Pendidikan
ISBN: 978-623-227-729-8
Penulis: Dr. Budi Susetyo, M.Pd
Tata Letak: Galih
Design Cover: Widi
14,8 cm x 21 cm
viii + 221 halaman
Cetakan Pertama, Februari 2022
Diterbitkan Oleh:
Uwais Inspirasi Indonesia
Anggota IKAPI Jawa Timur Nomor: 217/JTI/2019 tanggal 1 Maret 2019
Redaksi:
Ds. Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo
Email: Penerbituwais@gmail.com
Website: www.penerbituwais.com
Telp: 0352-571 892
WA: 0812-3004-1340/0823-3033-5859
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta,
sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002,
bahwa:
Kutipan Pasal 113
(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g, untuk penggunaan secra komesial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
Penulis
2. Penelitian Ilmiah
Salah satu cara untuk menemukan pengetahuan ataupun
ilmu adalah menggunakan penelitian. Di Perguruan Tinggi
penelitian merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan
baik oleh mahasiswa atau dosen dan penelitian dilingkungan ini
3. Penelitian Pendidikan
Penelitian pendidikan adalah suatu kegiatan ilmiah yang
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan sikap dan
tingkah laku lainnya, mengembangkan pengetahuan dengan
berbagai informasi dan metodologi dalam bidang ilmu yang
melingkupi di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
Menurut Arikunto, S (1993), Creswell, John W, (2008)
penelitian pendi-dikan adalah cara yang digunakan dan dapat
dipertanggung-jawabkan mengenai proses pendidikan.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada
pengembangan penge-tahuan ilmiah tentang kejadian-kejadian
yang menarik perhatian pendidikan.
D. Pendekatan Penelitian
Dalam perkembangan penelitian ilmu-ilmu sosial
termasuk penelitian pendidikan dikenal ada dua pendekatan
yaitu, pendekatan positivisme dan pendekatan naturalism
(Brannen, J., 1999).
Pendekatan positivisme adalah pendekatan penelitian
yang dalam menjawab permasalahan penelitian memerlukan
pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel dari obyek
yang diteliti, guna menghasilkan kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan lepas dari kontek waktu dan situasi tertentu.
Penggunaan pengukuran disertai analisis secara statistik maka
pendekatan ini disebut juga dengan metode kuantitatif.
Pendekatan naturalisme, adalah pendekatan penelitian
yang dalam menjawab permasalahan, memerlukan pemahaman
secara mendalam dan menyeluruh mengenai obyek yang diteliti
E. Jenis-Jenis Penelitian
Penelitian dilihat dari tujuannya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penelitian dasar (murni) dan penelitian
terapan (aplikasi). Penelitian dasar atau penelitian murni
berkepentingan dengan penemuan generalisasi-generalisasi
atau prinsip-prinsip di dalam rangka mengembangkan teori-
teori ilmu pengetahuan (Sukmadinata, N. S, 2008). Penelitian
murni tidak terlalu risau dengan soal-soal praktis dan/atau
implikasi praktis dari penemuannya. Jenis penelitian ini lazim
dilakukan dalam situasi-situasi laboratorium. Dalam bidang
ilmu sosial jenis penelitian ini lebih lazim dan lebih utama
sebagai kegiatan psikolog ketimbang pendidik.
Penelitian terapan berkepentingan dengan penemuan-
penemuan yang berkenanaan dengan aplikasi dari sesuatu
konsep-konsep teoritis tertentu. Dengan demikian bersifat
praktis, diperlukan dalam rangka perbaikan atau penyem-
purnaan suatu produk atau proses tertentu dengan jalan menguji
suatu konsep teoritis tertentu di dalam menghadapi masalah
nyata pada situasi tertentu (Kerlinger, F. N., 1973). Dengan
demikian hasil-hasil penelitian dasar yang berupa teori-teori,
oleh penelitian terapan diuji aplikasinya guna kepentingan-
kepentingan praktis tertentu. Penelitian pendidikan pada
umumnya tergolong dalam penelitian terapan karena me-
ngembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan
proses belajar mengajar dan bahan-bahan pengajaran.
E. Variabel Penelitian
Penelitian digunakan untuk memecahkan persoalan atau
menemukan sesuatu pengetahuan atau ilmu yang bertujuan untuk
membantu memudahkan dalam kehidupan manusia.
Ditemukannya komputer dan jaringan internet memudahkan bagi
manusia untuk berkomunikasi atau menemukan sesuatu yang
dicari baik berupa ilmu atau kepentingan lainnya. Untuk berkirim
surat tidak perlu lagi menunggu beberapa hari, cukup dengan
menunggu beberapa detik melalui fisilitas email. Semua yang
dibicarakan ditemukan lewat penelitian yang lama dan
menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Masalah atau keresahan
merupakan cikal bakal dihasilkannya ilmu dengan penelitian
ilmiah dan menggunakan metode ilmiah. Masalah dalam
penelitian terutama penelitian kuantitatif perlu difokuskan pada
suatu persoalan, sehingga memudahkan untuk melakukan
penelitian. Masalah penelitian yang masih umum menyulitkan
dalam melakukan penelitian terutama waktu menyusun teori,
maupun instrumen yang digunakan. Misalkan meneliti metode
mengajar, metode mengajar banyak ragamnya metode mana yang
akan diteliti. Media pengajaran juga merupakan sesuatu yang
masih sangat umum, karena media pengajaran banyak
1. Variabel Penelitian
Hambatan yang sering dialami peneliti adalah menetapkan
variabel-variabel penelitian. Untuk menetapkan variabel
penelitian bukanlah hal yang rumit. Sebagai contoh: variabel jenis
kelamin, motivasi, prestasi. Variabel jenis kelamin dapat diukur
dan hasilnya hanya dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pengukuran terhadap jenis kelamin menghasilkan ukuran konstan
(tidak berubah) laki-laki atau perempuan. Berbeda dengan
variabel motivasi, prestasi apabila dilakukan pengukuran yang
berulang-ulang terhadap subyek yang sama pada situasi yang
berbeda, hasilnya tidak persis sama. Besar kecilnya perubahan
disebabkan oleh banyak faktor, baik dari segi subyek yang diukur
atau dari lingkungan yang mempe-ngaruhi keadaan subyek.
Dengan demikian variabel adalah suatu karakteristik yang
memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri.
Kerlinger, F.N. 1973, menyebutkan variabel adalah konstruk atau
sifat yang dipelajari. Ary, D. 1972, menyebutkan variabel adalah
suatu atribut yang dianggap mencerminkan atau mengungkapkan
pengertian atau bangunan pengertian dan variabel mempunyai
nilai yang berbeda-beda.
Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori
variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel
dependen) variabel bebas adalah variabel perla-kuan atau sengaja
dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel terikat
2. Hipotesis
Hipotesis menurut Gay, L.R. et.all. (2009) merupakan
penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-gejala,
atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Hipotesis adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti me-
ngenai hubungan antara variabel-variabel dalam masalah pene-
litian. Hipotesis merupakan pernyataan yang paling spesifik.
Ali, M., (2010) mengatakan hipotesis adalah pernyataan yang
dapat diuji mengenai hubungan potensial antara dua atau lebih
variabel. Disamping itu hipotesis adalah piranti atau rantai
yang menghubungkan antara teori dan pengamatan (provider
the link between theory and observation). Berikut ini akan
dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan hipotesis
dalam penelitian yaitu;
b. Jenis Hipotesis
Ada dua cara digunakan dalam menyatakan hipotesis,
yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif/penelitian/kerja.
Hipotesis nol berarti “keberadaannya tidak ada” (no
existence), karena tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak
ada hubungan, tidak ada perbedaan. Misalnya, Tidak ada perbe-
daan dari tiga metode mengajar penelitian pendidikan. Tidak ada
hubungan antara iklim organisasi yang menggunakan subskala
delapan dan tingkah laku kepemimpinan antara administratur SD
di Pemerintah Kota Bandung.
Penggunaan hipotesis nol direkomendasikan oleh para
ahli peneliti dan ahli statistik dengan alasan bahwa kesalahan
3. Kerangka berpikir
Kerangka teori berbeda dengan kerangka pemikiran.
Kerangka teori dibangun berdasarkan teori yang berhubungan
dengan variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel
terikat, oleh karena itu isi dari kerangka teori dimulai dari
deskripsi teori, penjelasan masing-masing variabel, memberikan
penjelasan keterkaitan diantara variabel dan menduga atau
memprediksi keterkaitan diantara variabel. Kerangka pemikiran
merupakan suatu argumentasi-argumentasi yang disusun berda-
sarkan teori-teori yang telah diajukan dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dalam memberikan jawaban sementara pada
penelitian. Melalui kerangka berpikir, peneliti berusaha mem-
berikan argumentasi berdasarkan logika atas dasar teori yang telah
dipelajari kepada sesama ilmuwan (Suriasumantri, J. S., 1990).
Dengan perkataan lain kerangka pemikiran merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala yang menjadi obyek permasalahan yang
dirumuskan dalam bentuk hipotesis atau
1) Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauhmana suatu alat
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat itu.
Batasan lain validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur
terhadap ketepatan pokok isi atau sasaran yang diukur. Suatu tes
dinyatakan valid jika perangkat tes butir-butirnya benar-benar
mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang
tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya. Validitas suatu tes,
menggunakan indek angka yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran dapat mencerminkan secara tepat tingkah laku
seseorang yang diperoleh dari berbagai proses. Validitas
pengukuran memiliki nilai dari yang tinggi sampai rendah,
semakin tinggi nilai validitas maka semakin baik tingkat validitas.
Sebaliknya validitas pengukuran rendah diakibatkan adanya
kekeliruan sistematis. Demikianlah istilah validitas yang dikaitkan
dengan pengukuran. Sedangkan Validitas butir hanya berbicara
tentang hubungan di antara sekor satuan pada butir dengan skor
responden. Oleh karena itu masalah ”apapun yang dihasilkan oleh
skor satuan pada butir dan skor responden tidak menjadi
permasalahan, selama korelasinya di antara butir total nilainya
positif tinggi, maka validitas tetap tinggi” (Naga, D. S.,1992:5).
Oleh karena itu validitas butir tetap tinggi sekalipun
2) Reliabilitas
Persyaratan instrumen yang ke dua yaitu reliabilitas.
Reliabilitas adalah derajat keajegan atau konsistensi (stabilitas)
instrumen dalam mengukur apa saja yang diukur. Batasan lain
reliabilitas adalah derajat ketetapan dan ketelitian atau akurasi
yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Suatu perangkat
ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak
berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan
secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan
dengan reliabel. Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes digu-
nakan indeks angka yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
atau tes yang dibuat dapat dipercaya atau diandalkan hasilnya.
Popham, (1986:58) mengatakan bahwa "a test reliability refers
to the consistency with which it whatever it happens to be
measuring”. Suatu perangkat ukur jika digunakan dua kali
untuk mengukur gejala yang sama memberikan hasil yang
relatif sama, maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel. Untuk
perangkat tes yang menggunakan observasi khususnya yang
mengukur keterampilan atau perilaku kadang-kadang
menimbulkan bias yang dilakukan oleh para menilai karena
unsur subyektifitas. Untuk menghindari pengaruh ini digunakan
dua atau tiga pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan
yang serupa. Untuk mengalisis reliabilitas pengamatan
menggunakan koefisien reliabilitas dengan rumus dari Mussen,
(Susetyo, B., 2015)
3. Ukuran Sampel
Pertanyaan yang sering muncul ialah berapa besar
jumlah subyek yang perlu dijadikan sampel. Secara teknis
besarnya sampel tergantung pada ketepatan dalam menduga
parameter populasi pada taraf tertentu, tidak ada ketentuan
yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel.
Pemecahan yang terbaik dalam menetapkan besarnya jumlah
sampel adalah semakin besar jumlah sampel semakin baik.
Dalam penelitian eksperimen disarankan sedikitnya 30 orang
untuk tiap-tiap kelompok. Sedangkan untuk penelitian
deskriptif menggunakan sampel yang lebih besar, kadang-
kadang dianjurkan 10 – 20 % dari jumlah populasi.
Menurut Gay (1976) menyarankan minimum besarnya
sampel sebagai berikut:
a. Penelitian deskriptif 10%, untuk sampel sangat kecil 20 %
dari populasi,
N
n=
1 + Ne2
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian)
5) Menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, langkah berikutnya
adalah menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan
mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan
yang me-rangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.
b. Studi pengembangan
Studi perkembangan mempelajari karakteristik individu
dan bagaimana karakteristik berubah dalam pertumbuhannya
pada kurun waktu yang lama. Karakteristik individu mencakup
segi-segi intelektual, emosional, sosial dan kepribadian indi-
vidu. Ada dua teknik yang bisa diigunakan dan saling meleng-
kapi dalam studi perkembangan, yaitu studi longitudinal, dan
studi cross-sectional.
Studi longitudinal yaitu penelitian terhadap individu/
sampel yang tetap dalam kurun waktu yang lama. Misalnya,
peneliti mempelajari ketrampilan berbahasa tulisan siswa kelas
satu SMP dan ketrampilan tersebut diukur pada setiap tahun di
kelas-kelas berikutnya.
Studi cross-sectional yaitu penelitian terhadap
individu/ sampel yang berbeda dalam taraf tertentu dalam
waktu yang pendek secara serentak dilakuakan bersamaan.
Misalnya untuk contoh di atas ketrampilan berbahasa tulisan
dilakukan pene-litian pada kelas yang berbeda, kelas 1, kelas 2,
dan kelas 3 secara bersama dilakukan pengukuran. Kelemahan
utama adalah faktor kebetulan, sebab bisa terjadi sampel dalam
studi ini sangat bervariasi, sehingga hasil bias.
d. Studi kecenderungan
Studi kecenderungan pada dasarnya meramalkan ke-adaan
masa depan berdasarkan keadaan, gejala, data yang ada masa
sekarang. Keadaan masa sekarang diperoleh dari studi lain, misal
studi kasus, survei agar diperoleh data dan informasi yang akurat
mengenai gambaran kondisi saat ini. Atas dasar data dan
informasi tersebut peneliti mencoba membuat ramalan kecen-
derungan yang akan terjadi di masa mendatang, baik jangka
pendek atau jangka panjang. Prediksi jangka panjang lebih sulit
sebab banyak variabel yang sukar dipertibangkan akibat
perubahan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik,
demografi. Ekologi dll. Misal depdiknas ingin meningkatkan
kemampuan tenaga guru melalui upaya pemilihan mahasiswa
calon guru yang memiliki indek prestasi tinggi. Sebelum proyek
dilakukan studi kecenderungan terhadap lulusan SLTA dan
prestasi yang dicapai siswa. Prediksi dilakukan atas faktor-foktor
minat dan motivasi menjadi guru, jumlah siswa yang mempunyai
indek prestasi tinggi, kemungkinan masuk pendi-dikan guru,
kemampuan ekonomi, gaji yang menarik, penem-patan guru baru
berdasarkan formasi yang tersedia dsb. Semua
e. Survey
Survei adalah pengumpulan data yang relatif terbatas dari
kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Informasi yang
dikumpulkan tentang variabel bukan informasi tentang individu.
Hasail dari survei digunakan untuk memecahkan masalah, dan
bukan untuk menguji hipotesis. Contoh survei, Berapa jumlah
buku yang ada diperpustakaan SLTPN 2 Bandung?
Popularitas para calon presiden republik Indonesia pada
pemilu presiden tahun 2019?
Survei yang mencakup seluruh populasi yang diteliti
disebut sensus. Sedangkan yang mempelajari sebagian populasi
disebut sampel survei. Informasi yang diperoleh dari survei
atau sensus tidak hanya berupa tabulasi data dari obyek-obyek
nyata, tetapi juga dapat berupa pengukuran pendapat, prestasi,
atau konstruk psikologis dan sosiologis lainnya yang abstrak.
Sensus obyek kongkrit, peneliti mencari informasi populasi
kecil, misalnya tentang satu sekolah, dan variabel yang diteliti
itu kongkrit, maka peneliti tidak mengalami hambatan untuk
menemukan jawaban yang diperlukan. Hal ini disebabkan
peneliti tinggal menghitung, misalnya berapa jumlah bangku
yang ada di sekolah itu.
Sensus obyek abstrak, sensus yang mengungkap data
atau informasi yang berhubungan dengan variabel-variabel
konstruk, yang tidak dapat dihitung secara kuantitatif dan me-
merkulan pengukuran dengan alat lain. Misalnya informasi
mengenai persepsi, sikap, motivasi, kecemasan dll. variabel-
f. Studi korelasi
Studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau
lebih dan dinyatakan dalam satu indek yang dinamakan
koefisien korelasi. Korelasi dapat menghasilkan dan menguji
suatu hipotesis mengenai hubungan antar variabel atau untuk
menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Misalnya hubungan antara sikap terhadap mata pelajaran kimia
dengan prestasi yang dicapainya peserta didik di SMA.
b. Manipulasi (perlakuan)
Manipulasi atau perlakuan suatu variabel adalah tin-
dakan yang sengaja dilakukan oleh peneliti untuk melihat efek
70 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
yang terjadi dari tindakan tersebut. Dalam penelitian pendi-dikan,
pemanipulasian variabel mempunyai bentuk yang khas di mana
peneliti memberikan seperangkat kondisi yang bermacam-macam
dan telah ditentukan sebelumnya kepada subyek. Seperangkat
kondisi yang bermacam-macam disebut variabel bebas, variabel
eksperimen, atau variabel perlakuan. Kondisi yang berbeda-beda
dirancang untuk mewakili dua atau lebih nilai variabel bebas.
Dengan demikian perubahan yang terjadi pada variabel terikat
disebabkan karena adanya perlakuan pada variabel bebas.
Misalnya penelitian mengenai pengaruh layanan bimbingan
kelompok terhadap kesanggupan penyesuaian diri.
c. Pengamatan
Dalam eksperimen efektif tidaknya suatu perlakuan dari
variabel bebas dapat dilihat pada variabel terikat atau variabel
respon yang berupa hasil belajar. Oleh karena itu peneliti harus
melakukan pengamatan atau observasi terhadap variabel
terikat. Hasil pengamatan dapat diperoleh dari pengukuran dan
peni-laian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Variabel
terikat dalam bidang pendidikan biasanya berupa hasil belajar.
Hasil belajar tidak dapat secara langsung tetapi hanyalah
menduga hasil belajar melalui pengukuran tertentu misalnya
dengan tes. Seberapa jauh dugaan itu mendekati kondisi yang
sebenarnya tergantung pada keterandalan alat ukur yang
dipergunakan dan ketepatan dalam eksperimen.
1) Kesahihan internal
Kesahihan mengarah pada suatu kondisi bahwa perbe-
daan yang diamati pada variabel terikat adalah semata-mata hasil
langsung dari pemanipulasian variabel bebas bukan dari variabel
lain). Hal ini dapat tercapai jika disain eksperimen mampu
mengontrol variabel-variabel ekstra. Pertanyaan yang dapat
diajukan dalam variabel internal ialah; Apakah perlakuan yang
diberikan di dalam eksperimen benar-benar membawa perubahan
variabel terikat? Apakah variabel benar-benar mem-buat
perbedaan yang signifikan? Pertanyaan tersebut tidak dapat
dijawab oleh peneliti kecuali kalau disain tersebut dapat me-
ngendalikan variabel-variabel luar. Beberapa ancaman terhadap
validitas internal, menurut Campbell & Stanley, (1966), adalah;
a) Sejarah.
Kejadian-kejadian khusus, yang bukan perlakuan ekspe-
rimen, mungkin dapat terjadi diantara pengukuran pertama
dan pengukuran ke dua, sehingga menimbulkan perubahan
pada variabel terikat.
6. Rancangan Eksperimen
Rancangan eksperimen pada dasarnya menggambarkan pro-
sedur yang dipergunakan dalam penelitian eksperimen
(Sujana, 1991). Sementara Cambell dan Stanley, (1966)
membagi rancangan eksperimen menjadi yaitu; pra-ekspe-
rimen, eksperimen sungguhan, dan eksperimen semu.
1. Rancangan pra-eksperimen terdiri dari;
a. Rancangan satu group,
Rancangan ini terdiri dari satu kelompok perlakuan (X)
dan kemudian diberikan pasca tes (O) tanpa kontrol
apapun.
X O X = perlakuan
O = pasca tes
b. Rancangan satu group pra tes dan pasca tes
Rancangan ini terdiri dari satu kelompok diberikan pra
tes perlakuan kemudian pasca tes.
O1 = pra tes
O1 X O2 X = perlakuan
O2 = pasca tes
X = perlakuan
O5 – O8 = pra tes
d. Rancangan faktorial
Rancangan ini ada yang hampir sama dengan ran-cangan
terdahulu yang membedakan jumlah variabel yang
bertingkat. Faktorial berarti penelitian dua variabel atau
lebih tingkatan, misal rancangan faktorial 2 x 3 berarti
variabel pertama mempunyai dua tingkatan dan variabel
dua mempunyai tiga tingkatan. Tujuan
Variabel bebas
Motivasi belajar (X)
(X)
Variabel terikat
(Y) Y1 Y2
(Prestasi belajar)
Variabel
kontrol
Pria Wanita Pria wanita
(jenis k
elamin)
Variabel
terikat (Y)
Y1 Y2 Y3 Y4
Prestasi
belajar
Variabel
kontrol
Pria Wanita Pria Wanita
pertama (jenis
kelamin)
Variabel
kontrol kedua
T R T R T R T R
(derjat
motivasi)
Variabel
terikat (Y)
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
prestasi
belajar
T = tinggi, R = rendah
Dari contoh di atas ex post facto dapat mengkaji
hubungan dua variabel atau lebih, terutama variabel
bebas aktif dengan variabel bebas atribut terhadap
variabel terikat. Variabel bebas aktif, artinya variabel
bebas yang dimanipulasi secara langsung seperti
metode pengajaran, bimbingan belajar dll. variabel
b. Identifikasi masalah
Permasalah penelitian yang ditemukan pada umumnya
bertolak dari gagasan-gagasan yang masih bersifat umum
tentang keadaan yang perlu diperbaiki. Dalam rangka mengem-
bangkan fokus classroom research perlu diajukan pertanyaan
kepada diri sendiri. Misalnya
- Apa yang sedang terjadi sekarang?
- Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?
c. Analisis masalah
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui
proses identifikasi, maka peneliti (guru) bermitra dengan dosen
LPTK atau sendiri, melakukan analisis terhadap masalah untuk
menentukan dan mempertimbangkan masalah tersebut untuk di
atasi misal penguasaan operasi matematik.
d. Perumusan masalah
Setelah menetapkan fokus permaslahan serta mengalisis
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya guru perlu
merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka
peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan perbaikan
(alternatif solusi). Di samping itu guru juga perlu memikirkan
prosedur perbaikan, pengumpulan data dan analisis terhadap
tindakan yang telah dipilih guru.
2. Perencanaan tindakan
Dalam melakukan perencanaan tindakan ada beberapa
langkah yang diperhatikan;
a. Formulasi simulasi dalam bentuk hipotesis tindakan
Dilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan
juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan
dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal
terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
b. Refleksi
Refleksi dalam classroom research adalah upaya untuk
mengkaji apa yang telah atau tidak terjadi, apa yang telah
dihasilkan atau tidak dihasilkan dengan tindakan perbaikan yang
telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan
langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan
classroom research. Dengan kata lain refleksi merupakan
pengkajian keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka
mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan. Apabila
1. Pengertian
Penelitian Single Subyect Reseach (SSR) didasari oleh
psikologi behaviorisme yaitu perubahan perilaku pada seseorang
sesuai dengan etika dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Perubahan perilaku bersifat permanen dan penuh kesadaran. Teori
ini dikembangkan oleh B F Skiner berdasarkan teori teori
stimulus respon dari Pavlov. Psikologi behavior memandang
perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan atau akibat
dari perilaku itu sendiri (Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H.
2006). Oleh karena itu perilaku manusia dapat dimodifikasi atau
diubah dengan memberikan stimulus. Foktor inilah yang menjadi
dasar dari penelitian subyek tunggal (SSR).
Penelitian subyek tunggal (SSR), merupakan penelitian
yang memodifikasi perilaku manusia dengan memberikan
stimulus berupa perlakuan tertentu (Tawney, J. W., & Gast, D.
L. 1984), seperti hadiah, hukuman, metode, permainan dll.
Perubahan atau modifikasi perilaku pada manusia dinamakan
dengan target behavior. Penelitian subyek tunggal merupakan
penelitian yang berupa modifikasi perilaku pada orang
perorang dan tidak terjadi pada sekelompok orang.
1 0 0 X X
2 X X 0 X
3 X 0 0 0
4 0 0 X X
5 X 0 X 0
6 0 x X X
7 0 X X X
8 X 0 0 X
9 X X X 0
10 x 0 0 x
Contoh:
Nama Subyek : Wanjat Tanggal : 20 Maret 2015
Pengamat : Gunadi
Perilaku : Meninggalkan tempat duduk
Kondisi : Mendengarkan cerita di kelas
1.05 II 1.30 I
1.10 - 1.40 I
1.15 I 1.45 -
1.25 II 1.55 I
5) Pencatatan Latensi
Pencatatan latensi adalah pencatatan terhadap berapa
lama waktu yang diperlukan subyek untuk memulai suatu
perilaku setelah mendapat stimulus. Dengan kalimat lain
mengukur lamanya waktu antara pemberian stimulus dan saat
mulainya perilaku dari subyek.
Waktu
Sesi Latensi
Pemberian stimulus Mulai merespon
Grafik Disain A - B
9
baseline (A) Intervensi (B)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
Sesi hari
b. Disain A – B – A
Prosedurnya sama dengan disain A – B, tetapi ada
pengulangan pengukuran pada kondisi baseline sebanyak dua
kali. Pertama diukur kondisi baseline (A1), kemudian diukur
kondisi intervensi (B), dan kemudian diukur kembali kondisi
base line (A2). Pengukuran kondisi baseline kedua (A2)
digunakan sebagai kontrol untuk fase intervensi, sehingga
dapat digunakan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan
fung-sional antara variabel bebas dengan variabel terikat.
c. Disain A – B – A – B
Disain ini memiliki kontrol yang lebih kuat diban-
dingkan disain A-B-A dan merupakan pengulangan dari disain
A-B. Disain ini menggunakan dua kali kondisi baseline dan
dua kali kondisi intervensi, dengan demikian hubungan
fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas lebih
meyakinkan hasilnya.
Disain A-B-A-B
40
30
A1 A2
20 B1
10 B2
0
0 5 10 15 20 25 30
Hari
C. Penelitian Kualitatif
Metode penelitian deskriptif yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya dapat digunakan dalam semua bidang
keilmuan. Hal ini dikarenakan metode penelitian deskriptif
memiliki beberapa jenis yang salah satunya adalah penelitian
kasus. Oleh karena itu penelitian kualitatif dalan hasl ini yang
dimaksud adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif dari segi metode penelitian termasuk dalam metode
deskriptif. Disisi lain penelitian dengan pendekatan kualitatif
didefinisikan dengan penelitian yang tidak memberikan per-
lakuan apapun terhadap subyek yang diteliti atau peristiwa yang
diteliti terjadi secara alamiah atau apa adanya. Kirk dan Miller
(1986:9); dipertentangkan dari pengamatan kuantitatif dengan
pengamatan kualitatif. Penelitian kuantitatif melibatkan pada;
perhitungan, angka, atau kuantitas. Penelitian kualitatif ber-kaitan
dengan kualitas yang menujukkan segi alamiah. Kualitas
dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah, maka penelitian
b. Interaksi simbolis
Sama halnya dengan perspektif fenomenologis, pende-
katan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh
penafsiran. Objek, orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki
pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk
memperjelas pandangan semanya. Pengertian yang diberikan
kepada orang pada pengalaman dan proses penafsirannya
adalah esensial serta menentukan dan bukan bersifat kebetulan
atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu.
Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan
oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang menafsirkan sesuatu
dengan bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu,
penulis, keluarga, pemeran televisi, dan pribadi-pribadi yang
ditemuainya dalam situasi di mana ia berada (Burhan Bungin,
2001). Dengan interaksi seseorang membentuk pengertian.
Orang dalam situasi tertentu mengembangkan definisi bersama
(perspektif bersama dalam bahasa interaksi simbolik) karena
mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman
bersama, masalah, dan latar belakang, dan kesepakan bukan
merupakan keharusan (Moleong, Lcxy J., 1989). Di sisi lain
sebagian memegang definisi bersama untuk menunjuk pada
kebenaran suatu pengertian yang senantiasa disepakati.
c. Kebudayaan
Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenome-
nologis dalam studi mereka tentang pendidikan. Kerangka studi
antropologisnya adalah konsep kebudayaan.
Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-
aspek kebudayaan dinamakan efnografi. Meskipun diantara
mereka kurang sependapat tentang definisi kebudayaan,
mereka me-mandang kebudayaan sebagai kerangka teoritis
dalam menje-laskan pekerjaan mereka.
Spratley (1979:5) mendefinisikan kebudayaan sebagai
pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk
menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku.
Definisi lain kebudayaan memberikan tekanan pada
semantik dan menganjurkan bahwa ada perbedaan antara me-
ngetahui perilaku dan bahasa khas sekelompok orang dan yang
dapat melakukannya sendiri. Etnografi dikenal dengan uraian
tebal yang mempunyai tujuan yaitu mengalami bersama
pengertian bahwa pemeran serta kebudayaan memperhitungkan
d. Enometodelogi
Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data, melainkan menunjuk pada mata
pelajaran yang akan diteliti.
Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana indi-
vidu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari yaitu
metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari. Subyejk
etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melaikan
orang-orang dalam berbagai macam situasi dalam masyarakat.
Etnometodolog berusaha memahami bagaimana orang-orang
melihat, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka
tinggal.
Menurut etnometodolog penelitian bukanlah merupakan
usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penye-
lesaian praktis.
Paradigma
Poster tentang
Ilmiah Alamiah
Karakteristik Metodologis
Ilmiah Alamiah
Waktu penetapan
Selama dan sesudah
pengumpulan data Sebelum penelitian
pengumpulan data
dan analisis
c. Foto
Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat
untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam
berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi
subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.
Latar penelitian dalam foto dapat diambil dengan teliti,
demikian pula foto dapat memberikan gambaran tentang
perjalanan sejarah orang-orang yang ada di dalamnya.
d. Data Statistik
Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data
statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi
keperluannya. Data Statistik membantu memberi gambaran
tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Misalnya
data statitik akan memberikan gambaran tentang bertambah
atau berkurangnya jumlah siswa dalam suatu sekolah.
2. Pengamatan
Pengamatan berguna untuk mengumpulkan data secara
langsung dari lapangan dan kemudian melakukan pencatatan
tentang peristiwa yang terjadi sebagaimana adanya tanpa
dilakukan rekayasa. Dengan demikian data yang dikumpulkan
tidak bias atau melenceng dari kenyataan yang ada, karena
peneliti dapat mengamati hal-hal atau situasi yang rumit dan
tidak memungkikan pengambilan data dilakukan dengan teknik
yang lain.
a. Jenis Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
berperanserta secara langsung dengan dalam suatu kegiatan
dan tidak berperanserta.
Pengamatan dapat dibagi pula atas pengamatan terbuka dan
pengamatan tertutup.
Pengamatan terbuka, subjek mengetahui bila sedang diamati
sehingga memberikan kesempatan kepada pengamat untuk
mengamati peristiwa yang terjadi. Pengamatan tertutup,
subyek tidak mengetahui jika kegiatan yang sedang
dilakukan diamati oleh pengamat, biasanya akan diperoleh
data yang tidak terlalu terperinci.
Peristiwa atau kejadian yang diamati dapat berupa latar
alamiah dan latar buatan. Dalam istilah lain dinamakan
2. Kategorisasi
Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori
tidak lain adalah tumpukan atau kumpulan yang disusun dari
pikiran, intuisi, pendapat atau kreteria tertentu.
Lincoln dan Guba (1985:347-351) menguraikan tugas
pokok kategorisasi adalah:
a. Mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam
bagian-bagian isi yang berkaitan;
b. Merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan
digunakan untuk menetapkan isi setiap kartu pada kategori dan
juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data;
c. Menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan
lainnya mengikuti prinsip taat asas, sehingga seperangkat
konstruksi data yang beralasan.
3. Penafsiran Data
Penafsiran data dijabarkan ke dalam (1) tujuan, (2)
prosedur umum, (3) peranan hubungan kunci, (4) peranan
interogasi data, dan (5) langkah-langkah penafsiran data
dengan menggunakan metode analisis komparatif.
a. Tujuan penafsiran data
Tujuan penafsiran data hanyalah deskripsi semata-mata,
analis menerima dan menggunakan teori dan rancangan
organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Atas
dasar itu penulis menyusunnya dengan jalan
menghubungkan kategori-kategori kedalam kerangka sistem
kategori yang diperoleh dari data.
b. Proses Umum Penafsiran Data
Pada dasarnya sukar memisahkan analisis data dari penaf-
siran data. Unsur teori adalah kategori dengan kawasannya.
Analisis data dimulai sejak di lapangan, maka di sini sudah
dilakukan penghalusan data, penyusunan kategori dengan
kawasannya, dan sudah ada upaya yang dimulai dalam
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti
sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan
tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal itu
berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadao
data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978)
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pe-
meriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif (Patton, 1987, dalam Moleong,
2004), hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandinkan data hasil dengan pengamatan dengan
hasil wawancara
2. Membandingka apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;
3. Membandingkan apa yang telah dikatakan orang-
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
sepanjang waktu;
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, orang pemerintahan;
5. Membanding hasil wawancara dengan isi pada suatu
dokumen yang berkaitan.
6. Kecukupan referensi
Konsep kecukupan referensial ini yang mula-mula diusulkan
(Lincoln dan Guba, 1981:313) sebagai instrumen untuk
menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk
keperluan evaluasi.
Misalnya film atau video-tape, sebagai alat perekam yang
dapat digunakan pada saat senggang dan dimanfaatkan
untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik
yang telah terkumpul. Dengan demikian, bahan-bahan yang
tercatat atau terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk
menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Jika
alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain dapat dipilih dan
dapat digunakan sebagai pembanding kritik. Misalnya ada
informasi yang tidak direncanakan, kemudian disimpan;
sewaktu mengadakan pengujian, informasi yang demikian
dapat dimanfaatkan untuk keperluan itu.
7. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat
kepercayaan. Pengecekkan dengan anggota dapat dilakukan
8. Uraian Rinci
Penelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan non-
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya
uraian rinci (thick description). Keteralihan pada hasil
analisis bergantung pada pengetahuan seorang peneliti
tentang konteks yang diteliti.
Dengan demikian peneliti bertanggung jawab terhadap
penyediaan data secukupnya yang memungkinkan seseorang
merenungkan suatu aplikasi pada hasil penelitiannya
sehingga memungkinkan adanya pembandingan dengan
hasil penelitian lainnya.
Teknik ini menuntut peneliti agar dapat melaporkan hasil
penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan
secermat yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara
khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar
dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.
9. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal
yang dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan
kepastian data.
Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap
hasil atau keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan
apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan
keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan
itu perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing;
Klasifikasi terdiri dari;
a. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara
elektronik, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto, dan
semacamnya, serta hasil survai;
b. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk di
dalamnya penulisan secara lengkap catatan lapangan,
ikhtisar catatan, informasi yang dibuat persatuan seperti,
kartu, iktisar data kuantitatif, dan catatan teori seperti
konsep dan semacamnya.
c. Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk struktur
kategori; tema, definisi dan hubungan-hubungannya,
penemuan dan kesimpullan, hubungan laporan akhir
dengan kepustakaan dll.
d. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk
didalamnya catatan metodologi; prosedur, disain, stategi,
rasional, catatan keabsahan data berkaitan dengan derajat
kepercayaan dll
2. Penyusunan satuan
Satuan merupakan bagian terkecil yang mengandung
makna bulat dan dapat berdiri sendiri dan karakteristiknya
adalah;
a. heuristik yaitu mengarah pada satu pengertian atau satu
tindakan yang diperlukan oleh peneliti atau akan dilakukan
b. Merupakan sepotong informasi terkecil yang berdiri sendiri
atau dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan.
Satuan berujud kalimat sederhana dan dapat berupa paragraf
penuh.
E. Kategorisasi
1. Fungsi dan prinsip kategorisasi
Kategori adalah salah satu kumpulan dari seperangkat
kumpulan yang disusun dari pikiran, intuisi, pendapat, atau
kreteria tertentu. Tugas pokok ketegori adalah;
Mengelompokkan bagian-bagian yang telah dibuat ke
dalam bagian-bagian isi yang berkaitan. Merumuskan aturan
menguraikan kawasan kategori menyusun kategori sesuai
dengan bagian satu dengan lainnya yang telah ditetapkan.
F. Penafsiran
1. Tujuan penafsiran data
- Tujuan penafsiran data ada tiga yaitu melakukan
deskripsi semata-mata yaitu hanya menghubungkan
setiap kategori satu dengan lainya dalam satu kerangka
sistem kategori yang diperoleh dari data.
- Deskripsi analitik, yaitu dari hasil hubungan yang
dikembangkan berdasarkan proses analisis untuk menuju
penyusunan teori substantif dan
- Teori substantif, yaitu penyusunan teori dari dasar,
analisis harus menanpakkan metafora atau rancangan
yang telah dikerjakan dalam analisis. Tujuan utama
adalah penemuan teori substantif yang dibangun dari data
2. Proses umum penafsiran data
- Dari data yang telah ditafsirkan, maka penulisan teori
merupakan cara argumentasi, deskripsi, pembandingan,
analisis proses, analisis sebab akibat dan penafsiran
analogi.
3. Peranan hubungan kunci dan Penafsiran Data
- Kategori dan hubungannya diberi albel dengan pernyataan
sederhana berupa proposisi yang menunjukkan hubungan.
A. Sistematika Proposal
Beberapa contoh sistematika proposal penelitian;
1. Proposal Penelitian Kuantitatif
Judul Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional Variabel
G. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis/
Pertanyaan penelitian (judul disesuaikan dengan isi,
pertanyaan penelitian bagi yang tidak menggunakan
hipotesis)
a. Deskripsi Teori (sesuai dengan variabel penelitian)
Penjelasan,
1. Judul
Judul dirumuskan dalam kalimat yang ringkas, jelas dan
komunikatif. Judul harus konsisten dan mencerminkan
ruang lingkup penelitian yang spesifik, tujuan penelitian,
dan metode penelitian. Jika judul terlalu panjang perlu
dibuat judul utama dan subjudul (anak judul/sub judul).
4. Kata Pengantar
Berisikan uraian yang mengantarkan para pembaca skripsi
kepada masalah yang diteliti. Pada kata pengantar perlu
disajikan anatara lain; ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
karya tulis ilmiah dan disampaikan secara singkat.
5. Abstrak
Abstrak skripsi berisikan uraian singkat, tetapi lengkap
yang memuat judul, latar belakang, permasalahan, meto-
dologi penelitian, hasil penelitian dan implementasi.
Abstrak ditulis dalam satu halaman dan diketik satu spasi
(ditulis dalam satu paragrap atau beberapa paragraf) dan
disertai 3 – 5 kata kunci.
6. Daftar Isi
Daftar isi berisikan sistematika secara rinci seluruh isi
skripsi dan setiap topik atau subtopik diberitahukan letak
halamannya. Nomor halaman sebelum BAB I menggu-
nakan angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) dan halaman mulai
BAB I halaman sampai akhir karya ilmiah menggunakan
angka arab (1, 2, 3, dst). Sedangkan nomor BAB, dari
BAB I hingga Bab akhir menggunakan angka romawi
besar (I, II, III, IV, dan V). (diketik dalam satu spasi)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
Riwayat Hidup
Penjelasan
1. Judul
Judul dirumuskan dalam kalimat yang ringkas, jelas, komu-
nikatif dan mencerminkan permasalahan dalam bentuk
penelitian kualitatif yang tidak menunjukkan pada variabel
tertentu, tetapi menggambarkan keseluruhan variabel.
3. Fokus Masalah
Berisikan permasalahan yang akan diungkap melalui penelitian
kualitatif yaitu permasalahan yang tidak mengarah
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 187
pada variabel tertentu seperti penelitian kuantitatif atau
penelitian tindakan kelas tetapi mengarah pada sesuatu yang
lebih umum. Oleh karena itu bentuk kata tanya yang
digunakan adalah bagaimanakah, mengapa sehingga memer-
lukan jawaban dalam bentuk proses yang akan terjawab
melalui data kualitatif.
9. Kesimpulan dan
Implikasi Kesimpulan
Berisikan pemaknaan terhadap hasil atau temuan dalam
penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan. Ada
dua cara penulisan kesimpulan
- Butir demi butir,
- Uraian padat
Implikasi
Berisikan implikasi konseptual/metodologis dan diikuti
dengan rekomendasi atau saran-saran bagi pengguna hasil
penelitian, termasuk bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneruskan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Sasaran Tindakan
C. Rumusan Masalah
D. Hipotesis Tindakan (cara pemecahan masalah)
E. Tujuan penelitian dan Kegunaan penelitian
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
Riwayat Hidup
2. Abstrak
Abstrak skripsi berisikan uraian singkat, tetapi lengkap yang
memuat judul, latar belakang, permasalahan, metodologi
penelitian, hasil penelitian dan implementasi. Abstrak ditulis
dalam satu halaman dan diketik satu spasi (ditulis dalam
satu paragraph atau beberapa paragraf) dan disertai 3 – 5
kata kunci.
3. Daftar isi
Daftar isi berisikan sistematika secara rinci seluruh isi
skripsi dan setiap topik atau subtopik diberitahukan letak
halamannya. Nomor halaman sebelum BAB I menggunakan
angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) dan halaman mulai BAB I
halaman sampai akhir karya ilmiah menggunakan angka
arab (1, 2, 3, dst). Sedangkan nomor BAB, dari BAB I
hingga Bab akhir menggunakan angka romawi besar (I, II,
III, IV, dan V). (diketik dalam satu spasi).
b. Kerangka Pemikiran
Berisikan beberapa argumentasi secara logis berdasarkan
kajian teori dalam menetapkan atau memilih tindakan
yang dipergunakan dalam PTK.
C. Sistematika Abstrak
Ada beberapa versi isi abstrak tergantung dari lembaga
dimana penelitian itu dilakukan, berikut ini beberapa contoh
versi isi abstrak.
Versi 1
Judul, Nama Lembaga bila lewat lembaga
1. Masalah dan tujuan
2. Sampel dan populasi
3. Instrumen penelitian
4. Teknik analisis data
5. Kesimpulan
Versi 2
Judul, nama lembaga bila ada
1. Masalah dan tujuan
2. Metodologi, (metode, sampel/popoulasi, instrumen, teknik
analisis
3. Hasil/kesimpulan
Versi 3
Judul, Nama Lembaga bila lewat lembaga
1. Tujuan
E. Penulisan Jurnal
Bentuk sistematika penulisan artikel untuk jurnal
banyak ragamnya tergantung dari lembaga atau perguruan
tinggi. Berikut ini akan dibahas isi jurnal secara umum yang
banyak digunakan dari beberapa perguruan tinggi.
a) Univeritas Kebangsaan Malaysia (UKM)
1. TITLE OF YOUR RESEARCH (14pt Arial, Uppercase,
Bold, Align text to the left).
First Author (No “Dr.”, “PhD” or any other title)
2. University Name, Country (11pt Arial). No department
or email address, please.
Second Author
3. University Name, Country (11pt Arial)
4. Abstract (12pt, Times New Roman): The abstract
should be one paragraph only. It’s 12pt, Times New
Roman.
5. Keywords (12pt, Times New Roman): Up to four or
five keywords separated by commas.
Example:
UKM 1.6/263/5 (SIPS2013)-332
Susunan Manuskrip
Artikel hasil penelitian disusun dalam urutan sebagai
berikut:
1. Judul
2. Nama penulis (tanpa gelar)
3. Institusi, alamat email
4. Abstrak (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
5. Kata kunci (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
6. Pendahuluan
7. Metode
8. Hasil dan Pembahasan
9. Kesimpulan dan saran
10. Ucapan terima kasih (jika ada)
Judul
Abstract
Introductions (Pendahuluan), bukan Background
Literature Review (untuk pendidikan
membahas/menampilkan tentang sains)
Method
Results and Discussion
Conclution
Acknowledgments (ucapan terima kasih)
References
Abstract
- Tujuan, satu kalimat
- Metode, lokasi + subyek
- Hasil dan ada alasannya,
dengan kalimat hubung
dan diskusi berisi alasan (why) mengapa
hasilnya demikian …
Contoh:
- Hasil penelitian; berhasil membuat minuman air
kelapa dengan rasa asam, yang warnanya tetap
seperti air kelapa.
- Diskusi: air kelapa dengan rasa asam, dan warna air
kelapa tetap, karena rasa asam dari air jeruk yang
warnanya jernih, sehingga tidak merubah warna air
kelapa.
Method (Metode)
- Isi secara lengkap semuanya, Metode, subyek/sampel,
instrument, pengolahan data, dll
- Semuanya bentuk past (telah dilaksanakan)
- Tidak ada definisi, jika ada definsi bisa dipindah
ke introductions atau dihapus.
- Kode dan brand. ASTM, SNI, seri alat, merek
Conclutions (Kesimpulan)
- Mirip sama abstrak tetapi tidak boleh sama, cukup mirip
dengan cara copi abstrak dan diedit
- Hanya 5 kalimat dalam 1 paragraf
- Impact/kegunaan
- Future work (penelitian masa depan) (option)
- Tidak boleh rekomendasi yang negatif (penelitian
yang jelek/salah)
Reference (Referensi/Daftar Pustaka)
- Diambil dari artikel akan berhubungan ke index
(GS,scopus, thonson)
Catatan:
R and D yang benarnya adalah Design Based Research
(DBR)
Singkatan SD, SMP, jangan ditulis singkatan, harus ditulis
lengkap, agar dapat diterjemahkan dengan benar.. Data
dari tahun ke tahun, berapa, kata kunci.