Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KORIDOR JALAN

GEREJA, KELURAHAN BELAKANG TANGSI, KECAMATAN PADANG BARAT,


KOTA PADANG
1)
Arif Rahman Putra, 2)Tomi Eriawan, 3)Era Triana
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
E-mail: 1)arifpwk69@gmail.com 2)tomieriawan@bunghatta.ac.id 3)eratriana217@gmail.com

Abstrak

Kota Padang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang menjadi kekuatan penggerak
perkembangan dan pembangunan kota terutama dalam aktivitas ekonomi baik dalam sektor formal
maupun informal. Sektor formal dalam kota tidak semuanya mampu menampung tenaga kerja. Oleh
karena itu muncul sektor informal sebagai pilihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh sektor formal
tadi salah satunya menjadi pedagang kaki lima (PKL). Salah satu lokasi pedagang kaki lima (PKL)
yang ada di Kota Padang adalah di Koridor Jalan Gereja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi keberadaan PKL di Koridor Jalan Gereja terhadap kawasan disekitarnya dengan
melakukan penilaian kesesuaian keadaan eksisting lokasi pedagang kaki lima terhadap peraturan
tentang lokasi PKL yang berlaku dan mengidentifikasi dampak keberadaan PKL terhadap aktivitas
penggunaan lahan, kebersihan lingkungan disekitar lokasi PKL dan aktivitas lalu lintas di Koridor
Jalan Gereja. Hasil analisisnya adalah 6 dari 8 kriteria belum sesuai dengan peraturan dan lokasi ini
belum ditetapkan oleh pemerintah Kota Padang. Selain itu keberadaan PKL ini menimbulkan dampak
positif bagi aktivitas hotel yang ada di Koridor Jalan Gereja dan dampak negatif bagi aktivitas gereja
karena mengganggu akses keluar masuk ke Gereja tersebut namun pada hari tertentu saja (hari sabtu)
dan terhadap kebersihan lingkungan disekitar lokasi PKL. Namun keberadaan PKL ini tidak
berdampak pada aktivitas penggunaan lainnya dan aktivitas lalu lintas di Koridor Jalan Gereja.
Melihat dari hasil analisis tersebut maka peneliti merekomendasikan agar lokasi PKL ini dapat
dipertahankan namun diatur dan ditata agar lebih baik lagi kedepannya.
Kata Kunci : Sektor Informal, Pedagang Kaki Lima, Evaluasi

Abstract
Padang City is the provincial capital of Sumatera Barat as the activator of city development
especially in economic activity including formal sector and informal sector. Not all of the formal
sector can accomodate workforce. As consequence, informal sector appear as job options such as
cadger proffesion. One of the location of cadger in Padang City is at the road corridor of Gereja
Street. The purpose of this study is to evaluate the excistence of cadger in the road corridor of Gereja
Street towards the area around it by doing conformity assesment of existing condition of cadger's
location towards valid regulation and identifying impact of the excistence of cadger towards land use
activity, environmental hygiene in the location, and traffic activity in the road corridor of Gereja
Street. The result shows that 6 out of 8 criteria are not suitable with the regulation and the location is
not appointed yet by the government of Padang City. Other than that, the exsistence of cadger evoke
the positive impact for hotel’s activity but provoke negative impact for church’ activity for disturbing
its access on spesific day (On Saturday). Furthermore, it also caused negative impact for
environmental hygine around the area. However, the exsistence of cadger had no impact on the other
land use activity and traffic activity in the road corridor of Gereja Street. Based on the result above,
the researchers recommend to keep the location of the cadger with certain regulation and to organize
the area so it will be better in the future.
Keywords : Informal Sector, Cadger, Evaluation

1
I. PENDAHULUAN A. Ruang Lingkup Wilayah Kajian
Kota menjadi pusat pembangunan dari Ruang lingkup wilayah kajian dari
berbagai sektor terutama pada sektor formal, penelitian ini yaitu di sepanjang Koridor Jalan
sehingga kota dianggap lebih menjanjikan bagi Gereja atau di sekitar Monumen Tugu Gempa.
masyrakat yang berada di desa. Keadaan ini Secara administrasi lokasi penelitian ini terletak
yang menyebabkan banyaknya masyarakat desa pada RW 3 Kelurahan Belakang Tangsi. Luas
yang pindah ke kota (urbanisasi). Namun lokasi penelitian ini yang dihitung berdasarkan
keadaan tersebut tidak seperti yang software ArcGIS yaitu ±0,42 Ha seperti yang
dibayangkan oleh masyarakat tersebut. bisa dilihat pada gambar 1 berikut.
Banyaknya lapangan kerja dalam sektor formal
menuntut bidang ilmu dan pengalaman tertentu, Gambar 1. Peta Deliniasi Kawasan Studi
sehingga muncullah sektor informal yang lebih
mudah untuk dimasuki karena tidak menutut
bidang ilmu dan pengalaman tertentu. Salah
satu sektor informal yang dipilih oleh
masyarakat yang tidak mendapatkan tempat
pada sektor formal adalah menjadi pedagang
kaki lima(PKL).
Pedagang kaki lima (PKL) merupakan
bentuk perdagangan sektor informal yang
keberadaannya tidak bisa dihindari atau
dihilangkan khususnya di negara-negara atau
kota-kota yang sedang berkembang. Sumber: Hasil Olah Data ArcGIS, 2020
Keberdaaan PKL itu sendiri menimbukan
dampak positif dan negatif. Dampak positif II. TINJAUAN PUSTAKA
yang ditimbulkan yaitu dapat menyerap tenaga A. Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL)
kerja yang tidak tertampung pada sektor Pedagang kaki lima atau yang biasa
formal, membantu mengurangi beban disebut PKL adalah isitilah untuk menyebut
pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja, penjaja dagangan yang menggunakan gerobak.
serta dapat meningkatkan pendapatan daerah Menurut McGee (dalam Lely Syiddatul
untuk daerah itu sendiri. Namun dampak Akliyah, 2008:10), pedagang kaki lima
negatif yang ditimbulkan yaitu munculnya merupakan orang atau pedagang yang
kesan kotor dan tidak teratur, terhambatnya menawarkan barang atau jasa untuk dijual dari
kelancaran lalu lintas, serta tidak optimalnya tempat umum, terutama jalan dan trotoar.
fungsi dari fasilitas kota. Sedangkan menurut Bremen (dalam Lely
Kota Padang sendiri sebagai ibu kota dari Syiddatul Akliyah, 2008:10), mendefinisikan
Provinsi Sumatera Barat yang memiliki fungsi usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat
sebagai pusat perdagangan regional, industri yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan
dan pariwisata sebagaimana yang tertera dalam mempunyai modal terbatas.
dokumen RTRW Kota Padang tahun 2010 –
2030 tidak luput dari keberadaan pedagang kaki B. Karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL)
lima (PKL). Salah satu lokasi pedagang kaki Secara umum karakterstik dari pedagang
lima (PKL) yang berada di Kota Padang adalah kaki lima adalaah sebagai berikut:
di Koridor Jalan Gereja. Keberadaan PKL ini 1. Jenis Dagangan menurut McGee dan
sendiri beraktivitas dari sore hingga malam Yeung (dalam Ari Sulistyo Budi, 2006:35)
hari. Lokasi PKL ini juga berdekatan dengan yang dibagi menjadi empat yaitu:
kawasan perdagangan dan jasa dan objek • Bahan mentah makanan dan makanan
wisata. Oleh karena itu perlu dilakukan setengah jadi.
evaluasi keberadaan pedagang kaki lima (PKL) • Makanan siap saji berupa makanan dan
di Koridor Jalan Gereja terhadap aktivitas minuman yang telah telah dimasak dan
kawasan disekitarnya. langsung disajikan ditempat atau dibawa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pulang.
mengevaluasi keberadaan pedagang kaki lima • Non makanan seperti baju atau tekstil,
(PKL) di Koridor Jalan Gereja terhadap aksesoris, obat-obatan, dll.
kawasan disekitarnya. • Jasa pelayanan

2
2. Sarana Berdagang atau Usaha menurut Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Waworonroe (dalam Ari Sulistyo Budi, Kawasan Perkotaan. Untuk kriteria lokasi PKL
2006:36) terbagi sebagai berikut: berdasarkan peraturan tersebut dapat dilihat
• Kios yang biasa digunakan oleh pada tabel berikut 1.
pedagang yang menetap Tabel 1. Kriteria Penilaian Lokasi PKL
• Warung semi permanen Berdasarkan Peraturan yang Berlaku
Peraturan Kriteria Lokasi
• Gerobak atau kereta dorong Permendagri 1. Lokasi yang diperbolehkan harus
• Meja yang barang dagangan hanya No. 41 Tahun ditetapkan oleh Walikota/Bupati
diletakan diatasnya 2012 dan Perda atau merujuk pada peruntukkan
• Gelaran atau alas yang barang Kota Padang ruang pada RTRW
No. 4 Tahun Kota/Kabupaten atau RDTR.
dagangan dijajakan diatas kain, tikar, 2014 2. Tidak mengganggu aktivitas lalu
dll. lintas dan kepentingan umum.
• Pikulan atau keranjang yang biasanya 3. Tidak merombak, merusak dan
digunakan untuk pedagang keliling mengubah fungsi dari fasilitas
umum yang ada di lokasi PKL.
yang dibawa dengan cara dipikul. 4. Tidak menempati lahan yang
3. Pola Penyebaran Kegiatan PKL menurut berfungsi sebagai tempat tinggal.
McGee dan Yeung (dalam Ari Sulistiyo 5. Tidak boleh menggunakan badan
Budi, 2006:38) adalah sebagai berikut: jalan untuk tempat usaha,
kecuali yang ditetapkan untuk
• Pola penyebaran memanjang lokasi PKL terjadwal dan
• Pola penyebaran mengelompok terkendali.
4. Sifat layanan menurut McGee dan Yeung, 6. PKL yang kegiatan usahanya
(dalam Ari Sulistiyo Budi, 2006:43) dibagi menggunakan kendaraan
dilarang berdagang di tempat-
menjadi 3 yaitu: tempat larangan parkir,
• Pedagang menetap merupakan suatu pemberhentian sementara, atau
bentuk layanan yang mempunyai cara trotoar.
atau sifat menetap pada satu lokasi Permen PUPR 1. Berjualan di trotoar
tertentu. No. diperbolehkan jika trotoar
3/PRT/M/2014 tersebut memiliki lebar minimal
• Pedagang semi menetap merupakan 5 meter
suatu bentuk layanan dimana pedagang 2. Tidak boleh berdagang di ruas
tersebut hanya berjualan pada hari jalan arteri dan kolektor baik
tertentu saja. primer maupun sekunder.
Sumber: Hasil Review, 2019
• Pedagang keliling merupakan pedagang
yang berjualan keliling atau berusaha III. METODE PENELITIAN
mendatangi pembeli dan hanya A. Metode Pengumpulan Data
berjualan disuatu tempat dalam Tahapan pengumpulan data dilakukan
beberapa jam saja. melalui survei primer dan sekunder.
5. Waktu pelayanan yaitu merupakan 1. Survei Primer, yaitu metode pengumpulan
penentuan periode waktu atau jam data yang diperoleh melalui pengamatan
pelayanan dari pedagang disuatu lokasi. langsung (observasi) lapangan dan
meminta data dari para pedagang yang
C. Kriteria Lokasi Berdasarkan Peraturan Yang berjualan di lokasi penelitian. Data yang
Berlaku Terkait Lokasi Pedagang Kaki Lima diambil berupa data karakteristik pedagang
(PKL) kaki lima (PKL), mengidentifikasi
Untuk melakukan penilaian kesesuaian penggunaan lahan yang ada disepanjang
lokasi PKL di lokasi penelitian ini Koridor Jalan Gereja beserta jam
menggunakan acuan dari peraturan aktivitasnya, mengamati keadaan
Permendagri No.41 Tahun 2012 tentang kebersihan atau lingkungan di lokasi,
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan menghitung jumlah kendaraan dan
Pedagang Kaki Lima, Perda Kota Padang No.4 kejadian hambatan samping yang terjadi
tahun 2014 tentang Penataan dan atau melewati di Koridor Jalan Gerja.
Pemberdayaan Pedagang kaki lima, dan 2. Survei sekunder, yaitu metode
Peraturan Menteri (Permen) PUPR Nomor pengumpulan data yang dilakukan pada
03/PRT/M/2014 tentang Pedoman instansi-intstansi yang berguna untuk
Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan membuat gambaran umum lokasi.

3
B. Metode Analisis Tabel 2. Hasil Penilaian Kesesuaian Kriteria Lokasi
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa Berdasarkan Peraturan Dengan Keadaan Eksisting
tahapan analisis sebagai berikut: Sesuai Tidak Sesuai Belum
Ditentukan
1. Menganalisis kesesuaian peraturan tentang
Tidak 1. Tidak mengganggu Lokasi yang
lokasi PKL dengan keadaan eksisting di menempati aktivitas lalu lintas dan diperbolehkan
lokasi PKL. lahan yang kepentingan umum harus ditetapkan
2. Menganalisis dampak keberadaan berfungsi 2. Tidak merombak, oleh
pedagang kaki lima (PKL) di Koridor sebagai merusak dan Walikota/Bupati
tempat mengubah fungsi dari atau merujuk
Jalan Gereja. tinggal fasilitas umum yang pada
• Analisis dampak keberadaan PKL ada dilokasi PKL peruntukkan
terhadap aktivitas penggunaan lahan 3. Tidak boleh ruang pada
disepanjang Koridor Jalan Gereja, menggunakan badan RTRW
jalan untuk tempat Kota/Kabupaten
dilihat dari jam aktivitas penggunaan usaha, kecuali yang atau RDTR.
lahan yang terdapat disepanjang ditetapkan untuk
Koridor Jalan Gereja dan jam lokasi PKL terjadwal
aktivitas dari para pedagang kaki dan terkendali
lima. 4. Berjualan ditroatoar
yang memiliki lebar
• Analisis dampak keberadaan PKL minimal 5 meter
terhadap kebersihan lingkungan 5. Tidak boleh berdagang
disekitar lokasi PKL dengan menilai diruas jalan arteri dan
kondisi dilapangan dengan kriteria kolektor baik primer
maupun sekunder
kebersihan atau lingkungan yang 6. PKL yang kegiatan
bersumber dari PerMen Lingkungan usahanya
Hidup No. 53 Tahun 2016 tentang menggunakan
Pedoman Pelaksanaan Program kendaraan dilarang
berdagang di tempat-
Adipura.
tempat larangan parkir,
• Analisis dampak keberadaan PKL pemberhentian
terhadap lalu lintas. Untuk penilaian sementara atau trotoar.
nya menggunakan pedoman dari Sumber: Hasil Analisis, 2020
Direktorat Jenderal Bina Marga
“Manual Kapasitas Jalan Indonesia” B. Analisis Dampak Keberadaan Pedagang
Tahun 1997. Kaki Lima (PKL) di Koridor Jalan
Gereja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
A. Analisis Kesesuaian Peraturan Tentang apa saja dampak yang ditimbulkan dari
Lokasi PKL dengan Keadaan Eksisting di keberadaan PKL di Koridor Jalan Gereja.
Lokasi PKL Dampak yang dikaji pada analisis ini berkaitan
Pada analisis ini bertujuan untuk dengan dampak terhadap aktivitas penggunaan
mengetahui apakah lokasi tempat PKL lahan disepanjang Koridor Jalan Gereja,
berdagang saat ini sudah sesuai dengan terhadap kebersihan lingkungan disekitar PKL,
peraturan yang telah ditetapkan. Analisis ini dan terhadap lalu lintas di Jalan Gereja. Berikut
membandingkan peraturan yang menggunakan uraian pada masng-masing analisisnya.
Permendagri No.41 Tahun 2012, Permen PUPR 1. Analisis Dampak Keberadaan PKL
No.3/PRT/M Tahun 2014, dan Perda Kota Terhadap Aktivtias Penggunaan Lahan
Padang No.4 Tahun 2014 yang dibandingkan Di sepanjang Koridor Jalan Gereja
dengan keadaan eksisting di lokasi PKL. terdapat 4 aktivitas penggunaan lahan yaitu
Terdapat 8 kriteria lokasi yang sudah sarana pendidikan, sarana peribadatan,
ditetapkan oleh peraturan-peraturan tersebut. perdagangan dan jasa, dan kawasan museum.
Berdasarkan hasil anlisis didapat 3 kesimpulan PKL sendiri memiliki jam aktivitas dari jam
yaitu sudah sesuai dengan peraturan, belum 17.00 – 04.00. Berdasarkan jam aktivitas PKL
sesuai, dan lokasi belum ditetapkan. Berikut dan penggunaan lahan di sekitarnya maka hasil
hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut. analisis adalah sebagai berikut.

4
Tabel 3. Hasil Analisis Dampak Aktivitas PKL Pada analisis ini terdapat 3 indikator yang
Terhadap Aktivitas Penggunaan Lahan Disepanjang bersumber dari Permen LH No.53 Tahun 2016
Koridor Jalan Gereja tentang pedoman pelaksanaan program
Analisis Dampak Hasil analisis
Adipura. Analisis ini dilakukan dengan cara
Aktivitas PKL
1.Dampak aktivitas Tidak berdampak pada mengamati keadaan disekitar lokasi PKL lalu
PKL terhadap aktivitas pendidikan karena menilai dengan menggunakan kriteria yang
aktivitas pendidikan jam aktivitas yang berbeda telah dimuat dalam peraturan tersebut. Berikut
atau tidak sama. ini hasil analisisnya dapat dlihat pada tabel
2.Dampak aktivitas Aktivitas PKL berdampak
PKL terhadap negatif terhadap aktivitas
berikut.
aktivitas peribadatan Gereja karena terdapat lapak
PKL dan pengunjung PKL Tabel 4. Hasil Analisis Dampak Aktivitas PKL
memarkirkan kendaraannya di Terhadap Kebersihan Lingkungan di Sekitar Lokasi
badan jalan. Hal ini PKL
menyebabkan akses keluar- Analisis Dampak Hasil analisis
masuk gereja menjadi Aktivitas PKL
terganggu. Namun pada hari 1. Kondisi fisik Berdasarkan pengamatan yang
sabtu saja karena gereja pada lapak dilakukan di lokasi penelitian,
hari itu beraktivitas lebih lama kondisi fisik lapak di koridor Jalan
dari hari-hari biasanya. Gereja termasuk dalam kriteria
3.Dampak aktivitas PKL terhadap aktivitas perdagangan penilaian sangat buruk. Hal ini
dan jasa disebabkan kondisi lapak yang
a. Hotel Aktivitas PKL memberikan tidak tertata, jarak antar lapak tidak
dampak positif bagi aktivitas teratur dan lapak yang digunakan
hotel. Banyaknya PKL yang juga tidak seragam. Selain itu
menjual berbagai jenis lapak PKL juga mengganggu lalu
makanan dan minuman lintas dan pejalan kaki.
menjadikan keberadaan PKL 2. Sampah Berdasarkan pengamatan yang
sebagai alternatif pilihan dilakukan di lokasi penelitian,
kuliner bagi pengunjung hotel. kondisi sampah di koridor Jalan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Gereja termasuk dalam kriteria
keberadaan PKL memberi penilaian sangat buruk. Hal ini
dampak positif terhadap disebabkan masih ada sampah
aktivitas hotel. yang bertumpuk dan berserakan di
b. Bank Tidak berdampak pada sekitar lokasi PKL ini. Namun
aktivitas bank karena jam sampah yang berserakan dan
aktivitas yang berbeda atau bertumpuk ini tidak disebabkan
tidak sama. oleh para pedagang tersebut
c. Toko Tidak berdampak pada melainkan kesadaran pengunjung
aktivitas toko karena tidak PKL yang kurang terhadap
banyak PKL yang berjualan kebersihan dan tidak terdapatnya
disekitar toko tersebut dan juga tempat untuk menampung sampah
tidak mengganggu akses di lokasi tersebut. Lalu saat pagi
keluar-masuk toko tersebut. hari (setelah PKL tidak beraktivitas
4. Dampak aktivitas Tidak berdampak pada lagi) keadaan disekitar lokasi PKL
PKL terhadap aktivitas museum karena jam tersebut sudah bersih dari sampah
aktivitas museum aktivitas yang berbeda atau yang berserakan dan bertumpuk
tidak sama. pada malam harinya (sudah
Sumber: Hasil Analisis, 2020 kembali normal).
3. Tempat Berdasarkan pengamatan yang
Berdasarkan tabel di atas maka dapat sampah dilakukan di lokasi penelitian,
kondisi tempat sampah di Koridor
disimpulkan bahwa keberadaan PKL tidak Jalan Gereja termasuk dalam
berdampak pada aktivitas pendidikan, bank, kriteria penilaian sangat buruk. Hal
toko, dan museum yang ada di Koridor Jalan ini disebabkan tidak terdapat tong
Gereja. Selain itu PKL juga memberikan atau tempat sampah di sekitar
dampak positif pada aktivitas hotel dan lokasi PKL ini.
Sumber: Hasil Analisis, 2020
memberikan dampak negatif pada aktivitas
gereja namun hanya pada hari tertentu saja Berdasarkan tabel analisis diatas maka
(hari Sabtu). dapat disimpulkan bahwa keberadaan PKL
2. Analisis Dampak Keberadaan Pedagang tidak berdampak pada sampah yang ada di
Kaki Lima (PKL) Terhadap Kebersihan Koridor Jalan Gereja. Selain itu PKL juga
Lingkungan di sekitar Lokasi PKL memberikan dampak negatif pada kondisi fisik

5
lapak dan tempat sampah karena mendapatkan Tabel 5. Nilai Frekuensi Tipe Hambatan Samping
nilai sangat buruk. Pada Jam Puncak di Hari Survei
3. Analisis Dampak Keberadaan Pedagang Jenis Hambatan Samping
Kaki Lima (PKL) terhadap Lalu Lintas di

Kendaraan Berhenti dan

Kendaraan yang masuk


Koridor Jalan Gereja

Bermesin/ Lambat
Penyebrang Jalan
Analisis ini menggunakan pedoman dari

Kendaraan Tak
Pejalan Kaki /

Lapak PKL
Direktorat Jenderal Bina Marga “Manual

dan keluar
Parkir
Kapasitas Jalan Indonesia” Tahun 1997. Hari Jam
Adapun langkah-langkah untuk mengetahui
dampak keberadaan PKL terhadap lalu lintas di
Koridor Jalan Gereja dapat dilihat pada uraian
berikut.
a. Kapasitas Jalan
Berikut ini merupakan langkah untuk Senin,
mengetahui kapasitas jalan. 13 20.00
Januari -
• Kapasitas Dasar 2020 21.00 7,5 12 44 20,3 0
Untuk menentukan kapasitas jalan Jumat,
menggunakan pedoman dari Direktorat 17 20.00
Jenderal Bina Marga “Manual Kapasitas Jalan Januari -
Indonesia” Tahun 1997. Tipe Jalan Gereja 2020 21.00 7,5 13 44 19,6 0,4
merupakan jalan 2 lajur tidak dipisah, jadi dari Sabtu,
pedoman yang digunakan maka ditentukan 18 22.00
kapasitas dasar Jalan Gereja adalah 2.900 Januari - 12,
smp/jam. 2020 23.00 5 23 43 20,3 0
Sumber: Hasil Analisis, 2020
• Faktor Penyesuaian Pengaruh Lebar
Jalur Lalu Lintas (FCw) Setelah itu masukkan angka tersebut ke
Tipe Jalan Gereja merupakan jalan 2 dalam rumus seperti berikut.
lajur tidak dipisah dan memiliki lebar efektif ±9 Nilai hambatan samping tanpa adanya
meter. Jadi berdasarkan pedoman yang PKL.
digunakan maka nilai FCw di Koridor Jalan Senin:
Gereja adalah 1,25. SCF = PED + PSV + EEV + SMV
• Faktor Penyesuaian Kapasitas SCF = 7,5 + 12 + 20,3 + 0
Untuk Pemisah Arah (FCsp) SCF = 39,8
Tipe Jalan Gereja merupakan jalan 2 Jumat:
lajur tidak dipisah dan memiliki pemisah arah SCF = PED + PSV + EEV + SMV
50-50. Jadi berdasarkan pedoman yang SCF = 7,5 + 13 + 19,6 + 0,4
digunakan maka nilai FCsp di Koridor Jalan SCF = 40,5
Gereja adalah 1,00. Sabtu:
• Faktor Penyesuaian Kapasitas SCF = PED + PSV + EEV + SMV
Untuk Hambatan Samping (FCsf) SCF = 12,5 + 23 + 20,3 + 0
Untuk menentukan nilai FCsf SCF = 55,8
terlebih dahulu mengetahui kelas hambatan Nilai hambatan samping dengan adanya
samping yang terjadi di Koridor Jalan Gereja PKL
dengan cara menghitung jumlah kejadian Senin:
hambatan samping pada jam puncaknya. SCF = PED + PSV + EEV + SMV +
Berdasarkan hasil survei nilai hambatan PKL
samping pada jam puncak di Koridor Jalan SCF = 7,5 + 12 + 20,3 + 0 + 44
Gereja adalah sebagai berikut. SCF = 83,8
Jumat:
SCF = PED + PSV + EEV + SMV +
PKL
SCF = 7,5 + 13 + 19,6 + 0,4 + 44
SCF = 84,5

6
Sabtu: • Hari Senin:
SCF = PED + PSV + EEV + SMV + VCR = 1.779,6/3.203,05
PKL VCR = 0,56
SCF = 12,5 + 23 + 20,3 + 0 + 43 • Hari Jumat:
SCF = 98,8 VCR = 1.768,7/3. 203,05
Berdasarkan perhitungan tadi maka VCR = 0,52
dapat ditentukan kelas hambatan sampingnya • Hari Sabtu:
sesuai dengan pedoman bahwa baik tanpa ada VCR = 1.835,1/3. 203,05
dan saat ada PKL kelas hambatan samping di VCR = 0,57
Koridor Jalan Gereja tidak mengalami Setelah didapat hasil perhitungan
peningkatan yaitu pada kelas sangat rendah. tersebut, maka baru dapat ditentukan klasifikasi
Setelah diketahui kelas hambatan tingkat pelayanan jalan di Koridor Jalan Gereja
sampingnya baru diketahui nilai Fcsfnya. Tipe dengan menggunakan pedoman yang
jalan 2 arah tidak dipisah dengan lebar bahu digunakan. Berdasarkan pedoman tersebut
efektif <0,5 meter dan kelas hambatan samping tingkat pelayanan jalan berada pada tingkat C
rendah, maka untuk nilai FCsf nya dalah 0,94. dimana arus pada tingkat terebut masih stabil.
• Faktor Penyesuaian Kapasitas Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan
Untuk Ukuran Kota (FCcs) PKL ini tidak berdampak pada tingkat
Kota Padang memiliki jumlah pelayanan jalan (Level Of Services)di Koridor
penduduk tahun 2019 berjumlah 939.112 jiwa. Jalan Gereja.
Jadi berdasarkan pedoman nilai FCcs nya
adalah 0,94. V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Maka setelah didapat nilai dari kelima Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat
langkah tersebut barulah dapat ditentukan disimpulkan bahwa keberadaan pedagang kaki
kapasitas jalan di Koridor Jalan Gereja dengan lima di Koridor Jalan Gereja tidak
menggunakan rumus sebagai berikut. menimbulkan dampak yang sangat
mengganggu bagi kawasan disekitarnya
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS sehingga tidak perlu dipindahkan atau relokasi.
C = 2900 x 1,25 x 1 x 0,94 x 0,94 PKL di Koridor Jalan Gereja hanya perlu ditata
C = 3203,05 smp/jam lebih baik agar dapat memaksimalkan potensi
dan daya tarik yang dimiliki, serta
Berdasarkan perhitungan diatas didapat meminimalisir dampak negatif yang
hasil kapasitas Jalan Gereja saat tidak ada dan ditimbulkan terutama pada kebersihan
ada PKL adalah 3.203,05 smp/jam. Hal ini lingkungan dan hambatan samping yang
menunjukkan bahwa keberadaan PKL tidak ditimbulkan oleh pedagang kaki lima di
menyebabkan menurunnya kapasitas jalan di Koridor Jalan Gereja.
Koridor Jalan Gereja. Sehingga dapat Sesuai dengan kesimpulan yang sudah
disimpulkan bahwa Keberadaan PKl tidak dijelaskan, maka peneliti memberikan
berdampak pada kapasitas jalan di Koridor rekomendasi yaitu untuk dapat
Jalan Gereja. mempertahankan PKL yang berada di Koridor
b. Tingkat Pelayanan Jalan (Level Of Jalan Gereja ini namun tetap harus diatur dan
Services) ditata supaya lokasi PKL ini semakin lebih
Untuk menentukan tingkat pelayanan kedepannya dan agar dapat melakukan
jalan di Koridor Jalan Gereja memerlukan data pengembangan – pengembangan yang
volume lalu lintas (smp/jam) pada jam puncak menguntungkan baik bagi pedagang yang
dan kapasitas jalan (smp/jam). Untuk data berjualan di Koridor Jalan Gereja maupun
kapasitas jalan sudah didapat pada analisis Pemerintah Kota Padang.
sebelumnya. Sedangkan data volume lalu lintas Selain itu peneliti berharap agar
pada jam puncak yaitu hari Senin volumenya Pemerintah terutama Pemerintah Kota Padang
1.779,6 smp/jam, hari Jumat 1.768,7 smp/jam, dapat melakukan pendekatan, peninjauan
dan hari Sabtu 1.835,1 smp/jam. Setelah potensi dan masalah untuk dijadikan sebagai
didapatkan data tersebut maka dihitung lokasi binaan PKL Pemerintah Kota Padang
menggunakan rumus sebagai berikut. agar lokasi ini dapat berkembang lebih baik
lagi. Lalu dapat mengatur dan menata lokasi
PKL dan melengkapi fasilitas yang ada di

7
lokasi PKL seperti tempat sampah untuk
menampung sampah dari pengunjung PKL ini.
Sedangkan untuk pedagang juga diharapkan
dapat mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan
pemerintah dan memperhatikan sampah yang
ada di lokasi mereka berjualan. Selanjutnya
diharapkan untuk masyarakat terutama
pengunjung lokasi PKL ini diharapkan lebih
sadar dan ikut berpartisipasi dalam menjaga
kebersihan lingkungan di lokasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Akliyah, Lely Syiddatul. 2008. Kajian
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Budi, Ari Sulistiyo. 2006. Kajian Lokasi
Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL serta Persepsi Masyarakat
Sekitar di Kota Semarang [Tesis].
Semarang: Universitas Diponegoro
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Bina
Karya. Jakarta
Novelia, Adinda Sukma dan Sardjito. 2015.
Kriteria Penentuan Lokasi Pedagang Kaki
Lima Berdasarkan Preferensi
Pedagangnya di Kawasan Perkotaan
Sidoarjo. Jurnal Teknik ITS. 4(1)
Peraturan Daerah Kota Padang No.4 Tahun
2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima
Peraturan Daerah Kota Padang No.190 Tahun
2014 tentang Lokasi dan Jadwal Usaha
Pedagang Kaki Lima
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No.53 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Adipura
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.41 Tahun .
2012 tentang Pedoman Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No.3 Tahun 2014
tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan

Anda mungkin juga menyukai