Anda di halaman 1dari 28

Workshop Sosialisasi

Kawasan Konservasi Perairan (KKP)


Habitat Pesut Mahakam
di Kabupaten Kutai Kartanegara
dan Rencana Pembentukan Ekosistem Esensial

Oleh : Ir. Sayid Syarief Fathillah

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten


Kutai Kartanegara
Pasal 8
FUNGSI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
• Menjaga sistem rantai makanan dan
siklus hidup ikan (jenis ekonomis
Menyediakan
penting, terancam punah atau
ekosistem dan
endemik)
lingkungan yang
• Menjamin keberadaan budaya, adat
berkelanjutan
istiadat dan nilai sejarah
• Menjamin akses area masyarakat
lokal dalam pemanfaatan kawasan

• Mengurangi laju degradasi habitat


dan kepunahan sumber daya ikan
• Memberikan manfaat sosial dan
ekonomi masyarakat
3
PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN KKP
Pembentukan Kawasan Konservasi

Desain Kawasan Pengelolaan Efektif


Konservasi
1. Target Konservasi 1. Rencana Pengelolaan dan
2. Pencadangan Kawasan Zonasi
2. Unit Organisasi Pengelola
3. Penetapan Kawasan

Implementasi Pengelolaan Kawasan Konservasi

Pengawasan Partisipasi Perikanan


Riset dan Rehabilitasi
& Penegakan Masyarakat Berkelanjutan
Monitoring & Kesadaran & Pariwisata
Ekosistem
Hukum

KEMITRAAN/JEJARING
4
KEPUTUSAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA
NOMOR 75/SK-BUP/HK/2020
TENTANG
PENCADANGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
HABITAT PESUT MAHAKAM

PENCADANGAN KAWASAN - ZONA INTI: 1.081,28 ha (2,5%)


KONSERVASI PERAIRAN YANG - ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN:
TERLETAK DI EMPAT
KECAMATAN 14.947,65 ha (34,07%)
MASING-MASING - ZONA LAINNYA: 27.088,29 ha
KECAMATAN MEMILIKI ZONA (63,42%)
INTI, ZONA PERIKANAN
- TOTAL: 43.117.22 ha (100%)
BERKELANJUTAN DAN ZONA
LAINNYA
Kawasan Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam
Kabupaten Kutai Kartanegara, TOTAL 43,117,22 ha
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Muara Kaman
Kesepakatan Masyarakat dalam KKP
• Pada workshop 22-25 Januari 2019 melibatkan
empat kecamatan Muara Muntai, Muara Wis, Kota
Bangun dan Muara Kaman dan rapat di masing 27
desa dengan aparat dan perwakilan masyarakat
(20-30 orang per desa) dari April hingga Juli 2019
telah memperoleh persetujuan dari semua desa
mengenai zona dan batas KKP.
• Tim teknis juga telah melakukan verifikasi tata batas
melalui inventarisasi lapangan pada 25-26/09/2019
Nama badan air yang termasuk dalam KKP

1. Sungai Mahakam sepanjang 96,43 km antara Muara Kaman Ilir


hingga Desa Batuq, Kecamatan Muara Muntai
2. Sungai Kedang Rantau dari Muara Kaman Ulu Hingga Desa
Sedulang sepanjang 64 km
3. Sungai Kedang Rantau sepanjang 16 km hingga Hulu Sungai
Sebintulung, Kecamatan Muara Kaman
4. Sungai Kedang Kepala sepanjang hingga Muara Siran
sepanjang 6.5 km, Kecamatan Muara Kaman
5. Sungai Belayan hingga Desa Sebelimbingan sepanjang 23.8 km
6. Sungai Pela sepanjang 3.4 km dari muara sungai hingga muara
Danau Semayang, Kecamatan Kenohan
7. Jalur dalam di danau Semayang antara Muara Danau Semayang
/Pela dan Melintang dan bagian selatan timur dari danau.
9. Bagian selatan Danau Melintang, Kecamatan Muara Wis
10. Danau Wis
11. Danau Kedang Murung, Kecamatan Kota Bangun
Pembagian zona dalam KKP Habitat Pesut Mahakam

1. Zona inti (1.081,28 ha) : daerah rawa-rawa pemijahan ikan


2. Zona perikanan berkelanjutan (14.947.65 ha) : sungai,
danau dan rawa
3. Zona lainnya (27.088,29 ha)
A. Sempadan Sungai (2.169,44 ha)
B. Sempadan Danau (563,79 ha),
C. Rehabilitasi, Perlindungan dan lain-lain (24.355,06 ha)
Peruntukan zona dalam KKP pada umumnya
PERMEN KKP No. 30/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP

Zona Inti, diperuntukkan :


a. perlindungan mutlak habitat & populasi ikan, serta alur migrasi biota akuatik;
b. perlindungan ekosistem perairan yang unik dan/atau rentan thd perubahan;
c. perlindungan situs budaya tradisional;
d. penelitian; dan/atau
e. pendidikan
Zona Perikanan Berkelanjutan, diperuntukkan :
a. perlindungan habitat dan populasi ikan;
b. penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan;
c. budidaya ramah lingkungan;
d. pariwisata dan rekreasi;
e. penelitian dan pengembangan; dan/atau
f. pendidikan.
Zona Lainnya, merupakan zona perlindungan dan zona rehabilitasi serta
zona-zona lainnya yang mendukung upaya perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan kawasan konservasi yang berkelanjutan.
Di Mahakam, zona ini diperuntukkan antara lain:
A) Hutan sempadan sungai/ danau: perlindungan hutan/ vegetasi
asli untuk mencegah erosi .
B) (Hutan) Rawa: sebagai zona rehabilitasi/ perlindungan hutan/ vegetasi asli
Dalam zona A & B kegiatan tanam menaman oleh rakyat berskala kecil
tanpa menebang hutan secara luas dan terkontrol (ramah lingkungan) agar
tidak mempengaruh terhadap kelestarian KKP
Rancangan Kegiatan Boleh dan Tidak Boleh
dalam masing zona
ZONA INTI: - tidak boleh ada kegiatan ekstraktif/ perikanan tangkap.
ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN:
Untuk perikanan tangkap:
1. menggunakan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan
2. menggunakan cara/ metode penangkapan ikan dengan memperhatikan daya
dukung habitat dan/ atau tidak mengganggu keberlanjutan sumber daya
ikan dan lingkungannya
3. tidak menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan yang merusak
lingkungan termasuk namun tidak terbatas alat setrum, meracun, trawl,
pegongan, sawaran, kasa, ancau tarik, langit-langit, rimpa
4. tidak memasang rawai bentang yang melintasi sungai
5. rengge dipasang di pinggiran sungai dan tidak melintang
6. tidak memasang langit-langit pada sungai Mahakam dan sungai kecil.
7. tidak menutup jalur ikan keluar dari rawa
8. rengge dianjurkan untuk tidak dipasang jauh dari penglihatan masyarakat
atau pada malam hari untuk mencegah penangkapan pesut. Membolehkan
dipasang sejenis alat akustik pasif yang akan mengusir pesut dari rengge.
9. wajib melepaskan Pesut apabila terjerat rengge mengikuti prosedur yang
akan dan sudah disosialisasi
ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN:
Untuk perikanan budidaya:
1. Jenis ikan yang dibudidayakan dianjurkan tidak memberi
pakan berupa ikan tapi beralih ke pemberian makanan pelet
atau pakan selain ikan atau budidaya ikan yang tidak makan
lain.
2. jenis pakan yang digunakan adalah jenis pakan yang ramah
lingkungan dan sesuai dengan standar nasional Indonesia
3. menggunakan teknologi budidaya tradisional yaitu padat
penebaran rendah, pemberian pakan rendah untuk
menghindari penyakit dan tidak menggunakan obat-obatan
4. jumlah unit usaha budidaya yang beroperasi sesuai dengan
daya dukung yang ada.
Untuk jalur transportasi sungai:
1. Untuk sungai utama di Mahakam diperbolehkan lintasan ponton
dan kapal hingga 230 GT(cek?) dan wajib menggunakan jalur
tengah sungai serta dilarang menggunakan jalur pinggir sungai
2. Untuk anak sungai Mahakam tidak diperbolehkan lintasan
ponton batu bara
3. Memindahkan lokasi conveyor di Muara Kedang Kepala ke
bagian hilir dari kawasan konservasi perairan yang dicadangkan
misalnya hilir dari Rantau Hempang. Karena daerah tersebut
merupakan jalur melintas Pesut dan saat ini terlalu banyak
ponton mengantri dan parkir di daerah tersebut dengan
menambahkan kebisingan bawah air dan pecemaran dari batu
bara yang jatuh ke dalam sungai

Untuk Ekowisata:
1) Pengemudi harus mematuhi aturan pengamatan lumba-lumba
yang ketat: menjaga jarak lumba-lumba yang aman sejauh 50 m ke
arah lumba-lumba, tidak mendekat dari belakang atau memotong
jalur migrasi lumba-lumba, mempertahankan kecepatan tetap yang
rendah dan stabil. Hanya dua kapal paling banyak yang mungkin
berada dalam jarak 150 m ke lumba-lumba dan di sisi yang sama.
ZONA LAINNYA:
SUB-ZONA: A) Hutan sempadan sungai/ danau dan B) Rawa :
1. tidak menebang pohon sempadan sungai
2. di mana hutan sempadan sungai kurang rapat atau sudah banyak
ditebang diperbolehkan kegiatan menaman pohon yang asli
tumbuh di lokasi tersebut atau yang cocok untuk lokasi pinggir
sungai yang sering terendam air.
3. kegiatan tanam menanam (perkebunan skala kecil) di dasar lantai
daratan dalam zona hutan sempadan sungai diperbolehkan asal
tidak merusak hutan dan tidak menggunakan herbisida, pestisida
dan pupuk yang non-organik (kimia).
4. larangan perkebunan skala besar dalam zona KKP
• Pelanggaran PP Nomor 38, tahun 2011 Tentang Sungai; pasal 10: “Hutan
sempadan sungai ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus
meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai”.
• SELURUH KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (DAN SELURUH DAS
MAHAKAM)
• 1. Dilarang membuang sampah anorganik dalam sungai/ danau
(PP Nomor 38, tahun 2011 dan Pasal 27 Tentang Sungai)

KAWASAN YANG BERBATASAN DENGAN KAWASAN KONSERVASI


PERAIRAN
1. Larangan bagi perusahaan kelapa sawit untuk membuat bendungan
pencegah banjir dalam radius 500m dari sungai, yang dapat mencegah
ikan untuk bertelur di daerah rawa dan bila masuk saat banjir besar
maka ikan tidak dapat keluar pada saat surut.
2. Perusahaan perkebunaan sawit diwajibkan menunjukkan bahwa
diterapkan penggunaan pestisida, herbisida dan pupuk yang sesuai
daftar produk yang diperbolehkan di Indonesia serta penggunaan
secara minimal.
3. Untuk perushaan yang beroperasi berbatasan dengan KKP tempat
pencuci batu bara wajib dilapisi supaya tidak bisa penetrasi dalam
tanah dan mencemari air tanah. Stock pile batu bara minimal 100 m
dari pinggir sungai serta wajib pembuatan batas pepohonan antara
stock pile dan sungai sehingga batu bara tidak melarut ke sungai pada
saat hujan.
TATA CARA PENETAPAN KKP-
PER.02/MEN/2009
TINDAK LANJUTAN
• Dan selanjutnya di Per/02/men/2009,
Penyusunan Rencana Pengelolaan
(Suplemen 3, Pedoman E-KKP-3K)

• Kegiatan lanjutan merupakan finalisasi dan


perlengkapan dokumen untuk pengelolaan kawasan
dengan program jangka panjang mengenai
perencanaan pengembangan Strategi dan Program
Pengelolaan Jangka Panjang (20 tahun) dan
Menengah (5 tahun) untuk masing-masing desa dan
SKPD.
Implementasi Pengelolaan Kawasan Konservasi

Riset dan Pengawasan Partisipasi Perikanan


Rehabilitasi
& Penegakan Masyarakat & Berkelanjutan
Monitoring Ekosistem
Hukum Kesadaran &Pariwisata
Semoga bersama-sama dapat mewujudkan kawasan
konservasi perairan habitat pesut Mahakam

Aamiin

Anda mungkin juga menyukai