Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG

KAKI LIMA PADA KAWASAN KOMERSIAL DI PUSAT KOTA


Studi Kasus: Simpang Lima, Semarang

Retno Widjajanti *)

Abstrak
The characteristic of street vendors in Simpang Lima should be recognized. It is connected with spatial region’s
activity so that both of the formal and informal activities can exists harmonically. The characteristics of the
street food vendors activity are follows: the activity space (street vendor’s trading location is at the mall/office/
school/mosque/ in Pancasila square and they are selling in the sidewalk at the edge of the Pancasila square);
their distribution pattern is agglomeration; they are more settle; their activities (type of food/beverage,
accessories, clothing, grocery, cigarettes, and their facilities are tent, wagon, carpet, table/rack; the time of
street vendors trading is following the formal activities of the region; goals and motivations of visitor’s vendors
is that most of them are visiting street vendors, and the motivational visits are to buy food/drinks and other
types of merchandise).
Key word : street vendors, the space for street vendor's activity, street vendor activity

Latar Belakang
Perkembangan kondisi dualistik ini sering menim- Seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Kota
bulkan permasalahan bagi suatu kota. Salah satu ma- Semarang dalam perkembangannya juga mengalami
salah yang paling sering muncul pada kondisi dualis- masalah dengan kondisi dualistik. Kawasan Simpang
tik kota adalah masalah kegiatan informal di sektor Lima yang merupakan pusat Kota Semarang telah
perdagangan, yaitu kegiatan pedagang kaki lima berkembang dengan pesat sebagai kawasan komersial
(PKL). Kegiatan PKL ini biasanya menempati ruang- (perdagangan dan perkantoran). Kawasan ini me-
ruang publik (trotoar, taman, pinggir badan jalan, miliki ruang terbuka yang luas, yaitu lapangan
kawasan tepi sungai, di atas saluran drainase) yang Pancasila yang berfungsi sebagai ruang publik yang
mengakibatkan ruang publik tersebut tidak dapat di- digunakan masyarakat Semarang sebagai tempat
manfaatkan oleh penggunanya dengan baik sesuai berekreasi di pagi hari, sore, maupun malam hari. Di
fungsinya (Soetomo,1996). kawasan ini selain berdiri bangunan-bangunan megah
dan moderen, juga berkembang pesat kegiatan PKL
Terganggunya sendi-sendi kegiatan kota akibat ber- yang amat beragam jenisnya. Perkembangan kegiatan
kembangnya kegiatan PKL yang tidak tertata, PKL di kawasan ini lebih pesat, dibandingkan kawa-
menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan kota. san lain di Semarang dan keberadaannya menimbul-
Adanya PKL menempati ruang-ruang publik menga- kan masalah serius bagi lingkungan sekitarnya.
kibatkan juga terjadinya perubahan fungsi ruang
tersebut. Contohnya pengurangan ruang terbuka hi- Pengaturan PKL pada trotoar yang tidak memper-
jau, pemanfaatan trotoar oleh PKL yang mengganggu timbangkan dimensi trotoar untuk menampung
sirkulasi pejalan, pemanfaatan badan jalan oleh PKL aktivitas PKL dan pejalan, akibatnya trotoar sebagai
dapat menimbulkan kemacetan lalulintas, pemanfa- jalur pejalan tidak dapat berfungsi, karena ruang
atan kawasan tepi sungai atau ruang di atas saluran trotoar seluruhnya digunakan untuk tempat berda-
drainase oleh PKL mengakibatkan terganggunya gang PKL. Contoh lainnya adalah dengan tidak
aliran air. siapnya trotoar untuk difungsikan sebagai tempat
aktivitas PKL, menyebabkan ketidaknyamanan peng-
Proses perencanaan tata ruang, sering kali belum gunanya (pedagang dan konsumen). Lebih lanjut,
mempertimbangkan keberadaan dan kebutuhhan ru- PKL berada di ruang bagian depan pertokoan / per-
ang untuk PKL pada produk perencanaannya. Ruang- kantoran/sekolah/tempat ibadah, dan di tepi lapangan
ruang kota yang tersedia hanya difokuskan untuk Pancasila yang berderet menutupi ruang/memagari
kepentingan kegiatan dan fungsi formal saja. Kondisi aktivitas formal, sehingga PKL yang semakin menu-
ini yang menyebabkan para pedagang kaki lima runkan kualitas lingkungan fisik kawasan Simpang
menempati tempat-tempat yang tidak terencana dan Lima.
tidak difungsikan untuk mereka, seperti ruang-ruang
publik untuk menjalankan usahanya. Akibatnya Masalah kondisi dualistik ini, khususnya pada kasus
mereka selalu menjadi obyek penertiban dan pemera- kawasan Simpang Lima harus ditangani secara khu-
san para petugas ketertiban serta menjadikan kota sus mulai dari perencanaan, perancangan, dan pera-
berkesan semrawut. turan - peraturan pendukungnya agar permasalahan
yang timbul tidak berlarut-larut. Untuk itu dibutuh-
kan menemukenali karakteristik aktivitas PKL seba-
gai dasar pengaturan ruang aktivitas dan kegiatan-
*) Staf Pengajar Jurusan Teknik Perencanaan nya, sehingga dapat terjadi keharmonisan tata ruang
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UNdip kegiatan formal dengan tata ruang kegiatan informal
di kawasan Simpang Lima Semarang.

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 162


Perumusan Masalah Ruang Lingkup Wilayah Studi
Berdasarkan uraian diatas, keberadaan ruang aktivitas Wilayah studi berada di kawasan Simpang Lima,
PKL (lokasi dan tata fisik visual) bagi kegiatan infor- dengan batasan obyek studi sebagai berikut:
mal belum direncanakan, maka timbul permasalahan 1. Kegiatan PKL di depan Ciputra Mall, di depan
sebagai berikut: Simpang Lima Plaza, di depan Super Ekonomi
1. Pedagang Kaki Lima berlokasi pada ruang-ruang Simpang Lima, di depan Ramayana Departemen
publik di depan pertokoan / perkantoran / seko- Store, di depan Kantor Telkom/SMK 7, di depan
lah / tempat ibadah, sehingga menutupi bagian Gajah Mada/E Plaza, di depan Mesjid Baiturrah-
depan aktivitas formal tersebut, dan menempati man.
trotoar yang mengakibatkan timbulnya penuru- 2. Kegiatan PKL di Lapangan Pancasila
nan fungsi trotoar sebagai jalur pejalan, karena
seluruh ruang sirkulasi pejalan digunakan oleh Pendekatan Studi
PKL. Berdasarkan dari adanya perumusan masalah ruang
2. Tidak tertatanya ruang aktivitas PKL, menim- aktivitas PKL di Simpang Lima, maka dilakukan
bulkan kondisi tata ruang dualistik dan terkesan penelitian dengan metode deskriptif, normative, dan
tidak teratur dan terkesan kumuh. Akibatnya eksplanatori.
menimbulkan ketidak serasian atau kesatuan Adapun pendekatan yang dilakukan sesuai dengan
tatanan ruang aktivitas formal yang melatarbela- sasaran studi, adalah sebagai berikut:
kanginya. 1. Karakteristik lokasi dan tempat berdagang PKL,
Dari permasalahan yang ada, maka timbul pertanyaan untuk mengetahui komposisi lokasi dan tempat
penelitian, yaitu Bagaimanakah karakteristik aktivitas yang diminati oleh para PKL terhadap jenis
PKL sebagai dasar penataan ruang aktivitas PKL di kegiatan sektor formal dan fungsi bangunan
Simpang Lima Semarang? formal. Juga untuk melihat sebaran lokasi dan
tempat berdagang yang diminati pedagang
Tujuan Penelitian menurut jenis dagangan, sarana dagangan, serta
Tujuan penelitian adalah menemukenali karakteristik waktu berdagang. Data yang digunakan adalah
aktivitas PKL sebagai dasar penataan ruang aktivitas lokasi dan tempat berdagang, jenis dagangan,
PKL, agar dapat berdampingan harmonis dengan ke- sarana dagangan,, waktu berdagang. Pengumpu-
giatan formal yang ada. lan data dengan observasi lapangan. Metode dan
teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif
Sasaran Penelitian kualitatif.
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka sasaran 2. Karakteristik aktivitas PKL, melihat perilaku
penelitian yang akan dicapai adalah: PKL terhadap lokasi dan tempat yang paling
1. Identifikasi karakteristik lokasi dan tempat usaha disukai berdagang, untuk mengetahui pola sebar-
PKL an, pola pelayanan berdagang berdasarkan jenis
2. Identifikasi karakteristik aktivitas PKL dagangan, sarana dagangan, waktu berdagang.
3. Identifikasi preferensi pedagang PKL dan kon- Pengumpulan data dengan cara observasi lapa-
sumen PKL ngan. Data yang digunakan adalah data lokasi
dan tempat berdagang, pola sebaran, pola pela-
Ruang Lingkup yanan, jenis dagangan, sarana dagangan, waktu
Ruang Lingkup Materi berdagang, pola sebaran, pola pelayanan PKL.
Sesuai tujuan dan sasaran penelitian yang dicapai, Metode dan teknik analisis yang digunakan
maka dalam studi ini akan menelaah hal hal sebagai adalah deskriptif kualitatif
berikut: 3. Persepsi pedagang dan pengunjung PKL, untuk
1. Karakteristik lokasi dan tempat usaha PKL, mengetahui penilaian pedagang dan pengunjung
identifikasi karakteristik lokasi dan tempat usaha terhadap lokasi dan tempat berdagang, jenis da-
PKL untuk mengetahui komposisi lokasi dan gangan, sarana dagangan, pola persebaran, pola
tempat berdagang PKL di kawasan Simpang pelayanan, waktu berdagang, tujuan dan moti-
Lima terhadap kegiatan formal (perdagangan, vasi pengunjung PKL. Pengumpulan data denga
perkantoran/sekolah, rekreasi/hiburan, ibadah) kuesioner kepada pedagang dan pengunjung.
2. Karakteristik Aktivitas PKL, untuk mengetahui Metode dan teknik analisis yang digunakan
karakteristik aktivitas PKL, yang dilihat dari adalah dekriptif kuantitatif dengan crosstab.
jenis dagangan, sarana dagangan, pola perseba-
ran PKL, pola pelayanan PKL, waktu berdagang, Kajian Aktivitas Pedagang Kaki Lima
tujuan dan motivasi pengunjung PKL. Pengertian Sektor Informal
3. Persepsi PKL dan Persepsi pengunjung PKL, Menurut McGee dan Yeung (1977), PKL mempunyai
untuk mengetahui preferensi lokasi dan tempat pengertian yang sama dengan ‘hawkers’, yang didefi-
usaha yang diminati; preferensi jenis dagangan, nisikan sebagai orang-orang yang menawarkan ba-
sarana dagangan, waktu berdagang, pola perse- rang dan jasa untuk dijual ditempat umum, terutama
baran, pola pelayanan, tujuan dan motivasi pe- di pinggir jalan dan trotoar.
ngunjung PKL.

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 163


Dari hasil penelitian oleh Soedjana (1981) secara Sesungguhnya sektor informal menjadi sebuah dile-
spesifik yang dimaksud dengan PKL adalah seke- ma. Pada satu sisi sektor ini dapat menyerap banyak
lompok orang yang menawarkan barang dan jasa pekerja yang tidak dapat ditampung dalam sektor
untuk dijual di atas trotoar atau di tepi/di pinggir formal. Disisi lain sektor ini dapat meningkatkan
jalan, di sekitar pusat perbelanjaan/pertokoan, pasar, masalah lingkungan. Untuk menanggulangi masalah
pusat rekreasi/hiburan, pusat perkantoran dan pusat ini ada beberapa Pemerintah berupaya untuk menang-
pendidikan, baik secara menetap atau setengah mene- gulangi dengan tidak mengacuhkan sektor informal,
tap, berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dan berharap sektor ini akan musnah. Ada pula
dilakukan baik pagi, siang, sore maupun malam hari. beberapa Pemerintah berupaya untuk menekan sektor
tersebut, agar lingkungan menjadi bersih. Lain halnya
Karakteristik Sektor Informal pada negara maju, menyadari mereka sebagai bagian
Konsep sektor informal diperkenalkan pertama kali dari pertumbuhan ekonomi kota, maka mereka
oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada mendukung dengan fasilitas yang memadai.
tahun 1973, dalam laporan resmi mengenai misi tena-
ga kerja di Kenya. Sektor ini disebut sektor informal, Penataan Ruang Pedagang Kaki Lima
sebab pada kenyataannya berbeda dari karakteristik Menurut Mc Gee dan Yeung (1977:76) pola ruang
sektor formal. Beberapa alasan menyebutkan sebagai aktivitas PKL sangat dipengaruhi oleh aktivitas sek-
berikut (Hansenne, 1991:7) : tor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi
1. Sektor informal tidak terdaftar dan tidak tercatat PKL sangat dipengaruhi oleh hubungan langsung
dalam statistik resmi. dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan formal
2. Sektor ini cenderung memiliki sedikit atau tidak dan kegiatan informal atau hubungan PKL dengan
sama sekali akses pada pasar yang terorganisasi konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan ru-
(pangsa pasar tidak jelas), institusi/lembaga ang kegiatan PKL, maka harus mengenal aktivitas
kredit, pendidikan formal dan lembaga pengaja- PKL melalui pola penyebaran, pemanfaatn ruang
ran atau jasa dan fasilitas publik/umum. berdasarkan waktu berdagang dan jenis dagangan
3. Sektor informal tidak dikenal, tidak didukung serta sarana berdagang.
atau diatur oleh pemerintah. Komponen penataan ruang sektor informal, antara
4. Mereka sering dipaksa oleh keadaan untuk lain meliputi :
beroperasi di luar kerangka hukum dan menghor- 1. Lokasi
mati aspek-aspek hukum tertentu, dimana mere- Berdasarkan hasil studi oleh Ir. Goenadi Malang
ka berada diluar batas perlindungan hukum, Joedo (1997: 6-3), penentuan lokasi yang dimi-
perundang-undangan buruh dan tindakan perlin- nati oleh sektor informal atau pedagang kaki
dungan di tempat kerja. lima adalah sebagai berikut :
• Terdapat akumulasi orang yang melakukan
Hubungan Sektor Informal dan Sektor Formal kegiatan bersama-sama pada waktu yang
Sektor informal sebenarnya banyak manfaatnya bagi relatif sama, sepanjang hari.
kehidupan kota, hal ini dapat terlihat dari sebagian • Berada pada kawasan tertentu yang merupa-
besar pekerja sektor formal tergantung pada daga- kan pusat-pusat kegiatan perekonomi kota
ngan dan jasa dari sektor informal. Fungsi sektor ini dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi
sebagai ujung tombak pemasaran berbagai produk sering dikunjungi dalam jumlah besar
sektor formal tidak dapat diabaikan dalam mengge- • Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubu-
lindingkan ekonomi kota. Sektor informal ternyata ngan antara pedagang kaki lima dengan ca-
juga sering dijadikan pekerjaan sampingan oleh lon pembeli, walaupun dilakukan dalam
orang-orang yang telah berada dalam sektor formal ruang relatif sempit
seperti pemilik toko yang sore hari menjual bakmi di • Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan
halaman tokonya, toko pakaian yang menjual daga- utilitas pelayanan umum.
ngannya di kaki lima, dll. Alasan dilakukan cara ini, Mc.Gee dan Yeung (1977:108) menyatakan bah-
karena mudah dijalankan tanpa perlu prosedur ma- wa PKL beraglomerasi pada simpul-simpul pada
cam-macam dan sering kali lebih efektif menarik jalur pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang
pembeli (Rachbini, 1994: xiii). sering dikunjungi orang dalam jumlah besar
yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah
Berkembangnya sektor informal di perkotaan menim- komersial.
bulkan wajah kusut kota, karena timbulnya daerah- 2. Waktu berdagang
daerah kumuh. Penataan kota masih belum membe- Menurut McGee dan Yeung (1977:76) dari pene-
rikan tempat yang layak bagi kehidupan informal litian di kota-kota di Asia Tenggara menunjuk-
yang dianggap tidak legal. Jika ada segelintir birokrat kan bahwa pola aktivitas PKL menyesuaikan
yang menyadari pentingnya kehidupan sektor infor- terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat
mal, maka ini hanya sebatas semangat politis saja sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan
(Rachbini, 1994: 44). PKL didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku
kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan ke-
duanya cenderung sejalan, walaupun pada saat

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 164


tertentu kaitan aktivitas keduanya lemah atau b. Sarana fisik pedagang kaki lima
tidak ada hubungan langsung antara keduanya. • Berdasarkan hasil dari penelitian oleh
3. Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan Waworoentoe (1973:24) sarana fisik
Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan perdagangan pedagang kaki lima dapat
menurut Mc Gee dan Yeung (1977:82-83) sangat dikelompokkan sebagai berikut :
dipengaruhi oleh sifat pelayanan PKL. • Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini
a. Jenis Dagangan (McGee dan Yeung; 1977: digunakan oleh para pedagang yang
69). keliling (mobile hawkers) atau semi
• Makanan dan minuman, terdiri dari menetap (semi static). Bentuk ini di-
pedagang yang berjualan makanan dan maksudkan agar barang dagangan mu-
minuman yang telah dimasak dan dah untuk dibawa berpindah-pindah
langsung disajikan ditempat maupun tempat.
dibawa pulang. Hasil analisis di be- • Gelaran/alas, pedagang menjajakan ba-
berapa kota-kota di Asia Tenggara me- rang dagangannya diatas kain, tikar, dan
nunjukkan bahwa penyebaran fisik PKL lain-lain. Bentuk sarana ini didikate-
ini biasanya mengelompok dan homo- gorikan PKL yang semi menetap (semi
gen dengan kelompok mereka. Lokasi static).
penyebarannya di tempat-tempat strate- • Jongko/meja, bentuk sarana berdagang
gis seperti di perdagangan, perkantoran, yang menggunakan meja/jongko dan
tempat rekreasi/hiburan, sekolah, ruang beratap atau tidak beratap. Sarana ini
terbuka/taman, persimpangan jalan uta- dikategorikan jenis PKL yang menetap.
ma menuju perumahan/diujung jalan • Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana
tempat keramaian. terdapat dua jenis, yaitu beratap dan
• Pakaian/tekstil/mainan anak/kelontong, tidak beratap. Sarana ini dikategorikan
pola pengelompokan komoditas ini cen- jenis PKL yang menetap dan tidak
derung berbaur aneka ragam dengan ko- menetap. Biasanya untuk menjajakan
moditas lain. Pola penyebarannya sama makanan dan minuman,rokok.
dengan pola penyebaran pada makanan • Warung semi permanen, terdiri dari
dan minuman. beberapa gerobak yang diatur bereret
• Buah-buahan, jenis buah yang diperda- yang dilengkapi dengan meja dan
gangkan berupa buah-buah segar. Ko- bangku-bangku panjang. Bentuk sarana
moditas perdagangkan cenderung beru- ini beratap dari bahan terpal atau plastik
bah-ubah sesuai dengan musim buah. yang tidak tembus air. PKL dengan
Pengelompokkan komoditas cenderung bentuk sarana ini dikategorikan PKL
berbaur dengan jenis komoditas lain- menetap dan biasanya berjualan maka-
nya. Pola sebarannya berlokasi pada nan dan minuman.
pusat keramaian. • Kios, pedagang yang menggunakan
• Rokok/obat-obatan, biasanya pedagang bentuk sarana ini dikategorikan peda-
yang menjual rokok juga berjualan ma- gang yang menetap, karena secara fisik
kanan ringan, obat, permen. Jenis ko- jenis ini tidak dapat dipindahkan. Bia-
moditas ini cenderung menetap. Lokasi sanya merupakan bangunan semi per-
sebarannya di pusat-pusat keramaian manen yang dibuat dari papan.
atau dekat dengan kegiatan-kegiatan Masing-masing jenis bentuk sarana ber-
sektor formal. dagang, memiliki ukuran yang berbeda-
• Barang cetakan, jenis dagangan adalah beda, sehingga berbeda pula ukuran ruang
majalah, koran, dan buku bacaan. Pola yang diperlukan. Besaran ruang mempe-
pengelompokkannya berbaur dengan je- ngaruhi dalam pengaturan dan penataan
nis komoditas lainnya. Pola penyebar- ruang untuk PKL.
annya pada lokasi strategis di pusat- 4. Pola penyebaran PKL dan Pola Pelayanan PKL
pusat keramaian. Jenis komoditas yang a. Pola penyebaran
diperdagangkan relatif tetap. • Menurut Mc Gee dan Yeung (1977:76)
• Jasa perorangan, terdiri dari tukang pola penyebaran PKL dipengaruhi oleh
membuat kunci, reparasi jam, tukang aglomerasi dan aksesibilitas.
gravier/stempel/cap, tukang pembuat • Aglomerasi, aktivitas PKL selalu akan
pigura. Pola penyebarannya pada lokasi memanfaatkan aktivitas-aktivitas di sek
pusat pertokoan. Pola pengelompokan- tor formal dan biasanya pusat-pusat
nya membaur dengan komoditas lain- perbelanjaan menjadi salah satu daya
nya. tarik lokasi sektor informal untuk me-
narik konsumennya. Adapun cara PKL
menarik konsumen dengan cara ver-
jualan berkelompok (aglomerasi). Para
PKL cenderung melakukan kerjasana
TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 165
dengan pedagang PKL lainnya yang sa- waktu berjualan selesai (pada sore hari
ma jenis dagangannya atau saling atau malam hari). Sarana fisik ber-
mendukung seperti penjual makanan dagang berupa kios beroda, jongko atau
dan minuman. Pengelompokan PKL ju- roda/kereta beratap.
ga merupakan salah satu daya tarik bagi • Unit PKL menetap
konsumen, karena mereka dapat bebas Ciri utama unit ini adalah PKL yang
memilih barang atau jasa yang diminati berjualan menetap pada suatu tempat
konsumen. tertentu dengan sarana fisik berdagang
• Aksesibilitas, para PKL lebih suka ber- berupa kios atau jongko/roda/kereta
lokasi di sepanjang pinggir jalan utama beratap.
dan tempat-tempat yang sering dilalui
pejalan kaki Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di
Kawasan Perdagangan
Menurut Mc.Gee dan Yeung (1977:37-38), Ruang Aktivitas
pola penyebaran aktivitas PKL, ada dua Lokasi dan tempat usaha berdagang para PKL di
kategori, yaitu: kawasan komersial Simpang Lima adalah di depan
• Pola penyebaran PKL secara menge- bangunan-bangunan yang ada di sekeliling Simpang
lompok (focus aglomeration), biasa ter- Lima, yaitu di depan pertokoan Simpang Lima Plaza,
jadi pada mulut jalan, disekitar ping- di depan pertokoan super ekonomi Simpang Lima, di
giran pasar umum atau ruang terbuka. depan pertokoan Ramayana, di depan kantor Telkom
Pengelompokkan ini terjadi merupakan dan SMK 7, pertokoan/hiburan (bioskop) Gajah
suatu pemusatan atau pengelompokan Mada Plaza (E Plaza), di depan Ciputra Mall, serta di
pedagang yang memiliki sifat sama / depan Mesjid Baiturrahman.
berkaitan. Pengelompokan pedagang 1. Lokasi
yang sejenis dan saling mempunyai kai- Dari hasil penelitian, lokasi yang paling diminati
tan, akan menguntungkan pedagang, oleh PKL untuk berdagang yaitu di depan Sim-
karena mempunyai daya tarik besar ter- pang Lima Plaza, di depan Ciputra Mall, dan di
hadap calon pembeli. Aktivitas peda- depan Super Ekonomi Simpang Lima. Alasan
gang dengan pola ini dijumpai pada PKL menyukai lokasi tersebut karena merupakan
ruang-ruang terbuka (taman, lapangan, tempat lalu lalang konsumen paling ramai.
dan lainnya). Biasanya dijumpai pada Lokasi-lokasi ini lebih banyak diminati PKL,
para pedagang makanan dan minuman. karena deretan pertokoan pada sisi timur ini
• Pola penyebaran memanjang (linier merupakan satu jalur menerus dalam suatu
aglomeration), pola penyebaran ini kegiatan aktivitas perdagangan, sehingga me-
dipengaruhi oleh pola jaringan jalan. nimbulkan akumulasi pengunjung/pergerakan
Pola penyebaran memanjang ini terjadi yang tinggi dibandingkan pada sisi barat. Hal ini
di sepanjang/pinggiran jalan utama atau juga didukung oleh tujuan utama pengunjung ke
jalan penghubung. Pola ini terjadi ber- Simpang Lima adalah ke Ciputra Mall, Simpang
dasarkan pertimbangan kemudahan Lima Plaza, Super Ekonomi Simpang Lima.
pencapaian, sehingga mempunyai ke- Sesuai kriteria berlokasi PKL, maka pada lokasi-
sempatan besar untuk mendapatkan lokasi yang terdapat pengunjung tinggi, menjadi
konsumen. Jenis komoditi yang biasa incaran PKL untuk beroperasi menjajakan
diperdagangkan adalah sandang / paka- dagangannya.
ian, kelontong, jasa reparasi, buah-
buahan, rokok/obat-obatan, dan lain- Lokasi-lokasi tersebut merupakan lokasi kegi-
lain. atan komersial yang letaknya berdekatan dalam
b. Pola Pelayanan PKL suatu kawasan, maka dengan sendirinya akan
Menurut Mc Gee dan Yeung (1977:82-83) menjadi suatu daya tarik yang kuat untuk di-
sifat pelayan PKL digolongkan menjadi : kunjungi oleh konsumen yang menimbulkan
• Unit PKL tidak menetap, akumulasi pengunjung/pergerakan pengunjung
Unit ini ditunjukkan oleh sarana fisik pada ruang penghubung antar kegiatan tersebut.
perdagangan yang mudah dibawa, atau Berkembangnya kegiatan PKL di sekitar
dengan kata lain ciri utama dari unit ini kegiatan perdagangan formal ini, tidak dapat
adalah PKL yang berjualan bergerak dihilangkan atau ditertibkan begitu saja, karena
dari satu tempat ke tempat lain. Biasa- dengan ditertibkan atau dilarang dalam bentuk
nya bentuk sarana fisik perdagangan peraturan bagaimanapun tetap akan berkembang
berupa kereta dorong, pikulan / keran- kegiatan PKL ini, akibat adanya kegiatan formal
jang. yang sesuai pendapat Mc.Gee dan Yeung pada
• Unit PKL setengah menetap kota-kota di Asia, bahwa kegiatan informal akan
Ciri utama unit ini adalah PKL yang berkembang bila pada suatu kawasan ada
pada periode tertentu menetap pada kegiatan formal yang dapat menimbulkan aku-
suatu lokasi kemudian bergerak setelah mulasi pengunjung. Situasi ini dimanfaatkan

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 166


oleh para pelaku kegiatan informal dalam hal ini Keadaan ini menjadi daya tarik PKL untuk
PKL untuk mengembangkan kegiatannya, kon- memanfaatkannya sebagai lokasi berdagang
disi ini sesuai dengan sifat PKL. Shirvani juga menjajakan dagangannya. Hal ini sesuai dengan
mengatakan bila ada kegiatan formal pada suatu salah satu sifat PKL yang memanfaatkan adanya
kawasan pasti akan timbul kegiatan pendukung lokasi dengan akumulasi pengunjung tinggi pada
(activity support), kegiatan ini tidak dapat dihin- suatu kawasan.
darkan maupun dihilangkan, tetapi harus dianti-
sipasi atau diperhitungkan keruangannya. Keberadaan aktivitas PKL ini adalah merupakan
pendukung aktivitas (activity support), akibat
Sekiranya perkembangan PKL yang sudah ada adanya kegiatan formal pada suatu kawasan.
pada lokasi-lokasi tersebut, keberadaannya tetap Oleh karena itu perlu adanya pengaturan ruang
diperbolehkan, hanya perlu adanya peraturan untuk kegiatan formal dan untuk kegiatan
penataannya yang tidak menimbulkan gangguan informal pada perencanaan tata ruang pada suatu
dan pelanggaran bagi pedagang, pengunjung, kawasan.
pejalan maupun pengendara, serta tidak menim-
bulkan gangguan visual kawasan. Tempat Usaha
Tempat berdagang yang diminati pengunjung dan
Pada sisi barat (di depan Ramayana Departemen pedagang di sekitar Simpang Lima adalah di trotoar.
Store, di depan Kantor Telkom dan SMK 7, di Trotoar sebagai ruang publik yang berfungsi sebagai
depan pertokoan/bioskop Gajah Mada Plaza/E sirkulasi pejalan, akan selalu dilalui oleh para pejalan
Plaza, di depan Mesjid Baiturrahman), dengan setiap saat, baik yang akan berkunjung ke pertokoan
adanya beberapa kegiatan yang berbeda yaitu ataupun ke Lapangan Pancasila, sehingga merupakan
perkantoran, pendidikan, perdagangan, dan peri- tempat lalu lintas pejalan yang tinggi. Letak trotoar
badatan, mengakibatkan tidak adanya jalur yang yang di tepi jalan raya, membuat mudah untuk
menerus antar kegiatan yang ada. Atau dapat dicapai oleh para pejalan. Sesuai dengan sifat PKL
dikatakan bahwa jalur perdagangan antara sisi yang memotong sirkulasi jalur perdagangan, dan
timur dan sisi barat terputus dengan adanya memanfaatkan jalur pejalan dan tempat yang sering
sederetan kegiatan yang berbeda, sehingga pe- dikunjungi orang dalam jumlah besar di daerah
ngunjung tidak seramai di bagian timur atau komersial, maka PKL mengunakan trotoar sebagai
akumulasi pengunjung rendah. Namun lokasi- tempat usaha dan pengunjung dapat melihat apa yang
lokasi ini tetap diminati PKL, karena keberadaan dijajakan para PKL.
PKL di sekitar Simpang Lima, tidak hanya
adanya kegiatan formal berupa perdagangan, Adanya PKL di ruang sirkulasi ini terjadi pe-
tetapi karena Simpang Lima merupakan salah langgaran, karena PKL menggunakan seluruh ruang
satu pusat kota yang berupa nodes dengan lima sirkulasi untuk aktivitasnya, sehingga sebagai fungsi
pertemuan jalur sirkulasi kota, sehingga men- utamanya sebagai sirkulasi pejalan tidak dapat digu-
jadikannya memiliki sirkulasi kendaraan tinggi nakan oleh para pejalan. Kondisi ini perlu ditertibkan
yang berarti juga berpengunjung tinggi (dinya- dengan penataan fisik PKL yang membagi secara
takan oleh Lynch, 1973). Khusus di depan tegas ruang PKL dan ruang sirkulasi pejalan. Namun
Mesjid Baiturrahman kunjungan juga tinggi, dalam hal ini perlu adanya peraturan tertulis untuk
mengakibatkan daya tarik PKL untuk berusaha penataannya agar tidak terjadi penurunan fungsi
pada lokasi ini. Namun mengingat kegiatan ini, ruang publik dan penurunan kualitas fisik ling-
adalah kegiatan ibadah merupakan tempat kungan.
kegiatan yang sakral, dan aktivitas PKL tidak
sesuai dengan aktivitas peribadatan dan tata Pola Sebaran PKL
massa/tampilan PKL yang tidak tertata, menga- Dari hasil pengamatan visual, preferensi pedagang
kibatkan terkesan kumuh. Berdasarkan pertim- dan preferensi pengunjung, pola sebaran PKL di
bangan-pertimbangan ini, maka sebaiknya perlu kawasan Simpang Lima berkelompok bercampur
ditata ruang aktivitas PKL di depan bangunan dengan jenis dagangan PKL yang lain. Hal ini
mesjid, agar tidak merusak kesan kesakralan dikarenakan mereka beranggapan bahwa lebih men-
kegiatan yang diwadahinya. arik pembeli dan memudahkan pilihan jenis daga-
ngan. Maksud dari pola sebaran PKL berkelompok
Di tepi Lapangan Pancasila, juga merupakan bercampur dengan jenis PKL yang lain adalah ber-
lokasi yang diminati PKL, karena sebagai ruang campurnya PKL dalam kelompok-kelompok sejenis
publik terbesar di kota Semarang, dimanfaatkan seperti jenis PKL makanan/minuman berkelompok
oleh masyarakat Semarang untuk bersosialisasi, menjadi satu; jenis PKL pakaian, asesories, topi
sehingga timbul berbagai aktivitas seperti olah berkelompok menjadi satu; jenis PKL majalah, poster
raga, rekreasi dan hiburan. Menurut kriteria berkelompok menjadi satu dalam ruang yang sama.
pemilihan lokasi. Adanya aktivitas-aktivitas oleh
masyarakat menjadikan Lapangan Pancasila
terdapat pengunjung dengan akumulasi tinggi.

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 167


Pola penyebaran PKL terjadi di sekitar Simpang 1. Jenis dagangan yang mendominasi (jumlahnya
Lima sesuai dengan preferensi PKL dan pengunjung banyak), yaitu:
serta sesuai dengan yang dikatakan Mc.Gee dan • Makanan/minuman, merupakan domininasi
Yeung bahwa PKL dalam melaksanakan aktivitasnya jenis dagangan PKL dengan sarana daga-
lebih suka beraglomerasi (berjualan berkelompok) ngan berupa gerobak, tenda, dan lesehan.
sebagai salah satu cara untuk dapat menarik pembeli / • Pakaian, dengan sarana dagangan digelar di
pengunjung, karena PKL cenderung melakukan tanah, digantung pada rak gantungan, dan di
kerjasama atau saling mendukung dengan PKL lain meja.
yang sejenis atau yang berkaitan erat dengan jenis • Aksesories, dengan sarana dagangan digelar
usahanya. PKL berderet memanjang mengikuti pola di tanah dan di meja.
trotoar yang lurus mengikuti pola jaringan jalan 2. Jenis dagangan dan sarana berdagang lain yang
adalah merupakan aglomerasi linier. PKL berada di juga banyak dijual oleh para PKL, adalah:
trotoar ini, karena tempat tersebut cukup ramai dilalui • kelontong, majalah/buku bacaan, digelar di
pengunjung atau pejalan dan mudah terlihat dari tanah/di meja/rak.
kendaran yang lalu lalang. Hal ini menjadikan daya • rokok, sarana dagangan berupa kios beroda
tarik para PKL untuk beraktivitas dan beraglomerasi • buah-buahan, sarana dagangan berupa gero-
menjajakan dagangannya, karena dapat dengan mu- bak
dah dicapai dan dilihat oleh pengunjung baik yang
berada di trotoar maupun pengunjung yang melintas Keanekaragaman jenis dagangan PKL yang terdapat
di jalan raya/pengunjung yang berkendaraan. di kawasan Simpang Lima ini, sesuai dengan karakter
PKL, bahwa jenis dagangan PKL selalu mengikuti
Sifat Pelayanan PKL (Cara PKL Berlokasi) aktivitas induk yang terdapat di kawasan tersebut.,
Di daerah studi didapat bahwa cara berjualan PKL karenanya jenis-jenis dagangan PKL tersebut adalah
ada 2 (dua) cara, yaitu: cara pelayanan menetap dan makanan/minuman, pakaian, aksesories, barang ceta-
peyanan tidak menetap. kan dan alat tulis, kelontong, dll, yang merupakan
1. Pelayanan Menetap, berdasarkan dari penelitian, jenis-jenis dagangan yang terdapat atau diperlukan
diperoleh bahwa sebagian besar PKL di Simpang pada aktivitas perdagangan, perkantoran, rekreasi /
Lima bersifat pelayanan menetap dengan alasan, hiburan, yang terjadi di kawasan ini.
karena memiliki langganan tetap dan tempat
yang straregis. Kondisi ini mencerminkan bahwa Adapun jenis sarana dagangan yang digunakan para
PKL selalu ingin di kenal oleh pengunjung suatu pedagang kaki lima di Simpang Lima, seperti
lokasi, sehingga mereka akan lebih mudah me- gerobak, tenda, meja, rak, lesehan, gelaran, meru-
ngembangkan usahanya daripada mereka harus pakan sarana yang mudah dan efisien digunakan
berpindah-pindah tempat. Dengan menempati untuk menggelar dagangannya, sehingga mudah
lokasi yang tetap,dan waktu operasi yang tetap, untuk terlihat dan memilih barang dagangan oleh
menyebabkan mereka memiliki pelanggan tetap, para pengunjung. Jenis-jenis sarana dagangan yang
sehingga mereka tidak perlu berdagang ber- digunakan tersebut mudah untuk dibongkar pasang
pindah - pindah tempat atau berkeliling mencari dan dipindahkan untuk disimpan/dibawa pulang oleh
pembeli. Dengan menetap, pembeli datang deng- pedagang. Hal ini sesuai dengan peraturan yang
an sendirinya mencari PKL andalannya. Peda- berlaku di kawasan tersebut, bahwa setelah waktu
gang dengan sifat pelayanan menetap, mereka berdagang selesai, pedagang tidak boleh meninggal-
berkelompok-kelompok dengan pedagang yang kan sarana dagangan di lokasi dan tempat berdagang
sejenis. Hal ini sesuai dengan watak mereka PKL atau dengan kata lain lokasi dan tempat
yang saling mendukung antar pedagang sejenis dagangan harus bersih tidah ada sarana dagangan
atau antar pedagang yang jenis dagangannya yang ditinggalkan pedagang.
berkaitan erat.
2. Pelayanan tidak menetap, sebagian kecil PKL di Waktu Berdagang
Simpang Lima bersifat pelayanan tidak menetap Dari hasil pengamatan visual dan penyebaran kuesi-
dengan alasan, karena mencari pembeli dan tidak oner, aktivitas Pedagang Kaki Lima di Simpang
memiliki lokasi dan tempat berdagang yang Lima, terdapat 4 waktu berdagang, adalah sebagai
tetap. Mereka biasanya hanya berjualan dalam berikut:
waktu yang singkat/tertentu saja, karena meman- 1. Pukul 04.00 – 09.00, berlangsung hanya pada
faatkan waktu-waktu tertentu, disaat di Simpang hari Minggu pagi dan hari libur/besar. Jenis
Lima ada kegiatan tertentu. dagangan PKL berupa makanan/minuman, akse-
sories, kelontong, pakaian, mainan anak, maja-
Aktivitas PKL lah, dan persewaan mainan anak. Biasanya
Jenis dan Sarana Fisik Dagangan berlokasi di tepi Lapangan Pancasila, di depan
Jenis dagangan dan sarana fisik dagangan para Pe- Kantor Telkom/SMK 7, di depan Ramayana De-
dagang Kaki Lima di Simpang Lima Semarang, ber- partemen Store, di depan Super Ekonomi
dasarkan pengamatan, preferensi Pedagang, dan kon- Simpang Lima.
sumen/pengunjung, adalah:

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 168


2. Pukul 10.00 – 22.00, berlangsung setiap hari Temuan Studi
mengikuti waktu buka dan tutup pertokoan yang Dari hasil uraian diatas, maka ditemukan beberapa
ada di Simpang Lima. Jenis dagangan yang karakteristik aktivitas PKL di Simpang Lima, adalah
diperjual belikan adalah aksesories, makanan / sebagai berikut:
minuman. Lokasi PKL ini menempati di depan 1. Ruang Aktivitas, lokasi dan tempat usaha PKL,
Ciputra Mall, dan di depan Simpang Lima Plaza, adalah di trotoar tepi Lapangan Pancasila, di
di depan Mesjid Baiturrahman. trotoar depan Ciputra Mall, di trotoar depan
3. Pukul 17.00 – 04.00, berlangsung setiap hari pertokoan Simpang Lima Plaza, di trotoar depan
sesuai dengan peraturan waktu yang ditentukan Super Ekonomi Simpang lima, di trotoar depan
dalam SK Walikota Semarang. Jenis dagangan- Ramayana Departemen Store, di trotoar depan
nya berupa makanan/minuman, rokok. Berlokasi Kantor Telkon/SMK 7, di trotoar depan Gajah
di depan Super Ekonomi Simpang Lima, di Mada Plaza/E Plaza, di trotoar depan Mesjid
depan Ramayana Departemen Store, di depan Baiturrahman. Alasan-alasan PKL beraktivitas di
Kantor Telkom/SMK 7, di depan pertokoan lokasi dan tempat tersebut diatas adalah:
Gajah Mada Plaza/E Plaza. • Merupakan daerah ramai lalu lalang pe-
4. Pukul 17.00 – 09.00, waktu berdagang ini tidak ngunjung dan menempati ruang publik
setiap hari, ini hanya berlangsung pada hari (trotoar)
Sabtu dan Minggu/libur, dengan jenis dagangan • Mudah dicapai baik oleh yang berkenda-
berupa makanan/minuman. Kegiatan ini dilaku- raan.
kan oleh PKL yang berada di tepi Lapangan • Tempat usaha di trotoar, memberi suasana
Pancasila, di depan Super Ekonomi Simpang santai terlepas dari suasana rutinitas sehari-
Lima, di depan Ramayana Departemen Store. hari atau terlepas dari suasana formil.
2. Pola penyebaran PKL, adalah memanjang (linier)
Waktu aktivitas PKL, adalah mengikuti aktivitas in- di sepanjang trotoar, mengikuti pola jaringan
duknya. Waktu aktivitas PKL di Simpang Lima jalan. Dengan mengelompok sesuai dengan jenis
mengikuti aktivitas perdagangan di Simpang Lima dagangannya (kelompok makanan/minuman, ke-
dan aktivitas masyarakat kota Semarang di kawasan lompok pakaian-asesories. Kelompok majalah /
Simpang Lima untuk memenuhi kebutuhan hidup cetakan, kelompok buah-buahan, kelompok
sehari-hari, dan bersantai pada waktu-waktu seng- rokok, kelompok kelontong).
gang/libur setelah melaksanakan kegiatan rutin, 3. Sifat pelayanan PKL, yang doniman adalah
seperti bekerja dan sekolah. menetap, karena berdagang di lokasi dan tempat,
waktu, dan hari, yang tetap tidak berpindah-
Tujuan dan Motivasi Konsumen pindah. Sebagian kecil PKL sifat pelayanan tidak
1. Tujuan menetap, karena berdagang hanya pada waktu
Tujuan utama konsumen datang ke Simpang tertentu, hari tentu.
Lima adalah berkunjung ke Lapangan Pancasila, 4. Aktivitas PKL
ke Ciputra Mall, ke pertokoan Simpang Lima • Jenis dagangan didominasi makanan / minu-
Plaza, ke Super Ekonomi Simpang Lima, ke man, pakaian, asesories, kemudian jenis da-
Ramayana Departemen Store, dan ke Gajah gangan lain yang juga terdapat di Simpang
Mada Plaza. Adapun konsumen yang tujuan Lima adalah kelontong, rokok, dan buah-
utama berkunjung ke PKL hanya sedikit. Namun buahan.
ternyata sebagian besar pengunjung Simpang Sarana dagangan yang digunakan adalah
Lima melakukan kunjungan sampingan ke PKL tenda, gerobak, lesehan, meja/rak, gelaran,
yang terdapat di sekeliling Simpang Lima, tetapi kios beroda, merupakan sarana dagangan
hanya sedikit konsumen yang tidak melakukan yang mudah dibongkar pasang dan mudah
kunjungan sampingan ke PKL. Dari uraian diatas untuk dipindah-pindahkan.
dapat dikatakan bahwa PKL juga menjadi daya • Waktu berdagang, mengikuti kegiatan per-
tarik pengunjung di Simpang Lima. dagangan formal pukul 10.00 – 22.00;
2. Motivasi Konsumen (Pengunjung) PKL mengikuti kegiatan olah raga, rekreasi, dan
Adapun motivasi konsumen datang ke PKL di hiburan pukul 17.00 – 04.00; mengikuti
Simpang Lima, ada 2 hal yaitu: untuk membeli kegiatan saat hari libur pukul 17.00 – 09.00.
makanan/minuman dan membeli barang (aseso- • Tujuan dan motivasi pengunjung, sebagian
ries, pakaian, kelontong, majalah/cetakan, rokok, besar pengunjung kegiatan formal di Sim-
buah-buahan). Pengunjung termotivasi data ke pang Lima, berkunjung ke PKL, dan
PKL, karena suasananya lebih santai, tidak ter- sebagian besar konsumen PKL untuk mem-
kesan formal (pengunjung terlepas dari suasana beli makanan/minuman. Selain membeli
rutinitas sehari-hari), dan bisa mendapatkan makanan / minuman, pengunjung juga mem-
barang dengan kualitas yang sama di perda- beli barang dagangan yang lain yaitu:
gangan formal, tetapi dapat dibeli dengan harga asesories, majalah/cetakan, pakaian, kelon-
lebih murah. tong, rokok, buah-buahan, mainan, karena
harga lebih murah dan suasananya tidak
formal.
TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 169
Kesimpulan Rekomendasi
Dari hasil uraian di atas, karakteristik aktivitas Pe- Mengingat kegiatan informal dalam hal ini Pedagang
dagang Kaki Lima di Simpang Lima Semarang Kaki Lima, merupakan bagian dari kegiatan kota,
adalah: maka perlu kiranya dilaksanakan/terakomodasi ruang
1. Ruang aktivitas PKL, lokasi berdagang PKL di aktivitas PKL di dalam penataan perencanaan kota.
depan pertokoan, di depantempat ibadah, dan Adapun hal-hal yang perlu menjadi masukan dalam
perkatoran/sekolah, di tepi Lapangan Pancasila, menentukan ruang aktivitas PKL adalah sebagai
dan menempati ruang trotoar yang terdapat di berikut:
muka dan tepi kegiatan formal tersebut. PKL 1. Keberadaan PKL di Simpang Lima perlu
memilih lokasi dan tempat berdagang pada diakomodasi, aktivitas PKL yang ada merupakan
ruang-ruang publik, karena memanfaatkan ruang dampak dari adanya aktivitas formal yang ada di
yang memiliki akumulasi pengunjung tinggi kawasan.
(ruang lalu lalang pengunjung) dan kemudahan 2. Dalam perencanaan tata ruang kota di kawasan
pencapaian oleh pengunjung. Simpang Lima, perlu mengakomodasi ruang
2. Pola penyebaran, PKL dalam berdagang pada aktivitas PKL.
suatu lokasi di sekitar Simpang Lima, beraglo- 3. Dalam menentukan ruang aktivitas PKL di
merasi terdiri dari beberapa kelompok jenis Simpang Lima, harus berdasarkan karakteristik
dagangan, agar dapat saling mendukung antar aktivitas PKL di kawasan, dengan mengenali
jenis dagangan yang saling terkait. Adanya pola ruang dan tempat berdagang yang menjadi daya
aglomerasi ini, memudahkan pengunjung untuk tarik PKL untuk beraktivitas, pola sebaran PKL,
memilih jenis dagangan. sifat layanan PKL, waktu berdagang PKL, jenis
3. Sifat pelayanan, PKL dalam beraktivitas bersifat dagangan dan jenis sarana dagangan PKL.
menetap, karena dengan menetap dapat memiliki
pelanggan tetap, lokasi berdagang tetap, dan Daftar Pustaka
tempat berdagang yang pasti, sehingga PKL 1. Mc.Gee,T.G aand Yeung,Y.M. Hawkers In
tidak perlu berjualan berkeliling mencari pem- South East Asian Cities: Planning for The
beli. Bazaar Economy, International Develop-
4. Aktivitas PKL: ment Research Centre, Ottawa, Canada,
a. Jenis dagangan dan sarana dagangan PKL, 1977.
jenis dagangan PKL mengikuti jenis dag- 2. Rachbini, Didik J; Hamid, Abdul, Ekonomi
angan yang diperjual belikan pada aktivitas Informal Perkotaan, Penerbit PT.Pustaka
perdagangan formal, dan jenis dagangan LP3ES Indonesia, Jakarta, 1994
yang diperlukan oleh aktivitas formal lain 3. Widjajanti, Retno, Penataan Fisik Kegiatan Pe-
(ibadah, rekreasi/hiburan, olah raga) yang dagang Kaki Lima, Tesis, Program
ada di Simpang Lima, yaitu makanam / Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
minuman, asesories, pakaian, kelontong, Intitut Teknologi Bandung, Bandung,
majalah/cetakan, rokok. Adapun sarana da- 2000.
gangan yang digunakan adalah sarana yang
tidak permanent yang mudah dibong-kar
pasang dan mudah dipindahkan, yang sesuai
dengan peraturan Pemda, bahwa sete-lah
beraktivitas, ruang tempat berdagang harus
bersih tidak ada sarana dagangan yang
ditinggal di tempat berdagang.
b. Waktu berdagang PKL, mengikuti aktivitas
utama yang ada di kawasan Simpang Lima,
yaitu mengikuti waktu aktivitas perdaga-
ngan, olah raga, rekreasi/hiburan, dengan
memanfaatkan akumulasi pengunjung yang
datang melaksanakan aktivitas - aktivitas
yang ada di kawasan.
c. Tujuan, sebagian besar pengunjung kegia-
tan formal melakukan kunjungan ke PKL
dan motivasi melakukan kunjungan ke PKL
adalah untuk memenuhi kebutuhan makan /
minum dan membeli jenis dagangan lain
yang ada di PKL Simpang Lima, dengan
suasana santai yang jauh dari suasana formal
dari kegiatan rutinitas pengunjung.

TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 170


TEKNIK – Vol. 30 No. 3 Tahun 2009, ISSN 0852-1697 171

Anda mungkin juga menyukai