Anda di halaman 1dari 13

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004
TANGGAL : 22 JULI 2004

BAGIAN KETIGA

PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN KONSERVASI


DALAM RANGKA
GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan untuk
terwujudnya kelestarian tipe-tipe ekosistem, sumberdaya alam hayati
didalamnya serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih
mendukung optimalisasi fungsinya, antara lain dilakukan dalam bentuk
penetapan keterwakilan tipe ekosistem tersebut sebagai hutan konservasi
(Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru).
Kondisi hutan konservasi di beberapa lokasi saat ini telah mengalami
degradasi, dan telah menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati,
serta menurunnya kualitas habitat tumbuhan dan satwa liar, yang
mengganggu keseimbangan lingkungan dan fungsi hutan konservasi. Untuk
memulihkan kondisi tersebut, perlu adanya upaya rehabilitasi pada hutan
konservasi.
Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan sesuai
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 349/Kpts-II/2003, dirasakan belum
cukup mengatur penyelenggaraan rehabilitasi di hutan konservasi. Oleh
karena itu agar kegiatan rehabilitasi dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
disusun Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud disusunnya pedoman ini adalah tersedianya aturan sebagai acuan
atau dasar pelaksanaan rehabilitasi di hutan konservasi bagi para pelaksana,
dengan tujuan agar pelaksanaan rehabilitasi di hutan konservasi dapat
berjalan secara tertib dan efektif.

C. Batasan/Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan :

III-1
1. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu , yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya yang terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam
(KSA), Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB).
2. Kawasan Hutan Suaka Alam (KSA) adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan yang terdiri dari Cagar
Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM).
3. Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) adalah hutan dengan ciri khas
tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,
yang terdiri dari Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA) dan
Taman Hutan Raya (Tahura).
4. Taman Buru (TB) adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata berburu.
5. Reboisasi hutan konservasi adalah kegiatan perbaikan habitat dengan
melakukan penanaman pada bagian kawasan Suaka Margasatwa, Taman
Nasional selain di dalam zona inti, Taman Wisata Alam, Taman Hutan
Raya dan Taman Buru yang mengalami kerusakan.
6. Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai
penanaman berupa kegiatan penyulaman dalam jumlah per satuan luas
sesuai dengan standar hasil yang ditentukan dan dilakukan dalam kurun
waktu dua tahun.
7. Pengamanan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
dan menanggulangi berbagai gangguan yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, kebakaran, satwa, ternak, hama dan penyakit, guna
mendapatkan tanaman yang berkualitas dalam jumlah per-satuan luas
sesuai dengan standar hasil yang ditentukan dan dilakukan dalam kurun
waktu dua tahun setelah selesai penanaman.
8. Pembinaan habitat adalah kegiatan berupa pemeliharaan/perbaikan
lingkungan tempat hidup satwa dan atau tumbuhan dengan tujuan agar
satwa dan tumbuhan tersebut dapat terus hidup dan berkembang secara
dinamis dan seimbang melalui pengkayaan jenis dan pengendalian
tanaman pesaing.
9. Bibit merupakan suatu tanaman muda yang berasal dari benih, stek atau
cabutan anakan pohon jenis asli/endemik.
10. Jenis asli/endemik adalah jenis pohon yang pernah tumbuh dan atau
masih ada, dan berkembang di lingkungan wilayah kawasan tersebut
berada.
11. Suksesi alami adalah proses regenerasi ekosistem yang diserahkan kepada
alam khususnya penanggulangan faktor pengganggu dengan disertai
campur tangan manusia secara terbatas.

III-2
D. Sasaran
Sasaran kegiatan rehabilitasi di hutan konservasi adalah areal yang rusak pada
kawasan Suaka Margasatwa, Taman Nasional (di luar zona inti), Taman
Wisata Alam, Taman Hutan Raya dan Taman Buru.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi
meliputi rancangan teknis, pelaksanaan pembuatan tanaman, pemeliharaan
tanaman, pengamanan tanaman, pembinaan dan pengendalian serta
pelaporan.

III-3
BAB II
RENCANA TEKNIS

A. Rancangan Kegiatan
1. Rancangan kegiatan memuat rancangan kegiatan fisik dan biaya, yang
dituangkan dalam buku rancangan dan dilampiri dengan peta rancangan
kegiatan.
2. Rancangan kegiatan fisik menguraikan secara rinci mengenai :
a. Lokasi, yaitu provinsi, kabupaten, DAS/Sub DAS, Wilayah Konservasi,
status kawasan, unit/blok penanaman, yang dituangkan dalam risalah
lapangan dan peta lokasi (skala 1:250.000 /skala 1:100.000).
b. Uraian kegiatan, meliputi jenis kegiatan, cara pembuatan, risalah fisik
lapangan, target luas, volume/jumlah dan jenis tanaman/bangunan,
input fisik (sarana produksi) bahan, peralatan kerja, pemeliharaan
tanaman dan bangunan, sarana-prasarana kerja (gubug kerja, jalan
hutan/inspeksi) tenaga kerja, pelaksana kegiatan dan jadwal waktu.
c. Gambar dan peta rancangan sebagai acuan pelaksanaan di lapangan.
Gambar rancangan memuat gambar bangunan (design/bestek
bangunan), pola tanam (sistem pertanaman: campuran, sejenis, tata
letak) dan peta rancangan yang memuat situasi lapangan, batas luar
dan batas petak tanaman, batas alam, letak tanaman (tegakan sisa
dan baru), jalan masuk (angkutan bibit), jalan inspeksi dll. Skala peta
disesuaikan dengan jenis kegiatan masing-masing (skala 1:1.000 /
skala 1:10.000).
3. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) memuat uraian secara rinci mengenai
kebutuhan biaya per jenis pekerjaan dan jumlah biaya keseluruhan yang
didasarkan pada rancangan fisik dan harga satuan dari setiap komponen
pekerjaan.
4. Rancangan masing-masing kegiatan secara spesifik menyesuaikan dengan
kegiatan, satuan, target, dan kondisi setempat.

B. Penyusunan Rancangan
Pembuatan tanaman didasarkan pada perencanaan yang dituangkan dalam
rancangan teknis rehabilitasi hutan konservasi.
Materi yang dituangkan dalan rancangan teknis tersebut meliputi :
1. Target luas (letak/lokasi, peta kerja skala 1 : 10.000 atau 1: 20.000).
2. Jenis dan jumlah tanaman (jumlah tanaman sudah termasuk bibit untuk
penyulaman T-0).
3. Jenis dan jumlah tanaman untuk pemeliharaan T+1 dan T+2.
4. Pembiayaan (dituangkan dalam Rencana Anggaran Biaya).
5. Ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja.

III-4
6. Pengangkutan bibit (termasuk mekanisme/proses pengangkutan bibit dari
tempat pembibitan – penampungan sementara - lokasi penanaman.
7. Pengadaan sarana dan peralatan kerja.
8. Organisasi pelaksana pembuatan tanaman.
9. Pembersihan lapangan pada areal yang akan ditanami (bukan berarti
harus land clearing).
10. Pengukuran batas lokasi, tata letak, blok-blok tanaman, jalan hutan dll.
11. Pembuatan lobang tanaman.
12. Pemasangan ajir pada areal (lubang) tanaman yang telah dibuat sesuai
penyebaran tanaman.
13. Model rehabilitasi dapat dilaksanakan melalui pola cemplongan/piringan,
jalur dll.

C. Organisasi Pelaksana Penyusunan Rancangan


Organisasi pelaksana penyusunan rancangan pembuatan tanaman reboisasi
hutan konservasi adalah sebagai berikut :
1. Penanggungjawab/Pengesah Kepala Balai KSDA untuk kawasan Suaka
Margasatwa dan Taman Wisata Alam serta Kepala Balai Taman Nasional
untuk kawasan Taman nasional.
2. Penyusun, Aparat/petugas yang ditunjuk oleh Kepala Balai KSDA untuk
kawasan Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam serta oleh Kepala
Balai Taman Nasional untuk kawasan Taman nasional.
3. Penilai, kepala Balai Pengelolaan DAS.

D. Tahapan Penyusunan Rancangan


1. Mengumpulkan bahan, data dan menganalisa data.
Hasil pengumpulan data, pengolahan dan analisa data beberapa
diantaranya dituangkan dalam gambar dan peta.
2. Mengadakan orientasi lapangan, perisalahan lokasi, pengukuran dan
pemancangan batas areal tanaman.
3. Pengolahan dan analisa data, serta menyusun draft rancangan dan sketsa
lapangan pembuatan tanaman reboisasi.
4. Mengadakan rapat koordinasi dengan instansi/lembaga terkait untuk
membahas draft rancangan.
5. Memperbaiki rancangan yang telah dibahas menjadi draft I.
6. Draft I dinilai oleh Pejabat Instansi berwenang melalui rapat koordinasi
dengan instansi/lembaga terkait.
7. Naskah dan peta rancangan diperbaiki menjadi draft final.
8. Pengesahan rancangan oleh pejabat yang berwenang.

III-5
9. Perubahan dalam rancangan dapat dilakukan sesuai prosedur
penyusunan, dan merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dengan
rancangan semula sesuai dengan bidang/kegiatannya.

E. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan perencanaan teknis adalah buku rancangan rehabilitasi hutan
konservasi dilampiri peta yang diperlukan dan telah dinilai oleh Kepala Balai
Pengelolaan DAS, dan telah disahkan oleh Kepala Balai KSDA/TN.
Buku rancangan teknis pembuatan tanaman rehabilitasi dalam rangka
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan disusun dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
1. Judul : RANCANGAN …. (kegiatan yang sesuai) ….
GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN ...
Lokasi : ……………………..
Luas : ………………………
Desa : ………………........
Kecamatan : ………................
Kabupaten : ………………………
Provinsi : ………………………
DAS/Sub DAS : ……………………...
2. Format :
a. Bentuk : Buku, ukuran A4/folio, memanjang (landscape)
b. Warna sampul : Orange
c. Penyajian : Uraian, tabel/daftar, diagram, gambar bagan/pola
tanam, gambar konstruksi, peta rancangan, peta
lokasi/peta situasi
3. Muatan : Rancangan Fisik dan Rancangan Biaya (RAB)
4. Naskah Rancangan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Dasar Penyusunan
II. KEADAAN LOKASI KEGIATAN
A. Biofisik
1. Letak dan Luas

III-6
2. JenisTanah
3. Topografi
4. Hidrologi
5. Penutupan Lahan/Vegetasi
6. Fauna
B. Sosial Ekonomi
1. Demografi
2. Mata pencaharian
3. Tenaga kerja
III. RENCANA TEKNIK DAN PERLAKUAN
A. Rencana Fisik Tanaman
B. Pola Tanam
C. Jadwal Waktu Pelaksanaan
D. Rencana Kebutuhan Biaya
LAMPIRAN
Ø Gambar/design konstruksi
Ø Peta rancangan.

III-7
BAB III
PEMBUATAN TANAMAN

A. Perencanaan
Pembuatan tanaman didasarkan pada perencanaan yang dituangkan dalam
rancangan teknis rehabilitasi hutan konservasi yang disusun sesuai dengan
rancangan teknis pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi yang telah
dibuat.

B. Penyediaan Bibit
1. Melalui Pihak Ketiga
Penyediaan bibit dalam rangka penyelenggaraan reboisasi hutan
konservasi dilakukan oleh pihak ketiga yang diatur melalui petunjuk
pelaksanaan tersendiri, dengan jenis dan kualitas bibit yang diusulkan
oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam/Taman Nasional sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Persyaratan Bibit
1) Bibit dari Cabutan/Puteran :
a) Asal bibit dari dalam kawasan yang bersangkutan atau dari
tempat lain dengan bibit sejenis yang ada (pernah ada) dalam
kawasan, yang merupakan satu kesatuan ekosistem
(bioregion).
b) Sehat, berbatang tunggal dan leher akar berkayu.
c) Ukuran bibit cabutan minimal 40 cm.
d) Tidak satu jenis (heterogen).
e) Perlakuan bibit cabutan untuk siap tanam (menggunakan
polybag atau media lainnya).
f) Pemupukan (pupuk organik) bila dilakukan penyemaian.
2) Bibit dari persemaian :
a) Benih/stek yang merupakan jenis asli/endemik.
b) Sehat berbatang tunggal dan leher akar berkayu.
c) Ukuran bibit siap tanam berasal dari benih minimal 30 cm.
d) Ukuran bibit siap tanam berasal dari stek minimal 25 cm dari
pangkal tunas
e) Tidak satu jenis (heterogen).
f) Perlakuan bibit untuk siap tanam (polybag atau lainnya).
g) Pemupukan (pupuk organik).

III-8
3) Persyaratan Tempat Penampungan Sementara Bibit :
a) Lokasi terletak pada atau dekat dengan lokasi penanaman
dan dekat dengan sumber air.
b) Tersedia naungan alam/buatan dan topografi datar.
c) Aksesibilitas memadai (lokasi mudah dijangkau).
d) Pengamanan dan pemeliharaan mudah dilakukan.
2. Mekanisme Penerimaan Bibit dari BP DAS
Bibit dinilai oleh Tim Independen Penilai Bibit di Tempat Penampungan
Sementara dengan disaksikan oleh petugas dari BP DAS dan Balai
KSDA/TN selanjutnya dituangkan dalam berita acara penilaian bibit.
Pelaksanaan penilaian bibit dilakukan minimal 2 (dua) minggu setelah
bibit tiba di Tempat Penampungan Sementara.
Bibit yang belum diserah terimakan kepada Kepala Balai KSDA/TN
pemeliharaan dan pengamanannya menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga.
Bibit yang telah lulus seleksi oleh Tim Independen Penilai Bibit diserahkan
oleh Kepala BP DAS kepada Kepala Balai KSDA/TN, selanjutnya
dituangkan dalam berita acara serah terima sesuai jenis dan jumlah yang
memenuhi syarat.
Kepala Balai KSDA/TN berhak menolak bibit yang diserahkan oleh BP DAS,
apabila tidak sesuai dengan jenis, jumlah dan kriteria/standar yang telah
ditetapkan dalam juklak.

C. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman


1. Kriteria Kawasan yang Perlu Direhabilitasi
a. Lokasi tidak dalam sengketa/konflik hak kepemilikan lahan (land
tenure).
b. Lokasi bebas dari gangguan manusia dan ternak.
c. Persentase kerusakan minimal 5 % dari luas fungsi kawasan/zona
pada taman nasional; kerusakannya kompak/terkonsentrasi; areal
yang terbuka bukan berupa padang penggembalaan; serta tidak
tersedia anakan pohon yang memungkinkan terjadinya suksesi secara
alami.
d. Diusulkan oleh Kepala Balai KSDA/Balai TN.
2. Pembuatan Tanaman
a. Persiapan
1) Penyediaan bahan, peralatan, perlengkapan kerja dan tenaga
kerja.
2) Pembersihan jalur/piringan rencana tanam tanpa menebang
pohon yang telah ada.
3) Pembuatan lubang dan pemasangan ajir tanaman.

III-9
4) Distribusi bibit dari tempat penampungan bibit ke lokasi
penanaman. dan menempatkannya menurut arah larikan atau
lubang penanaman.
5) Persiapan sebagaimana butir a, b, c dan d mengacu pada
dokumen rancangan yang telah disahkan.
b. Penanaman
1) Melepas polybag dari media tanaman dengan hati-hati (polybag
dikumpulkan dan dibawa ke luar kawasan).
2) Meletakkan bibit dan media pada lobang tanaman yang telah
diberi pupuk organik.
3) Penimbunan lobang tanaman dengan tanah sampai lebih tinggi
dari permukaan tanah dan pemasangan ajir pada tanaman.
c. Pemeliharaan Tahun Berjalan (T-0)
Pemeliharaan tahun berjalan meliputi pemeliharaan bibit cadangan
untuk penyulaman, penyiangan, penyulaman dan pengamanan :
1) Penyiangan pertama dilakukan pada antara + 15 – 30 hari setelah
bibit ditanam sekaligus melakukan monitoring fisik tanaman
(prosen tumbuh tanaman).
2) Penyulaman dilakukan setelah penyiangan pertama untuk
mengganti tanaman yang mati/tidak tumbuh sehat apabila
tanaman yang tumbuh kurang dari 55 %.
3) Penyiangan kedua dilakukan antara 15-30 hari setelah
penyulaman disesuaikan dengan kondisi setempat.
4) Pengamanan dilakukan setelah bibit ditanam untuk mencegah dan
menanggulangi berbagai gangguan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, kebakaran, satwa, ternak, hama dan penyakit
dalam kurun waktu berjalan.
3. Pelaksana
a. Dilaksanakan secara swakelola oleh BKSDA/BTN dengan melibatkan
masyarakat setempat apabila tersedia tenaga kerja penanaman
disekitar kawasan.
b. Dilaksanakan melalui kepeloporan TNI pada daerah yang sulit
didapatkan tenaga kerja/jauh dari pemukiman penduduk yang
diharapkan menjadi sumber tenaga kerja.

III-10
BAB IV
PEMELIHARAAN TANAMAN

A. Jangka Waktu Pemeliharaan Tanaman


Pemeliharaan tanaman rehabilitasi di hutan konservasi dilakukan pada :
1. Pemeliharaan tahun pertama (T+1)
2. Pemeliharaan tahun kedua (T+2)

B. Komponen Pekerjaan
1. Pemeliharaan Tahun Pertama dan Kedua
a. Penyulaman,
Bibit yang digunakan minimal berukuran sama atau lebih tinggi dari
bibit yang telah ditanam untuk menyamakan pertumbuhan tanaman.
Untuk tahun ke 1 dan 2 dilaksanakan pada awal musim penghujan.
Apabila prosentase hidup tanaman kurang dari 55 %, maka perlu
dilakukan penyulaman/penanaman ulang.
b. Penyiangan dan Pendangiran,
Penyiangan secara manual dilakukan melalui pendangiran piringan
tanah sekitar tanaman. Sisa semak/tumbuhan hasil penyiangan harus
ditempatkan diposisi yang benar (ditanam), diupayakan agar dapat
cepat membusuk dan tidak rawan kebakaran. Kegiatan ini termasuk
memusnakan tanaman pengganggu dan tanaman eksotik/asing
(invasive species) dalam rangka pengendalian hama dan penyakit

C. Pengamanan
Pengamanan dilakukan untuk melindungi tanaman dari gangguan manusia,
satwa, ternak, dan kebakaran, antara lain melalui :
1. Peningkatan patroli dan pengawasan secara periodik di areal tanaman.
2. Melakukan pembersihan areal tanaman dari bahan yang mudah
terbakar/pembuatan sekat bakar.
3. Dalam pengamanan dan pembuatan sekat bakar pada areal tanaman
dapat melibatkan masyarakat.

III-11
BAB V
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN

A. Pembinaan dan Pengendalian


Pembinaan dan pengendalian dilakukan melalui :
1. Bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Balai KSDA/TN terhadap
pelaksaan kegiatan penanaman.
2. Monitoring fisik tanaman dilakukan secara periodik dimulai setelah 15 hari
penanaman oleh Kepala Balai KSDA/TN atau petugas yang ditunjuk.

B. Monitoring
Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pelaksanaan reboisasi/rehabilitasi
di hutan konservasi dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GN RHL/Gerhan) perlu dilakukan monitoring dalam bentuk
pengawasan :
1. Pengawasan intern dijalankan oleh unsur pelaksana kegiatan, misalnya;
Balai Taman Nasional, Balai KSDA, atau pelaksana lainnya.
2. Pengawasan ekstern; pengawasan yang dilakukan oleh pihak di luar
organisasi pelaksana, misalnya oleh tim dari Ditjen PHKA atau Ditjen
RLPS.

C. Evaluasi
Kegiatan pelaksanaan reboisasi/rehabilitasi di hutan konservasi dalam rangka
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) dinilai
berhasil bila prosentase tanaman yang tumbuh cukup tinggi, yaitu diatas 55
% dan bisa menutupi areal yang sebelumnya terbuka.

D. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi di hutan konservasi dilaksanakan
oleh Balai TN/KSDA setiap triwulan, semester dan akhir tahun, disampaikan
kepada Dirjen PHKA dan Dirjen RLPS, dengan ditembuskan kepada instansi
terkait di daerah.

III-12
BAB VI
PENUTUP

Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi ini merupakan


panduan dalam penyelenggaraan pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi
kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan).
Diharapkan pedoman ini diacu oleh semua pihak yang terkait guna kelancaran dan
keberhasilan dalam penyelenggaraan pembuatan tanaman penghijauan kota
kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Hal-hal yang belum cukup diatur secara teknis agar diatur lebih lanjut oleh satker
pelaksana di daerah sebagai penjabaran lebih lanjut dan tidak bertentangan
dengan pedoman ini.

MENTERI KEHUTANAN

MUHAMMAD PRAKOSA

III-13

Anda mungkin juga menyukai