Anda di halaman 1dari 14

OSEATEK Juni 2015 Vol.

9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan


Berbasis Ekosistem Pesisir Berkelanjutan
Retno Budhiati, Sri Mulyani, Budi Kurniawan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pancasakti Tegal


Telp. 0283 359490 Hp. 085642627610 email : budhiatiretno@yahoo.co.id

Abstrak

Pengelolaan wilayah pesisir pantura yang meliputi pesisir Kabupaten Pemalang, Kabupaten
Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes telah mengalami degradasi lingkungan dan kegiatan
pengelolaan, serta tata ruang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Pelestarian Lingkungan dan
Pemanfaatan Pesisir adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai dan taraf hidup
masyarakat pantai melalui pemberdayaan masyarakat pesisir. Pengelolaan sumber daya perikanan
wilayah pesisir harus dilakukan secara terpadu dengan ekosistem sumber daya melibatkan berbagai
unsur terpadu antara masyarakat sebagai pelaksana dan pemerintah sebagai penggagas dan penyelaras
kegiatan sehingga diperoleh keterpaduan pengelolaan pesisir yang berwawasan lingkunga dan
berkelanjutan. Upaya-upaya mencapai kebijakan tersebut dapat diusahakan dengan mengadakan
pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi,
budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir tersebut (stakeholder) serta konflik
kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada dalam masyarakat

Kata kunci : Permodelan Basis Data Spasial, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Ekosistem Pesisir

Abstract

Pantura coastal zone management which includes coastal Pemalang, Tegal, Tegal and Brebes has
suffered environmental degradation and management activities, as well as the layout is not in
accordance with the designation. Coastal Environmental Conservation and Utilization is increasing
the empowerment of coastal communities and the living standards of coastal communities through the
empowerment of coastal communities. Management of fisheries resources of coastal areas should be
integrated with ecosystem resources involves various elements of the integrated between communities
as implementers and governments as initiators and harmonizing the activities of coastal management
integration in order to obtain an environmental sound and sustainable. Efforts to achieve the policy
can be cultivated by organizing integrated coastal zone management by considering the social,
economic, cultural and aspirations of the people of the coastal region users (stakeholders) as well as
conflicts of interest and the use of which may exist in society

Keywords: Modeling Spatial Data Base, Resource Management Fisheries, Coastal Ecosystems

Pendahuluan namun dibeberapa kawasan (perairan),


Banyak sumberdaya alam di beberapa stok sumberdaya ikan telah
wilayah pesisir dan laut telah mengalami mengalami kondisi tangkap lebih (over
over eksploitasi. Sebagai contoh adalah fishing). Kondisi overfishing ini bukan
sumberdaya perikanan laut, meskipun hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan
secara agregat (nasional) sumberdaya yang melampaui potensi sumberdaya
perikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 58 perikanan, tetapi juga disebabkan karena
% dari total potensi lestarinya (MSY), kualitas lingkungan laut sebagai habitat

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 70
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

hidup ikan mengalami penurunan atau 3. Manganalisa pengelolaan sumberdaya


kerusakan oleh pencemaran dan degradasi perikanan serta kaitannya dengan
hutan mangrove, padang lamun, dan ekosistem wilayah pesisir
terumbu karang yang merupakan tempat 4. Menganalisa prioritas kebijakan yang
pemijahan, asuhan, dan mencari makan dilakukan dalam pengelolaan
bagi sebagian besar biota laut tropis sumberdaya perikanan berbasis
(Supriharyono, 2000) ekosistem pesisir sebagai dasar
Berdasarkan hasil penelitian tahun pengelolaan sumberdaya berkelanjutan
pertama diperoleh bahwa pemanfaatan
sumberdaya perikanan di Kabupaten Materi
Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Materi yang digunakan dalam kajian
dan Kabupaten Brebes telah melebihi ini adalah tata ruang wilayah pesisir Kota
tingkat pemanfaatan sumberdaya rajungan Tegal terdiri dari :
baik secara MSY maupun MEY. 1. Data Peta :
Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis a. Peta satelit resolusi tinggi
ekosistem laut dipengaruhi oleh aspek “IKONOS 1m” th 2010
ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, b. Peta Citra satelit Landsat 7 ETM+
dan aspek eksternal. Pengelolaan perekaman tahun 1990, 2000, dan
Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem 2010
Laut Berkelanjutan berada pada kondisi c. Peta Rupabumi, skala 1:25.000
yang relatif stabil dan kemungkinan dapat Bakorsurtanal tahun 2010
terjadi pertumbuhan dan masih 2. Peralatan yang digunakan dalam
memungkinkan untuk dikembangkan penelitian ini adalah :
Oleh karena itu diperlukan a. GPS GARMIN Etrex Vista HCx,
permodelan basis data spasial untuk b. Refraktometer ,
pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis c. DO meter
ekosistem pesisir berkelanjutan, sehingga d. thermometer ,
diperoleh keterpaduan pengelolaan e. pH meter (air)
sumberdaya perikanan. Dengan permodelan f. pH meter (tanah)
spasial dalam pengelolaan ekosistem pesisir g. Test Kit
akan diperoleh gambaran pengelolaan h. peralon
sumberdaya yang terpadu antara i. botol sampel dan botol gelap
pengelolaan sumberdaya perikanan dengan j. Planktonnet (plankton)
pelestarian ekosistem pantai, dalam hal ini k. Lembar pengamatan, panduan
ekosistem mangrove dan terumbu karang pengamatan, daftar pertanyaan
dengan usaha-usaha perlindungan dan l. ER Mapper 7.0 dan Arc GIS ver. 9.2
pelestarian ekosistim tersebut.
Metode
Tujuan Metode yang digunakan dalam
Tujuan penelitian ini adalah : penelitian ini adalah metode survei yang
1. Tersusunnya prototipe model dianalisa secara deskriptif kuantitatif
pengelolaan pesisir berbasis digital berdasarkan variabel-variabel penelitian.
yang sesuai dengan prinsip-prinsip Nazir (2003) menyatakan bahwa metode
pengelolaan wilayah pesisir dalam survei adalah penyelidikan yang diadakan
konteks pembangunan berkelanjutan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-
2. Menganalisa faktor-faktor yang paling gejala yang ada dan mencarai keterangan-
mempengaruhi keberlangsungan keterangan secara faktual. Selain itu
pengelolaan ekosistem pesisir digunakan :

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 71
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

1. Metode penginderaan jarak jauh untuk untuk mempercepat peningkatan


pemetaan tematik kesejahteraan masyarakat. Dengan panjang
2. Metode GIS untuk permodelan spasial pantai kurang lebih 34,6 km yang
terbentang dari wilayah paling Timur yaitu
Analisis Data Desa Tasikrejo Kec. Ulujami sampai
Analisa Spasial Ekosistem Pesisir wilayah paling Barat Desa Lawangrejo
Analisa spasial Pengelolaan Kec. Pemalang terdapat banyak kawasan
Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem pertambakan dan hutan mangrove serta
Pesisir merupakan menganalisis tanaman pantai untuk perlindungan
kenampakan keruangan digitasi hasil menanggulangi abrasi.
interpretasi, seberapa variatif dan seberapa Perhatian mengenai penataan pola
luas ekosistem wilayah pesisir. Analisis ini ruang Kabupaten Pemalang dengan
didapat dengan mendeskripsikan segala dikeluarkannya : Peraturan Daerah
kenampakan keruangan yang diperoleh dari Kabupaten Pemalang Nomor 3 Tahun 2011
kegiatan interpretasi. Penyusunan data tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
spasial merupakan kegiatan pemasukan Kabupaten Pemalang Tahun 2011-2031.
data spasial hingga tersusun dalam basis Peruntukan wilayah pesisir Kabupaten
data SIG. Pemalang, meliputi :
1. mengembangkan sarana dan prasarana
Analisa Degradasi dan Trand pelabuhan;
Penyusutan Ekosistem Pesisir 2. mengembangkan sarana dan prasarana
Degradasi ekosistem pesisir perikanan;
(mengrove dan terumbu karang) oleh 3. mengembangkan sarana dan prasarana
pembangunan maupun akibat eksploitasi pariwisata;
yang berlebihan dilakukan dengan 4. mengembangkan kawasan perlindungan
pengukur penyusutan ekosistem pesisir setempat; dan melakukan penghijauan
yang diakibatkan oleh pertumbuhan kawasan pantai
pembangunanmaupun eksploitasi dengan Ketentuan umum peraturan zonasi pada
menggunakan citra satelit IKONOS-1m. kawasan pantai berhutan bakau disusun
dengan ketentuan :
Hasil Penelitian 1. diizinkan melakukan penanaman bibit
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya bakau;
Perikanan Berbasis Ekosistem Pesisir 2. dilarang mengurangi alih fungsi lahan
sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya baik untuk kawasan budidaya tambak
Berkelanjutan maupun permukiman;
Kabupaten Pemalang 3. dilarang penebangan liar hutan bakau
Kebijakan pengelolaan sumberdaya dan memfasilitasi masyarakat untuk
perikanan yang diambil adalah dengan berpartisipasi dalam melestarikan hutan
tersusunnya Peraturan Daerah Kabupaten bakau; dan
Pemalang Nomor 3 Tahun 2011 tentang 4. dilarang melakukan pembuangan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) limbah industri yang dapat merusak ke
Kabupaten Pemalang Tahun 2011 - 2031. wilayah pesisir utara
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu
kabupaten di pantai utara pulau Jawa yang Kabupaten Tegal
memiliki daya dukung lahan Kebijakan pengelolaan sumberdaya
pengembangan yang berpotensi besar. perikanan yang diambil adalah dengan
Pengembangan potensi itu kini terus digali tersusunnya Peraturan Daerah Kabupaten
dan digiatkan dalam berbagai sektor guna Tegal Nomor 10 Tahun 2012 tentang

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 72
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten potensi kekayaan alam Kota Tegal berikut
Tegal Tahun 2012-2032. Wilayah pesisir limitasinya dapat menjadi dasar bagi sebuah
Kabupaten Tegal merupakan daerah pembangunan wilayah yang relevan dengan
peralihan antara ekosistem darat dan laut kebutuhan daerah, apalagi dengan adanya
memiliki keragaman potensi sumberdaya kerusakan lingkungan baik ekosistem
alam yang dapat memberikan manfaat bagi mangrove maupun dengan adanya abrasi
kehidupan nelayan dan berbagai pantai.
kepentingan pengembangan. Wilayah Daerah pantai Kota Tegal meliputi :
pesisir ini cenderung telah mengalami Kelurahan Panggung, Kelurahan
tekanan pembangunan yang kadang Mintaragen dan Kelurahan Tegalsari dan
melampaui daya dukungnya. Kelurahan Muarareja. Pemanfaatan lahan
Tingkat kerusakan pesisir pantai di yang dominan di kawasan pesisir Kota
Kabupaten Tegal hampir terjadi di sebagian Tegal adalah:
besar wilayah. Di antara kerusakan di 1. Pelabuhan Niaga dan Pelabuhan
sepanjang garis pantai di Tegal yang Perikanan berlokasi di Kelurahan
mencapai 30 km di antaranya di Suradadi, Tegalsari
Kramat, dan perbatasan Kabupaten Tegal 2. Perindustrian, yang terkait dengan
dan Kota Tegal. Kerusakan itu berupa aktivitas perikanan berlokasi di
abrasi, dan sedimentasi parah. Kelurahan Tegalsari
Namun kini, hasilnya bila panen 3. Pertambakan berlokasi di Kelurahan
sekitar 1,5 ton per hektare. Di Kabupaten Mintaragen, Kelurahan Panggung dan
Tegal terdapat 44% atau sepanjang 12 Kelurahan Muarareja
kilometer dari total panjang garis pantai 4. Pariwisata berlokasi di Kelurahan
yang mencapai 30 kilometer di Kabupaten Mintaragen
Tegal rusak. Kerusakan ini diperkirakan 5. Perdagangan dan Jasa berlokasi di
bisa bertambah karena tanaman pelindung Kelurahan Tegalsari
pantai yakni mangrove telah musnah akibat 6. Permukiman berlokasi di Kelurahan
penebangan liar. Kerusakan garis pantai Panggung, Kelurahan Mintaragen,
paling parah ditemukan di sepanjang pantai Kelurahan Tegalsari, dan Kelurahan
Suradadi yang mencapai enam kilo meter. Muarareja
Tata ruang wilayah budidaya perikanan
Kota Tegal Kota Tegal berlokasi di wilayah Kelurahan
Kebijakan pengelolaan sumberdaya Panggung, Kelurahan Tegalsari, Kelurahan
perikanan yang diambil adalah dengan Muarareja dan Kelurahan Margadana.
tersusunnya Peraturan Daerah Kota Tegal Fungsi tata ruang wilayah budidaya bukan
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata hanya sebagai kawasan budidaya tambak
Ruang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011– namun berfungsi juga sebagai kawasan
2031. Kota Tegal merupakan kota pantai lindung, dimana di tepi-tepi tambak telah
yang memiliki garis pantai menghadap Laut ditatami mangrove sebagai pelindung
Jawa sepanjang 10,2 km. Pantai Kota Tegal tambak dari abrasi pantai. Kebaradaan
tersebut memiliki arti yang sangat penting hutan mangrove berkosentrasi di daerah
bagi kehidupan masyarakat Kota Tegal, budidaya yaitu Kelurahan Panggung bagian
baik secara ekologis, ekonomis, maupun timur, dan Kelurahan Muarareja.
sosial. Pengembangan wilayah pesisir Kota
Tegal berorientasi pada issue lingkungan Kabupaten Brebes
diharapkan mampu menjadi embrio model Kebijakan pengelolaan sumberdaya
perencanaan yang aspiratif, dinamis dan perikanan yang diambil adalah dengan
aktual. Hal ini cukup beralasan mengingat tersusunnya Peraturan Daerah Kabupaten

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 73
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Brebes Nomor 2 Tahun 2012 tentang pulau maupun Kawasan Pariwisata


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pantai.
Brebes Tahun 2010– 2030.
Wilayah pesisir pantai Kabupaten Penilaian Tata Ruang Pesisir
Brebes yang mempunyai panjang pantai ± Kabupaten Pemalang
72,93 km yang meliputi 14 desa di 5 Penataan ruang pada rencana detail
kecamatan memiliki potensi yang tak daerah pantai dimaksudkan untuk
ternilai bagi masyarakat. Perairan pantai menyusun ruang tersebut dengan fungsi
tidak saja menjadi sumber pangan yang yang diperuntukan sebagai Rencana Detail
produktif, tetapi juga sebagai gudang Tata Ruang Daerah Pantai sebagai
mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi dan pemerintahan, perdagangan, pendidikan,
juga sebagai tangki pencerna bahan jasa pertanian, perikanan, industri,
buangan hasil kegiatan manusia. pariwisata dll. Konsep penyusunan Rencana
Pantai di Kabupaten Brebes Detail Tata Ruang Daerah Pantai
merupakan tempat bermuaranya sungai Kabupaten Pemalang lebih diarahkan
besar dan kecil, yang menyebabkan daerah kepada pemanfaatan lahan yang tersedia
pantainya makin bertambah ke arah laut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
(prograding). Pantai di Brebes dapat untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan
dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, masyarakat sehingga memberikan nilai
yaitu: pantai delta (Delta Losari dan yang lebih tinggi tanpa meninggalkan
Pemali), pantai teluk (Teluk Bangsri) dan aspek-aspek pelestarian terhadap daerah
pantai lurus (Randusanga). Berdasarkan pantai dan biota-biota laut.
tingkat perkembangan atau penambahan Hasil Citra Landsat ETM 7 yang
daerah pantainya, pantai delta mengalami didapat dari LAPAN Jakarta pada
perubahan paling dinamis, diikuti oleh pengambilan 20 April 2009 penggunaan
pantai teluk kemudian oleh pantai lurus. lahan pesisir Kabupaten Brebes terdiri dari :
Pembagian zonasi pantai terdiri Lahan terbuka : 2.194,720 hektar
dari : Mangrove : 84,960 hektar
1. Wilayah pantai bagian barat mulai dari Pemukiman : 3.756,960 hektar
Losari (Prapag Kidul dan Prapag Lor), Sawah : 66.258,720 hektar
Teluk Bangsri sampai dengan sekitar Semak : 676,800 hektar
muara sungai Nippon (Desa Sawojajar Tambak : 2.234,880 hektar
dan Kaliwlingi) baik untuk Tegalan : 1.067,040 hektar
pengembangan konservasi tanaman Existing penggunaan lahan untuk tambak
bakau (mangrove) yang dapat berfungsi ternyata terdapat didesa Lawang rejo seluas
untuk pemulihan daya dukung 32,68 hektar, desa Asemdoyong 60,85
lingkungan, hektar, desa Nyamplungsari 57,413 hektar
2. Wilayah pantai bagian timur mulai ,desa Kendalrejo 9,233 hektar, dan
sebelah timur sungai kamal sampai Kecamatan Ulujami seluas 2073,824
dengan Pantai Randusanga Kulon hektar. Adapun pola tata ruang
sangat baik untuk dikembangkan pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten
menjadi Kawasan Pelabuhan Antar Pemalang teraji pada Gambar 2.

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 74
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Gambar 1. Pola Tata Ruang Pesisir Kabupaten Pemalang

Kabupaten Tegal Selama tahun 1999 – 2009, lahan


Pantai di Kabupaten Tegal dilihat tambak di kabupaten Tegal seluas 328 ha
dari bentuk dan tipe pantainya termasuk dan meningkat menjadi 444,9 ha, atau ada
kedalam pantai landai dengan kemiringan 0 peningkatan sebesar 35.64 % (Diskanlut).
– 2 %, dengan demikian pada wilayah Di pihak lain dalam kurun waktu yang
pantai ini tidak ditemui adanya perbedaan sama menurut BPS terjadi penurunan luas
ketinggian yang terlampau besar. Dari jenis lahan tambak dari 329,5 ha menjadi 319 ha
material tanah menurut BPS, (2007) secara atau penurunannya sebesar 3,19%.
umum, wilayah pesisir Kabupaten Tegal Berdasarkan informasi tersebut, maka data
tersusun atas liat berpasir sampai pasir yang tersedia tidak cukup memberikan
debuan. sehingga memudahkan masyarakat keterangan yang pasti luas tambak
untuk menggali potensi biotik dilautan sesungguhnya di Kabupaten Tegal.
maupun flora dan fauna untuk Informasi tentang keakuratan data luas
dibudidayakan terutama tambak, sawah dan tambak sangat dibutuhkan oleh semua
perkebunan. pihak terutama yang bersentuhan langsung
Penyajian data luas tambak di dengan kegiatan perikanan budidaya,
Kabupaten Tegal menunjukan adanya sehingga data tersebut akan dimanfaatkan
perbedaan antara sumber data yang satu sebagai dasar penentuan arah dan strategi
dengan lainnya. Pada tahun 1999, luas pemanfaatan dan pengelolaan tambak
lahan tambak di Kabupaten Tegal eksisting dan potensial
mencapai 329,5 ha untuk tahun 2003, 2009 Pada periode tahun 1999-2003
secara berurutan dilaporkan adalah sebesar terjadi pengurangan luasan tambak sebesar
319 ha dan 319 ha, sedangkan menurut data 0,171 ha (-0,03 %) atau penurunan luas
Diskanlut Kabupaten Tegal (2008) pada 0,043 ha pertahun (-0.01%) dan kurun
tahun yang sama sebesar 328 ha, 320.2 ha waktu 2003- 2009 pengurangan luas
dan 444.9 ha. tambak yang terjadi 138,984 ha (-20,53%)
atau penurunan 23,164 Ha (-3,42.%) per

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 75
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

tahun. Sedangkan perubahan luas tambak potensinya. Upaya pengendalian juga harus
pada tahun 1997-2009 berkurang sebesar diperhatikan dan selanjutnya akan dapat
139,155 Ha (-20,56 %) atau 13,92 ha per dilakukan dengan lebih tegas jika tersedia
tahun (-3,43%) per tahun. data yang memadai mengenai aktualisasi
Informasi pemanfaatan lahan yang dan potensi pemanfaatan sumberdayanya.
dapat diperoleh melalui analisis citra Pada penelitian tentang budidaya tambak,
landsat 7 ETM+ pada dasarnya adalah dilakukan pembahasan tentang lahan untuk
penampakan dari penutupan lahan. Hasil budidaya komoditas udang windu (Penaeus
cek di lapang tersebut menghasilkan peta monodon) dan bandeng (Chanos-chanos).
luasan pemanfaatan lahan. Secara umum Salah satu faktor pembatas ketersediaan
pemanfaatan lahan di wilayah pesisir potensi lahan budidaya tambak adalah jenis
Kabupaten Tegal didominasi untuk tanah dan topografi wilayah. Jenis tanah
perikanan budidaya tambak, persawahan, yang sesuai untuk budidaya udang adalah
kebun, pemukiman, lahan terbuka dan jenis tanah regosol. Sedangkan jenis tanah
abrasi. histosol (tanah gambut di hutan rawa), tidak
Pemanfaatan lahan untuk pertanian potensial untuk kepentingan budidaya
pada tahun 1999 khususnya sawah pantai.
menempati luasan dan porsi terbesar yaitu Beberapa hal yang perlu
13.695,489 ha (83,43%), disusul oleh kebun dipertimbangkan dalam menghitung potensi
80,895 ha (0,49%), sedangkan pemanfaatan produksi lahan budidaya, adalah -.
lahan budidaya perikanan atau tambak 1. Aktualisasi maksimum lahan yang
sebesar 677,134 ha (4,12%). Untuk menjamin produktivitas lestari.
pemanfaatan lahan non pertanian/perikanan 2. Konversi lahan menjadi luasan efektif
terlihat bahwa penggunaan pemukiman tambak atau luasan bangunan sarana
sebesar 1.794,929 ha (10,93%), lahan budidaya laut.
terbuka sebesar 168,075 ha (1,02%). 3. Menggunakan peta kawasan lindung
untuk rujukan dalam penentuan reduksi
Kebijakan dan Pengembangan Kawasan luasan yang ditaksir.
Pertambakan Kabupaten Tegal Kecenderungan yang saat terjadi di
Dari data luas lahan tambak lokasi penelitian yaitu di 3 kecamatan di
bandeng dan udang windu selama tahun Kabupaten Tegal (Kecamatan Kramat,
1999 sampai 2009, secara umum luas areal Suradadi, Warureja), luasan lahan untuk
pertambakan bandeng dan udang windu di pertambakan budidaya udang windu dan
Kecamatan Kramat, Suradadi, Warureja bandeng, dari data tahun 1999 sampai 2009
mengalami penurunan luasan tambak. mengalami penurunan luasan lahan tambak.
Pengenalan terhadap besarnya luas lahan
dan perairan yang berpotensial sebagai Kota Tegal
areal pengembangan budidaya tambak, Perubahan lahan tambak manjadi
memberikan gambaran objektif terhadap perumahan maupun wilayah industri di
prospek upaya pengembangan budidaya wilayah pesisir mengakibatkan semakin
pada masa mendatang. Segala perencanaan menyempit. Alih fungsi lahan tambak pada
pengembangan budidaya dan tambak-tambak di Kota Tegal menjadi
implementasinya baik oleh pemerintah rumah tinggal maupun gedung terjadi
maupun pihak swasta dan masyarakat akan sangat cepat. Dalam kurun waktu 10 tahun
lebih terarah jika didukung oleh di Badan Pertanahan Nasional tersaji pada
ketersediaan info tentang sebaran dan luas Tabel 1.

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 76
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Tabel 1. Alih Fungsi Lahan Tambak di Kota Tegal Kurun


Waktu 10 Tahun Terakhir
Luas
No Peruntukan
(m2)
1. Rumah Tinggal 8.275
2. Gedung 26.605
Sumber : Badan Pertanahan Nasional (2011)

Data tersebut merupakan data yang gedung semakin bermunculan yang


memiliki ijin pembangunan dari BPN, mengakibatkan kualitas perairan tambak
sedangkan data yang berupa pembangunan menjadi menurun. Demikian pula dengan
tanpa ijin tidak terdata oleh pihak BPN. kandungan logam berat telah di atas
Bagi yang membangun gedung ataupun ambang batas yang diduga bersumber dari
rumah tinggal dari pihak pemerintah dalam kegiatan industri di Kota Tegal maupun
hal ini BPN tidak dilakukan tindakan dari limbah buangan kapal.
apapun sehingga alih fungsi lahan tambak
menjadi lahan rumah tinggal maupun

Gambar 2. Peta Tata Pola Ruang Kota Tegal

Berdasarkan dari rencana tata pola ruang industri dan perumahan, Kelurahan
daerah pesisir Kota Tegal di Pesisir seperti Muarareja diperuntukan sebagai pelabuhan,
pada Illustrasi di atas Kelurahan Panggung wisata alam, RTH, pemukiman, pengolahan
diperuntukan sebagai ruang terbuka hijau sampah, pengolahan limbah, industri dan
dan bumi perkemahan, Kelurahan pertambakan, sedangkan di Kelurahan
Mintaragen diperuntukan sebagai bumi Margadana diperuntukan sebagai
perkemahan dan wisata alam, Kelurahan pertambakan, persawahan, dan RTH.
Tegalsari diperuntukan sebagai pelabuhan,

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 77
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Kabupaten Brebes 2. Sempadan pantai


Pantai berpasir Desa Randusanga Pada saat ini wilayah sempadan
Kulon direncanakan akan dikembangkan pantai berupa tambak, pada wilayah ini
menjadi objek wisata pantai mulai tahun perlu dikembangkan model empang
2001. Objek wisata pantai ini membentang parit (silvofishety), yaitu menanam
sepanjang ± 3 km dari arah timur ke barat, bakau pada pelataran tambak. Model
antara muara sungai Kaligangsa dan sungai empang parit ini, nantinya mempunyai
Sigeleng, dengan luas ± 10 ha. Letak objek fungsi perlindungan bagi ekosistem
wisata pantai ini berjarak ± 6 km dari kola pantai dan diharapkan pada tahap
Brebes. Untuk menuju lokasi tersebut dapat selanjutnya fungsi perlindungannya
ditempuh dengan jalan dapat dari Kota akan lebih menonjol, karena
Brebes dan melalui sungai Kaligangsa berdasarkan fungsinya, sempadan
dengan menggunakan perahu dad jembatan pantai adalah kawasan lindung yang
Kaligangsa. diharapkan akan menjadi jalur hijau.
Luas areal yang perlu ditanami Pada wilayah ini jenis yang sesuai
mangrove di Kecamatan Brebes adalah adalah Rhizophora sp. Pada saat ini
sekitar 417 ha, terdiri atas wilayah pasang terdapat 20 ha tambak model empang
surut sekitar 278 ha, dan sempadan pantai parit bandeng yang terdapat di sekitar
dan sungai sekitar 139 ha, dengan rincian muara sungai Pemali.
lokasi sebagai berikut : 3. Sempadan sungai
1. Lahan pasang surut Rehabilitasi sempadan sungai
Wilayah pasang surut secara diarahkan untuk menanam areal
fisik dikatagorikan kedalam tiga bentuk tanaman mangrove sesuai dengan
formasi, yaitu : (1) wilayah pasang surut peraturan, yaitu sempadan sungai besar
dengan dasar lumpur yang merupakan 100 m dan anak sungai 50 m. Wilayah
sedimentasi dan membentuk tanah sempadan sungai besar terdapat di
timbul dan lebih banyak terendam air sungai Pemali dan Kaligangsa. Pada
laut, kebanyakan terdapat di sekitar wilayah ini jenis yang sesuai adalah
muara sungai Pennali. Path wilayah ini Avicennia alba, Ceriops tagal,
jenis yang dapat dikembangkan adalah Sonneratia sp dan Xylocarpus sp.
api-api (Avicennia alba), bakau 4. Wilayah tambak
(Rhizophora mucronata) dan tancang Wilayah tambak terdiri atas
(Bruguiera gymnorrhiza), (2) wilayah tambak dan saluran-saluran air. Pada
pasang surut yang mengalami abrasi areal tambak sebaiknva dikembangkan
tinggi terdapat di pantai Desa model empang parit dengan tanaman
Kaliwlingi. Pada wilayah ini jenis jenis Rhizophora mucronata dan
tanaman yang paling mungkin Rhizophora apiculata. Sedangkan pada
dikembangkan adalah tancang saluransaluran air ditanami jenis
(Bruguiera gymnorrhi=a), dan (3) Rhizophora mucronata dan Avicennia
wilayah pasang surut yang agak alba.
berpasir berada di Desa Randusanga Kendala dalam rehabilitasi dan
Kulon mulai dari perbatasan dengan penanaman mangrove adalah (1)
wilayah Kota Tegal terns ke arah barat masalah lahan, karena tanah timbul
hingga tepian sungai Pemali. Pada yang berupa endapan baru dan senng
wilayah ini jenis yang sesuai adalah terendam air laut, walaupun belum
Rhizophora stylosa, Sonneratia dimanfaatkan tetapi telah menjadi hak
alba,Ceriops tagal dan Avicennia sp. milik dan bersertifikat, (2) kurangnya
kesadaran masyarakat khususnya

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 78
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

petambak, akan fungsi dan manfaat Desa Randusanga Kulon, (3) adanya
hutan mangrove, sehingga kurang anggapan masyarakat bahwa hutan
berpartisipasi dalam rehabilitasi dan mangrove merupakan tempat
pengelolaan mangrove Pada saat ini persembunyian pencuri. Adapun Pola
baru ada dua kelompok penghijauan tata ruang pesisir Kabupaten Brebes
pantai yaitu kelompok Pantai Sari di tersaji pada Gambar 3
Desa Kaliwlingi dan Banjangsari di

Gambar 3. Pola Tata Ruang Pesisir Kabupaten Brebes

Pembahasan prinsip keseimbangan dan kelestarian.


Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Adapun aspek yang perlu diperhatikan
Berdasarkan atas lokasinya wilayah adalah aspek daya dukung lingkungan dan
pesisir Pantura Jawa Tengah umumnya aspek kegiatan pembangunan yang
memiliki eksesibilitas yang strategis untuk berlangsung.
berkembangnya kegiatan ekonomi yang Hal ini karena wilayah pesisir
bervariasi. Sumberdaya lahan wilayah merupakan daerah yang selalu mengalami
pesisir merupakan suatu sumberdaya alam perubahan. Perubahan ini banyak
yang sangat potensial dan mempunyai jenis disebabkan karena wilayah ini merupakan
yang beragam. Sumberdaya alam di tempat bertemunya dua kekuatan yang
wilayah pesisir merupakan sumberdaya berbeda yaitu dari daratan dan dari laut(an).
yang dinamis. Hal ini karena sumberdaya di Berdasarkan atas lamanya waktu
wilayah pesisir merupakan akumulasi dari berlangsung, maka terjadinya perubahan di
hasil interaksi antar faktor yang sangat wilayah ini dapat terjadi secara lambat atau
berbeda yaitu dari proses marine, daratan bahkan akan berlangsung cepat. Faktor-
dan atmosfer. Kondisi yang spesifik ini faktor yang menentukan cepat atau
selain mempunyai keunggulan, namun lambatnya proses berlangsung adalah
sekaligus dapat memunculkan batuan, fisiografi, maupun jenis kegiatan
permasalahan yang komplek. Oleh yang berlangsung pada lahan yang
karenanya, wilayah ini perlu dilakukan bersangkutan diperbandingkan dengan
pengelolaan secara seksama, agar diperoleh kekuatan yang mengakibatkan proses marin

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 79
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

seperti terpaan gelombang, angin, dan Desa pantai/Pesisir dengan lingkungannya.


pasang surut air laut. Oleh karena itu kebutuhan akan sumber
Upaya-upaya mencapai kebijakan daya alam yang ada sebagai gantungan
tersebut dapat diusahakan dengan kehidupan masyarakat dari generasi ke
mengadakan pengelolaan kawasan pesisir generasi dapat tercukupi sehingga faktor
secara terpadu dengan mempertimbangkan ekonomi yang merupakan salah satu
aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi kebutuhan dasar manusia dapat
masyarakat pengguna wilayah pesisir diseimbangkan dengan faktor ekologi yang
tersebut (stakeholder) serta konflik menunjang. Dengan melihat karakteristik
kepentingan dan pemanfaatan yang dari teori perencanaan yang sesuai dengan
mungkin ada. Keterpaduan ini dalam sistem yang digunakan dalam Program
perencanaan dan pengelolaan wilayah Percontohan Desa Model Pelestarian
pesisir dan laut mencakup 4 (empat) aspek Lingkungan dan Pemanfaatan Pesisir
yaitu (1) keterpaduan ekologis; (2) adalah Teori Perencanaan Inkremental,
keterpaduan sektor; (3) keterpaduan disiplin maka peran perencana di sini adalah
ilmu dan (4) keterpaduan stakeholder sebagai "Teknisi yang Pragmatis".
(Bengen, 2001). Keterpaduan ekologis Model Pelestarian Lingkungan dan
wilayah pesisir memiliki keterkaitan antara Pemanfaatan Pesisir hanya sebagai
!elan atas (daratan) dan laut. Hai ini fasilitator yang mendorong dan
disebabkan karena wilayah pesisir membimbing masyarakat Desa Pantai
merupakan daerah pertemuan antara dalam mengembangkan diri baik dalam
daratan laut Dengan keterkaitan kawasan kelompok organisasi maupun dalam
tersebutmaka pengelolaan kawasan aktualisasi lapangan (Community
pesisir,laut tidak terlepas dri pengelolaan Development) dalam upaya mencapai
lingkungan yang dilakukan dikedua tujuan yang diharapkan yaitu pelestarian
kawasan tersebut. Kawasan tambak di dan pemulihan ekosistem pantai termasuk
pesisir Kabupaten Pemalang berbatasan ekosistem hutan mangrove sesuai dengan
dengan daerah pemukiman , kegiatan fungsi dan peruntukkannya dalam
pelabuhan , perkebunan dan persawahan. keseimbangan faktor ekonomi dan ekologi.
Secara ekologis dari beberapa penggunan
lahan di kawasan psisir tersebut akan sating Analisis Manfaat Hutan Mangrove
berpengaruh karena dampak dari aktitifats Keberadaan hutan mangrove ini
tersebut akan berpangeruh terhadap tambak telah banyak mernberikan manfaat ekonomi
balk langsung maupun tidak langsung bagi
Pemberdayaan Masyarakat penduduk sekitar ekosistem tersebut, dan
Pelestarian Lingkungan dan manfaat ekologi dan biologi bagi
Pemanfaatan Pesisir adalah meningkatkan sumberdaya alam wilayah pesisir. Manfaat
pemberdayaan masyarakat pantai dan taraf ekonomi yang akan dikaji melipati 3 (tlga)
hidup masyarakat pantai melalui katagori, yakni manfaat langsung (direct
pendekatan Bina Sumber Daya Manusia use value), manfaat tak langsung (indirect
dan Bina Ekonomi. Diharapkan.kesadaran use value), dan manfaat keberadaan
dan partisipasi aktif masyarakat pantai (existance value).
untuk bersama-sama berupaya mengatasi Pendekatan perhitungan dilakukan
dan mengendalikan kerusakan pantai dan berdasarkan keadaan di lapangan dan
hutan mangrove di lingkungannya melalui didukung oleh data sekunder yang tersedia,
Bina Lingkungan mengingat adanya dalam pengumpulan data dan perhitungan
ketergantungan dan keterikatan menghadapi banyak kendala sehingga
kehidupan/mata pencaharian masyarakat memaksa menggunakan teknik penaksiran

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 80
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

yang sederhana dan sulit dilakukan dengan nilai manfaat kayu bakar senilai Rp.
ketelitian yang tinggi. Menurut Dietriech 126.409,-/hatta.hun. Biaya operasional
(komunikasi pribadi) tanaman mangrove dan biaya tetap sebesar Rp. 65.541,-
barn mempunyai fungsi dan manfaat pada /tahun. Dengan demikian nilai manfaat
umur 5 tahun, maka dalam perhitungan langsung bersih berupa kayu bakar
manfaat langsung, manfaat tak langsung adalah Rp. 60.868,-/ha tahun
dan manfaat keberadan hutan mangrove 2. Udang dan Ikan
hanya dilakukan terhadap 110 ha hutan Penangkapan udang dan ikan di
mangrove. perairan sekitar hutan mangrove
Berdasarkan hasil identifikasi dilakukan dengan alat tangkap cangapan
manfaat langsung dari ekosistem hutan (bubu), tujuan utama adalah menangkap
mangrove yang dapat diukur nilainya udang, sedangkan ikan merupakan hasil
adalah produk kayu bakar, udang, ikan dan sampingan. Untuk menangkap udang
kepiting dan tambak model empang pant tersebut diperlukan biaya untuk
walaupun masih ada manfaat lainnya tetapi pembelian bubu dan perlengkapannya,
pada saat ini masih sat untuk diukur nilai dan upah tenaga kerja. Harga rata-rata
ekonominya karena dimanfaatkan seperti bubu dan perlengkapannya Rp.
kayu untuk tiang pancang atau bahan 260.000,-/unit/tahun dan biaya tenaga
bangunan, burung dan reptilia. Dalam kerja Rp. 1.418.400,-/unit/tahun,
penaksiran manfaat langsung ini dengan sedangkan manfaat (hasil) yang
pendekatan langsung berdasarkan nilai diperoleh senilai Rp. 3.111.120,-
pasar dengan cara menghitung jumlah /unit/tahun.
produk langsung yang dinikmati oleh 3. Kepiting
masyarakat dikalikan dengan harga pasar Penangkapan kepiting dilakukan
pada saat penelitian. dengan alat tangkap pancing kepiting
1. Kayu bakar dengan umpan ikan rucah terutarna
Berdasarkan hasil wawancara jenis buntal. Untuk menangkap kepiting
dengan 30 responden dapat diprediksi diperlukan biaya untuk pembelian
bahwa potensi kayu bakar di kawasan pancing dan perlengkapannya (joran,
mangrove ini berkisar antara 1,0 — 7,0 senar, dan mata pancing), seser, umpan
m3 /ha/tahun dengan rata-rata 3,47 dan upah tenaga kerja. Harga rata-rata
m3/ha/tahun, tergantung pada lokasi dan pancing dan perlengkapannya Rp. 750,-
umur mangrove. Dengan demikian /unit/tahun, seser Rp. 10.000,-
potensi kayu bakar pada luasan 110 ha /unit/tahun, dan biaya operasional, yaitu
sekitar 381,70 m3/tahun. Hasil tenaga kerja dan umpan Rp. 106.560,-
wawancara dengan 7 responden /unit/tahun. Manfaat yang diperoleh
pengambil kayu bakar menunjukkan senilai Rp. 209.310,-/unit/tahun.
bahwa pengambilan kayu bakar (pohon, 4. Tambak Model Empang Parit
ranting dan akar) merupakan pekerjaan (Silvofishery)
sampingan. Pengambilan kayu bakar Pemanfaatan tanah timbul untuk
dilakukan 2 - 4 kali/bulan atau rata-rata tambak model empang parit dilakukan
37 trip/tahun. Hasil kayu bakar berkisar di Desa Randusanga Kulon dan Desa
antara 0,25 0,5 m3/trip dengan rata-rata Kaliwlingi pada. Luas tambak model
0,36 m3/trip atau 12,71 m3ltahun. Harga empang pant di kedua desa tersebut
kayu bakar berkisar antara Rp. 30.000,- masing-masing sekitar 10 ha. Yang
- Rp. 45.000,1m3, rata-rata Rp. 36.429,- dimaksud tambak model empang pant
/m3 tergantung jenis dan ukuran kayu adalah tambak yang pelatarannya
bakarnya. Hasil perhitungan diperoleh ditanami pohon mangrove dengan

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 81
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

perbandingan 70% luas mangrove dan kontinyu, sehingga masyarakat lebih


30% luas parit/caren yang mengelilingi memahami dan mengerti manfaat
pelataran tambak/mangrove. lingkungan pesisir bagi kelestarian sumber
daya perikanan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dapat Aronof, S. 1991. Geographic Information
disarankan bahwa : System; a Management Perspective.
1. Pengelolaan wilayah pesisir pantura WDL Publication. Ottawa, Canada.
yang meliputi pesisir Kabupatan Bengen, D.G. 2005. Merajut
Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Keterpaduan Pengelolaan
Tegal dan Kabupaten Brebes telah Sumberdaya Pesisir dan Laut
mengalami degradasi lingkungan dan Kawasan Timur Indonesia bagi
kegiatan pengelolaan, serta tata ruang Pembangunan Kelautan
tidak sesuai dengan peruntukkannya Berkelanjutan. Disajikan pada
2. Pelestarian Lingkungan dan Seminar Makassar MaritimeMeeting,
Pemanfaatan Pesisir adalah Makasar
meningkatkan pemberdayaan Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J.
masyarakat pantai dan taraf hidup Sitepu. 2001. Pengelolaan
masyarakat pantai melalui Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
pemberdayaan masyarakat pesisir Laut secara Terpadu. PT. Pradnya
3. Pengelolaan sumber daya perikanan Paramita, Jakarta
wilayah pesisir harus dilakukan secara Dimyati, RD dan Muhammad.1997.
terpadu dengan ekosistem sumber daya Remote Sensing dan Sistem
melibatkan berbagai unsur terpadu Informasi Geografis untuk
antara masyarakat sebagai pelaksana Perencanaan. Fakultas Teknik.
dan pemerintah sebagai penggagas dan Universitas Muhammadiah, Jakarta.
penyelaras kegiatan sehingga diperoleh Dwiponggo. 1992. Masalah Pengelolaan
keterpaduan pengelolaan pesisir yang Sumberdaya Perikanan Laut bagi
berwawasan lingkunga dan Pemanfaatan Berkelanjutan.
berkelanjutan Depatemen Pertanian, Jakarta.
4. Upaya-upaya mencapai kebijakan Fauzi, A dan S. Anna. 2005. Model
tersebut dapat diusahakan dengan Sumber Daya Perikanan dan
mengadakan pengelolaan kawasan Kelautan. PT. Gramedia. Pustaka
pesisir secara terpadu dengan Utama, Jakarta.
mempertimbangkan aspek sosial, Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya
ekonomi, budaya dan aspirasi Alam dan Lingkungan. PT.
masyarakat pengguna wilayah pesisir Gramedia. Pustaka Utama, Jakarta.
tersebut (stakeholder) serta konflik . 2010. Ekonomi Perikanan Teori,
kepentingan dan pemanfaatan yang Kebijakan dan Pengelolaan. PT.
mungkin ada dalam masyarakat Gramedia. Pustaka Utama, Jakarta.
Hartoko, A. 2001. Pemetaan Digital dan
Saran Sumberdaya Hayati Wilayah
Berdasarkan hasil penelitian dapat Pesisir Kabupaten Rembang.
disarankan bahwa untuk meningkatkan Fakultas Perikanan dan Ilmu
persepsi dan partisipasi masyarakat dalam Kelautan. Universitas Diponegoro,
konservasi perbaikan lingkungan di wilayah Semarang
pesisir maka diperlukan penyuluhan secara

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 82
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Hartoko, A. 2002. Aplikasi Teknologi Prahasta, E. 2008. Remote Sensing :


Inderaja untuk Pemetaan Praktis Penginderaan Jauh dan
Sumberdaya Hayati Laut Tropis Pengolahan Citra Dijital dengan
Indonesia. Suatu Pengembangan Perangkat Lunak ER Mapper.
Pemetaan Dinamis dan Terpadu Informatika, Bandung
Parameter Ekosistem Ikan Pelagis Purwanto. 2003. Pengelolaan Sumberdaya
Besar di Perairan Dalam. Ikan. Makalah dalam Workshop
Universitas Diponegoro, Semarang Pengkajian Sumberdaya Ikan.
Ghofar, A. 2003. Manajemen Masyarakat Perikanan Nusantara,
Sumberdaya Ikan Laut. Bahan Mata Jakarta
Kuliah Tanggal 14 Maret 2003 Pasca Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik
Sarjana Universitas Diponegoro, Membedah Kasus Bisnis. PT.
Semarang Gramedia, Jakarta
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Saaty, T.L. 1991. Pengambilan
Indonesia. Jakarta Keputusan Bagi Para Pemimpin,
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Proses Hirarki Analitik Untuk
Pengelolaan Sumberdaya Pengambilan Keputusan dalam
Perikanan. Pustaka Cidesindo, Situasi Kompleks. PT. Pustaka
Jakarta. Binaman Pressindo. Jakarta
Mallawa, A. 2006. Pengelolaan Sindoro, A. (trans), David, F.R. 2002.
Sumberdaya Ikan Berkelanjutan Konsep Manajemen Strategis. Edisi
dan Berbasis Masyarakat. Disajikan Ke-7. PT Frenhallindo. Jakarta
pada lokakarya Agenda Penelitian Supriharyono. 2002. Pelestarian dan
Program COREMAP II Kabupaten Pengelolaan Sumberdaya Alam di
Selayar, 9-10 September 2006. Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia
COREMAP II. Makasar Pustaka Utama. Jakarta.
Pentury, R. 1997. Algoritma Pendugaan
Konsentrasi Klorofil di Perairan
Teluk Ambon menggunakan Citra
Landsat_TM. Program Studi Teknik
Kelautan. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 83

Anda mungkin juga menyukai