Anda di halaman 1dari 6

Policy Brief Juli 2018

Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Tingkat Lanskap


dan Wilayah Administrasi
Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan upaya
Intisari: konservasi

1. Nilai Konservasi Tinggi (NKT) adalah Konservasi dan perlindungan telah diupayakan
sebuah pendekatan untuk mengkaji melalui penetapan kawasan konservasi dan lindung,
nlai keanekaragaman hayati (NKT 1), seperti Taman Nasional dan Cagar Alam. Tidak
ekosistem di tingkat lanskap (NKT 2), bisa dipungkiri bahwa di wilayah produksi seperti
ekosistem/habitat langka dan terancam perkebunan dan pertanian ditemukan wilayah yang
(NKT 3), jasa lingkungan penting (NKT 4), bernilai penting bagi konservasi dan lingkungan.
kebutuhan masyarakat tempatan (NKT 5) Perlu perhatian berbagai pihak untuk membangun
dan peninggalan budaya yang terdapat di upaya konservasi dan perlindungan di wilayah
suatu lanskap. produksi, tanpa mengesampingkan fungsi utamanya.
2. Pendekatan NKT Lanskap dapat menjadi Selain itu juga diperlukan ‘jembatan’ penghubung
alat bantu untuk merumuskan upaya antar kawasan konservasi dan lindung di tingkat
konservasi dan perlindungan secara lanskap, seperti koridor ekologi/keragaman hayati.
kolaboratif dan inklusif baik di dalam Selain itu, pendekatan konservasi dan perlindungan
maupun diluar kawasan hutan dalam skala di luar kawasan konservasi dan lindung juga
lanskap. diperlukan sebagai upaya mitigasi kebijakan,
3. NKT Lanskap dapat diterapkan di tingkat perencanaan dan program (P3).
propinsi dan kabupaten sebagai bagian
dari KLHS (Kajian lingkungan Hidup Nilai Konservasi Tinggi (NKT) didefinisikan sebagai
Strategies), identifikasi KEE (Kawasan nilai-nilai biologis, ekologis, sosial dan budaya yang
Ekosistem Esensial) dan dapat menjadi dianggap penting di tingkat nasional, regional dan
komponen kajian Policy, Program and global. Pendekatan ini bertujuan untuk melindungi
Planning (P3). wilayah bernilai konservasi di kawasan produksi
4. NKT lanskap dapat menjadi panduan untuk melengkapi upaya konservasi di kawasan
mengidentifikasi NKT secara lebih teliti di konservasi/lindung. Hingga saat ini, identifikasi NKT
tingkat tapak/unit pengelola (UP). lebih banyak diterapkan sebagai bagian dari skema
sertifikasi kayu dan komoditas pertanian dan belum
banyak digunakan sebagai upaya mitigasi P3.
Policy Brief ini bertujuan untuk mengkaji secara Beberapa NKT diidentifikasi berdasarkan pendekatan
singkat potensi penggunaan pendekatan dan multi-skala, yaitu dimulai dengan peta berskala
metode NKT untuk skala lanskap dan di tingkat kasar, lalu dilanjutkan dengan identifikasi lebih detail
pemerintahan daerah (kabupaten, propinsi), melalui survei lapangan di dalam UP. Contohnya
sehingga dapat diselaraskan dengan tujuan adalah NKT 3 (ekosistem langka dan terancam) yang
produktif secara luas. identifikasinya berawal dari Peta RePPPRoT (Regional
Physical Planning Programme for Transmigration).
Penerapan NKT untuk unit pengelola Untuk NKT lainnya, ada pula yang langsung
diidentifikasi di lapang tanpa harus mengacu ke peta
Konsep NKT berawal dari HNKT (Hutan dengan Nilai atau acuan yang berskala kasar, seperti identifikasi
sungai di dalam UP untuk NKT 4.1 dan NKT 5, atau
Konservasi Tinggi) berdasarkan Prinsip ke- 9 FSC
lereng terjal untuk NKT 4.2.
(Forest Stewardship Council) yang memiliki enam
nilai pada Tabel 1. Terdapat beberapa panduan
yang disusun di tingkat global dan interpretasi NKT Lanskap untuk kajian dan mitigasi P3
nasionalnya i, untuk Indonesia, interpretasi nasional
tersebut telah ada sejak tahun 2008 yang disusun Pendekatan NKT mencakup komponen konservasi
dan diterbitkan oleh Tropenbos International- dan perlindungan yang lengkap (Tabel 1) dan
Indonesia bersama mitra NGOs berjudul ‘Panduan metode nya sudah banyak diterapkan. Dengan
Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di demikian, pendekatan NKT memiliki potensi untuk
Indonesia, sering disebut ‘Panduan NKT Indonesia’. diadopsi sebagai ke skala yang lebih luas, yaitu skala
Buku panduan ini bersama Panduan Umum Untuk lanskap dan skala regional menggunakan batas
Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi yang diterbitkan adminsitrasi wilayah kabupaten dan provinsi.
oleh HCVRN (High Conservation Value Resource
Network) pada tahun 2013 menjadi acuan untuk Kekuatan pendekatan NKT terletak di cakupan
identifikasi NKT di Indonesia yang telah diakui FSC nilai nya yang bersifat komprehensif , sementara
dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). belum ada metode sejenis yang lengkap dan teruji
penerapannya. Sebagai perbandingan, untuk
Buku Panduan NKT Indonesia disusun untuk penentukan Hutan Lindung/ Kawasan Lindung
mengidentifikasi NKT di tingkat Unit Pengelolaan mengacu SK Menteri Pertanian 1981 yang
(UP), baik HPH, HTI maupun sawit. Rangkuman jenis, menggunakan pendekatan kuantitatif (skoring),
atribut dan definisi NKT dapat diperiksa pad Tabel di dimana i hanya memperhatikan aspek pengendalian
bawah ini. erosi dan sedimentasi.

Kini proses penyusunan P3 wajib mengacu pada


Kriteria NKT dalam perspektif multi skala Dokumen KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
sebagai upaya pengaman (safeguards) dan mitigasi
Memperhatikan Tabel 1, seluruh kriteria NKT di P3, sebagaimana dimandatkan oleh UU Lingkungan
Panduan NKT Indonesia. walau ditujukan untuk 32/1990. KLHS mengkaji keberlanjutan P3 dari
identifikasi di tingkat UP, namun penetapannya aspek lingkungan hidup, ekonomi dan sosial-
sangat dipengaruhi oleh kondisi lanskap di budaya. Dalam konteks ini metode NKT dapat
sekitarnya. digunakan untuk memperkuat KLHS sebagaimana
di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong
Beberapa kawasan NKT diidentifikasi langsung Utara. Pada skala lebih detail, terdapat instrumen-
keberadaan nya di dalam UP, contohnya adalah instrumen lain untuk kajian lingkungan seperti
‘habitat dari spesies yang dilindungi’ (NKT 1.3) atau AmDaL (Analisa mengenai Dampak Lingkungan),
‘sungai yang bermanfaat untuk penyediaan air’ (NKT
UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
4.1). Sementara itu, ada beberapa NKT lain yang
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup), di mana
identifikasinya berdasarkan kriteria kedekatan secara
metode NKT juga dapat diterapkan untuk meperkuat
jarak dengan kawasan konservasi atau lindung.
kajian ini.
Contoh dari NKT tersebut adalah NKT 1.1 yang
diidentifikasi sebagai ‘kawasan penyangga berjarak
Dalam konteks perencanaan tata ruang (Rencana
500 m dari kawasan konservasi resmi’ atau NKT 2.1
Tata Ruang Wilayah), terdapat penentuan
yang berupa ‘kawasan berjarak 3 km dari daearah
Kawasan Lindung yang berdasarkan kriteria
inti kawasan berhutan’. Bagian dari suatu UP yang
fungsi lindung, dan juga Kawasan Strategis yang
memenuhi kriteria tersebut harus diidentifikasi
merupakan kawasan prioritas pembangunan
sebagai NKT, terlepas dari kawasan NKT tersebut
yang berada di dalam UP. atas dasar nilai lingkungan, ekonomi dan sosial-
budaya. Pendekatan NKT pada skala lanskap dapat

2
Table 1. Prinsip NKT untuk identifikasi di tingkat Unit Pengelolaan (UP)

NKT Atribut Definisi Indikator utama di dalam UM


NKT 1 NKT 1.1 Wilayah yang memberikan fungsi Wilayah dengan keanerakagaman hayati
pendukung keanekaragaman hayati tinggi yang berdekatan dengan Kawasan
Wilayah yang bagi kawasan lindung dan atau Lindung dan atau Konservasi
mempunyai konservasi
keanekaragaman
hayati tinggi NKT 1.2 Spesies hampir punah Keberadaan habitat spesies yang masuk
dalam daftar Red List IUCN sebagai Critically
Endangered
NKT 1.3 Habitat populasi spesies Keberadaan habitat yang memiliki daya
denganpenyebaran terbatas atau dukung bagi hidupan liar
dilindungi yang mampu bertahan
hidup (Viable Population)
NKT 1.4 Habitat spesies atau sekumpulan Keberadaan habitat untuk berkembang
spesies yang digunakan secara biak, bersarang, jalur migrasi, koridor satwa,
temporer tempat berlindung
NKT 2 NKT 2.1 Wilayah bentang alam luas yang Kawasan berhutan dengan luas inti >20,000
memiliki kapasitas untuk menjaga ha, ditambah dengan kawasan penyangga
Bentang Alam proses dan dinamika ekologi secara berjarak 3 km dari tepi (apabila menjadi
penting bagi alami bagian dari UP)
dinamika ekologi NKT 2.2 Wilayah alami yang berisi dua atau Wilayah ekoton, lahan basah atau ketinggian
alami lebih ekosistem dengan garis batas tempat dari permukaan laut (elevasi)
yang tidak terputus
NKT 2.3 Wilayah yang mengandung populasi Keberadaan habitat spesies alami
dari perwakilan spesies alami
NKT 3  - Ekosistem hilang pada masa lampau dan
berpotensi hilang pada masa mendatang
Ekosistem Langka
atau Terancam Punah

NKT 4 NKT 4.1 Ekosistem penting sebagai penyedia Hutan dan sungai sebagai sumber air bagi
air dan pengendali banjir bagi masyarakat
Wilayah penyedia masyarakat hilir
Jasa Lingkungan
NKT 4.2 Wilayah yang penting bagi Kawasan berhutan dengan erosi potensial
Pengendali Erosi dan Sedimentasi tinggi dan sangat tinggi
NKT 4.3 Wilayah yang berfungsi sebagai sekat Kawasan berhutan, lahan basah dengan
alami untuk mencegah meluasnya vegetasi yang masih berfungsi sebagai sekat
kebakaran hutan atau lahan bakar alami
NKT 5 - Berbagai macam kawasan alami yang
memberi manfaat bagi kebutuhan dasar
Wilayah Penting masyarakat termasuk pangan, air, sandang,
untuk pemenuhan kayu bakar, obat-obatan, pakan hewan.
kebutuhan dasar
masyarakat tempatan
NKT 6 - Berbagai macam kawasan alami atau lokasi
sebagai identitas budaya yang melekat dari
Wilayah Penting suatu kolektif individu (komunitas)
Untuk Budaya
Tradisional Lokal
*: Dievalusi dari “ya” dan “tidak”-nya proses identifikasi HCV di tingkat Unit Manajemen mempertimbangkan lanskap di sekitarnya di luar batas Unit
Manajemen.

memperkuat identifikasi Kawasan Lindung dan pengaman bagi pembangunan program yang
Kawasan Strategis dalam RTRW, setidaknya menjadi bersifat sektoral atau pengembangan berbasis lahan
acuan teknis dan akademis. dan industri di suatu wilayah pemerintahan daerah.
Kajian NKT di skala yang lebih detail yaitu di tingkat
Selanjutnya, keluaran identifikasi NKT di dalam tapak dan UP seperti untuk perkebunan kelapa
dokumen perencanaan dan kerangka pengaman di sawit, hutan tanaman, pertambangan, seyogyanya
tingkat kabupaten ataupun propinsi dapat menjadi mengacu ke kajian NKT Lanskap di mana UP tersebut
acuan untuk kajian lingkungan dan/atau kerangka berada.

3
Manfaat lain yang dapat disumbangkan oleh dimana pendekatan tersebut telah diterapkan di
adanya NKT Lanskap adalah sebagai acuan dalam Provinsi Kalimantan Barat.
membangun upaya kolaboratif konservasi dan
perlindungan yang melibatkan para pihak di wilayah Penyesuaian panduan dan kriteria untuk NKT
produksi, misalnya untuk kajian kerangka pengaman Lanskap
dalam pengembangan program di skala DAS
(Daerah Aliran Sungai), ekosistem gambut seperti Kajian NKT untuk tingkat lanskap (NKT Lanskap)
restorasi, penurunan emisi dan sebagainya. dapat menggunakan buku panduan yang sudah
ada dengan beberapa penyesuaian pada kriteria
Dengan semakin terfragmentasinya kawasan dan metode identifikasinya. Tabel 2 menampilkan
konservasi, maka pemerintah mulai melirik kawasan penyesuaian terhadap kriteria dan metode dari
di luar konservasi yang penting dipertahankan Panduan NKT Indonesia, dan beberapa contoh
fungsi konservasinya yang kini dikenal dengan istilah identifikasi ditampilkan di dalam Kotak di bawah ini.
KEE (Kawasan Ekosistem esensial). Walau payung
hukumnya masih dalam persiapan, namun kini Memperhatikan kajian NKT Lanskap berskala kasar
telah terbit Perdirjen P.5/KSDAE/2017, yang memuat dibandingkan dengan NKT UP, pengumpulan data
panduan indentifikasi NKT sebagai dasar untuk terkait kajian NKT Lanskap lebih banyak berupa data
menentukan wilayah yang berpotensi ditetapkan sekunder dan studi pustaka, dengan metode analisa
sebagai KEE. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan spasial/peta. Pengumpulan data primer dan survei
NKT sudah mulai diadopsi oleh dari pemerintah, lapangan perlu dilakukan verifikasi.

Rekomendasi dan langkah ke depan


Kotak: Penyesuaian untuk kajian NKT
Lanskap – contoh NKT 1.3 dan NKT 4.1 Pendekatan NKT dapat diterapkan di skala lanskap
dan wilayah administrasi (kabupaten/provinsi)
Identifikasi NKT 1.3 (habitat bagi populasi yang disebut sebagai NKT Lanskap, pendekatan ini
spesies dilindungi) memerlukan survei sangat relevan untuk memperkuat kajian lingkungan
lapangan untuk menentukan habitat di dalam yang telah ada kini (KLHS, AMDAL) sebagai dasar
suatu UP. Sementara untuk NKT skala lanskap, penyusunan P3. termasuk perencanaan tata ruang.
identifikasi NKT 1.3 dapat berbasis keberadaan Di samping itu, penerapan NKT Lanskap dapat
kawasan konservasi dalam suatu lanskap, dan menjadi dasar upaya kolaboratif dalam pengelolaan
dikombinasikan dengan studi pustaka dan koridor ekologi di wilayah produksi.
indikator populasi yang viable berdasar model
dan publikasi ilmiah yang tersedia. Buku panduan identifikasi NKT yang ada kini
(Panduan NKT Indonesia) dapat digunakan untuk
NKT 4.1 (kawasan penyedia air) diidentifikasi kajian NKT Lanskap dengan beberapa penyesuaian.
berdasarkan keberadaan sungai dan mata air Panduan khusus NKT Lanskap sebaiknya perlu
di dalam wilayah UP. Sementara untuk skala disusun dengan memasukan beberapa penyesuaian
lanskap, sangat penting memasukkan DTA dan penyempurnaan terhadap kriteria, indikator
(Daerah Tangkapan Air) wilayah hulu DAS dan metode pengumpulan datanya, termasuk
sebagai NKT 4.1 untuk perlindungan wilayah pelaksanaan verifikasi lapangan dan pendugaan
hilir. tingkat ketelitiannya.

4
Table 2. Penyesuaian Panduan NKT Indonesia untuk NKT Lanskap*

NKT Atribut Definisi Penyesuaian Contoh/catatan


NKT 1 NKT 1.1 Kawasan yang menjadi Hutan lindung dan kawasan Taman Nasional, Cagar Alam,
pusat keanekaragaman konservasi yang bervegetasi hutan lindung
hayati tinggi alami
NKT 1.2 Spesies hampir punah Spesies hampir punah (red- Habitat spesies hampir punah
list) pada skala lanskap (Taman Nasional, Cagar
Alam, hutan alam di kawasan
bervegetasi alami lainnya)
NKT 1.3 Kawasan yang merupakan Kawasan konservasi dan Taman Nasional, Cagar Alam,
habitat bagi populasi hutan alam yang luas hutan alam di kawasan
spesies, penyebaran (>20.000 ha) bervegetasi alami lainnya.
terbatas atau dilindungi
yang mampu bertahan
hidup (Viable Population)
HCV 1.4 Kawasan yang merupakan Badan air, hutan di lahan ba- Taman Nasional, Cagar Alam,
habitat bagi spesies atau sah, dan hutan alam lainnya hutan alam di kawasan
sekumpulan spesies yang lainnya, di lahan gambut, dan
digunakan secara temporer sepanjang sungai.
NKT 2 NKT 2.1 Kawasan bentang alam luas Kawasan bentang alam Tutupan hutan di Taman Na-
yang memiliki kapasitas berhutan yang luas (sesuai sional, Cagar Alam, dan hutan
untuk menjaga proses dan definisi dalam HCV Toolkit alam lainnya (luas inti>20,000
dinamika ekologi secara Indonesia, 2008) ha dan penyangga 3 km)
alami
NKT 2.2 Kawasan alami yang berisi Kawasan alami yang berisi Ekoton sebagai wilayah
dua atau lebih ekosistem dua atau lebih ekosistem transisi antara dua ekosistem
dengan garis batas yang (sesuai definisi dalam HCV dgn 200 m cincin penyangga
tidak terputus Toolkit Indonesia, 2008) (100 m ke dalam dan 100 m
ke luar).
NKT 2.3 Kawasan alami yang berisi Kawasan konservasi dan Ekoton sebagai wilayah
dua atau lebih ekosistem hutan lindung serta wilayah transisi antara dua ekosistem
dengan garis batas yang yang masih bervegetasi alami. dgn 200 m cincin penyangga
tidak terputus (100 m ke dalam dan 100 m
ke luar).
NKT 3   Kawasan yang Mempunyai Ekosistem jarang dan Unit lahan dari peta system
Ekosistem yang Langka atau terancam (sesuai definisi lahan-RePPProt dengan
Terancam Punah dalam HCV Toolkit Indonesia penutupan lahan hutan
- 2008) mengacu ke peta
RePPPRot
NKT 4 NKT 4.1 Kawasan atau ekosistem Daerah Tangkpan Air (DTA) DTA di DAS Hulu dengan
yang penting sebagai di wilayah hulu Daerah Aliran penutupan hutan yang masih
penyedia air dan pengendali Sungai (DAS) baik atau kurang baik
banjir bagi masyarakat hilir
NKT 4.2 Kawasan yang penting Wilayah yang memiliki Kawasan berkelerengan
bagi Pengendali Erosi dan potensi erosi dan sedimentasi di atas 40 % baik yang
Sedimentasi yang tinggi bervegetasi atau tidak
NKT 4.3 Kawasan yang berfungsi Wilayah dengan vegetasi Taman Nasional, Cagar Alam,
sebagai sekat alam untuk hutan sebagai sekat bakar hutan alam di kawasan
mencegah meluasnya alami lainnya, lahan basah
kebakaran hutan atau lahan
* Hanya untuk NKT 1 s/d NKT 4

5
Daftar pustaka dan bahan bacaan

Brown E, Dudley N, Lindhe A, Muhtaman DR, Stewart C , Synnott T (eds.). 2013. Common guidance for the
identification of High Conservation Values. HCV Resource Network.

Flora and Fauna International. 2010. High Conservation Value Forests in Ketapang Landscape. Flora and Fauna
International-Indonesia Program.

Pemerintah Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat .2014. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
RanPerda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang Tahun 2014 - 2034.

The Consortium for Revision of the HCV Toolkit for Indonesia. 2008. Guidelines for the Identification of High
Conservation Values in Indonesia (HCV Toolkit Indonesia). The Consortium for Revision of the HCV Toolkit for
Indonesia, Jakarta.

Ringkasan kebijakan ini merupakan bagian dari seri publikasi oleh Tropenbos Indonesia yang didasarkan pada studi
dan wacana tentang HCV Lanskap. Seri ini menampilkan temuan dari studi kasus di Kalimantan Barat dan relevansi
Lanskap HCV untuk berbagai perencanaan dan perlindungan di Indonesia

Diterbitkan oleh: Tropenbos Indonesia


Hak Cipta: Tropenbos Indonesia, 2018
Teks dapat direproduksi untuk tujuan non-komersial, dengan mengutip sumbernya.

Kutipan:
Widayati A, Purwanto E, Kasumawijaya, Zagt R. 2018. Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Tingkat Lanskap dan Wilayah
Administrasi. Policy Brief 01/2018, Tropenbos Indonesia, Bogor.

Kontak:
Dr. Edi Purwanto : edipurwanto@tropenbos-indonesia.org

Tropenbos Indonesia
Jl. Akasia Raya Block P-VI No.23
Tanah Sareal, Bogor - Indonesia 16163
Phone: +62 251 - 8316156
www.tropenbos.org

Menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan praktik dalam tata kelola lanskap berhutan

Anda mungkin juga menyukai