Anda di halaman 1dari 11

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

NOMOR
: P.03/MENHUT-V/2004
TANGGAL
: 22 JULI 2004
BAGIAN KETUJUH
PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN
NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jalan Nasional telah dibangun sejak jaman penjajahan Belanda yang
mempunyai fungsi sangat strategis dalam kelancaran hubungan antar wilayah
terutama di Pulau Jawa. Selanjutnya semakin ramainya transportasi luar Jawa
yang merupakan jalur penghubung antar propinsi terutama transportasi lintas
Sumatera, lintas Sulawesi dan Pulau Bali sebagai daerah wisata, semakin
berkembang pula pembangunan jalan nasional. Adanya proyek jalan Nasional
dalam rangka memperlancar hubungan antar wilayah yang telah mengalami
pelebaran badan jalan namun dibeberapa bagian lokasi kondisi lingkungannya
masih belum rindang karena belum ada tanaman.
Untuk memperbaiki kondisi lingkungan turus (kanan-Kiri) jalan tersebut perlu
upaya penanaman dengan jenis tanaman yang mempunyai fungsi antara lain
sebagai penahan polusi, peneduh jalan, perbaikan iklim mikro dan penahan
longsor jalan.
Kegiatan penanaman turus jalan Nasional ini merupakan kegiatan show
window GERHAN dimulai sejak tahun 2003 bersamaan dengan dimulainya
Gerakan Nasional RHL.
Agar pelaksanaan penanaman pohon turus jalan lebih terarah, berdaya guna
dan berhasil guna maka perlu disusun Pedoman Penanaman Turus (KananKiri) Jalan Nasional.
B. Tujuan
Tujuan penanaman pohon kanan-kiri jalan adalah untuk menciptakan
suasana lingkungan sepanjang jalan Nasional agar lebih teduh, indah dan
mengurangi tingkat polusi udara.
C. Pengertian

VII-1

1. Jalan nasional adalah jalan yang wewenang pembinaannya adalah Menteri


atau pejabat yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pembinaan jalan di
tingkat nasional dan melaksanakan pembinaan nasional.
2. Landskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang
terbentuk pada lingkungan jalan , baik yang terbentuk dari elemen
landskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai
panorama yang indah, dan dapat pula terbentuk dari elemen landskap
buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Landskap
jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan
ketentuan geometri jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan
pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang
indah, sesuai dan memenuhi fungsi keamanan.
3. Elemen landskap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara,
warna dan suasana yang merupakan bagian dari elemen pembentuk
landskap baik yang bersifat alamiah maupun manusia. Elemen landskap
yang berupa benda terdiri dari dua unsure yaitu benda hidup dan benda
mati , yang dimaksud dengan benda hidup ialah tanaman, sedangkan
yang dimaksud benda mati adalah tanah, pasir, batu, dan elemen-lemen
lain yang berbentuk padat dan cair.
4. Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen landskap
lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di
dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).
5. Jalur hijau adalah dominasi elemen landskapnya tanaman berwarna hijau.
6. Tanaman peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan
percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter dan dapat memberikan
keteduhan dan penahanan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki.
7. Tanaman penyerap polusi udara dan kebisingan adalah jenis tanaman
berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai masa daun yang padat dan
dapat menyerap polusi udara dari asap kendaraan dan kebisingan.
8. Spot yaitu bagian dari suatu ruas jalan yang mempunyai potensi dan atau
mempunyai masalah yang memerlukan penanganan dengan penyelesaian
landskap.
D. Sasaran
Sasaran penanaman pohon pada turus (kanan-kiri) pada DAMIJA dan
DAWASJA jalan Nasional di seluruh wilayah Indonesia yang jalan Nasionalnya
belum ada tanaman turus, pelaksanaan penanaman diluar bahu jalan pada
lahan negara, kawasan hutan dan lahan milik.

VII-2

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman penanaman turus (kanan-kiri) jalan Nasional ini
meliputi perencanaan, pelaksanaan penanaman, pemeliharaan tanaman serta
pembinaan dan pengendalian.

VII-3

BAB II
PERENCANAAN
A. Persiapan
1. Pengumpulan Data
a.

b.

Data primer
Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden
atau sumber data atau dengan mendatangi langsung obyek yang
akan diambil datanya. Data primer antara lain kondisi lingkungan
turus (kanan-kiri) jalan, status lahan, topografi, kondisi lahan, dll.
Data sekunder
Data sekunder dapat diperoleh melalui pencatatan data-data yang
resmi (hasil laporan, dan lain-lain). Data sekender antara lain
panjang jalan, kegiatan penanaman yang pernah dilakukan, dll.

2. Pengolahan Data
Data-data yang berhasil dihimpun baik data primer maupun data sekunder
dianalisa untuk menentukan kebutuhan bahan, biaya, dan tenaga kerja
yang dihitung berdasarkan standar yang berlaku di daerah untuk setiap
jenis pekerjaan, alternatif jenis perlakuan sesuai dengan kondisi lahan,
jenis tanaman serta teknik penanaman.
B. Penyusunan Rancangan
Hasil analisa dirumuskan dan diuraikan dalam buku rancangan yang memuat
dan merinci hal-hal sebagai berikut :
1. Lokasi pembuatan tanaman, mencakup letak (Kabupaten/Kota), panjang
jalan efektif (Km) dan jumlah tanaman (batang).
2. Rincian kegiatan dan biaya untuk : penyiapan lahan, penyediaan bibit,
penataan batas, pembuatan lubang dan ajir, penanaman, pemeliharaan
(tahun berjalan, tahun I dan tahun II) serta pengadaan sarana prasarana.
3. Peta rancangan, memuat landskap bahu jalan, tata tanaman, jenis, arah
larikan dan jarak tanam.
4. Jenis tanaman kayu-kayuan yang perakarannya tidak merusak jalan dan
berfungsi sebagai peneduh, penahan angin, penahan polusi. Penanaman
untuk daerah yang tergenang secara periodic ditanam jenis antara lain
pule rawa (Alstonia angustifolia) dan keranji (Dialium indicum). Daerah
yang sangat dekat dengan laut, sehingga intrusi air laut diperkirakan
terjadi ditanam jenis antara lain ketapang (Terminalia catapa) dan
bintangor laut (Callophyllum inophyllum). Daerah yang mempunyai

VII-4

drainase yang baik ditanam jenis antara lain Kapur, Kenari, Mahoni,
Trembesi dan Tanjung.
5. Kebutuhan bahan dan tenaga.
6. Jadwal kegiatan.
C. Organisasi Pelaksana.
Pengorganisasian dalam penyusunan rancangan disusun sebagai berikut :
1. Penyusunan rancangan oleh aparat Dinas Kehutanan Propinsi yang
ditunjuk.
2. Penilaian rancangan oleh Balai Pengelolaan DAS (apabila di Propinsi
tersebut terdapat 2 Balai Pengelolaan DAS keduanya melakukan penilian
rancangan secara bersama-sama) atas masukan dari Kepala Perwakilan
Proyek Jalan Pantura (untuk wilayah Jawa) atau Dinas Kimpraswil di
Propinsi yang bersangkutan.
3. Pengesahan rancangan oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi.

VII-5

BAB. III
PELAKSANAAN
A. Persiapan
1. Sosialisasi.
Dalam rangka untuk keberhasilan penanaman pohon kanan- kiri jalan
Nasional diperlukan sosialisasi yang dilaksanakan pada setiap Propinsi
yang melibatkan instansi-instansi terkait dan masyarakat serta Lembaga
Swadaya Masyarakat
2. Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana yang antara lain meliputi pengadaan
bibit tanaman, ajir tanaman, tiang penyangga, bronjong, pupuk, pestisida,
dan peralatan yang diperlukan dilaksanakan oleh pihak ketiga (borongan).
a. Bibit tanaman
Bibit tanaman berupa kayu-kayuan yang bermutu baik dengan jenis
tanaman yang disesuaikan jenis tanah dan kondisi lapangan, memiliki
tinggi minimal 1 m, dengan kondisi media yang kompak.
b. Ajir tanaman
Ajir tanaman terbuat dari kayu atau bambu dengan ukuran panjang
disesuaikan dengan tinggi tanaman. Ajir dipasang pada suatu titik
pada lahan yang akan ditanami bibit tanaman. Bagian atas ajir dicat
merah agar mudah diamati.
b. Steger/tiang penyangga
Steger/penyangga berfungsi sebagai penguat tanaman terbuat dari
kayu atau bambu dengan ukuran panjang sesuai tinggi tanaman.
c. Keranjang/beronjong tanaman
Keranjang atau beronjong terbuat dari kayu atau bambu dipasang
sebagai pelindung/pengaman tanaman dari gangguan binatang dan
gangguan lainnya.
d. Pupuk
Diberikan baik berupa pupuk alam (kompos atau pupuk kandang)
maupun pupuk buatan (NPK) yang dosisnya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing jenis tanaman.
e. Obat-obatan

VII-6

Obat-obatan perlu diadakan bila diperkirakan bibit yang ditanam akan


mendapat gangguan atau serangan hama dan penyakit.
f. Peralatan
Peralatan yang perlu dipersiapkan antara lain berupa cangkul, ganco,
sabit yang dipergunakan untuk pembersihan lapangan, pembuatan
lubang tanaman atau pemeliharaan tanaman.
B. Persiapan lahan
1. Pembersihan lahan yang akan ditanami agar lahan itu bersih dari sisa
tanaman atau bahan yang dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran penanaman
2. Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan
penanaman dengan maksud untuk mengeliminasi zat-zat racun yang akan
mengganggu pertumbuhan tanaman. Ukuran lubang tanaman sebesar
50 x 50 x 50cm.
C. Penanaman
1. Pengangkutan bibit tanaman
a. Bibit tanaman untuk kegiatan penanaman turus jalan diterima oleh
pelaksana penanaman dari pelaksana penyedia bibit di tempat
penampungan bibit sementara yang telah ditentukan.
b. Penentuan
tempat
penampungan
bibit
sementara
agar
mempertimbangkan jarak distribusi bibit terdekat ke lokasi
penanaman.
c. Pengangkutan bibit tanaman ke lokasi penanaman oleh pelaksana
penanaman dilakukan sesuai dengan jadwal pelaksana kegiatan
penanaman.
2. Penanaman bibit tanaman
a. Lubang tanaman telah siap sebelumnya dan diberi pupuk
kompos/kandang (organik) + 3 Kg.
b. Bibit harus ditanam pada awal musim hujan
c. Waktu penanaman adalah pada musim hujan dan dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan ketersediaan waktu dan tenaga kerja
d. Setelah bibit ditanam, tanaman diberi tiang penyangga selanjutnya
diberi bronjong pengaman tanaman.

VII-7

e. Jarak tanam + 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lapangan dan


jenis bibit tanamannya.
D. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati dilaksanakan pada
saat puncak musim penghujan.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan terhadap tanaman yang terganggu gulma,
penyiangan dilakukan pada piringan tanaman radius + 0,5 m.
3. Pendangiran
Pendangiran dilakukan terhadap tanaman yang terganggu gulma dengan
cara piringan radius + 0,5 m, dengan maksud untuk penggeburan tanah
sekeliling tanaman guna memperbaiki aerasi dan struktur tanah.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada sekeliling tanaman dengan jenis pupuk dan
dosis sesuai dengan kebutuhan.
5. Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan obatobatan kimia (insektisida dan fungisida) yang dosisnya disesuaikan
dengan kondisi dan umur tanaman.
E. Perlindungan Tanaman
Tanaman yang sudah tumbuh dengan baik perlu dilindungi dari gangguan
seperti binatang, gangguan lainnya, dengan menggunakan keranjang
pengaman tanaman.
F. Pengamanan
Tanaman yang tumbuh untuk dijaga keamanannya terutama terhadap
gangguan manusia dan ternak (penebangan, kebakaran), sehingga terjamin
kelangsungan pertumbuhan tanaman.
G. Pengorganisasian
Perlu adanya organisasi lintas Departemen yang dapat menjamin kelestarian
tanaman turus jalan. Pengalaman di beberapa tanaman turus jalan yang
dipangkas ujungnya bila mengenai kabel listrik atau telepon, dengan
demikian keindahan dan fungsi tanaman turus terganggu.
Pengorganisasian penanaman turus jalan sebagai berikut :
1. Penyelenggara kegiatan penanaman : Dinas Kehutanan Propinsi
2. Pelaksana penanaman sedapat mungkin dilakukan melalui gerakan yang
melibatkan pelajar, pegawai, buruh, TNI dan masyarakat.

VII-8

3. Kegiatan pemeliharan, pengawasan dan perlindungan tanaman oleh :


Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Kabupaten yang menangani Kehutanan
dan atau pertamanan.
H. Pengelolaan
Tanaman turus yang sudah tumbuh dikelola oleh Dinas Kabupaten yang
menangani Kehutanan dan atau pertamanan, termasuk penanaman kembali
apabila tanaman turus jalan sudah masak tebang.

VII-9

BAB. IV
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
A.

Pembinaaan
1. Pembinaan teknis penanaman dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
2. Pembinaan teknis perencanaan landskap jalan dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.
3. Pembinaan dalam rangka koordinasi dengan Gubernur dan Bupati/Kota
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah.
4. Pembinaan pelaksanaan penanaman pohon kiri kanan jalan dilakukan
Gubernur/Bupati di wilayahnya.

B.

Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi : pengawasan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan.
1. Pengawasan.
Pengawasan dilakukan oleh instansi fungsional.
2. Monitoring dan evaluasi
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan penanaman pohon kiri kanan jalan
monitoring dan evaluasi dilakukan oleh :
a. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dalam
hal kegiatan penanaman kiri kanan jalan.
b. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah dalam hal kegiatan kebenaran
landskapnya.
3. Pelaporan.
Laporan disampaikan kepada Dirjen RLPS dengan tembusan kepada
Dirjen Bangda, Dirjen Prasarana Wilayah dan Bupati setempat.

VII-10

BAB V
PENUTUP

Pedoman ini merupakan pedoman dalam penyelenggaraan penanaman turus


(kanan-kiri) jalan Nasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GERHAN).
Diharapkan pedoman ini dapat dipedomani dengan sebaik-baiknya oleh semua
pihak yang terkait guna kelancaran dan keberhasilan dalam penyelenggaraan
penanaman turus ( kanan- kiri) jalan Nasional.

MENTERI KEHUTANAN

MUHAMMAD PRAKOSA

VII-11

Anda mungkin juga menyukai