Anda di halaman 1dari 15

Masukkan kata kunci pencarian...

Berlangganan Masuk

TEKS

OPINI › ARTIKEL OPINI › MENYELAMATKAN BADAK SUMATERA

Bebas Akses KONSERVASI BADAK

Menyelamatkan Badak Sumatera


Badak sumatera merupakan satwa paling terancam di dunia. Kepunahan badak sumatera

akan memiliki implikasi hebat karena tidak hanya kepunahan spesies, tetapi marga

anggota kelas mamalia.

Oleh MOCHAMAD INDRAWAN


15 Agustus 2021 17:00 WIB · 6 menit baca

KOMPAS/SUPRIYANTO

Supriyanto
Kepunahan dapat
Masukkan kata kunciterjadi tanpa kesadaran dan kesiapan kita. Tanpa perhatian
pencarian... dan strategi yang
Berlangganan Masuk

tepat, dikhawatirkan pada Hari Ulang Tahun Ke-100 Republik Indonesia, badak sumatera
TEKS

(Dicerorhinus sumatrensis) akan punah dari alam bebas.

Badak sumatera adalah satu dari lima spesies badak yang masih tersisa di dunia. Megafauna ini

juga satu-satunya spesies yang masih hidup dari marga purbakala Dicerohinus.

Merupakan keunikan tersendiri ketika Dicerorhinus sebagai suatu marga (tingkatan

kekerabatan di atas spesies) hanya memiliki satu spesies. Artinya, kalau badak sumatera
sampai punah, tidak akan ada spesies mana pun yang mirip dengan badak sumatera yang dapat

menggantikannya di alam.

Kalau badak sumatera sampai punah, tidak akan ada


spesies mana pun yang mirip dengan badak sumatera
yang dapat menggantikannya di alam.

Untuk menyelamatkan badak sumatera, diperlukan pemahaman permasalahannya, rencana


aksi, serta upaya lebih baik, termasuk perubahan drastis strategi konservasi.

Tingkat keterancaman

Badak sumatera yang juga dikenal sebagai badak-berambut merupakan salah satu satwa paling

terancam di dunia. Dulu badak sumatera tersebar luas dari Asia Selatan hingga di lintang utara

Asia Timur sampai Lembah Sungai Kuning di China Utara, di Lintang Utara 35 derajat (Lander

& Brunson 2018). Namun, perburuan berkelanjutan selama lebih dari tiga milenium dan

kehilangan habitat telah memusnahkan hampir semua populasi badak sumatera di dunia.

Baca juga : Jika Dibiarkan, Badak Sumatera Punah 20 Tahun Lagi

Saat ini badak hanya tersisa di beberapa titik di Asia Tenggara. Di setiap lokasi jumlahnya
sangat rendah serta sangat sulit berkembang biak.
Di Semenanjung
Masukkan Malaysia,
kata kunci badak sumatera dipercayai telah punah semenjakBerlangganan
pencarian... sekitar tahun Masuk

2008 (dinyatakan resminya pada 2015) dan di Sabah semenjak 2019. Badan Keahlian Dunia
TEKS

Serikat Konservasi Alam Internasional (IUCN) telah lama menggolongkan badak sumatera

sebagai ”kritis”, yaitu menghadapi risiko luar biasa tinggi untuk punah di alam.

Di Semenanjung Malaysia, badak sumatera dipercayai


telah punah semenjak sekitar tahun 2008 (dinyatakan
resminya pada 2015) dan di Sabah semenjak 2019.

Di Sumatera, populasi badak sumatera yang tersisa terpencar-pencar di Aceh dan Lampung.
Badak sumatera yang bertahan hanya ditemukan di Taman Nasional (TN) Gunung Leuser.

Jumlahnya mungkin tidak sampai 40 ekor, dan tersebar dalam kantong-kantong populasi. Di

TN Way Kambas diperkirakan paling banyak 15 ekor, di TN Bukit Barisan 2-3 ekor (sementara

ahli percaya sudah punah semenjak 2014), sementara di TN Kerinci dinyatakan punah sekitar
tahun 2015. Di Kalimantan Timur tampaknya tidak sampai 15 badak sumatera yang tersisa.

Kepunahan badak sumatera akan memiliki implikasi hebat. Kalau itu sampai terjadi, ini

menjadi sejarah pertama kalinya pad abad ke-21 terjadi kepunahan marga (tidak hanya spesies)
anggota kelas mamalia (Payne 2021).

Tidak ada spesies yang akan menggantikan badak di hutan tropika humida Sumatera ataupun

Kalimantan. Sumatera sedang mengalami kehilangan hutan yang hebat. Pada 1985, dari 44 juta

hektar lahan pulau, 25 juta hektar (57 persen) berhutan. Pada 2016 hanya 11 juta hektar lahan

berhutan yang masih tersisa (Eyesontheforest, 2021). Sementara itu, Kalimantan Timur pada

2002-2020 kehilangan 1,17 juta hektar areal hutan primer (Global Forest Watch, 2021).
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

Bayi badak sumatera, Delilah, bersama induk badak sumatera, Ratu, menyantap buah-buahan di Suaka Rhino Sumatera
Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Rabu (27/6/2016).

Konservasi badak

Badak diburu karena culanya. Masih banyak kebudayaan di Asia yang percaya bahwa cula

badak merupakan obat tradisional untuk berbagai penyakit, bahkan termasuk kanker. Namun,
secara medis, ”manfaat” cula badak tidak pernah terbukti.

Di luar perburuan, badak menghadapi permasalahan besar lain, yaitu kesulitan bekembang

biak. Selama 40 tahun penelitian, ditemukan bahwa sebanyak 70 persen populasi badak

sumatera betina (baik di penangkaran maupun di alam bebas) mengalami kendala reproduksi,

berupa timbulnya tumor dan kista dalam uterus (Schaffer, Agil, Zainudin 2020). Artinya,

kehamilan alami (tanpa bantuan) dua kali lipat lebih mungkin untuk gagal dibandingkan
dengan berhasil. Oleh karena itu, diperlukan bantuan khusus campur tangan manusia,

setidaknya sampai populasinya kembali aman.


Pengalaman
Masukkan katapahit
kunciMalaysia kehilangan semua badak sumateranya pada 2019Berlangganan
pencarian... telah ditulis Masuk

secara sangat detail dalam The Hairy Rhinoceros- Lessons for Management of the last Asian
TEKS

Megafauna (John Payne, dalam penerbitan). Penulisnya, seorang ahli konservasi hidupan liar

Malaysia, mendeskripsikan upaya konservasi badak sumatera selama 40 tahun.

Baca juga : Cegah Kepunahan, Habitat Badak Sumatera Akan Diproteksi Penuh

Ternyata selama ini pekerja konservasi lapangan sering terjebak dengan dugaan bahwa badak

sumatera masih bertahan di beberapa lokasi. Asumsinya, karena hutan terlalu lebat dan badak

bersifat pemalu, badak sulit dilihat. Namun, bukti lapangan berkata sebaliknya. Kamera jebak,

misalnya, membuktikan bahwa di beberapa lokasi, badak sumatera memang sudah tidak ada

lagi. Di Suaka Margasatwa Tabin, Sabah, upaya 18 bulan pemantauan dengan 100 kamera

hingga 2 April 2014 tidak menghasilkan bukti keberadaan badak sama sekali (Payne, op cit).

Gejala yang tak kalah penting adalah penurunan populasi yang tidak disadari akibat

keterbatasan data. Sebagai contoh, laporan di lapangan masih menunjukkan kelahiran badak

baru. Namun, ketika kita terlena dengan penemuan satu atau dua anak badak baru, jumlah

yang mati atau diburu tidak terdeteksi.

Belajar dari pengalaman

Diperlukan keputusan-keputusan berani untuk menyelamatkan badak sumatera. Dari

pengalaman getir Malaysia kehilangan badak sumatera dari habitat alaminya di Semenanjung

Malaya dan Sabah, terbukti melindungi di alam saja tidak cukup. Apalagi ketika kelangkaan

disebabkan keterbatasan kemampuan badak untuk berbiak.

Penyelamatan sudah harus dilakukan melalui penangkaran-konservasi. Untuk itu, pemerintah

telah membangun fasilitas fasilitas suaka badak di Lampung dan Aceh serta Kaltim.

Penangkaran-konservasi di Lampung dua kali berhasil membuahkan kelahiran alami. Ini

membuktikan bahwa dalam lingkungan terkontrol, reproduksi badak dapat dibantu. Teknologi

terbaru pembiakan konservasi, yaitu teknologi reproduksi perbantuan dan untuk pengayaan
materi genetika, Bank Bio kini digenggam Indonesia (Agil 2021).
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk
Penangkaran-konservasi di Lampung dua kali berhasil
TEKS

membuahkan kelahiran alami.

Untuk penangkaran-konservasi akan dibutuhkan penangkapan-penangkapan individu badak di

alam. Badak perlu dikumpulkan untuk dikembangbiakkan di suaka badak dan dilepas di

kemudian hari setelah jumlah di penangkaran meningkat. Penangkaran-konservasi merupakan

upaya drastis.

Seperti halnya di Malaysia, keraguan menempuh risiko mengambil badak dari alam untuk

tujuan penangkaran-konservasi dapat berdampak fatal. Seperti di Malaysia juga, tanpa bantuan

penangkaran konservasi, badak sumatera akan punah dari alam.


Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

Terobosan telah dibangun, melalui RAD-Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Populasi Badak

(2018-2021) oleh Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Bagi populasi

dengan jumlah 15 individu atau lebih, dilaksanakan aksi darurat dalam bentuk perlindungan
intensif dan monitoring populasi. Namun, untuk populasi yang terisolasi dalam kantong atau

fragmen hutan dengan jumlah kurang dari 15 individu dilakukan penyelamatan individu ke

suaka badak sumatera.

Bagaimanapun, RAD tersebut telah hampir habis masa berlakunya sehingga perlu diperbarui

dengan data terbaru, termasuk menurun drastisnya populasi badak di Way Kambas.

Hal yang akan lebih kontroversial, tetapi sangat logis adalah keperluan menangkap dan

menangkarkan badak yang terbukti sehat dan memiliki kemampuan berbiak. Selama ini badak

yang ditangkarkan diambil dari populasi yang ternyata memiliki masalah reproduksi sehingga

di alam pun sulit berbiak.

Peluang dan tantangan


Perlindungan
Masukkan kata tidak harus selalu bergantung pada pemerintah pusat. Pemerintah
kunci pencarian... daerah dapat
Berlangganan Masuk

berperan penting untuk memfasilitasi penangkaran-konservasi, bahkan meningkatkan


TEKS

perlindungan badak dan habitat di beberapa lokasi kritis. Daerah pula yang akan membangun

ketahanan masyarakat lokal agar perburuan badak diawasi hingga tingkat desa.

Alangkah baiknya apabila diberikan insentif konservasi badak di daerah, misalnya kebijakan

penganggaran berbasis kinerja konservasi, termasuk transfer fiskal ekologi. Untuk koordinasi

badak diperlukan kelegowoan kedua belah pihak (daerah dan pusat). Bagaimanapun, semua

individu yang tersisa perlu dikelola secara terintegrasi.

Baca juga : Aceh Timur Siapkan 72.000 Hektar untuk Suaka Badak Sumatera

Provinsi Aceh benteng sangat penting bagi badak sumatera. Untungnya, sejauh ini pemerintah

daerah memperlihatkan kepedulian mereka. Suaka badak di Aceh Timur terwujud berkat

dukungan kuat bupati.

Mungkin, saat ini kondisi badak sumatera mirip dengan keadaan di Malaysia, 25 tahun

sebelum semua populasi punah di negeri jiran. Masih ada harapan buat badak sumatera di
Indonesia. Namun, waktunya tidak banyak lagi. Kepemimpinan otorita untuk menyinergikan

semua pengetahuan dan kewenangan serta tanggung jawab menjadi kunci penyelamatan badak

sumatra.

Mochamad Indrawan, Peneliti Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER -

FMIPA), Universitas Indonesia

Sudah Berlangganan? Silakan Masuk

Temukan ePaper Kompas hanya di


Kompas.id
Rasakan pengalaman membaca koran melalui gawai favorit Anda. Akses hingga 30 arsip

terbaru ePaper Kompas hanya di Kompas.id.


Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

UNDUH SEKARANG

Editor:YOVITA ARIKA
Bagikan

UI badak sumatera konservasi badak sumatera Mochamad Indrawan opini Mochamad Indrawan

KOMENTAR PEMBACA

Belum ada komentar.

Artikel Terkait

Semen Padang FC Terjungkal di Agus Salim


22 Juni 2019

Satwa Kunci Makin Terdesak


17 Februari 2020
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

Pembiakan Tingkatkan Populasi Satwa Terancam


Punah
8 Mei 2019

Kawasan Konservasi Jadi Benteng Pelestarian Satwa


19 Februari 2020

Kilas Iptek
22 Januari 2018

Cikepuh Dipilih Jadi Habitat Kedua


17 Mei 2017
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

TERPOPULER

Bebas Akses

Salah Kaprah Ucapan ”Dirgahayu HUT RI”


14 Agustus 2021

Bebas Akses

Saat Presiden Soeharto dan Presiden Joko Widodo Bermalam di Istana Jelang Detik-detik
Proklamasi
17 Agustus 2021

Pena Bung Karno dan Kata-kata Abadi yang Dituliskannya


17 Agustus 2021

Uni Afrika untuk Palestina atau Israel


16 Agustus 2021

Bebas Akses

Meluruskan Narasi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI


17 Agustus 2021

Lainnya dalam Opini

Dilarang Membaca Buku


18 Agustus 2021

Bakteri Usus Diwariskan


18 Agustus 2021
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

Setelah Taliban Berkuasa Lagi


18 Agustus 2021

Pandemi Covid-19 Sapu Isu Korupsi


18 Agustus 2021

Bebas Akses

Kemana Kita Merdeka


18 Agustus 2021

Bebas Akses

Bung Karno, dari Oranje Boulevard ke Pegangsaan


Timur 56
17 Agustus 2021
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

TERBARU

Bebas Akses

Aturan Prokes Angkutan Darat Masih Galak di Atas Kertas


18 Agustus 2021

Mimpi Khudadadi Mewakili Afghanistan Hilang Ditelan Taliban


18 Agustus 2021

Bebas Akses

Janji Taliban Melindungi Wanita dan WNA


18 Agustus 2021

Pandemic Sweeps Corruption Under the Rug


18 Agustus 2021

Lewat PBB, Inggris Serukan Jeda Kemanusiaan di Myanmar


18 Agustus 2021

LAYANAN PELANGGAN

KOMPAS KRING
+6221 2567 6000

EMAIL
hotline@kompas.id

WHATSAPP
+62812 900 50 800
JAM
06.00KERJA
- 16.00 WIB
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan
bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang didirikan oleh P.K. Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama sejak 28 Juni 1965.

Mengusung semboyan "Amanat Hati Nurani Rakyat", Kompas dikenal sebagai sumber informasi tepercaya, akurat, dan mendalam.

@hariankompas

@hariankompas

@hariankompas

Harian Kompas

KANTOR REDAKSI

Gedung Kompas Gramedia

Jalan Palmerah Selatan 26-28,

DKI Jakarta, Indonesia

10270

+6221 5347 710


+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200

KANTOR IKLAN

Menara Kompas Lantai 2

Jalan Palmerah Selatan 21

Jakarta Pusat, DKI Jakarta,

Indonesia 10270

+6221 8062 6699

PRODUK

ePaper
Kompas.Id
Interaktif
Kompas Data

BISNIS

Advertorial
Gerai
Event
Klasika
Tarif
Klasiloka

TENTANG

Profil Perusahaan
Sejarah
Organisasi

LAINNYA

Bantuan
Masukkan kata kunci pencarian... Berlangganan Masuk

TEKS

© PT Kompas Media Nusantara

Organisasi Tanya Jawab Hubungi Kami Sidik Gangguan Pedoman Media Siber Syarat & Ketentuan

Karier Iklan Berlangganan

Anda mungkin juga menyukai