Anda di halaman 1dari 4

SINOPSIS RENCANA PENELITIAN DISERTASI PROGRAM DOKTOR

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA PERAIRAN


KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH OLELE PROVINSI GORONTALO.

Oleh : Lis M. Yapanto

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya wilayah pesisir, termasuk kawasan konservasi terumbu karang, merupakan
sumberdaya alam yang bersifat milik umum (public good), terbuka, dan tidak mengikuti hukum
kepemilikan. Selain itu, beberapa unsur sumberdayanya tidak memiliki mekanisme pasar dimana
harga dapat berperan sebagai instrument penyeimbang antara permintaan dan penawaran.

Manusia yang dipandang sebagai homoeconomicus cenderung akan memaksimumkan manfaat


total. Hal ini terlihat dari adanya indikasi over eksploitasi sumberdaya wilayah pesisir dan
eksternalitas negatif dari kegiatan pembangunan wilayah pesisir.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu:

1) adanya penilaian secara benar dan menyeluruh sehingga alokasi pemanfaatan sumberdaya
pesisir dapat dilakukan secara proporsional, dan 2) adanya penilaian terhadap biaya lingkungan
dan sosial (environmental and social cost) dan menginternalisasikannya ke dalam kebijakan
ekonomi dan pembangunan. Teknik valuasi ekonomi sumberdaya wilayah pesisir sangat diperlukan
untuk tujuan tersebut.

B. Fokus Permasalahan

1. Berapa nilai ekonomi total kawasan Konservasi Laut Daerah Khususnya Terumbu karang
2. Bagaimana nilai ekonomi tersebut dikaitkan dengan strategi kebijakan pengelolaan kawasan
konservasi Laut Daerah
3. Seberapa besar konstribusi Pengelolaan kawasan Konsevasi Laut Daerah Dalam Meningkatkan
Pendapatan Daerah

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian :
1. Untuk Mengetahui Seberapa besar nilai ekonomi total pemanfaatan kawasan konservasi laut
daerah bagi masyarakat dan konstribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah (PAD)
2. Untuk Mengetahui Strategi optimalisasi nilai ekonomi KKLD
2. Kegunaan dari valuasi ekonomi kawasan konservasi terumbu karang adalah:
1. Sebagai alat bantu untuk mendapatkan manfaat barang dan jasa sumberdaya di kawasan
konservasi terumbu karang secara bijaksana dan proporsional.

2. Sebagai pintu gerbang proses internalisasi biaya lingkungan dan sosial ke dalam kegiatan
ekonomi dan pembangunan yang merupakan upaya nyata implementasi konsep pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

3. Sasaran

Sasaran dari valuasi ekonomi sumberdaya di kawasan konservasi terumbu karang adalah:

1. Sumberdaya biofisik di kawasan konservasi terumbu karang,

2. Jasa lingkungan yang disediakan kawasan konservasi terumbu karang.

D. Metodologi Penelitian :

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan mengambil sampel nelayan sebagai
responden yang ditentukan berdasarkan Purposive Random Sampling berdasarkan jenis alat tangkap
yang digunakan dan menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data. Untuk
mengetahui total nilai ekonomi terumbu karang, data dianalisis dengan menjumlahkan nilai manfaat
langsung, nilai manfaat tak langsung, nilai manfaat pilihan, nilai manfaat keberadaan, dan nilai
manfaat warisan terumbu karang, analisis kedua membandingkan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Total nilai ekonomi ekosistem terumbu karang pada KKLD Olele dihitung
dengan menjumlahkan seluruh nilai manfaat yang ada pada kawasan tersebut. Manfaat-manfaat
tersebut, adalah: Manfaat Langsung Ekosistem Terumbu Karang Manfaat langsung (Direct Use
Value) adalah manfaat yang dapat diperoleh dari ekosistem terumbu karang misalnya perikanan
terumbu, pariwisata, penelitian, penambangan karang, ikan hias, dan lain-lain (Fauzi 2002) dengan
rumus sebagai berikut: TML = ML1 + ML2 + ML3 + ML4 ……………+MLn Di mana : TML =
Total Manfaat Langsung ML1 = Manfaat Langsung Perikanan Terumbu ML2 = Manfaat Langsung
Pariwisata ML3 = Manfaat Langsung Pemanfaatan Karang ML4 = Manfaat Langsung Penelitian
Total Manfaat Langsung (TML) adalah penjumlahan seluruh manfaat dan fungsi langsung terumbu
karang di Taman Wisata Kawasan Konservasi Laut Daerah Olele .

5 .Manfaat Tak Langsung Ekosistem Terumbu Karang Manfaat tak langsung (Indirect Use Value)
adalah nilai manfaat yang diperoleh dari ekosistem terumbu karang secara tidak langsung, misalnya
sebagai penahan ombak, dan lainlain. Nilai manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi berupa
: (1) Pelindung Pantai; Nilai ini dapat diperoleh dengan melakukan pendekatan replacement coct
method, yaitu dengan menggunakan perhitungan biaya pembuatan penahan ombak sebagai
pengganti fungsi ekosistem terumbu karang pada Taman Wisata Kawasan Konservasi Laut Daerah
Olele. (2) Nilai Serapan Karbon Ekosistem Terumbu Karang; Nilai ini diperoleh dengan mengacu
pada Soemarwoto (2001), bahwa nilai 1 ton karbon berkisar antara US$ 1- US$28 dengan
menggunakan asumsi harga US$10 per ton dan nilai produktivitas primer terumbu karang sebesar
2500 gr/m2/tahun. Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang Manfaat pilihan diartikan sebagai
nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari
sumberdaya alam pada masa yang akan datang. Manfaat pilihan dalam penelitian ini dihitung
dengan mengacu pada Fauzi dan Anna, (2005) nilai keanekaragaman hayati terumbu karang yaitu
sebesar Rp 493.696,-/ha/tahun. Manfaat pilihan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : MP =
(Nb x L) Di mana : MP = Manfaat Pilihan Nb = Nilai Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang
(Rp 493.696,-/ha) L = Luas Kawasan Terumbu Karang (ha) Manfaat Keberadaan Ekosistem
Terumbu Karang Manfaat keberadaan adalah nilai yang diukur dari manfaat yang dirasakan
masyarakat karena keberadaan ekosistem terumbu pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).
. Manfaat tersebut merupakan nilai ekonomis keberadaan (fisik) dari ekosistem terumbu karang
(Fauzi, 2002) yang dirumuskan sebagai berikut:    n i nMEiME 1 /)( Di mana: MEi = Manfaat
Ekosistem dari responden ke-i n = Jumlah responden Manfaat tersebut dihitung dengan metode
Willingness to Pay (kesediaan membayar masyarakat).
6 .Manfaat Warisan Ekosistem Terumbu Karang Nilai warisan ekosistem terumbu karang yang
dimiliki tidak dapat dinilai dengan pendekatan nilai pasar. Sehubungan dengan hal tersebut maka
diperkirakan bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung terumbu karang
(Hasmin, 2006).

Daftar Pustaka

Barton, D. N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources. SMR-report
14/94. Centre for Studies of Environment and Resources, University of Bergen, Norway.
Bunce, L. L., and Kent R. Gustavson. 1998. Coral reef valuation: a rapid socioeconomic assessment of
fishing, water-sports, and hotel operations in the Montego bay marine park, Jamaica and an analysis of reef
management implications. World Bank Research Committee Project #RPO 681-05
Cesar, H. S. J. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. Working Paper Series. World Bank,
Washington DC.
Ministry of Marine Affair and Fisheries Republic of Indonesia (MMAF). 2001.Country Status Overview (CSO):
Exploitation and Trade of Reef Fishery in Indonesia. MMAF, International Marine Alliance (IMA) and Telapak
Foundation. Jakarta.
Suharsono. 2001. Condition of Coral Reef Resource in Indonesia.Oceanological Research and Development
Centre, Indonesian Science Agency. Paper presented in International Workshop on the Trade in Stony
Corals: Development of sustainable management guidelines. Jakarta, April 9-12, 2001.
Spurgeon, J. P. G. 1992. The economic valuation of coral reefs. Mar. Poll. Bull. 24 (11): 529-536. ©Elsevier
Science Ltd. Pergamon.
Wallace, C. C., Z. Richards, and Suharsono. 2001. Regional Distribution Patterns of Acropora and Their Use
in the Conservation of Coral Reefs in Indonesia. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources.
4(1):40-58
Agustono. 1996. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove bagi Masyarakat (Studi Kasus di Muara Cimanuk,
Indramayu). Tesis Magister Sains (Tidak Dipublikasikan). Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Barton, D. N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources. SMR-report
14/94. Center for Studies of Environment and Resources, University of Bergen. Norway.
Burbridge, P. R. and J. E. Maragos. 1985. Coastal Resources Management and Environmental Assesment
Needs for Aquatic Resources development in Indonesia. International Institute for Environment and
Development. Washington DC. USA.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Dixon, J. A. dan M. M. Hufschmidt. 1991. Teknik Penilaian Ekonomi terhadap Lingkungan. Suatu Buku Kerja
Studi Kasus. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Fahrudin, Achmad. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Lahan Pesisir di Kabupaten Subang, Jawa
Barat. Tesis Magister Sains (Tidak Dipublikasikan). Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Lindeboom, H. J. and J. J. Sandee. 1989. Production and Consumption of Tropical Seagrass Fields in
Easterm Indonesia. Measured with Bell Jars and Microelectrodes. Netherland Journal of Sea Research. 23:
181-190.

Mann, K. H. 1982. Ecology of Coastal Waters: A System Approach.Blackwell Scientific Publ. Univ. of Calif.
Press, Los Angeles

Anda mungkin juga menyukai