KATEGORI INSTRUMEN:
Pengelolaan dan Pengendalian Kerusakan Hutan
KELAS RISIKO:
Menengah Tinggi
REVISI:
KELAS PENGGUNA:
Usaha/Kegiatan Risiko Menengah Tinggi
TANGGAL BERLAKU:
KLUSTER KEGIATAN:
Operasional - Teknis
JUMLAH HALAMAN: 10
NAMA: Standar Pemulihan Fungsi Ekosistem
Mangrove
A.1. Tujuan
Standar ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pedoman teknis pemulihan fungsi
ekosistem mangrove baik melalui restorasi maupun rehabilitasi dalam rangka
memulihkan kondisi ekosistem mangrove dan meningkatan semua upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan lestari melalui proses terintegrasi untuk mencapai
keberlanjutan fungsi ekologi dan jasa ekosistem mangrove bagi kesejahteraan
masyarakat.
A.2. Pelaksana
Pelaksana pemulihan fungsi ekosistem mangrove dibawah koordinasi Dirjen PDASRH
Kementerian LHK (UPT Pusat) dan DLH Provinsi (UPT Daerah). Pada pelaksanaannya
dapat melibatkan berbagai stakeholder, mulai dari Pemerintah Kotamadya/Kabupaten,
Badan Riset dan Inovasi Nasional, Perguruan Tinggi, Perusahaan Swasta, NGO dan
Masyarakat.
Rencana pemulihan fungsi ekosistem mangrove memuat beberapa hal sebagai berikut:
a) lokasi pemulihan;
b) luas lahan pemulihan;
c) Kondisi lahan: kondisi geo-hydrology, kondisi ekologis dan lingkungan (contoh:
pencemaran, bekas tambang, dll), dan kondisi sosial-ekonomi
d) cara atau teknik pemulihan (teknik/teknologi restorasi dan rehabilitasi) yang sesuai;
e) komponen dan jadwal kegiatan;
f) rencana biaya;
g) manajemen pelaksanaan;
h) target capaian per 6 (enam) bulan; dan/atau
i) teknik dan jadwal pemeliharaan dan pemantauan.
Melalui kajian mendalam dan perencanaan pemulihan ekosistem yang cermat maka
didapat informasi tentang rona dan kondisi lahan yang akan diplihkan dan teknik
pemulihan termasuk penanaman, perawatan, pemeliharaan yang tepat. Sehingga
pelaksanaan pemulihan ekosistem mangrove dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Pemilihan teknik pemulihan ekosistem mangrove berdasarkan hasil kajian kondisi lahan
yang akan di pulihkan dan perencanaan pemulihan ekosistem mangrove (A4.1) serta
kriteria-kriteria tertentu. Teknik EDCMR (persiapan lahan berbasis ecosystem design,
pemulihan kualitas lahan berbasis bioteknologi, teknik penanaman, perawatan dan
monitoring) dapat di terapkan pada lahan marginal seperti bekas tambang, bekas
tambak, lahan tercemar, dan lahan lain yang nyaris tidak cocok untuk pertumbuhan
mangrove seperti berpasir, kerikil/koral mati, berarus dan berombak. Suksesi alam
dapat diterapkan untuk lahan yang hanya memerlukan perbaikan sistem hidrologis
sehingga cocok untuk pertumbuhan mangrove. Syarat penting dari suksesi alam adalah
lahan yang akan di tanam harus benar-benar cocok bagi propagule atau buah/biji
mangrove untuk berkecambah dan sesuai untuk pertumbuhan mangrove, serta terdapat
sumber propagule atau buah/biji yang tidak jauh dari lokasi yang akan dipulihkan.
Teknik penanaman dapat diterapkan untuk lahan yang secara alami sudah cocok untuk
pertumbuhan mangrove dan tinggal dilakukan penanaman. Teknik-teknik tersebut dapat
dilakukan secara mandiri maupun hybrid sesuai dengan kondisi lahan dan kebutuhan.
Tahapan lain yang penting adalah pemeliharaan dan monitoring hingga fungsi
ekosistem mangrove benar-benar pulih.
Suksesi alami dilakukan terhadap ekosistem mangrove yang kondisi geo-hydrology dan
lingkungannya telah disesuaikan untuk pertumbuhan mangrove, terdapat ekosistem
B. URAIAN STANDAR
B.2.2. Lokasi
Kawasan ekosistem mangrove
Daftar Pustaka