Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)

Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Makna Ruang Publik Bagi Pedagang Kaki Lima:


Studi tentang Resistensi terhadap Penggusuran
Eko Handoyo
Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
eko_pkn@yahoo.co.id

Abstract
This paper is going to solve the fundamental problem, namely (1) why the government is doing demolition or
eviction of the street vendors Kokrosono and Basudewo, and (2) why public space is important for vendors.
This study is a qualitative study, the data were taken with the interview, observation, and literature. Data
were analyzed with interactive qualitative analysis techniques. The results show, that the Semarang city
government to curb or eviction of the street vendors Kokrosono and Basudewo based on (1) the provision of
local regulations and other regulatory requirements, (2) to create a public space that is orderly, clean, safe,
and convenient for all city dwellers. Public spaces or locations for street vendors selling a strategic place
that must be maintained from the other party intervention. This is due to (1) vendors do not have a permanent
to run a business, (2) selection of the location on the road, because it gives an attraction for buyers and users
of services.

Keyword: eviction, public spaces, resistance, street vendors.

PENDAHULUAN ketika memasuki hari Sabtu malam.Kendaraan


Di Semarang, cukup banyak dijumpai seolah tidak bisa bergerak.
ruang publik, seperti taman, pedestrian, plaza, Jalan-jalan dan sebagian ruang publik
lapangan olahraga, alun-alun, dan lainnya, baik lainnya makin padat dan ruwet ketika banyak
yang berlokasi di pusat kota maupun di pinggir PKL yang menggunakan sebagian badan jalan
kota. Persoalan yang muncul seiring dengan untuk kegiatan berdagang. Hal ini dapat
perkembangan Semarang sebagai kota dijumpai di jalan Kartini (sebelum dipindahkan
megapolitan adalah kemampuan kota dalam secara paksa oleh pemerintah), jalan Pahlawan
menampung warga dan kendaraan yang berlalu (sebelum dipindahkan ke jalan
lalang sangat terbatas. Jumlah penduduk MenteriSoepeno), jalan dekat rumah sakit
Semarang saat ini hampir mendekati angka 2 Kariyadi, jalan Pandanaran, jalan Kokrosono,
juta orang atau tepatnya 1.559.198 jiwa jalan Basudewo, dan jalan di kawasan
(Bappeda dan BPS kota Semarang 2012), Sampangan. Atas nama pembangunan dan demi
sementara itu ruas jalan tetap, tidak sebanding ketertiban dan kenyamanan, beberapa jalan
dengan jumlah kendaraan bermotor yang dibersihkan dari aktivitas PKL, meskipun masih
melintas jalan-jalan di Semarang. Jalan-jalan ada di antara mereka yang tetap berjualan. PKL
utama pada hari tertentu sangat padat yang terorganisasi, sebagian dipindahkan ke
kendaraan, misalnya jalan Pahlawan, jalan lokasi baru dengan fasilitas yang cukup
Ahmad Yani, jalan Pandanaran, jalan memadai, seperti PKL Pahlawan dipindahkan
Gajahmada, jalan Tamrin, jalan menuju ke jalan Menteri Soepeno, PKL jalan Kartini
Kampus Undip Tembalang, jalan menuju dipindahkan ke Pasar Waru dan Karimata, PKL
kampus Unissula, jalan Sultan Agung ke arah Kokrosono dan PKL Basudewo dipindahkan ke
Kaliwiru, dan jalan Siliwangi menuju kampus sentra PKL Kokrosono.
IAIN Walisongo Semarang. Bahkan jalan-jalan Dalam tulisan ini, permasalahan yang
menuju bundaran Simpanglima sangat padat hendak dipecahkan adalah (1) mengapa pemkot
Semarang melakukan penggusuran terhadap

1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

PKL?dan (2) mengapa PKL mempertahankan Ruang publik menurut Setyowati (2004)
ruang publik yang digusur oleh pemkot mengutip pendapat Marcus, memiliki tiga
Semarang? pengertian. Pertama, tempat yang dimiliki
Dalam bagian berikut, akandireview umum dan dapat diakses umum, seperti taman-
literatur yang dirujuk sebagai bahanrujukan taman kota dan beberapa bagian dari plaza
untukmemecahkan permasalahan penelitian. pusat kota. Kedua, tempat yang dimiliki
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang sekelompok orang tertentu, akan tetapi dapat
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk diakses oleh umum, seperti taman kampus dan
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan taman gedung-gedung swasta. Ketiga, tempat
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain yang dimiliki sekelompok orang tertentu dan
hidup melakukan kegiatan, dan memelihara hanya dapat diakses oleh sekelompok orang
kelangsungan hidupnya (UU No. 26 Tahun tertentu, seperti taman di pusat perawatan dan
2007). Ruang adalah tempat bagi makhluk rehabilitasi yang hanya dikhususkan untuk
hidup untuk melakukan aktivitas dan menjaga petugas kesehatan dan pasien.
kelangsungan hidup.Secara geografis dan Dalam arti fisik, ruang publik harus terbuka
sosiologis, ruang terbagi atas wilayah perkotaan bagi siapa saja warga kota yang ingin
dan perdesaan.Wilayah atau kawasan perkotaan berekspresi, apakah berkaitan dengan konten
adalah wilayah yang mempunyai kegiatan sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan.
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi Ruang publik dalam arti ini memiliki beberapa
kawasan sebagai tempat permukiman fungsi.Menurut Darmawan (2007), fungsi
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan dimaksud adalah (1) sebagai pusat interaksi dan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan komunikasi masyarakat baik formal maupun
kegiatan ekonomi. Dalam kawasan perkotaan infomal, seperti upacara bendera, sholat Idul
terdapat apa yang disebut ruang publik.Ruang Fitri, konser musik, bazaar, dan pertemuan-
umum (public space) di perkotaan adalah ruang pertemuan individual dan kelompok, (2)
yang dapat digunakan oleh umum, dapat berupa sebagai ruang terbuka yang menampung
taman (park), kebun (garden), jalur hijau koridor-koridor, jalan menuju ke arah ruang
(greenways), pedestrian, jalan, trotoar, lapangan publik, dan ruang pengikat dilihat dari struktur
olahraga, plaza, muka air, puncak atap, dan kota, pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di
semua ruang komunal yang berada di luar sekitarnya, serta ruang transit bagi warga
bangunan (Hakim 1993). masyarakat yang akan pindah (bergerak) ke
Dalam kaitan dengan manusia, ruang arah ruang lainnya, (3) sebagai ruang ekonomi
publik merupakan ruang penampakan di mana bagi PKL yang menjajakan makanan, minuman,
“saya” sebagai manusia dikenali sebagai pakaian, souvenir dan jasa bagi para pesulat dan
manusia oleh yang lain, karena saya berada “di entertainer lainnya, (4) sebagai paru-paru kota
antara manusia” (Langgut-Tere 2011). Ruang yang menyegarkan kawasan kota, sekaligus
publik sebagai dunia bersama, dalam arti dunia sebagai ruang evakuasi bagi masyarakat yag
yang dipahami bersama, dunia untuk hidup terkena bencana.
bersama, merupakan dunia yang umum atau Dalam konteks kota, ruang publik
sama bagi kita semua, yang berbeda dari tempat sebagaimana diungkapkan Mitchell (dalam
kita yang privat di dalamnya. Dunia bersama ini Sharma and Konwar 2014), merupakan tempat
bagaikan sebuah meja yang ditempatkan di di kota yang diciptakan manusia, yang penting
antara mereka yang duduk mengitarinya.Yang bagi manusia untuk mengartikulasikan hak-
dimaksud dunia di sini bukan bumi atau alam haknya. Ruang publik juga merupakan sumber
yang diperuntukkan bagi seluruh makhluk kepemilikan umum di mana setiap orang
hidup, tetapi merupakan dunia kategori khas memiliki hak akses yang sama dan bebas. PKL
manusia, yakni dunia yang menghubungkan sebagai penghuni kota juga memiliki hak dan
sekaligus memisahkan manusia. akses yang sama dengan warga kota lainnya
untuk menggunakan ruang publik.

2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Seiring dengan perkembangan penduduk pada ruang-ruang publik di trotoar, dengan


dan perkembangan kota, muncul permasalahan, pertimbangan daerah tersebut merupakan
yaitu tergusurnya sebagian besar ruang publik akumulasi pengunjung tinggi dan mudah
dan ruang terbuka terbuka (hijau). Gunadi dijangkau. Mereka cenderung tidak
(dalam Setyowati 2004) mencatat bahwa mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan
konsep perkembangan kota modern yang pengguna dengan aktivitas lain di ruang yang
meletakkan kepentingan bisnis dan komersial sama.
golongan atas di atas kepentingan golongan Dalam penelitian tentang Penataan PKL
menengah bawah atau masyarakat umum berdasarkan Preferensi PKL dan Persepsi
dengan dalih mempunyai nilai ekonomis tinggi, Masyarakat di Kawasan Pasar Sudirman
mengakibatkan kota semakin kekurangan ruang Pontianak, Satyahadewi dan Debataraja (2013),
terbuka yang penting bagi kehidupan sosial menyimpulkan bahwa PKL dalam menjalankan
masyarakat serta pertumbuhan jiwa raga usahanya akan mendekatkan kepada konsumen,
penghuni kota.Sejumlah masalah lain yang sehingga mereka akan beraktivitas di lokasi-
banyak dijumpai di ruang publik, yaitu (1) lokasi yang memiliki tingkat kunjungan tinggi.
minimnya tempat duduk, (2) minimnya tempat Alasannya sederhana, tempat yang ramai akan
berkumpul, (3) akses jalan masuk yang buruk mudah memperoleh penghasilan.Ruang publik
secara visual, (4) fitur yang disfungsional, (5) yang ditempati PKL di sekitar pasar Sudirman
jalan setapak yang berliku, (6) dominasi ruang adalah trotoar, badan jalan, dan lahan parkir.
oleh kendaraan, (7) dinding kosong, (7) lokasi Hasil serupa ditunjukkan Nurul Hidayati
halte yang sulit dijangkau. dan Hadi Wahyono (2013) dalam penelitiannya
Terbatasnya ruang terbuka tidak tentang Kajian Dampak Kebijakan Penataan
menyurutkan keinginan warga kota untuk PKL di Kawasan Jalan Kartini Semarang.
mendatangiopen space, suatu ruang yang dapat Dalam penelitian tersebut diperoleh temuan
dimasuki warga tanpa harus ada kunci masuk bahwa PKL jalan Kartini yang secara resmi
(entry key). Mereka berekspresi dan beraktivitas direlokasi ke pasar Waru, tetapi kenyataannya
di ruang publik tanpa ada hambatan. Lapangan masih banyak PKL yang berjualan di median
atau pedestrian yang ditata sedemikian rupa jalan Kartini, baik yang dekat dengan jalan dr.
dapat digunakan untuk kegiatan apa saja, Cipto maupun yang dekat dengan kali Banger.
apakah itu ekonomi (berjualan), sosial (sekadar Beberapa penelitian tersebut
kumpul-kumpul), seni budaya (menari, dance, memperlihatkan bahwa PKL menempati ruang
bermain musik), dan lainnya (sekadar melepas publik untuk menjalankan usahanya meskipun
penat dengan duduk-duduk santai). okupasi ruang publik tersebut menimbulkan
Sebagaimana sudah dijelaskan oleh persoalan, seperti kemacetan, ketidaktertiban,
Darmawan, bahwa ruang publik dapat lingkungan kotor, kumuh, dan tidak
digunakan oleh PKL untuk menjajakan sehat.Namun demikian, PKL sebagai manusia
dagangannya.Keterbatasan membuat PKL dan juga entitas ekonomi memiliki hak ekonomi
mengokupasi ruang publik.Di samping untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.Oleh
keterbatasan kepemilikan aset produksi dan karena itu, Puspitasari (2009) berpendapat
akses terhadap sumberdaya ekonomi, PKL bahwa PKL tidak mungkin dihilangkan dari
menggunakan ruang publik untuk berdagang kegiatan di ruang publik dan keberadaannya
dan menjalankan usahanya karena mereka merupakan pelengkap dari segala unsur
berharap dagangannya laku dan memperoleh kehidupan publik, terutama di kawasan
keuntungan yang dapat dipakai untuk perdagangan. Dalam penelitiannya, Puspitasari
memenuhi kebutuhan hidup sehari- (2009) memberi saran agar dalam penataan
hari.Beberapa penelitian menguatkan hal PKL perlu dipikirkan tempat yang
tersebut.Alderina dan Fransisco HRHB (2010) berdampingan dengan ruang untuk kegiatan
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa PKL sirkulasi kawasan, yakni pedestrian dan jalan
dalam memilih lokasi dan tempat usaha selalu dengan alternatif membuat ruang publik baru di

3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

mana semua kegiatan publik berlangsung, moderat (Sugiyono 2008). Dalam observasi
pedagang bisa berjualan, tetapi kepentingan partisipatif model moderat, peneliti menjaga
pengguna jalan tidak terganggu. keseimbangan sebagai orang luar dan juga
seakan-akan sebagai orang dalam.
METODE PENELITIAN Data yang terkumpul diuji validitasnya
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan triangulasi (Patton 2006:
kualitatif.Data penelitian diambil melalui 108-109; Miles dan Huberman 1992: 434;
pengamatan khusus (secara induktif), kemudian Brannen 1997: 20).Penggunaan triangulasi ini
dikembangkan menjadi konsep yang lebih luas, bermanfaat untuk memecahkan persoalan-
sehingga data dan teori dapat berinteraksi persoalan potensial mengenai validitas konstruk
(Neuman 2013). (Yin 1997:121). Untuk keperluan itulah, jenis
Penelitian ini mengambil lokasi di kota triangulasi yang akan dimanfaatkan dalam
Semarang, khususnya PKL yang berdagang penelitian ini adalah: (1) triangulasi data,
atau menjalankan usaha di jalan Basudewo dan dengan cara mengumpulkan data dari waktu ke
jalan Kokrosono. Unit analisis penelitian ini waktu dan orang atau sumber yang berbeda di
adalah PKL yang berjualan di Basudewo dan lokasi penelitian, dan (2) triangulasi metode,
Kokrosono.Fokus penelitian ini adalah (1) dengan cara menggunakan metode
penggusuran yang dilakukan pemkot Semarang, pengumpulan data yang berbeda dalam
baik menyangkut cara, bentuk, dan alasan kaitannya dengan unit analisis atau fokus
dilakukan penggusuran, dan (2) alasan PKL penelitian yang sama. Metode pengumpulan
bersikukuh mempertahankan ruang publik, data yang dibandingkan dalam penelitian ini
terutama alasan ekonomi. adalah metode observasi dan wawancara.
PKL yang dijadikan informan dalam Sesuai dengan pendekatan yang dipakai,
penelitian ini diseleksi dengan cara purposif maka data yang terkumpul diolah dan dianalisis
(Maxwell 1996:70; Creswell 2007:125). dengan menggunakan teknik analisis kualitatif
Purposif, dalam arti informan dipilih interaktif, di mana proses analisisnya mengikuti
berdasarkan ciri dan batasan sesuai dengan siklus, dalam arti bahwa peneliti bergerak
parameter yang telah ditentukan dalam bolak-balik selama pengumpulan data di antara
penelitian, yaitu: (1) bekerja sebagai pedagang kegiatan reduksi, penyajian serta penarikan
di sepanjang bantaran sungai Banjir kanal kesimpulan dan verifikasi (Miles dan
Barat, yaitu di jalan Basudewo dan jalan Huberman 1992:19). Analisis data kualitatif ini
Kokrosono, (2) telah bekerja sebagai pedagang merupakan proses berkelanjutan yang
sekurang-kurangnya 1 tahun dan menggunakan membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap
lapak sendiri. Berdasarkan pertimbangan data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tersebut, informan diambil 5 orang yang analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang
berdagang di jalan Basudewo dan 5 orang yang penelitian (Creswell 2010:274).
bekerja di jalan Kokrosono. Dengan demikian,
seluruh informan yang diteliti sebanyak 10 HASIL DAN PEMBAHASAN
orang. Selain itu, juga diwawancarai petugas A. Penertiban (Penggusuran) oleh Pemkot
dari Dinas Pasar dan Satpol PP kota Semarang. Semarang
Data penelitian dikumpulkan melalui Dengan dalih untuk menciptakan kota yang
wawancara, observasi, dan studi nyaman, asri, indah, rapi, tertib, dan aman,
literatur.Wawancara dilakukan dengan para banyak pemerintah kabupaten dan kota di
informan, baik PKL maupun petugas Dinas Indonesia yang melakukan penertiban dan
Pasar. Wawancara dengan petugas Dinas Pasar penggusuran terhadap para pedagang kaki lima.
untuk mengungkap data tentang kebijakan Berdasarkan data dari Bappeda dan BPS kota
relokasi yang dilakukan oleh Pemkot Semarang Semarang (2010), pada tahun 2005, pemkot
guna menata dan menertibkan PKL. Observasi Semarang telah menggusur 286 orang PKL,
yang dipilih adalah observasi partisipatif yang tahun 2006 sebanyak 406 PKL, tahun 2007

4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

sebanyak 503 PKL, tahun 2008 sebanyak 112 dominan pada domain penataan daripada
PKL, dan tahun 2009 sebanyak 191 PKL. tindakan pembimbingan dan pemberdayaan.
Tahun 2006 dan 2007, banyak PKL yang Berdasarkan data lapangan, PKL di dua
digusur, yaitu sebanyak 406 PKL dan 503 PKL. tempat, yaitu Basudewo dan Kokrosono pernah
Tahun 2005 hanya 286 PKL yang ditertibkan, mengalami penggusuran.PKL Basudewo yang
sedangkan tahun 2008 dan 2009 kurang dari menempati lahan negara di tepi bantaran sungai
200 PKL yang ditertibkan. Hal ini tidak berarti Banjir Kanal Barat digusur pada bulan Juni
bahwa sikap satpol PP mulai melunak sejak 2010 (Suara Merdeka edisi Metro Kamis 24
tahun 2008.Sedikit banyaknya PKL yang Juni 2010; Kompas edisi Semarang Sabtu 26
ditertibkan tidak berkaitan dengan sikap keras Juni 2010; Kompas edisi Semarang Selasa 29
atau lunaknya satpol PP yang ditugasi pemkot Juni 2010).Penggusuran yang dilakukan Satpol
Semarang untuk membantu menata dan PP dan petugas Kepolisian, tepatnya dilakukan
menertibkan PKL. Penertiban atau penggusuran pada tanggal 23 Juni 2010.
terhadap PKL yang dilakukan oleh pemkot Penggusuran tersebut menimbulkan
Semarang sesungguhnya telah dilakukan bentrokan antara petugas dengan pedagang
sebelum tahun 2005 dan juga setelah tahun (Anonim 2010). Enam hari berikutnya, tepatnya
2009, hanya data tersebut tidak tercatat dengan pada hari Senin, tanggal 6 Desember 2010
baik oleh Kantor Dinas Pasar. mulai jam 09.00 hingga 15.00 sore, PKL
Penertiban atau penggusuran terhadap PKL Basudewo juga digusur kembali, bahkan
tersebut menunjukkan tiga hal.Pertama, bahwa dampaknya lebih parah daripada penggusuran
negara, dalam hal ini Pemkot Semarang di waktu-waktu sebelumnya. Semua bangunan
memiliki kekuasaan (power) untuk menentukan dan lapak pedagang hancur karena penggusuran
kebijakan mana yang baik bagi besar-besaran pada bulan Desember
masyarakatnya.Kedua, adanya relasi kuasa yang tersebut.Achmad, ketua PKL yang berhasil
timpang antara Pemkot (mewakili negara yang dihubungi, mengatakan :
memiliki sumberdaya ekonomi, politik, dan “Saya tidak habis pikir pak… katanya
sosial yang dapat digunakan untuk memaksa tidak ada penggusuran, ini sesuai
masyarakat mematuhi kebijakannya) dan kesepakatan kita dengan pihak proyek,
masyarakat (dalam hal ini, rakyat kecil yang tapi nyatanya mereka (petugas Satpol PP
dan polisi) datang dengan tiba-tiba tanpa
tidak berdaya).Ketiga, memperlihatkan bahwa
pemberitahuan terlebih dahulu… yang
Pemkot Semarang tidak memiliki manajemen mengejutkan saya, mereka para petugas
keruangan yang bagus, utamanya dalam menata satpol PP datang dengan membawa
ruang publik, sehingga masih terdapat linggis dan arit… seperti mau perang
penduduk atau pendatang yang mengais rezeki saja, memangnya kita musuh”
di jalanan atau di ruang publik yang terlarang (wawancara dengan Achmad, Selasa, 7
menurut ketentuan Peraturan Daerah. Desember 2010).
Sebelum keluar Perpres Nomor 125 Tahun Penggusuran yang dilakukan oleh aparat
2012, kebijakan Pemkot Semarang dalam Satpol PP kota Semarang dengan dibantu pihak
melakukan penataan PKL lebih dititikberatkan kepolisian telah menghancurkan kios para
pada kebijakan penataan (relokasi) terhadap PKL.Tidak hanya kios atau lapak semi
PKL yang diawali dengan aktivitas penertiban permanen, seperti bangunan yang terbuat dari
dan penggusuran.Perda Nomor 11 Tahun 2000 papan-papan kayu, anyaman bambu (dalam
digunakan sebagai alat untuk menertibkan bahasa Jawa “gedek”), tetapi bangunan kios
PKL.Tampaknya pemkot menggunakan standar yang terbuat dari batu bata pun diratakan
ganda dalam menertibkan PKL. Di satu sisi, dengan tanah. Perangkat mebeler, seperti
menggusur PKL dan pada sisi lain, membiarkan almari, kursi, dan meja juga dikeluarkan dari
PKL liar yang menempati ruang publik. Ini kios, bahkan banyak diantaranya yang sudah
menunjukkan bahwa kebijakan pemkotlebih hancur akibat ulah para petugas Satpol PP.
Hanya barang dagangan, seperti makanan,

5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

minuman, bensin, dan meja kursi serta almari kios di seberang jalan, memajang barang
dari para pengrajin mebeler yang tidak rusak. dagangannya di tepi jalan dekat bantaran
Penertiban yang disertai kekerasan di sungai. Banyak pengrajin mengerjakan mebel
Basudewo, selain telah menghancurkan yang akan dijual atau dipesan oleh pelanggan di
bangunan dan lapak para pedagang, juga tepi jalan dekat bantaran sungai tersebut. Hal ini
memukul mental dan moral para menyebabkan pengerjaan talud Banjirkanal
pedagang.Memang ada beberapa di antara Barat belum selesai dikerjakan hingga akhir
mereka yang akhirnya bersedia pindah ke lokasi tahun 2010.
baru, yaitu di Sentra PKL Kokrosono, tetapi itu Penertiban dan pembongkaran lapak PKL
pun tidak banyak jumlahnya. Sebagian besar pada tanggal 6 Desember 2010 sempat
lainnya, tidak diketahui apakah mereka meruntuhkan semangat para PKL.Hal ini dapat
berdagang di tempat lain atau justru tidak lagi dicermati dari pernyataan salah satu informan
berdagang setelah tempat di mana mereka sebagai berikut.
berjualan hancur dan tidak mungkin lagi “Aduh mas…saya betul-betul tidak
digunakan untuk kegiatan ekonomi. punya harapan lagi, karena lapak saya
Lokasi PKL Basudewo yang dulu (sebelum sudah rata dengan tanah…padahal satu
digusur) ramai dengan aktivitas ekonomi, baik per satu petugas satpol PP yang datang
sudah saya halau, tetapi polisi dari
yang dijalankan oleh para pengrajin mebel,
Poltabes tidak bisa dilawan…jumlah
penjual bambu, penjual nasi, penjual bensin, mereka lebih banyak, sedangkan kita
penjual rokok dan makanan kecil, dan usaha yang aktif menghalau hanya 3 orang,
bengkel, pasca penggusuran kini telah yaitu saya, mas Achmad, dan Armis,
sepi.Bangunan PKL sudah tidak terlihat.Pada lainnya sibuk dengan lapak dan barang
siang hari hanya ada beberapa penjual yang dagangannya” (wawancara dengan pak
tersisa, itu pun berjualan di seberang jalan, Suliman, pedagang bensin eceran, Senin
seperti penjual bensin dan penjual tanggal 6 Desember 2010).
makanan.Setelah sungai dinormalisasi dan jalan Keputusasaan dan tiadanya harapan dari
diperbaiki, kawasan Basudewo banyak dipakai masyarakat kalangan bawah ini biasa dialami
untuk kegiatan rekreasi bagi warga kota. Pada ketika mereka menghadapi proyek-proyek
malam hari, di pinggir jalan dekat sungai pembangunan sebagai akibat dari kebijakan
berjejer sepeda motor warga kota yang duduk- pemerintah. Proyek-proyek pembangunan, baik
duduk di pinggir sungai sekadar menikmati yang didanai sendiri oleh pemerintah negara
pemandangan, dan ada juga di antaranya yang yang bersangkutan maupun yang disponsori
berpacaran. oleh dana bantuan asing atau lembaga donor,
Penggusuran terhadap para PKL ini acapkali menyingkirkan kelompok masyarakat
dilakukan demi dan atas nama pembangunan, lapisan bawah yang miskin. Sebuah laporan
yakni terkait dengan 2 (dua) proyek menarik tentang proyek pembangunan kapital
pembangunan. Pertama, pembangunan yang disponsori Bank Dunia dan IMF,
jembatan Lemahgempal yang dibiayai APBD menunjukkan bukti bagaimana sebuah
Jateng.Kedua, proyek normalisasi sungai pertemuan untuk memperoleh bantuan asing di
Kaligarang dan Banjir Kanal Barat sebagai suatu negara harus membawa korban
rangkaian dari proyek pembangunan waduk tergusurnya kehidupan rakyat kecil,
Jatibarang. Penggusuran terhadap PKL sebagaimana dicatat Hancock berikut ini.
Basudewo yang kedua pada tahun 2010, “Pada tahun 1985 ketika pertama kali
berkaitan dengan deadline waktu pengerjaan saya melakukan penelitian untuk
penulisan sebuah buku, tempat yang
pembuatan talud sungai Banjirkanal Barat sisi
dipilih untuk menyelenggarakan
barat dan sisi timur. pertemuan tiga tahunan Bank Dunia dan
Beberapa PKL Basudewo yang menempati IMF saat itu ialah hotel Hilton
tepi bantaran sungai tidak mau direlokasi. Internasional di kota Seoul, Korea
Demikian pula, pengrajin mebel yang memiliki Selatan. Untuk membuat area parkir yang

6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

cukup besar agar dapat menampung mas…meskipun tidak sebanyak dulu, di


armada limousine yang dipakai oleh para sini tetap ada yang membeli… lumayan
delegasi, pemerintah Korea Selatan begitu untuk menopang hidup sehari-hari”
berbaik hati dengan meratakan setiap (wawancara dengan mbah Wiro (60
bangunan rumah masyarakat kecil yang tahun), Minggu, 17 Juli 2010).
dianggap sebagai penghuni kawasan Hal ini juga dibenarkan oleh pak haji
lampu merah yang berdampingan dengan Mustaqim (60 tahun):
lokasi hotel. Pemusnahan wilayah “betul mas…kita jualan disini lebih
tersebut telah menghancurkan 128 ramai… rata-rata per hari Rp100.000,00
bangunan rumah” (Hancock 2007:89). bisa kita dapat, lagipula saya dan istri
Penggusuran terhadap PKL Basudewo juga (sambil menunjuk istrinya) pakai
pernah dilakukan pada tahun 2009.Beberapa kendaraan untuk dasaran (berjualan)…
bangunan permanen dan lapak dibongkar, tetapi mau ditempatkan dimana kendaraannya
para PKL kembali lagi ke tempat semula untuk kalau saya dipindah ke atas (kios
berdagang, karena itulah satu-satunya harapan berukuran 2x2m)… pokoknya apapun
menggantungkan hidup. Memang inilah tipikal resikonya saya tetap berjualan disini mas
… alhamdullilah dengan berjualan seperti
PKL atau pedagang kecil lainnya, ketika tidak
ini saya bersama istri bisa pergi haji dua
punya akses tanah untuk menjalankan usaha kali lho mas” (wawancara dengan pak
dan ada peluang menempati tanah-tanah Mustaqim, Minggu, 17 Juli 2010).
kosong, maka mereka akan menggunakannya Tidak seperti halnya wilayah Basudewo,
untuk berdagang. Digusur mereka menyingkir, area PKL Kokrosono tidak pernah mengalami
tetapi begitu suasana aman dan tidak ada penggusuran selama tahun 2010 hingga tahun
penertiban, mereka kembali ke tempat semula 2012.Penataan PKL Kokrosono tidak seberat
untuk berdagang. yang dialami PK Basudewo.Petugas Satpol PP
Seperti halnya PKL Basudewo, PKL cenderung lunak.Mereka datang mengingatkan
Kokrosono pun mengalami pembongkaran para penjual untuk tidak lagi menempati tepi
bangunan besar-besaran pada tahun 2000-an. bantaran sungai Banjir Kanal Barat untuk
Semua bangunan permanen dan semi permanen berjualan, utamanya saat penilaian
telah diratakan dengan tanah. Tidak ada lagi Adipura.Dalam menghadapi aparat Satpol PP,
sisa lapak-lapak mereka. Sebagian dari PKL PKL Kokrosono memiliki kiat tersendiri.Ketika
yang digusur telah pindah ke sentra PKL ada petugas satpol PP yang datang, umumnya
Kokrosono (letaknya di sebelah utara rel kereta para PKL tidak berdagang atau menjalankan
api), namun sebagian lagi (jumlahnya usaha.Begitu suasana aman dan terkendali
diperkirakan 90-100 PKL) kembali ke lokasi (tidak ada petugas yang datang), mereka
dimana mereka berdagang atau menjual kembali berjualan di jalanan.
jasanya. Para PKL kembali ke lokasi semula Kebijakan penataan PKL yang dilakukan
atau di pinggir bantaran sungai dikarenakan oleh pemerintah kota Semarang cenderung
jualannya tidak begitu laku jika tetap berada di diskriminatif, kenyataannya hingga tahun 2010
gedung PKL Kokrosono yang disediakan PKL Kartini tidak pernah mengalami
Pemkot. Penuturan seorang PKL perempuan penertiban atau penggusuran sebagaimana yang
penjual arit dan bendo membenarkan hal dialami oleh PKL Basudewo dan Kokrosono.
tersebut. Mereka tidak digusur oleh Satpol PP, meskipun
“bagaimana ya mas, jualan di atas (kios area yang ditempati merupakan taman kota.
berada di gedung lantai tiga) tidak laku,
Bahkan seakan-akan, para PKL Kartini
tempatnya sempit lagi, jarang dikunjungi
pembeli… kita kembali ke sini (jalanan) dilindungi oleh petugas atau setidak-tidaknya
karena kios “atas” sepi mas…, aku wong Pemkot membiarkan mereka berjualan di Jalan
cilik tur bodo mas, bisanya ya bekerja Kartini.Mengapa mereka tidak digusur dan
seperti ini…apalagi saya seorang tetap dibiarkan berdagang?Menurut penuturan
perempuan…arep kerjo opo maneh PKL, mereka masih ditarik retribusi oleh pihak

7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Pemerintah. Selain itu, pemberian uang pelicin yang dilakukan pemerintah pada zaman Orde
kepada petugas Satpol PP atau Dinas Pasar Baru.Ketika ada penilaian Adipura, masyarakat
yang membuat mereka tetap dapat berdagang diminta partisipasinya dengan mengecat pagar
atau menjalankan usaha di Jalan Kartini. “Uang dan bahkan pohon-pohon besar di pinggir
yang bicara pak”, demikian penuturan pak jalan.Setelah tidak ada lagi penilaian Adipura,
Brewok. Hal tersebut juga dibenarkan oleh bu tempat tersebut kotor lagi dan masyarakat
Sutarni (48 tahun), seorang penjual barang- menjadi terbiasa dengan pemandangan kotor
barang kelontong : tersebut.Hangat-hangat tahi ayam, inilah
“ya pak, disini kita aman-aman saja, dapat kebijakan pemerintah republik ini dari zaman
berdagang dengan tenang, karena Orde Baru hingga era Reformasi. Namun
semuanya sudah diatur oleh Ketuanya… demikian, pemerintah kota Semarang juga
ya pakai uang, mereka (petugas satpol PP) masih melakukan tindakan penggusuran
masih butuh duit pak ”(wawancara
terhadap PKL yang tidak memiliki kekuatan,
dengan bu Sutarni, Minggu, 3 Oktober
2010). yaitu PKL liar yang menempati ruang-ruang
Namun demikian, pada bulan September publik, seperti di tepi jalan, di taman kota dan
2014, pemkot melalui petugas Satpol PP di tepi gedung kantor pemerintah, dekat hotel,
melakukan penggusuran.Penggusuran tersebut dan mal-mal. Seharusnya bukan tindakan
gagal karena adanya perlawanan dari pedagang penggusuran yang dilakukan oleh pemkot,
(Prabowo 2014).Di pengujung tahun 2014 tetapi tindakan penataan yang memungkinkan
akhirnya pemkot Semarang dapat memindahkan pedagang dapat berdagang dan ruang kota dapat
PKL dengan cara paksa. Nasib PKL Kartini pun ditata secara asri dan tertib yang memberi
pada akhirnya tidak jauh berbeda dengan nasib kebebasan kepada warga kota untuk menikmati
PKL Basudewo dan Kokrosono. Mereka terusir keindahan kota dan memanfaatkan fasilitas
dari tempatnya yang sudah digunakan untuk ruang publik yang disediakan oleh pemerintah
berdagang selama puluhan tahun. kota.
Masih banyak PKL yang menempati Alasan pemkot dalam menata dan
tempat terlarang yang tidak tersentuh oleh menertibkan PKL bermacam-macam, yaitu (1)
kebijakan penataan, di antaranya PKL Kalisari, untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang
PKL Barito, PKL Puspogiwang, PKL di sekitar bersih, indah, tertib, dan rapi; (2) untuk
jalan Kariyadi, PKL di jalan Papandayan, PKL menciptakan kenyamanan bagi warga kota
di depan rumah sakit Pantiwiloso, PKL di lainnya, (3) untuk menciptakan lingkungan
wilayah Simongan, PKL di Peterongan, dan yang kondusif agar investor tertarik
beberapa PKL lainnya. Mereka juga tidak menanamkan saham, dan (4) alasan klise, yaitu
ditertibkan oleh pemkot, bahkan pemkot PKL sulit diatur, suka membandel, sehingga
terkesan tidak mau ambil pusing.Hanya pada perlu ditertibkan.
saat penilaian Adipura saja, pemkot melakukan Petugas Satpol PP sebagai aparatus negara
penataan dan penertiban (bersifat sementara), bekerja sesuai instruksi atasan. Mereka
namun begitu penilaian selesai, kondisi tempat menghadapi dilema, di satu sisi, sebagai
tersebut kembali seperti semula. Kumuh, kotor, bawahan harus menjalankan tugas, termasuk
semrawut, tidak rapi, dan tidak indah kembali ikut menggusur PKL dan di sisi lain, mereka
menjadi pemandangan biasa warga kota. tahu PKL juga manusia yang butuh hidup dan
Tempat-tempat yang jauh dari pusat kota, dekat penghidupan. Tetapi kadang petugas Satpol
pasar, dekat rumah sakit, dekat gedung-gedung jengkel juga terhadap perilaku PKL. Seperti
sekolah, di pinggir sungai dan selokan, menjadi diungkapkan pak Putut: “mereka itu punya
kumuh kembali ketika tidak ada penilaian budaya “ngere” pak, sudah diberi tempat yang
Adipura. bagus, kembali lagi ke jalan…tampaknya
Kondisi penataan tempat dan pedagang mereka tidak ingin mengubah nasib menjadi
pada masa Reformasi ini mirip dengan penataan lebih maju”.

8
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Pak Eko Hanggono (48 tahun) salah seni dan olahraga, atau pun untuk aktivitas
seorang staf Dinas Pasar juga membenarkan ekonomi. PKL sebagai bagian dari penghuni
penuturan pak Putut. kota memanfaatkan ruang yang penuh dengan
“Betul pak, banyak PKL yang melanggar arus manusia untuk berdagang dan menjalankan
Perda…makanya mereka perlu usaha lainnya. Tidak seperti PKL yang sudah
ditertibkan, bukan digusur lho tertata, PKL liar cenderung menggunakan ruang
pak…karena melanggar ketertiban ya milik publik dan milik swasta yang memiliki
harus ditertibkan, sekali lagi tidak
potensi mengundang pembeli atau pengguna
digusur, tetapi ditertibkan seperti halnya
yang kita lakukan pada PKL Jalan jasa.
Pahlawan dan PKL Kartini…itu pun tidak Ruang yang digunakan PKL liar umumnya
kita lakukan dengan kekerasan” dekat jalan raya, dekat perlintasan arus
(wawancara dengan pak Eko Hanggono, kendaraan, dekat tempat kerumunan massa,
tanggal 19 Juli 2011). seperti lapangan/alun-alun, mal, pasaraya, pasar
Ketika ditanya, apa yang membuat petugas tradisional, hotel, kampus, sekolah, dan
Satpol PP mau menjalankan tugas melakukan perkantoran. PKL yang diteliti, yaitu PKL
penertiban, umumnya mereka menjawab Basudewo dan PKL Kokrosono dalam
“karena adanya surat perintah”. Seperti menjalankan usaha menempati pinggir sungai
dikemukakan pak Eko Hanggono (48 tahun) Banjirkanal Barat yang merupakan jalur lalu
“kita bertugas, dasarnya adalah surat perintah lintas orang dan kendaraan cukup padat.
pak, jadi kalau sudah terbit surat perintahnya, Mereka berjualan apa saja, seperti menjual
kita segera ke lapangan”. Demikian pula yang nasi, minuman, alat-alat pertanian dan
disampaikan pak Ngudi (41 tahun): “kita jalani rumahtangga, barang-barang bekas (seperti
tugas, begitu ada perintah dari atasan pak”. handphone, kipas angin, onderdil sepeda motor,
Seperti halnya polisi dan tentara, begitu ada dan lainnya). Mereka nekat berjualan di pinggir
perintah untuk bertugas di suatu lokasi atau sungai, karena hanya itulah tempat yang
medan, maka mereka berangkat menjalankan menurut mereka membawa keberuntungan.
tugas, tanpa ada pertanyaan mengapa harus Mereka percaya, dengan berjualan di jalan
dilakukan. Sistem komandolah yang membuat rezeki akan mengalir. Tuhan Maha Pemurah,
mereka harus taat kepada atasan yang pasti akan diberikan rezeki asal mau bekerja.
menugasinya. Tidak mengindahkan perintah, Pemerintah telah merelokasi PKL
dalam sistem militer, sama halnya dengan Basudewo dan PKL Kokrosono. Mereka
melakukan desersi atau pembangkangan dipindahkan ke sentra PKL Kokrosono yang
terhadap tugas. Demikian pula yang terjadi tempatnya berada di seberang jalan kereta api,
pada aparat Satpol PP, mereka melakukan tepatnya di sebelah utara rel kereta api di
penertiban dan bahkan penggusuran, karena sebelah timur jalan Kokrosono. Gedungnya
untuk melaksanakan tugas yang diberikan cukup representatif. Ada beberapa gedung.
kepada mereka dari atasan. Tidak menjalankan Semuanya berlantai dua. Sayangnya yang akan
tugas sebagaimana yang sudah diperintahkan, ditempati PKL Basudewo dan PKL Kokrosono
sama dengan membangkang perintah atasan. belum disiapkan oleh pemerintah kota
B. Makna Ruang Publik bagi PKL Semarang. PKL harus mengatur dan menata
Sebagaimana sudah dipaparkan sebelum- sendiri kios untuk berdagang dan menjalankan
nya bahwa ruang publik merupakan suatu usaha. Hanya beberapa yang bersedia pindah,
tempat fisik maupun politis yang dapat termasuk ketua PKL Basudewo, pak Achmad.
dimanfaatkan oleh semua orang tanpa melihat Namun karena harus mengeluarkan modal
perbedaan latar belakang etnis, ras, agama, sendiri untuk membuat kios, sehingga banyak
status, dan jenis kelamin. Pemanfaatannya PKL yang tidak bersedia pindah termasuk PKL
bervariasi, bisa dipakai untuk tempat rekreasi, Kokrosono yang tempatnya tidak jauh dari
melepas penat, melepas rindu, sekadar sentra PKL Kokrosono.
mengobrol dengan teman, untuk berekspresi

9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Mengapa hanya sedikit PKL yang bersedia akumulasi orang yang melakukan kegiatan
pindah, sementara banyak PKL yang tidak mau bersama-sama pada waktu yang relatif sama,
pindah?. Mengapa perubahan terhadap masa sepanjang hari, (2) berada pada kawasan
depan PKL tidak direspons positif oleh PKL tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan
Basudewo dan PKL Kokrosono? Mengapa perekonomi kota dan pusat non ekonomi
masih banyak PKL yang bertahan di lokasi perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam
semula, tidak bersedia pindah atau jika jumlah besar,(3) mempunyai kemudahan untuk
dipindah, mereka kembali lagi berdagang di terjadi hubungan antara pedagang kaki lima
tempat semula? Pertanyaan tersebut pantas dengan calon pembeli, walaupun dilakukan
diajukan, mengingat PKL adalah orang-orang dalam ruang relatif sempit, dan (4) tidak
marginal yang tidak memiliki power untuk memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas
melawan kebijakan pemerintah atau negara. pelayanan umum.
Para PKL di Basudewo dan Kokrosono Beberapa penelitian lain mendukung hasil
tetap bertahan di lokasi masing-masing, karena penelitian ini, di antaranya penelitian yang
menurut mereka, memenuhi kebutuhan hidup dilakukan oleh Hayat dan Asiyah. Hayat (2012)
sehari-hari merupakan kewajiban yang harus dalam penelitiannya tentang Strategi Bertahan
dipenuhi, tidak dapat ditunda. Bertahan di Hidup Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam salah
lokasi merupakan cara agar “dapur tetap satu simpulannya memberi jawaban atas
ngebul”. Lokasi atau ruang, meskipun tidak pertanyaan di atas, bahwa PKL bertahan di
layak, seperti jalanan yang kotor dan dengan lokasi dengan melakukan aktivitas bekerja
lapak seadanya merupakan strategi survival setiap hari adalah merupakan cara
agar dalam sehari-harinya ada pembeli yang mempertahankan diri untuk menyambung
datang membeli barang dagangan atau hidup. Hanya dengan bekerja dan memperoleh
pengguna jasa yang menggunakan jasanya. penghasilan, mereka bisa hidup.
Tempat yang ramai, padat oleh arus lalu lintas Asiyah (2012) dalam penelitian tentang
kendaraan dan manusia, menurut mereka “Pedagang Kaki Lima Membandel di Jawa
merupakan tempat strategis untuk menawarkan Timur,” menyimpulkan bahwa perlawanan
barang atau jasa kepada pembeli atau pengguna PKL selain perorangan dan teroganisasi adalah
jasa. Mereka percaya pengendara sepeda motor bagian dari the survival of the fittest di tengah
atau pemgemudi mobil akan mampir ketika derasnya kompetisi hidup di kota besar.
melihat mereka dari dekat menjajakan barang Ketakutan akan kehilangan lapangan pekerjaan
dagangan. Hal itu tidak akan terjadi ketika yang dengan sendirinya berarti hilang pula
barang dagangan diletakkan di lantai dua penghasilan dan status sosialnya, membuat PKL
gedung PKL Kokrosono. Lagipula pembeli begitu masif melakukan perlawanan dan
malas naik ke atas dan harus repot mencari mempertahankan ruang yang digunakan untuk
barang yang diinginkan. Itulah sebabnya, berdagang.
banyak di antara PKL yang menempati gedung
PKL, kembali lagi berjualan di pinggir jalan. PENUTUP
Tindakan ini menurut mereka rasional. Dari uraian tersebut di atas, dapat
Sebagaimana diungkapkan Giddens (2010), disimpulkan bahwa pemerintah kota Semarang
bahwa pada dasarnya setiap orang bertindak melakukan penertiban atau penggusuran
karena memiliki rasionalitas tertentu dan terhadap PKL Basudewo dan Kokrosono
berdasarkan maksud dan tujuan yang disengaja. didasarkan pada (1) ketentuan peraturan daerah
PKL melakukan pilihan yang mereka yakini dan ketentuan peraturan lainnya, (2) untuk
akan mendatangkan utilitas yang diharapkan menciptakan ruang publik yang tertib, bersih,
dan bertindak menurut pilihan tersebut. aman, dan nyaman bagi semua penghuni kota.
Sesuai dengan hasil studi Goenadi (dalam Dalam kaitannya dengan ketentuan baru tetang
Widjajanti 2009), pemilihan lokasi oleh PKL penataan dan pemberdayaan PKL, sikap pemkot
didasarkan pada empat faktor, yaitu (1) terdapat Semarang lebih dominan pada tindakan

10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

penataan ketimbang pemberdayaan PKL.Ruang Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat


publik atau lokasi untuk berjualan PKL Cerdas.
merupakan tempat strategis yang harus Giddens, Anthony. Teori Strukturasi Dasar-
dipertahankan dari intervensi pihak lain. Hal ini dasar Pembentukan Struktur Sosial
disebabkan (1) PKL tidak memiliki tempat Masyarakat. Terjemahan
permanen untuk menjalankan usaha, (2) pilihan Maufur&Daryatno. Yogyakarta: Pustaka
pada lokasi di pinggir jalan, karena memberi Pelajar.
daya tarik bagi pembeli dan pengguna jasa Hayat, Muhammad. 2012. “Strategi Bertahan
untuk datang. Hidup Pedagang Kaki Lima (PKL)”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Dalam Sosiologi Reflektif, Volume 6
direkomendasikan (1) pemerintah kota Nomor 2, April 2012. Halaman 63-73.
Semarang perlu menata PKL secara manusiawi Langgut-Terre, Eddie S. Riyadi. 2011.
dengan tetap mengedepankan nasib dan masa “Manusia Politis menurut Hannah Arendt
depan PKL, (2) perlu dibuat lokasi baru Pertautan antara Tindakan dan Ruang
berbasis jenis barang atau jasa yang dijual, yang Publik, Kebebasan dan Pluralitas dan
letaknya strategis bagi kegiatan ekonomi PKL. Upaya Memanusiakan Kekuasaan”. Paper
disajikan dalam Kuliah Umum Filsafat
DAFTAR PUSTAKA Komunitas SALIHARA pada tanggal 6
BUKU: April 2011 di Jakarta.
Alderina dan Fransisco HRHB. 2010. Penataan Maxwell, Joseph A. 1996. Qualitative Research
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kawasan Design An Interactive Approach. London:
Sangkurun Kota Kuala Kurun. Laporan SAGE Publications.
Penelitian Fakultas Teknik Universitas Miles, Mattheuw B. dan A. Michael Huberman.
Palangka Raya. Tidak diterbitkan. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
Asiyah, Udji. 2012. “Pedagang Kaki Lima Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI Press.
Membandel di Jawa Timur”. Dalam Jurnal Neuman, W. Lawrence. 2013. Metodologi
Masyarakat dan Kebudayaan Politik, Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif
Volume 25 Nomor 1, Tahun 2012. dan Kuantitatif Edisi 7. Terjemahan Edina
Halaman 47-55. T. Sofia. Jakarta: PT. Indeks.
Bappeda dan BPS kota Semarang. 2013. Nurul Hidayati, Nurani dan Hadi Wahyono.
Semarang dalam Angka 2012. Semarang. 2013. “Kajian Dampak Penataan Pedagang
Creswell, John. 2010. Research Design Kaki Lima di Kawasan Jalan Kartini
Pendekatan Kualitatifr, Kuantitatif, dan Semarang”. Dalam Jurnal Teknik PWK,
Mixed. Terjemahan Achmad Fawaid. Volume 2, Nomor 3, tahun 2013. Halaman
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi
Darmawan, Edy. 2007. “Peranan Ruang Publik Kualitatif. Terjemahan Budi Puspo Priyadi.
dalam Perancangan Kota (Urban Desain)”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Puspitasari, Dinarjati Eka. 2009. Penataan
Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Pedagang Kaki Lima Kuliner untuk
dalam Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik Mewujudkan Fungsi Tata Ruang Kota di
Universitas Diponegoro Semarang. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.
Hakim, Rustam. 1993.Unsur Perancangan Laporan Penelitian Fakultas Hukum UGM
dalam Arsitektur Lansekap. Jakarta: Bumi Yogyakarta.Tidak diterbitkan.
Aksara. Satyahadewi, Neva dan Naomi Nessyana
Hancock, Graham. 2007. Dewa-Dewa Debataraja. 2013. “Kajian Penataan PKL
Pencipta Kemiskinan Kekuasaan, berdasarkan Preferensi PKL dan Persepsi
Masyarakat di Kawasan Pasar Sudirman
Prestise, dan KorupsiBisnis Bantuan
Pontianak”. Dipresentasikan dalam
Internasional. Terjemahan Yos Suprapto.

11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Seminar Nasional Matematika dan TEKNIK Vol. 30, No. 3 Tahun 2009,
Pendidikan Matematika dengan hal.162-171.
Tema”Penguatan Peran Matematika dan Yin, Robert K. 1997.Studi Kasus Desain dan
Pendidikan Matematika untuk Indonesia Metode. Terjemahan M. Djauzi Mudzakir.
yang lebih baik, pada tanggal 9 November Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2013 di FMIPA UNY Yogyajarta.
Setyowati, Sri Utami. 2004. “Penataan KORAN, MAJALAH, ARTIKEL ONLINE:
Pedagang Kaki Lima dengan Memanfatkan Anonim.2010. “Penggusuran Lapak PKL di
Ruang Luar di Pusat Kota (Kasus: Semarang Diwarnai Bentrok”.
Pedagang Kaki Lima di Taman Surya dalamhttp://www.metrotvnews.com/index.p
Surabaya)”. dalamNEUTRON, Vol. 4, No. hp/metromain/news/2010/06/23/21305/Pen
2, Agustus 2004. Hal.113-131. ggusuran-Lapak-PKL-di-Semarang-
Sharma, Aparajita and Dipjyoti Konwar. 2014. Diwarnai-Bentrok. diunduh Senin 5 juli
“Struggles for Spaces: Everyday Life a 2010.
Woman Street Vendor in Delhi”. In The Kompas edisi Semarang Sabtu 26 Juni 2010,
Delhi University Journal of The halaman C.
Humanities&The Social Sciences. Volume Kompas edisi Semarang, Selasa, 29 Juni 2010,
1-2014, page 48-59. halaman C.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Prabowo, Andika. 2014. “Penertiban jalan
Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Kartini, Wanita Bergolok tantang
Widjajanti, Retno. 2009. “Karakteristik Petugas”. Dalam SINDONEWS.com.
Aktivitas Pedagang Kaki Lima pada Ceritera Pagi.
Kawasan di Pusat Kota Studi Kasus: Suara Merdeka edisi Metro Kamis 24 Juni 2010
Simpang Lima Semarang”. Dalam

12

Anda mungkin juga menyukai