Abstrak
Pengelolaan wilayah pesisir pantura yang meliputi pesisir Kabupaten Pemalang, Kabupaten
Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes telah mengalami degradasi lingkungan dan kegiatan
pengelolaan, serta tata ruang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Pelestarian Lingkungan dan
Pemanfaatan Pesisir adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai dan taraf hidup
masyarakat pantai melalui pemberdayaan masyarakat pesisir. Pengelolaan sumber daya perikanan
wilayah pesisir harus dilakukan secara terpadu dengan ekosistem sumber daya melibatkan berbagai
unsur terpadu antara masyarakat sebagai pelaksana dan pemerintah sebagai penggagas dan penyelaras
kegiatan sehingga diperoleh keterpaduan pengelolaan pesisir yang berwawasan lingkunga dan
berkelanjutan. Upaya-upaya mencapai kebijakan tersebut dapat diusahakan dengan mengadakan
pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi,
budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir tersebut (stakeholder) serta konflik
kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada dalam masyarakat
Kata kunci : Permodelan Basis Data Spasial, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Ekosistem Pesisir
Abstract
Pantura coastal zone management which includes coastal Pemalang, Tegal, Tegal and Brebes has
suffered environmental degradation and management activities, as well as the layout is not in
accordance with the designation. Coastal Environmental Conservation and Utilization is increasing
the empowerment of coastal communities and the living standards of coastal communities through the
empowerment of coastal communities. Management of fisheries resources of coastal areas should be
integrated with ecosystem resources involves various elements of the integrated between communities
as implementers and governments as initiators and harmonizing the activities of coastal management
integration in order to obtain an environmental sound and sustainable. Efforts to achieve the policy
can be cultivated by organizing integrated coastal zone management by considering the social,
economic, cultural and aspirations of the people of the coastal region users (stakeholders) as well as
conflicts of interest and the use of which may exist in society
Keywords: Modeling Spatial Data Base, Resource Management Fisheries, Coastal Ecosystems
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 70
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 71
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 72
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten potensi kekayaan alam Kota Tegal berikut
Tegal Tahun 2012-2032. Wilayah pesisir limitasinya dapat menjadi dasar bagi sebuah
Kabupaten Tegal merupakan daerah pembangunan wilayah yang relevan dengan
peralihan antara ekosistem darat dan laut kebutuhan daerah, apalagi dengan adanya
memiliki keragaman potensi sumberdaya kerusakan lingkungan baik ekosistem
alam yang dapat memberikan manfaat bagi mangrove maupun dengan adanya abrasi
kehidupan nelayan dan berbagai pantai.
kepentingan pengembangan. Wilayah Daerah pantai Kota Tegal meliputi :
pesisir ini cenderung telah mengalami Kelurahan Panggung, Kelurahan
tekanan pembangunan yang kadang Mintaragen dan Kelurahan Tegalsari dan
melampaui daya dukungnya. Kelurahan Muarareja. Pemanfaatan lahan
Tingkat kerusakan pesisir pantai di yang dominan di kawasan pesisir Kota
Kabupaten Tegal hampir terjadi di sebagian Tegal adalah:
besar wilayah. Di antara kerusakan di 1. Pelabuhan Niaga dan Pelabuhan
sepanjang garis pantai di Tegal yang Perikanan berlokasi di Kelurahan
mencapai 30 km di antaranya di Suradadi, Tegalsari
Kramat, dan perbatasan Kabupaten Tegal 2. Perindustrian, yang terkait dengan
dan Kota Tegal. Kerusakan itu berupa aktivitas perikanan berlokasi di
abrasi, dan sedimentasi parah. Kelurahan Tegalsari
Namun kini, hasilnya bila panen 3. Pertambakan berlokasi di Kelurahan
sekitar 1,5 ton per hektare. Di Kabupaten Mintaragen, Kelurahan Panggung dan
Tegal terdapat 44% atau sepanjang 12 Kelurahan Muarareja
kilometer dari total panjang garis pantai 4. Pariwisata berlokasi di Kelurahan
yang mencapai 30 kilometer di Kabupaten Mintaragen
Tegal rusak. Kerusakan ini diperkirakan 5. Perdagangan dan Jasa berlokasi di
bisa bertambah karena tanaman pelindung Kelurahan Tegalsari
pantai yakni mangrove telah musnah akibat 6. Permukiman berlokasi di Kelurahan
penebangan liar. Kerusakan garis pantai Panggung, Kelurahan Mintaragen,
paling parah ditemukan di sepanjang pantai Kelurahan Tegalsari, dan Kelurahan
Suradadi yang mencapai enam kilo meter. Muarareja
Tata ruang wilayah budidaya perikanan
Kota Tegal Kota Tegal berlokasi di wilayah Kelurahan
Kebijakan pengelolaan sumberdaya Panggung, Kelurahan Tegalsari, Kelurahan
perikanan yang diambil adalah dengan Muarareja dan Kelurahan Margadana.
tersusunnya Peraturan Daerah Kota Tegal Fungsi tata ruang wilayah budidaya bukan
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata hanya sebagai kawasan budidaya tambak
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– namun berfungsi juga sebagai kawasan
2031. Kota Tegal merupakan kota pantai lindung, dimana di tepi-tepi tambak telah
yang memiliki garis pantai menghadap Laut ditatami mangrove sebagai pelindung
Jawa sepanjang 10,2 km. Pantai Kota Tegal tambak dari abrasi pantai. Kebaradaan
tersebut memiliki arti yang sangat penting hutan mangrove berkosentrasi di daerah
bagi kehidupan masyarakat Kota Tegal, budidaya yaitu Kelurahan Panggung bagian
baik secara ekologis, ekonomis, maupun timur, dan Kelurahan Muarareja.
sosial. Pengembangan wilayah pesisir Kota
Tegal berorientasi pada issue lingkungan Kabupaten Brebes
diharapkan mampu menjadi embrio model Kebijakan pengelolaan sumberdaya
perencanaan yang aspiratif, dinamis dan perikanan yang diambil adalah dengan
aktual. Hal ini cukup beralasan mengingat tersusunnya Peraturan Daerah Kabupaten
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 73
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 74
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 75
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
tahun. Sedangkan perubahan luas tambak potensinya. Upaya pengendalian juga harus
pada tahun 1997-2009 berkurang sebesar diperhatikan dan selanjutnya akan dapat
139,155 Ha (-20,56 %) atau 13,92 ha per dilakukan dengan lebih tegas jika tersedia
tahun (-3,43%) per tahun. data yang memadai mengenai aktualisasi
Informasi pemanfaatan lahan yang dan potensi pemanfaatan sumberdayanya.
dapat diperoleh melalui analisis citra Pada penelitian tentang budidaya tambak,
landsat 7 ETM+ pada dasarnya adalah dilakukan pembahasan tentang lahan untuk
penampakan dari penutupan lahan. Hasil budidaya komoditas udang windu (Penaeus
cek di lapang tersebut menghasilkan peta monodon) dan bandeng (Chanos-chanos).
luasan pemanfaatan lahan. Secara umum Salah satu faktor pembatas ketersediaan
pemanfaatan lahan di wilayah pesisir potensi lahan budidaya tambak adalah jenis
Kabupaten Tegal didominasi untuk tanah dan topografi wilayah. Jenis tanah
perikanan budidaya tambak, persawahan, yang sesuai untuk budidaya udang adalah
kebun, pemukiman, lahan terbuka dan jenis tanah regosol. Sedangkan jenis tanah
abrasi. histosol (tanah gambut di hutan rawa), tidak
Pemanfaatan lahan untuk pertanian potensial untuk kepentingan budidaya
pada tahun 1999 khususnya sawah pantai.
menempati luasan dan porsi terbesar yaitu Beberapa hal yang perlu
13.695,489 ha (83,43%), disusul oleh kebun dipertimbangkan dalam menghitung potensi
80,895 ha (0,49%), sedangkan pemanfaatan produksi lahan budidaya, adalah -.
lahan budidaya perikanan atau tambak 1. Aktualisasi maksimum lahan yang
sebesar 677,134 ha (4,12%). Untuk menjamin produktivitas lestari.
pemanfaatan lahan non pertanian/perikanan 2. Konversi lahan menjadi luasan efektif
terlihat bahwa penggunaan pemukiman tambak atau luasan bangunan sarana
sebesar 1.794,929 ha (10,93%), lahan budidaya laut.
terbuka sebesar 168,075 ha (1,02%). 3. Menggunakan peta kawasan lindung
untuk rujukan dalam penentuan reduksi
Kebijakan dan Pengembangan Kawasan luasan yang ditaksir.
Pertambakan Kabupaten Tegal Kecenderungan yang saat terjadi di
Dari data luas lahan tambak lokasi penelitian yaitu di 3 kecamatan di
bandeng dan udang windu selama tahun Kabupaten Tegal (Kecamatan Kramat,
1999 sampai 2009, secara umum luas areal Suradadi, Warureja), luasan lahan untuk
pertambakan bandeng dan udang windu di pertambakan budidaya udang windu dan
Kecamatan Kramat, Suradadi, Warureja bandeng, dari data tahun 1999 sampai 2009
mengalami penurunan luasan tambak. mengalami penurunan luasan lahan tambak.
Pengenalan terhadap besarnya luas lahan
dan perairan yang berpotensial sebagai Kota Tegal
areal pengembangan budidaya tambak, Perubahan lahan tambak manjadi
memberikan gambaran objektif terhadap perumahan maupun wilayah industri di
prospek upaya pengembangan budidaya wilayah pesisir mengakibatkan semakin
pada masa mendatang. Segala perencanaan menyempit. Alih fungsi lahan tambak pada
pengembangan budidaya dan tambak-tambak di Kota Tegal menjadi
implementasinya baik oleh pemerintah rumah tinggal maupun gedung terjadi
maupun pihak swasta dan masyarakat akan sangat cepat. Dalam kurun waktu 10 tahun
lebih terarah jika didukung oleh di Badan Pertanahan Nasional tersaji pada
ketersediaan info tentang sebaran dan luas Tabel 1.
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 76
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Berdasarkan dari rencana tata pola ruang industri dan perumahan, Kelurahan
daerah pesisir Kota Tegal di Pesisir seperti Muarareja diperuntukan sebagai pelabuhan,
pada Illustrasi di atas Kelurahan Panggung wisata alam, RTH, pemukiman, pengolahan
diperuntukan sebagai ruang terbuka hijau sampah, pengolahan limbah, industri dan
dan bumi perkemahan, Kelurahan pertambakan, sedangkan di Kelurahan
Mintaragen diperuntukan sebagai bumi Margadana diperuntukan sebagai
perkemahan dan wisata alam, Kelurahan pertambakan, persawahan, dan RTH.
Tegalsari diperuntukan sebagai pelabuhan,
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 77
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 78
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
petambak, akan fungsi dan manfaat Desa Randusanga Kulon, (3) adanya
hutan mangrove, sehingga kurang anggapan masyarakat bahwa hutan
berpartisipasi dalam rehabilitasi dan mangrove merupakan tempat
pengelolaan mangrove Pada saat ini persembunyian pencuri. Adapun Pola
baru ada dua kelompok penghijauan tata ruang pesisir Kabupaten Brebes
pantai yaitu kelompok Pantai Sari di tersaji pada Gambar 3
Desa Kaliwlingi dan Banjangsari di
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 79
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 80
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
yang sederhana dan sulit dilakukan dengan nilai manfaat kayu bakar senilai Rp.
ketelitian yang tinggi. Menurut Dietriech 126.409,-/hatta.hun. Biaya operasional
(komunikasi pribadi) tanaman mangrove dan biaya tetap sebesar Rp. 65.541,-
barn mempunyai fungsi dan manfaat pada /tahun. Dengan demikian nilai manfaat
umur 5 tahun, maka dalam perhitungan langsung bersih berupa kayu bakar
manfaat langsung, manfaat tak langsung adalah Rp. 60.868,-/ha tahun
dan manfaat keberadan hutan mangrove 2. Udang dan Ikan
hanya dilakukan terhadap 110 ha hutan Penangkapan udang dan ikan di
mangrove. perairan sekitar hutan mangrove
Berdasarkan hasil identifikasi dilakukan dengan alat tangkap cangapan
manfaat langsung dari ekosistem hutan (bubu), tujuan utama adalah menangkap
mangrove yang dapat diukur nilainya udang, sedangkan ikan merupakan hasil
adalah produk kayu bakar, udang, ikan dan sampingan. Untuk menangkap udang
kepiting dan tambak model empang pant tersebut diperlukan biaya untuk
walaupun masih ada manfaat lainnya tetapi pembelian bubu dan perlengkapannya,
pada saat ini masih sat untuk diukur nilai dan upah tenaga kerja. Harga rata-rata
ekonominya karena dimanfaatkan seperti bubu dan perlengkapannya Rp.
kayu untuk tiang pancang atau bahan 260.000,-/unit/tahun dan biaya tenaga
bangunan, burung dan reptilia. Dalam kerja Rp. 1.418.400,-/unit/tahun,
penaksiran manfaat langsung ini dengan sedangkan manfaat (hasil) yang
pendekatan langsung berdasarkan nilai diperoleh senilai Rp. 3.111.120,-
pasar dengan cara menghitung jumlah /unit/tahun.
produk langsung yang dinikmati oleh 3. Kepiting
masyarakat dikalikan dengan harga pasar Penangkapan kepiting dilakukan
pada saat penelitian. dengan alat tangkap pancing kepiting
1. Kayu bakar dengan umpan ikan rucah terutarna
Berdasarkan hasil wawancara jenis buntal. Untuk menangkap kepiting
dengan 30 responden dapat diprediksi diperlukan biaya untuk pembelian
bahwa potensi kayu bakar di kawasan pancing dan perlengkapannya (joran,
mangrove ini berkisar antara 1,0 — 7,0 senar, dan mata pancing), seser, umpan
m3 /ha/tahun dengan rata-rata 3,47 dan upah tenaga kerja. Harga rata-rata
m3/ha/tahun, tergantung pada lokasi dan pancing dan perlengkapannya Rp. 750,-
umur mangrove. Dengan demikian /unit/tahun, seser Rp. 10.000,-
potensi kayu bakar pada luasan 110 ha /unit/tahun, dan biaya operasional, yaitu
sekitar 381,70 m3/tahun. Hasil tenaga kerja dan umpan Rp. 106.560,-
wawancara dengan 7 responden /unit/tahun. Manfaat yang diperoleh
pengambil kayu bakar menunjukkan senilai Rp. 209.310,-/unit/tahun.
bahwa pengambilan kayu bakar (pohon, 4. Tambak Model Empang Parit
ranting dan akar) merupakan pekerjaan (Silvofishery)
sampingan. Pengambilan kayu bakar Pemanfaatan tanah timbul untuk
dilakukan 2 - 4 kali/bulan atau rata-rata tambak model empang parit dilakukan
37 trip/tahun. Hasil kayu bakar berkisar di Desa Randusanga Kulon dan Desa
antara 0,25 0,5 m3/trip dengan rata-rata Kaliwlingi pada. Luas tambak model
0,36 m3/trip atau 12,71 m3ltahun. Harga empang pant di kedua desa tersebut
kayu bakar berkisar antara Rp. 30.000,- masing-masing sekitar 10 ha. Yang
- Rp. 45.000,1m3, rata-rata Rp. 36.429,- dimaksud tambak model empang pant
/m3 tergantung jenis dan ukuran kayu adalah tambak yang pelatarannya
bakarnya. Hasil perhitungan diperoleh ditanami pohon mangrove dengan
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 81
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 82
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519
Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 83