1. Nilai Konservasi Tinggi (NKT) adalah Konservasi dan perlindungan telah diupayakan
sebuah pendekatan untuk mengkaji melalui penetapan kawasan konservasi dan lindung,
nlai keanekaragaman hayati (NKT 1), seperti Taman Nasional dan Cagar Alam. Tidak
ekosistem di tingkat lanskap (NKT 2), bisa dipungkiri bahwa di wilayah produksi seperti
ekosistem/habitat langka dan terancam perkebunan dan pertanian ditemukan wilayah yang
(NKT 3), jasa lingkungan penting (NKT 4), bernilai penting bagi konservasi dan lingkungan.
kebutuhan masyarakat tempatan (NKT 5) Perlu perhatian berbagai pihak untuk membangun
dan peninggalan budaya yang terdapat di upaya konservasi dan perlindungan di wilayah
suatu lanskap. produksi, tanpa mengesampingkan fungsi utamanya.
2. Pendekatan NKT Lanskap dapat menjadi Selain itu juga diperlukan ‘jembatan’ penghubung
alat bantu untuk merumuskan upaya antar kawasan konservasi dan lindung di tingkat
konservasi dan perlindungan secara lanskap, seperti koridor ekologi/keragaman hayati.
kolaboratif dan inklusif baik di dalam Selain itu, pendekatan konservasi dan perlindungan
maupun diluar kawasan hutan dalam skala di luar kawasan konservasi dan lindung juga
lanskap. diperlukan sebagai upaya mitigasi kebijakan,
3. NKT Lanskap dapat diterapkan di tingkat perencanaan dan program (P3).
propinsi dan kabupaten sebagai bagian
dari KLHS (Kajian lingkungan Hidup Nilai Konservasi Tinggi (NKT) didefinisikan sebagai
Strategies), identifikasi KEE (Kawasan nilai-nilai biologis, ekologis, sosial dan budaya yang
Ekosistem Esensial) dan dapat menjadi dianggap penting di tingkat nasional, regional dan
komponen kajian Policy, Program and global. Pendekatan ini bertujuan untuk melindungi
Planning (P3). wilayah bernilai konservasi di kawasan produksi
4. NKT lanskap dapat menjadi panduan untuk melengkapi upaya konservasi di kawasan
mengidentifikasi NKT secara lebih teliti di konservasi/lindung. Hingga saat ini, identifikasi NKT
tingkat tapak/unit pengelola (UP). lebih banyak diterapkan sebagai bagian dari skema
sertifikasi kayu dan komoditas pertanian dan belum
banyak digunakan sebagai upaya mitigasi P3.
Policy Brief ini bertujuan untuk mengkaji secara Beberapa NKT diidentifikasi berdasarkan pendekatan
singkat potensi penggunaan pendekatan dan multi-skala, yaitu dimulai dengan peta berskala
metode NKT untuk skala lanskap dan di tingkat kasar, lalu dilanjutkan dengan identifikasi lebih detail
pemerintahan daerah (kabupaten, propinsi), melalui survei lapangan di dalam UP. Contohnya
sehingga dapat diselaraskan dengan tujuan adalah NKT 3 (ekosistem langka dan terancam) yang
produktif secara luas. identifikasinya berawal dari Peta RePPPRoT (Regional
Physical Planning Programme for Transmigration).
Penerapan NKT untuk unit pengelola Untuk NKT lainnya, ada pula yang langsung
diidentifikasi di lapang tanpa harus mengacu ke peta
Konsep NKT berawal dari HNKT (Hutan dengan Nilai atau acuan yang berskala kasar, seperti identifikasi
sungai di dalam UP untuk NKT 4.1 dan NKT 5, atau
Konservasi Tinggi) berdasarkan Prinsip ke- 9 FSC
lereng terjal untuk NKT 4.2.
(Forest Stewardship Council) yang memiliki enam
nilai pada Tabel 1. Terdapat beberapa panduan
yang disusun di tingkat global dan interpretasi NKT Lanskap untuk kajian dan mitigasi P3
nasionalnya i, untuk Indonesia, interpretasi nasional
tersebut telah ada sejak tahun 2008 yang disusun Pendekatan NKT mencakup komponen konservasi
dan diterbitkan oleh Tropenbos International- dan perlindungan yang lengkap (Tabel 1) dan
Indonesia bersama mitra NGOs berjudul ‘Panduan metode nya sudah banyak diterapkan. Dengan
Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di demikian, pendekatan NKT memiliki potensi untuk
Indonesia, sering disebut ‘Panduan NKT Indonesia’. diadopsi sebagai ke skala yang lebih luas, yaitu skala
Buku panduan ini bersama Panduan Umum Untuk lanskap dan skala regional menggunakan batas
Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi yang diterbitkan adminsitrasi wilayah kabupaten dan provinsi.
oleh HCVRN (High Conservation Value Resource
Network) pada tahun 2013 menjadi acuan untuk Kekuatan pendekatan NKT terletak di cakupan
identifikasi NKT di Indonesia yang telah diakui FSC nilai nya yang bersifat komprehensif , sementara
dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). belum ada metode sejenis yang lengkap dan teruji
penerapannya. Sebagai perbandingan, untuk
Buku Panduan NKT Indonesia disusun untuk penentukan Hutan Lindung/ Kawasan Lindung
mengidentifikasi NKT di tingkat Unit Pengelolaan mengacu SK Menteri Pertanian 1981 yang
(UP), baik HPH, HTI maupun sawit. Rangkuman jenis, menggunakan pendekatan kuantitatif (skoring),
atribut dan definisi NKT dapat diperiksa pad Tabel di dimana i hanya memperhatikan aspek pengendalian
bawah ini. erosi dan sedimentasi.
2
Table 1. Prinsip NKT untuk identifikasi di tingkat Unit Pengelolaan (UP)
NKT 4 NKT 4.1 Ekosistem penting sebagai penyedia Hutan dan sungai sebagai sumber air bagi
air dan pengendali banjir bagi masyarakat
Wilayah penyedia masyarakat hilir
Jasa Lingkungan
NKT 4.2 Wilayah yang penting bagi Kawasan berhutan dengan erosi potensial
Pengendali Erosi dan Sedimentasi tinggi dan sangat tinggi
NKT 4.3 Wilayah yang berfungsi sebagai sekat Kawasan berhutan, lahan basah dengan
alami untuk mencegah meluasnya vegetasi yang masih berfungsi sebagai sekat
kebakaran hutan atau lahan bakar alami
NKT 5 - Berbagai macam kawasan alami yang
memberi manfaat bagi kebutuhan dasar
Wilayah Penting masyarakat termasuk pangan, air, sandang,
untuk pemenuhan kayu bakar, obat-obatan, pakan hewan.
kebutuhan dasar
masyarakat tempatan
NKT 6 - Berbagai macam kawasan alami atau lokasi
sebagai identitas budaya yang melekat dari
Wilayah Penting suatu kolektif individu (komunitas)
Untuk Budaya
Tradisional Lokal
*: Dievalusi dari “ya” dan “tidak”-nya proses identifikasi HCV di tingkat Unit Manajemen mempertimbangkan lanskap di sekitarnya di luar batas Unit
Manajemen.
memperkuat identifikasi Kawasan Lindung dan pengaman bagi pembangunan program yang
Kawasan Strategis dalam RTRW, setidaknya menjadi bersifat sektoral atau pengembangan berbasis lahan
acuan teknis dan akademis. dan industri di suatu wilayah pemerintahan daerah.
Kajian NKT di skala yang lebih detail yaitu di tingkat
Selanjutnya, keluaran identifikasi NKT di dalam tapak dan UP seperti untuk perkebunan kelapa
dokumen perencanaan dan kerangka pengaman di sawit, hutan tanaman, pertambangan, seyogyanya
tingkat kabupaten ataupun propinsi dapat menjadi mengacu ke kajian NKT Lanskap di mana UP tersebut
acuan untuk kajian lingkungan dan/atau kerangka berada.
3
Manfaat lain yang dapat disumbangkan oleh dimana pendekatan tersebut telah diterapkan di
adanya NKT Lanskap adalah sebagai acuan dalam Provinsi Kalimantan Barat.
membangun upaya kolaboratif konservasi dan
perlindungan yang melibatkan para pihak di wilayah Penyesuaian panduan dan kriteria untuk NKT
produksi, misalnya untuk kajian kerangka pengaman Lanskap
dalam pengembangan program di skala DAS
(Daerah Aliran Sungai), ekosistem gambut seperti Kajian NKT untuk tingkat lanskap (NKT Lanskap)
restorasi, penurunan emisi dan sebagainya. dapat menggunakan buku panduan yang sudah
ada dengan beberapa penyesuaian pada kriteria
Dengan semakin terfragmentasinya kawasan dan metode identifikasinya. Tabel 2 menampilkan
konservasi, maka pemerintah mulai melirik kawasan penyesuaian terhadap kriteria dan metode dari
di luar konservasi yang penting dipertahankan Panduan NKT Indonesia, dan beberapa contoh
fungsi konservasinya yang kini dikenal dengan istilah identifikasi ditampilkan di dalam Kotak di bawah ini.
KEE (Kawasan Ekosistem esensial). Walau payung
hukumnya masih dalam persiapan, namun kini Memperhatikan kajian NKT Lanskap berskala kasar
telah terbit Perdirjen P.5/KSDAE/2017, yang memuat dibandingkan dengan NKT UP, pengumpulan data
panduan indentifikasi NKT sebagai dasar untuk terkait kajian NKT Lanskap lebih banyak berupa data
menentukan wilayah yang berpotensi ditetapkan sekunder dan studi pustaka, dengan metode analisa
sebagai KEE. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan spasial/peta. Pengumpulan data primer dan survei
NKT sudah mulai diadopsi oleh dari pemerintah, lapangan perlu dilakukan verifikasi.
4
Table 2. Penyesuaian Panduan NKT Indonesia untuk NKT Lanskap*
5
Daftar pustaka dan bahan bacaan
Brown E, Dudley N, Lindhe A, Muhtaman DR, Stewart C , Synnott T (eds.). 2013. Common guidance for the
identification of High Conservation Values. HCV Resource Network.
Flora and Fauna International. 2010. High Conservation Value Forests in Ketapang Landscape. Flora and Fauna
International-Indonesia Program.
Pemerintah Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat .2014. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
RanPerda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang Tahun 2014 - 2034.
The Consortium for Revision of the HCV Toolkit for Indonesia. 2008. Guidelines for the Identification of High
Conservation Values in Indonesia (HCV Toolkit Indonesia). The Consortium for Revision of the HCV Toolkit for
Indonesia, Jakarta.
Ringkasan kebijakan ini merupakan bagian dari seri publikasi oleh Tropenbos Indonesia yang didasarkan pada studi
dan wacana tentang HCV Lanskap. Seri ini menampilkan temuan dari studi kasus di Kalimantan Barat dan relevansi
Lanskap HCV untuk berbagai perencanaan dan perlindungan di Indonesia
Kutipan:
Widayati A, Purwanto E, Kasumawijaya, Zagt R. 2018. Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Tingkat Lanskap dan Wilayah
Administrasi. Policy Brief 01/2018, Tropenbos Indonesia, Bogor.
Kontak:
Dr. Edi Purwanto : edipurwanto@tropenbos-indonesia.org
Tropenbos Indonesia
Jl. Akasia Raya Block P-VI No.23
Tanah Sareal, Bogor - Indonesia 16163
Phone: +62 251 - 8316156
www.tropenbos.org
Menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan praktik dalam tata kelola lanskap berhutan