Anda di halaman 1dari 7

PASAR TRADISIONAL DITINJAU DARI SEGI URBAN DESIGN DAN DIMENSI SOSIAL PENGGUNA

(Studi Kasus Pasar Jatingaleh) BUSADA EKA KRISTI PRATIWI


ABSTRAK Pasar Tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Pasar Tradisonal dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, counter, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Salah satu contoh pasar tradisional adalah pasar Jatingaleh Semarang. Dalam Urban Design, pasar tradisional termasuk dalam ruang publik, karena kebutuhan ruang pasar tradisional membentuk suatu kawasan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Pasar membentuk suatu pola antara aktifitas dan bangunan dalam skala mikro dan berpengaruh pada lingkungan luar secara makro. Lingkungan luar dalam segi ini adalah dalam skala kota. Hubungan antara manusia dan ruang didalam dimensi sosial urban design, mengemukakan bahwa lingkungan fisik sangat menentukan perilaku manusia, jika lingkungan berubah maka perilaku manusia juga berubah. Dengan melakukan kajian mengenai pasar tradisional ditinjau dari segi arsitektur dan dimensi sosial urban design diharapkan nantinya dapat diketahui bagaimana pasar tradisonal berinteraksi dengan kawasan pembentuknya serta pola perilaku manusia pengguna terhadap lingkungan fisik pasar tradisional. Kata Kunci : Pasar Tradisional, Arsitektur, Dimensi Sosial Pendahuluan Pasar berkaitan erat dengan sistem perekonomian suatu wilayah. Didalam sebuah pasar terdapat kegiatan mendasar yakni kegiatan menjual dan membeli. Adanya kegiatan ini membentuk suatu ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan. Pembahasan ini melakukan kajian terhadap pasar yang ditinjau dari sistem perdagangannya. Pasar berdasarkan sistem perdagangannya terbagi menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar dimana transaksi antara penjual dan pembeli terjadi secara

langsung dan ada proses tawarmenawar. Menurut Peraturan Presiden RI no. 112 tahun 2007 Pasar Tradisional berupa tempat usaha yang berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan melalui proses jual beli barang dagangan dengan tawar- menawar. Ciri-ciri pasar tradisional bedasarkan sifatnya : Komoditas yang dijual adalah barang kebutuhan primer dan sekunder Harga dapat ditawar

Organisasi pasar terdiri dari pengelola dan persatuan pedagang. Fasilitas atau utilitas sederhana, seperti jaringan listrik dan telepon seperlunya, lavatory, persampahan, drainase, jaringan air bersih. Dalam urban design, pasar tradisional termasuk dalam ruang publik, karena kebutuhan ruang membentuk suatu kawasan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Pasar membentuk suatu pola antara aktifitas dan bangunan dalam skala mikro dan berpengaruh pada lingkungan luar secara makro. Pasar Jatingaleh sebagai pasar tradisional memiliki keterkaitan yang erat pada kawasan kota. Kajian Teori Hubungan antara manusia dan ruang didalam dimensi sosial urban design, mengemukakan bahwa lingkungan fisik sangat menentukan perilaku manusia yang terbentuk dari kegiatan yang ada. Didalam pasar, menurut pelakunya, dibedakan menjadi beberapa kegiatan sebagai berikut : 1. Pengunjung melakukan kegiatan berupa parkir, Melihat-lihat (window-shopping), Belanja menawarmencoba, Mnggunakan jasa dan Bersosialisasi. 2. Penjual melakukan kegiatan berupa Bongkar-muat, Sortir barang, Simpan barang, Pengepakan, Pelayanan kepada konsumen (pencatatan, pengemasan, transaksi). 3. Pengelola melakukan kegiatan berupa Pelayanan pendataan jumlah pedagang berdasarkan hak sewa, Pelayanan retribusi (pajak), Pelayanan perawatan gedung, Pelayanan parkir, Pelayanan keamanan, Perawatan teknis, Pelayanan penitipan anak, ibadah,

MCK dan Pelayanan perbaikan fasilitas Dalam dimensi sosial, terdapat pengeruh elemen-elemen immaterial dan material, seperti digambarkan pada gambar dibawah.

Gambar 1. Pengaruh elemen-elemen immaterial dan material Sumber : Hamid Shirvani, 1985

Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani elemen perancangan kota ada 8, yaitu sebagai berikut: 1. Tata guna lahan (Land Use) 2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) 3. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking 4. Ruang Terbuka (Open Space) 5. Pedestrian (Pedestrian Ways) 6. Aktivitas Pendukung (Activity Support) 7. Papan Iklan (Signage) 8. Preservasi (Preservation) Dari 8 elemen perancangan kota tersebut, yang akan digunakan untuk memperdalam pembahasan mengenai pasar tradisonal adalah Sirkulasi dan Parkir, Aktivitas Pendukung dan Signages. Pendekatan pemilihan elemen-elemen tersebut dikarenakan elemen yang ada akan dapat digunakan untuk melakukan kajian lebih lanjut terkait bangunan, pelaku dan ruang luar.

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain sebagainya. Dalam proses perancangan sebuah pola sirkulasi perlu diperhatikan beberapa anggapan mengenai sirkulasi (Motloch,1991), yaitu : 1. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan 2. Sirkulasi sebagi sebuah penekanan 3. Sirkulasi sebagai pertimbangan desain 4. Sirkulasi sebagai sebuah mata rantai dan sistem visual 5. Sirkulasi sebagai perbedaan keruangan 6. Sirkulasi sebagai perbedaan waktu Dalam suatu proses sirkulasi, terdapat perbedaan waktu dalam mencapai tempat yang merupakan tujuan akhir dari alur sirkulasi. Hal ini diakibatkan karena adanya proses pencapaian dalam sebuah kegiatan sirkulasi. Dalam suatu sirkulasi tentulah tidak terlepas dari perencanan sebuah jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain, jenisjenis jalan antara lain : (George Nez,1989) 1. Jalan Arteri Primer

Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Primer Jalan Kolektor sekunder Jalan Lokal Primer Jalan Lokal Sekunder Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.

2. 3. 4. 5. 6.

Gambar 2. Sistem Parkir Sumber : Hamid Shirvani, 1985

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan : 1. Kelangsungan aktivitas komersial. 2. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan : 1. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra kawasan dan aktivitas pada kawasan. 2. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan membuat lingkungan yang legible. 3. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan dari kawasan. Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunandan kegiatan kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan

penggunaan elemen elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alunalun, dan sebagainya.

Pasar Johar yang pertama (1933) merupakan pembesaran dari pasar Jatingaleh. Rencana ini kemudian dikembangkan dalam rangka efisiensi bahan Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pasar Jatingaleh menjadi serupa proyek rintisan. Pasar Jatingaleh terletak di Jalan Teuku Umar 102 Semarang, dan termasuk dalam BWK III kota Semarang. Batasbatas pasar Jatingaleh ialah sebelah timur Jalan Teuku Umar, Sebelah Barat pemukiman penduduk, sebelah selatan pemukiman penduduk, sebelah utara Jalan Tol Semarang Jakarta. Luas lahan yang ada sebesar 4639 m2 dan luas bangunan yang terbangun sebesar 2669 m2. Dimensi sosial pengguna 1. Pengunjung Pengunjung pada Pasar Johar Semarang rata-rata berjumlah 550 orang tiap harinya. Waktu terpadat pengunjung adalah saat pagi dan siang hari. Kegiatan pengunjung berdasarkan urutannya adalah Parkir kemudian windowshopping lalu belanja /menggunakan jasa/bersosialisasi.

Gambar 3. Plaza di New york Sumber : Hamid Shirvani, 1985

Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Jatingaleh)

Gambar 4. Pintu masuk pasar jatingaleh Sumber : Dokumentasi pribadi

Pasar Jatingaleh merupakan pasar


yang dibangun oleh de Gemeente (pemerintah kotapraja Semarang pada masa lalu) dan Thomas Karsten ditunjuk sebagai arsiteknya. Gebrakan yang dibuat oleh Karsten dengan menampilkan bentuk pasar modern yang lain daripada yang lain. Pasar ini bahkan dikatakan sebagai pasar yang sangat mewah untuk masa itu. Adanya keterkaitan antara pasar ini dengan pasar Johar, didukung oleh bentuk kolom dan sistem penghawaan dan pencahaayaan yang sama. Rancangan
Gambar 5. Pengunjung Pasar Jatingaleh Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Penjual Pedagang pada Pasar Jatingaleh Semarang berjumlah 282 dengan 212 pedagang oprokan/dasaran, 55 pedagang kios dan 212 pedagang los. Kegiatan pedagang berdasarkan urutannya adalah bongkar atau muat kemudian sortir lalu simpan, selanjutnya melakukan transaksi kepada pembeli.

Gambar 6. Penjual Pasar Jatingaleh Sumber : Dokumentasi pribadi

3. Pengelola Pengelola pada Pasar Jatingaleh Semarang berjumlah 8 orang. Kegiatan pedagang berdasarkan urutannya adalah parkir kemudian absen lalu melakukan pendataan jumlah pedagang/retribusi/perawatan gedung/pelayanan dan parkir/ keamanan/perbaikan.

Gambar diatas adalah pola sirkulasi sebagai pergerakan yang terjadi didalam bangunan, bagian kuning merupakan kios,bagian hijau merupakan los dan bagian merah merupakan dasaran terapan. Pada awal perencanaannya sirkulasi pergerakan jalur manusia telah rancang dengan baik, mengenai ukuran yang sesuai untuk pergerakan manusia didalam bangunan, akan tetapi pada kenyataanya sekarang, tiap penjual yang memiliki satu kios, los atau dasaran menambah wilayah teritorinya, sehingga jalur sirkulasi sebagai pergerakan menjadi penuh sesak.

Gambar 9. Sirkulasi sebagai perbedaan waktu Sumber : www.wikimapia.org Gambar 7. Pengelola pasar jatingaleh Sumber : Dokumentasi pribadi

Sirkulasi Pasar Jatingaleh Dari berbagai pengertian sirkulasi, yang akan dibahas pada bagian ini adalah sirkulasi sebagai sebuah pergerakan dan sirkulasi sebagai perbedaan waktu.

Gambar 8. Sirkulasi sebagai pergerakan Sumber : Hamid Shirvani, 1985

Sirkulasi sebagai perbedaan waktu dilihat dari pencapaian dari luar menuju dalam bangunan. Pasar Jatingaleh terletak di Jalan Teuku Umar yang merupakan jalan arteri primer. Kawasan Jatingaleh yang merupakan simpul pertemuan aktivitas antara Semarang Bagian Atas dan Semarang Bagian Bawah. Selain sebagai simpul aktivitas, kawasan Jatingaleh juga merupakan simpul transportasi karena adanya persimpangan antara Jalan Setia Budi dan Jalan Tol. Hal ini menyebabkan kawasan Jatingaleh ini merupakan kawasan padat. Sirkulasi menuju pasar Jatingaleh dari arah Semarang atas, dapat langsung menuju entrance, akan tetapi jika dari arah Semarang bawah,

pengguna kendaraan yang akan menuju pasar Jatingaleh harus memutar terlebih dahulu. Hal ini menambah kepadatan yang ada dikawasan ini.

Signages Pasar Jatingaleh

Gambar 12. Signages pasar jatingaleh Sumber : Hasil survai Gambar 10. Area parkir Sumber : Hasil survai

Area parkir pasar Jatingaleh terletak dibagian depan bangunan, dengan pencapaian langsung dari jalan. Area parkir mobil dan motor bercampur menjadi satu. Aktifitas Pendukung Pasar Jatingaleh

Signages yang ada pada pasar Jatingaleh yang menunjukan lokasi tersebut adalah bangunan pasar, berfungsi pula sebagai gate masuk dan keluar. Signages yang ada tidak Nampak dari kejauhan, disamping itu, letak pintu keluar yang ada banyak digunakan orang sebagai pintu masuk, karena jika pengunjung bernotor dari arah Semarang bawah, dapat lanngsung mencapai pintu tersebut dan tidak usah memutar. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan mengenai perbedaan pasar tradisional ditinjau dari segi urban design dan dimensi sosial pengguna dapat disimpulakan bahwa terdapat interaksi antara pola perilaku pengguna suatu bangunan dalam hal ini pasar tradisional terhadap lingkungan fisik diluar bangunan tersebut. Terdapat pula hubungan antara manusia dan ruang didalam dimensi sosial urban design, mengemukakan bahwa lingkungan fisik sangat menentukan perilaku manusia yang terbentuk dari kegiatan yang ada dan terbentuk didalamnya.

Gambar 11. Pedagang kaki lima Sumber : www.wikimapia.org

Seperti fungsi utamanya sebagai tempat berlangsungnya kegiatan jual beli maka dipasar jatingaleh terdapat banyak kegiatan jual beli pula. Semua kegiatan jual beli selayaknya menggunakan ruang yang telah disediakan. Namun pada kenyataannya masih ada pedagang kaki lima yang menjual barang dagangannya tidak pada tempatnya. Di pasar jatingaleh masih banyak ditemukan kasus pedagang menjual barang dagangannya diarea parkir, hal ini tentu saja akan mengganggu aktifitas kegiatan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden RI no. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Shivani, Hamid (1996), The Urban Design Process, VNR Company Inc, New York. Motloch, John.1991.Introduction to Landscape Design. Van Nostrand : New York. http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar http://fariable.blogspot.com/2011/01/ http://wikimapia.org/

Anda mungkin juga menyukai