosialis Indonesia (PSI): PSI, yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir, memiliki
orientasi sosialis dan liberal. Mereka mendukung gagasan RIS sebagai solusi
sementara.
c. Partai Kristen Indonesia (Parkindo): Parkindo adalah partai politik yang
mewakili kelompok Kristen di Indonesia dan mendukung gagasan RIS.
d. Partai Islam Indonesia (Pertubuhan Islam Indonesia, PII): PII adalah partai
Islam yang mendukung gagasan negara Islam dalam konteks RIS.
e. Partai Buruh Indonesia (PBI): PBI adalah partai politik yang mewakili pekerja
dan buruh, dan mereka juga mendukung gagasan RIS.

3. Zaman demokrasi terpimpin (1959-1965)


Selama masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia (1959-1965), terdapat beberapa partai
politik yang berperan dalam sistem politik tersebut. Sistem politik saat itu melibatkan
banyak perubahan dan pergolakan, dan partai-partai ini memainkan peran yang beragam
dalam dinamika politik selama masa Demokrasi Terpimpin. Partai-partai utama yang
aktif selama periode ini antara lain:
a. Partai Nasional Indonesia (PNI) : Partai yang didirikan oleh Sukarno dan
merupakan partai yang mendukung pemerintahan demokrasi terpimpin.
b. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) : Partai yang berbasis Islam
yang terlibat dalam politik selama periode tersebut.
c. Nahdlatul Ulama (NU) : NU adalah organisasi Islam yang juga memiliki peran
dalam politik.
d. Partai Komunis Indonesia (PKI) : Partai komunis yang memiliki pengaruh
signifikan dalam politik Indonesia selama masa Demokrasi Terpimpin.
e. Partai Katolik Indonesia (Parkindo) : Partai politik yang mewakili umat
Katolik Indonesia.

10
f. Partai Kristen Indonesia (Parki) : Partai politik yang mewakili umat Kristen
Indonesia.

4. Zaman demokrasi pancasila (1965-1998)


Selama masa Demokrasi Pancasila di Indonesia (1965-1998), terdapat beberapa partai
politik yang aktif dalam sistem politik tersebut. Ini adalah periode yang ditandai oleh
otoritarianisme dan kekuasaan militer di bawah Soeharto. Selama masa ini, Golkar
mendominasi politik Indonesia dan mendukung pemerintahan otoriter Soeharto. PDI dan
PPP juga aktif sebagai partai oposisi, walaupun dalam situasi yang sulit. PKI, yang
sebelumnya memiliki pengaruh besar, dihancurkan pada tahun 1965. Demokrasi
Pancasila lebih mengutamakan stabilitas politik dan ekonomi, dengan pengawasan ketat
dari pemerintah, daripada persaingan politik multiparti yang sehat. Partai-partai utama
yang beroperasi selama periode ini antara lain:
a. Golkar (Golongan Karya): Partai ini adalah partai resmi yang didukung oleh
pemerintah dan memainkan peran utama dalam politik Orde Baru yang dipimpin
oleh Soeharto.
b. Partai Demokrasi Indonesia (PDI): PDI adalah partai oposisi yang memiliki
pengaruh, terutama sebelum konflik internal yang mengakibatkan perpecahan
antara PDI Pusat dan PDI Perjuangan.
c. Partai Persatuan Pembangunan (PPP): Partai ini adalah partai politik yang
diizinkan oleh pemerintah dan memiliki dasar ideologi Islam.
d. Partai Komunis Indonesia (PKI): PKI melihat penindasan yang signifikan
selama masa Demokrasi Pancasila, terutama setelah peristiwa G30S/PKI pada
tahun 1965.

5. Zaman reformasi (1998-saat ini)


Periode awal Reformasi di Indonesia adalah saat penting di mana partai-partai ini
berperan dalam membangun kembali sistem politik yang lebih demokratis setelah
jatuhnya rezim Orde Baru. Sistem multipartai yang lebih terbuka dan demokratis telah
berkembang selama masa Reformasi ini. Pada awal masa Reformasi tahun 1998,

11
beberapa partai politik utama yang aktif dalam proses politik Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P): Dipimpin oleh Megawati
Soekarnoputri, partai ini menjadi salah satu kekuatan utama dalam politik pasca-
Reformasi dan Megawati kemudian menjadi Presiden Indonesia.
b. Partai Golongan Karya (Golkar): Meskipun awalnya terkait dengan rezim Orde
Baru, Golkar berusaha untuk bertransformasi menjadi partai politik yang lebih
demokratis dan aktif dalam proses politik pasca-Reformasi.
c. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB): PKB adalah partai yang mewakili unsur
Islam dan mendukung demokrasi. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah
satu tokoh utama di dalam partai ini.
d. Partai Demokrat: Partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dan memainkan peran penting dalam politik pasca-Reformasi. SBY kemudian
menjadi Presiden.
e. Partai Amanat Nasional (PAN): PAN adalah partai politik yang juga mewakili
unsur Islam dan memiliki peran dalam politik pasca-Reformasi.
f. Partai Persatuan Pembangunan (PPP): PPP terus eksis sebagai partai politik
yang mewakili unsur Islam, walaupun mengalami beberapa perubahan dalam
dinamika politik.
g. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra): Partai yang didirikan oleh
Prabowo Subianto ini memiliki peran sebagai partai oposisi.

12
BAB III

SIMPULAN

Partai politik dalam kajian ilmu politik memberikan landasan konsep, fungsi, dan klasifikasi
peran partai politik dalam suatu susunan tata negara. Mulai dari aspek tatanan politik,
pembentukan kebijakan, representasi masyarakat, penghubung masyarakat, dan pencegah
konflik. Peran utama partai politik adalah sebagai penghubung antara aspirasi rakyat dengan
pemerintaha, yang kemudian disampaikan melalui pengambilan atau pemutusan kebijakan.
Partai politik menjadi penghubung dengan melalui pemilihan umum dan berhasil mendapat
kepercayaan masyarakat. Selain itu, partai politik juga menjadi penyeimbang dalam kekuatan
parlemen negara dan mempengaruhi stabilitas ketahanan politik negara. Negara demokrasi yang
identik dengan partai politik, diukur dari seberapa kompetitif dan operasi partai politik dapat
dijalankan.

Pengelompokan partai politik dibagi menjadi dua menurut Giovani Sartori dan Maurice
Duveger, yaitu sistem kepartaian berdasarkan jumlah partai dan sistem kepartaian berdasarkan
jenis ideologi. Sistem kepartaian politik menurut partai terdiri dari sistem partai tunggal, sistem
dwipartai, dan sistem multiparta, sedangkan berdasarkan jenis ideologi yaitu, sistem pluralisme
sederhana, pluralisme moderat, dan pluralisme ekstrem. Indonesia termasuk dalam negara
dengan sistem kepartaian multipartai karena banyaknya partai yang berkuasa dipemerintahan dan
mengambil posisi kekuasaan. Dalam hal sistem kepartaian berdasarkan ideologi, Indonesia
merupakan negara dengan sistem pluralisme moderat, yang mana banyaknya partai politik di
Indonesia yang memiliki pandangan dan aspirasi yang berbeda, namun tidak terlalu ekstrem dan
beruntungan menjadikan kestabilan politik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Djuyandi, Y. (2017). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Isharyanto. (2017). Partai Politik, Ideologi, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Absolute Media.
Isjwara, F. (1999). Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Putra Bardin.
Labolo, M., & Ilham, T. (2015). Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia: Teori,
Konsep dan Isu Strategis. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Pamungkas, S. (2011). Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Institute for
Democracy and Welfarism.
Ridho, M. Z. (2019). Pengantar Ilmu Politik. Malang : Intrans Publishing.
Satriawan, I. (2015). Risalah Hukum Partai Politik di Indonesia. Lampung: PKK-PUU Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
Surbakti, R. (1951). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

14

Anda mungkin juga menyukai