Anda di halaman 1dari 231

Trik Penelitian Di Lingkungan

Pendidikan
ISBN: 978-623-227-729-8
Penulis: Dr. Budi Susetyo, M.Pd
Tata Letak: Galih
Design Cover: Widi

14,8 cm x 21 cm
viii + 221 halaman
Cetakan Pertama, Februari 2022

Diterbitkan Oleh:
Uwais Inspirasi Indonesia
Anggota IKAPI Jawa Timur Nomor: 217/JTI/2019 tanggal 1 Maret 2019

Redaksi:
Ds. Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo
Email: Penerbituwais@gmail.com
Website: www.penerbituwais.com
Telp: 0352-571 892
WA: 0812-3004-1340/0823-3033-5859

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta,
sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002,
bahwa:
Kutipan Pasal 113
(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g, untuk penggunaan secra komesial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan

Ada beberapa cara dalam menemukan ilmu, salah satunya


melalui penelitian dengan metode ilmiah. Pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui oleh manusia, terbagi menjadi 3
kelompok yaitu; pengetahuan tentang etika, pe-ngetahuan tentang
estetika, dan pengetahuan tentang logika. Ilmu termasuk dalam
pengetahuan tentang logika yang ber-sumber dari rasio dan panca
indra. Penguasaan ilmu penelitian perlu dikuasai oleh para
peneliti. Dengan penguasaan ilmu meneliti maka hasil penelitian
dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara metodologi
penelitian. Kegiatan penelitian memerlukan penguasaan dalam
beberapa bidang ilmu yaitu statistika, bahasa, logika, dan
psikometrika. Statistika berfungsi untuk mengolah data penelitian
yang bersumber dari instrumen penelitian. Membuat tes memiliki
ilmu tersendiri baik yang digunakan untuk mengukur kemampuan
termasuk hasil belajar atau mengungkap pendapat atau
kecenderungan dalam me-nanggapi sesuatu yaitu ilmu psikometri.
Logika berfungsi untuk melihat runtutan, kelogisan, dan
kesinambungan diantara komponen dalam satu pemikiran secara
umum. Bahasa memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi dalam
menyampaikan pesan yang berupa hasil penelitian kepada kalayak
umum. Oleh karena itu peneliti dituntut menguasai keempat
komponen dengan baik. Penelitian juga sebagai seni membangun
yang tergambarkan pada setiap bab yang ada dalam sistematika
penelitian yang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda,
namun tetap dalam satu kesatuan. Kegiatan penelitian memiliki
kerumitan dan keunikan tertentu, dalam setiap jenis penelitian.
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian subyek
tunggal,
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | iii
berbeda pula dengan penelitian kualitatif. Oleh karena itu perlu
adanya trik tertentu dalam melakukan penelitian terutama di
pendidikan karena berhubungan dengan manusia. Buku ini
perlu digunakan sebagai salah satu rujukan, baik bagi guru,
praktisi peneliti, akademika, dan siapapun yang berkecimpung
dalam penelitian, karena berisikan berbagai macam model
penge-tahuan dalam bidang penelitian yang satu penelitian
dengan lainnya tidak banyak yang sama.

Budi Susetyo, menyelesaikan Sekolah


Teknologi Menengah Jurusan Mesin (STM).
Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
Surabaya. Sarjana Jurusan Pendidikan Luar
Biasa IKIP Bandung. Magister dalam bidang
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan IKIP
Jakarta. Doktor bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di
Universitas Negeri Jakarta.

Pekerjaan sebagai dosen tetap di jurusan Pendidikan Luar


Biasa FIP UPI sampai sekarang, dosen luar biasa di berbagai
departemen dan dosen di Sekolah Pascasarjana UPI. Mata kuliah
yang diampu berkaitan dengan pembuatan pe-rangkat tes atau
instrumen untuk penelitian pendidikan, evaluasi pembelajaran,
asesmen, pengukuran pendidikan, statistika, dan konstruksi tes
diberbagai program studi dan jenjang pendidikan. Beberapa
tulisan pada umumnya berkaitan dengan penyusunan dan
pengembangan tes, penyusunan panduan penilaian diber-bagai
jenjang pendidikan, dan Statistika untuk Penelitian.

iv | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


KATA PENGANTAR

Banyak kalangan yang melakukan penelitian disetiap


bidang keilmuan. Penelitian juga sabagai salah satu kegiatan yang
harus ditempuh dalam mengakhiri proses pendidikan, baik jenjang
S1, S2 dan S3, bahkan ada jalur pendidikan S3 yang tidak harus
kuliah tetapi melakukan penelitian-penelitian. Banyak hasil-hasil
penelitian yang baik, namun ada kalanya dilakukan penelitian
tentang penguasaan secara metodologi penelitian ditemukan
kesalahan-kesalahan. Kesalah yang sering terjadi dan tampak
sekali dari segi ilmu statistika dan dari segi ilmu psikometri,
disamping dari ilmu penelitian sendiri. Kesalahan dalam statistika
biasanya terjadi dalam teknik sampling yang digunakan yang
tidak sesuai dengan ketentuan dalam pengolahan data dan
penarikan kesimpulan. Skala pada variabel yang diteliti tidak
sesuai dengan persyaratan rumus statistika yang digunakan.
Kesalahan dalam psikometri biasanya terjadi pada persyaratan tes
yang digunakan sebagai instrumen penelitian yang salah dalam
perhitungan validitas dan relia-bilitas. Pada satu penelitian yang
telah dilakukan, seelah dianalisis ditemukan bahwa instrument
yang dibuat tidak dilakukan ujicoba dan dilakukan analisis
terhadap persyaratan sebuah instrumen yang baik yaitu
pemenuhan persyaratan validitas dan reliabilitas. Secara
metodologi penelitian ada kalanya ditemukan kesalahan dalam
pemilihan metode penelitian yang digunakan, seperti penelitian
yang menggu-nakan metode riset dan pengembangan (R dan D)
dalam kenyataan penelitian hanya menggunakan metode
eksperimen. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis secara
metodologi ternyata tidak sesuai dengan ketentuan riset dan
pengembangan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | v


Model penelitian yang seharusnya jastifikasi, pada Kenya-
taannya penelitian ekplorasi. Kedua masam penelitian ini
berbeda dari segi struktur landasan teori yang digunakan,
maupun rumusan masalahnya.
Buku ini membahas keilmuan dalam penelitian bukan
hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, oleh karena itu
isi yang terkadung dalam buku membahasa berbagai metode
penelitian dan jenis-jenis penelitian yang ada dalam lingkungan
pendidikan, dan tidak ditemukan bentuk penelitian seperti
survey pendapat yang banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga
survey. Oleh karena itu buku ini layak untuk dibaca oleh
siapapun yang gemar melakukan penelitian termasuk para
akademisi dan praktisi.

Bandung, Januari 2022

Penulis

vi | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... v


DAFTAR ISI ....................................................................................... vii

BAGIAN 1 MENGANAL PENELITIAN ................................... 1


A. Ilmu Dan Pendekatan Ilmiah ......................................................... 2
B. Sarana Berpikir Ilmiah..................................................................... 5
C. Definisi Penelitian, Penelitian Ilmiah dan Penelitian
Pendidikan ........................................................................................... 6
D. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 9
E. Jenis-Jenis Penelitian......................................................................10
F. Tujuan, Fungsi, dan Prosedur Penelitian ..................................11

BAGIAN 2 KOMPONEN UTAMA PENELITIAN .............13


A. Masalah dan Judul Penelitian ......................................................13
B. Sumber-Sumber Masalah..............................................................15
C. Hubungan Masalah dan Judul Penelitian .................................17
D. Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan .....................................18
E. Variabel Penelitian ..........................................................................20
F. Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis ...................................24
G. Instrumen Penelitian ......................................................................31
H. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................45
I. Analisis Data Penelitian.................................................................54

BAGIAN 3 METODE PENELITIAN ........................................58


A. Metode Penelitian Sejarah ............................................................58
B. Metode Penelitian Deskriptif .......................................................63
C. Metode Penelitian Eksperimen ...................................................69

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | vii


BAGIAN 4 PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN ........... 92
A. Penelitian Tindakan (Action Research) .................................... 92
B. Penelitian Subjek Tunggal (PST) ............................................ 109
C. Penelitian Kualitatif .................................................................... 127
D. Pemrosesan satuan....................................................................... 169
E. Kategorisasi ................................................................................... 169
F. Penafsiran ....................................................................................... 170

BAGIAN 5 SISTEMATIKA DAN TATA TULIS .............. 173


A. Sistematika Proposal................................................................... 173
B. Sistematika Laporan Penelitian ............................................... 175
C. Sistematika Abstrak .................................................................... 201
D. Tata Tulis Ilmiah.......................................................................... 202
E. Penulisan Jurnal ............................................................................ 202
F. Etika penelitian ............................................................................. 217

DAFTAR BUKU RUJUKAN ..................................................... 218

viii | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


BAGIAN 1
MENGANAL PENELITIAN

B erbagai kegiatan dalam pengembangan keilmuan


dilakukan dengan berbagai cara salah satunya melalui
penelitian. Berbagai macam penelitian dapat dilakukan
diberbagai bidang disiplin keilmuan, dari bidang ilmu pasti
sampai ilmu humaniora, dan pendidikan. Hasil dari penelitian
berupa pengetahuan yang dapat dipelajari dan dimanfaatkan
oleh siapapun yang memerlukannya. Dalam melakukan pene-
litian ada dua hal yang harus dikuasai oleh peneliti yaitu ilmu
tentang penelitian dan penguasaan bidang ilmu yang diteliti.
Kedua bidang ini multak perlu dikuasai agar penelitian yang
dilakukan memiliki kredibilatas dalam segi hasil. Hal-hal yang
perlu dipahami oleh peneliti adalah konsep dasar penelitian
dalam konteks ilmu dan pengetahuan, pendekatan ilmiah,
metode penelitian dan lingkup bidang penelitian seperti pendi-
dikan, psikologi, humaiora, matematika, kesehatan, teknologi,
dan lain-lain. Berikut ini dibahas secara singkat dalam satu
kesatuan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 1


A. Ilmu Dan Pendekatan Ilmiah
Pada bagian ini akan dibahas berbagai hal-hal yang ber-
hubungan dengan pengetahuan sampai pengertian tentang
penelitian pendidikan.
1. Pengertian pengetahuan dan ilmu
Bahasan pengetahuan secara bebas dapat diartikan
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia.
Pengetahuan memiliki cabang-cabang pengetahuan yaitu, etika,
estetika, dan logika. Pengetahuan tentang etika (moral), meru-
pakan pengetahuan yang membahas baik–buruk, pengetahuan
tentang estetika (seni), merupakan pengetahuan yang membahas
jelek–indah, dan pengetahuan tentang logika (ilmu), merupakan
pengetahuan yang membahas benar-salah (Suriasumantri, J. S,
1994). Belajar tentang pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu
dan kepastian dimulai dari ragu-ragu.
Pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang
lainnya memiliki perbedaan yang biasanya disebut dengan ciri
pembeda. Ada tiga ciri pembeda pengetahuan yaitu ontology
(apa), epistemology (bagaimana), dan axiology (kegunaan)
(Suriasumantri, J. S, 1994). Ontology berkaitan dengan subyek
keilmuan yang dipelajari atau yang dibahas. Epistemology
berkaitan dengan bagaimana cara menemukan atau membahas
ilmu. Axiology berhubungan nilai kebermanfaatannya suatu
ilmu. Oleh karena itu masing-masing ciri pembeda memiliki
fungsi yang berbeda-beda.
Apakah ilmu, jawabannya adalah; ilmu merupakan bagian
dari pengetahuan yang memiliki karakteristik sendiri dan
mencoba menjelaskan rahasia alam yang berada dibalik keilmuan
tersebut, oleh karena itu kumpulan dari ilmu akan menjadi
pengetahuan. Ilmu memiliki kebebasan nilai yang tidak dapat
diintervensi oleh siapapun dan bersumber dari berpikir

2 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


rasional dan indra (pengamatan) secara visual tergambar
sebagai berikut:.

PENGETAHUAN DAN ILMU

Apakah pengetahuan tentang etika, estetika, dan logika


adalah memiliki kesamaan? Jawabannya adalah berbeda, ada
beberapa yang dapat dijadikan sumber untuk membedakan
pengetahuan yang satu dengan yang lainnya (Suriasumantri, J.
S, 1990). Melalui bagan dibawah ini jika dipelajari secara
saksama akan terlihat secara jelas perbedaan pengetahuan dari
segi sumber, fungsi, dan pembedanya.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 3


Sumber pengetahuan logika (ilmu) diperoleh dari rasio (pikiran)
dan pancaindra, hal ini terlihat pada visualisasi berikut:
Ilmu pikiran rasional adanya konsisiten dan sistematis.
Pancaindra kecocokan pikiran dan kenyataan.
Sementara sumber pengetahuan etika (moral) dan estetika
(moral) diperoleh dari perasaan, hal ini terlihat pada visualisasi
berikut:
Seni dan moral perasaaan sifatnya subyektif

Ditinjuan dari segi kreteria yang digunakan untuk menguji


kebenaran suatu ilmu, terlihat dari tiga segi kreteria kebenaran
ilmu (teori) terdiri dari;
1. Koherensi : konsistensi suatu arguman yang benar jika
dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya yang benar
(teori). kerangka berpikir hipotesis.

4 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Korespondensi : kesesuaian antara materi yang terkandung
dengan obyek dari pernyataan tersebut yaitu pembuktian
hipotesis di lapangan
3. Pragmatisme : kegunaan/berfungsi tidaknya suatu pengeta-
huan dalam ruang lingkup tertentu yaitu menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol.
Secara visual kreteria kebenaran ilmu dapat dilihat pada
bagan yang ada dibawah ini;

B. Sarana Berpikir Ilmiah


Ada beberapa peristilahan yang berhubungan dengan cara
berpikir ilmiah antara lain; logika, penalaran, berpikir logis, dan
analisis. Logika adalah cara berpikir menurut atauran-aturan
tertentu. Penalaran adalah suatu kegiatan berpikir berdasarkan
suatu aturan tertentu (logika). Berpikir logis adalah suatu kegiatan
berpikir secara teraratur berdasarkan logika.
Kesimpulan diperoleh dari intuisi, maka sulit untuk
dijelaskan secara logis.
Analisis adalah suatu proses kegiatan berpikir agar
kesimpulan yang ditarik menjadi sahih ditinjau dari suatu
logika tertentu.
Metode ilmiah adalah langkah-langkah dalam
menemukan kebenaran melalui perangkat-perangkat yang
memungkinkan penarikan kesimpulan yang sahih.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 5


Penelitian ilmiah adalah penjabaran langkah-langkah
metode ilmiah yang ditunjang oleh sarana ilmiah. Perangkat/
sarana ilmiah terdiri dari; bahasa, logika, matematika, dan
statistika yang mempunyai fungsi sebagai berikut;
- Bahasa sebagai alat penyampai pengetahuan.
- Logika penggunaan aturan tertentu dalam menemukan
ilmu/pengetahuan.
- Matematikan adalah sarana berpikir deduktif.
- Statistika adalah sarana berikir empiris. Statistika sarana
berpikir untuk melakukan generalisasi secara sahih dari data
empiris yang terkumpul.

Secara visual keterkaitannnya dapat dilihat pada bagan berikut:

C. Definisi Penelitian, Penelitian Ilmiah dan Penelitian


Pendidikan

Topic bahasan pada bagian ini menjelaskan tentang


pengertian yang berubungan dengan penelitian yaitu; 1.
Penelitian
Penelitian (research) berasal dari dua kata yaitu;
Research = re artinya kembali dan search artinya mencari. Ada
beberapa definisi penelitian menurut beberapa ahli yaitu;
Penelitian merupakan suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna

6 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut (Ary, Donald, 1982).
Penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan
kebenaran sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir
secara kritis (Best, John, W., 1977).
John 1949, adalah suatu pencarian fakta menurut
metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar
fakta dan menghasilkan dalil/hukum.
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara siste-
matis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan
terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan (Gall, M. G.
dan Borg, W. R, 2003).
Penelitian adalah transpormasi yang dikendalikan atau
terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan
yang ada padanya dan hubungannya seperti mengubah unsur
dari situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu
padu (Gay, L.R. et.all. 2009).
Penelitian adalah sebuah metode untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis
(Millan, Janes H Mc and Schumaher, 2004). Penelitian meliputi
pemberian definisi dan redifinisi terhadap masalah, memfor-
mulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat
kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian
yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan
apakah cocok dengan hipotesis.

2. Penelitian Ilmiah
Salah satu cara untuk menemukan pengetahuan ataupun
ilmu adalah menggunakan penelitian. Di Perguruan Tinggi
penelitian merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan
baik oleh mahasiswa atau dosen dan penelitian dilingkungan ini

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 7


disebut dengan penelitian ilmiah karena dalam melalukan
penelitian menggunakan metode ilmiah/prosedur ilmiah.
Untuk memberikan batasan yang jelas Kerlinger, F. N
(1973) mendefinisikan penelitian ilmiah sebagai penyelidikan
yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kristis, tentang feno-
mena-fenomena alami, dengan dipandu oleh teori dan
hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat
antara fenomena-fenomena itu.
Definisi di atas ada dua butir pernyataan yang perlu
mendapat penjelasan.
Pertama, penelitian ilmiah bersifat sistematis dan
terkontrol, ini berarti penyelidikan ilmiah tertata dengan cara
tertentu sehingga penyidik dapat memiliki keyakinan kritis
mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kedua, penyelidikan ilmiah bersifat empiris. Jika
ilmuwan berpendapat bahwa sesuatu adalah “A”, maka ilmuwan
tersebut harus menggunakan cara tertentu untuk menguji
keyakinannya, dengan sesuatu di luar diri ilmuwan. Dengan
perkataan lain, pendapat atau keyakinan subyektif harus diperiksa
dengan menghadapkannya dengan realita obyektif yang ada.
Penelitian ilmiah apabila diterapkan dalam bidang pendidikan,
maka hasilnya berupa penelitian pendidikan. Oleh karena itu
penelitian pendidikan dapat didefinisikan sebagai ”cara yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah yang berguna
dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai proses pendidikan”.
Sedangkan Ali, Mohamad, (2010) mendefinisikan penelitian
pendidikan sebagai ”suatu kegiatan yang diarahkan kepada
pengembangan pengetahuan ilmiah tentang kejadian-kejadian
yang menarik perhatian para pendidik”. Dari batasan di atas
tampak bahwa penelitian pendidikan merupakan penelitian

8 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


yang dilakukan dalam bidang pendidikan dalam rangka
mencari dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan.

3. Penelitian Pendidikan
Penelitian pendidikan adalah suatu kegiatan ilmiah yang
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan sikap dan
tingkah laku lainnya, mengembangkan pengetahuan dengan
berbagai informasi dan metodologi dalam bidang ilmu yang
melingkupi di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
Menurut Arikunto, S (1993), Creswell, John W, (2008)
penelitian pendi-dikan adalah cara yang digunakan dan dapat
dipertanggung-jawabkan mengenai proses pendidikan.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada
pengembangan penge-tahuan ilmiah tentang kejadian-kejadian
yang menarik perhatian pendidikan.

D. Pendekatan Penelitian
Dalam perkembangan penelitian ilmu-ilmu sosial
termasuk penelitian pendidikan dikenal ada dua pendekatan
yaitu, pendekatan positivisme dan pendekatan naturalism
(Brannen, J., 1999).
Pendekatan positivisme adalah pendekatan penelitian
yang dalam menjawab permasalahan penelitian memerlukan
pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel dari obyek
yang diteliti, guna menghasilkan kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan lepas dari kontek waktu dan situasi tertentu.
Penggunaan pengukuran disertai analisis secara statistik maka
pendekatan ini disebut juga dengan metode kuantitatif.
Pendekatan naturalisme, adalah pendekatan penelitian
yang dalam menjawab permasalahan, memerlukan pemahaman
secara mendalam dan menyeluruh mengenai obyek yang diteliti

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 9


guna menghasilkan kesimpulan penelitian dalam kontek waktu
dan situasi yang bersangkutan (Moleong, Lcxy J., 1989).
Pendekatan penelitian ini jarang sekali bahkan tidak pernah
menggunakan pengukuran, maka pendekatan ini disebut juga
dengan pedekatan kualitatif.

E. Jenis-Jenis Penelitian
Penelitian dilihat dari tujuannya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penelitian dasar (murni) dan penelitian
terapan (aplikasi). Penelitian dasar atau penelitian murni
berkepentingan dengan penemuan generalisasi-generalisasi
atau prinsip-prinsip di dalam rangka mengembangkan teori-
teori ilmu pengetahuan (Sukmadinata, N. S, 2008). Penelitian
murni tidak terlalu risau dengan soal-soal praktis dan/atau
implikasi praktis dari penemuannya. Jenis penelitian ini lazim
dilakukan dalam situasi-situasi laboratorium. Dalam bidang
ilmu sosial jenis penelitian ini lebih lazim dan lebih utama
sebagai kegiatan psikolog ketimbang pendidik.
Penelitian terapan berkepentingan dengan penemuan-
penemuan yang berkenanaan dengan aplikasi dari sesuatu
konsep-konsep teoritis tertentu. Dengan demikian bersifat
praktis, diperlukan dalam rangka perbaikan atau penyem-
purnaan suatu produk atau proses tertentu dengan jalan menguji
suatu konsep teoritis tertentu di dalam menghadapi masalah
nyata pada situasi tertentu (Kerlinger, F. N., 1973). Dengan
demikian hasil-hasil penelitian dasar yang berupa teori-teori,
oleh penelitian terapan diuji aplikasinya guna kepentingan-
kepentingan praktis tertentu. Penelitian pendidikan pada
umumnya tergolong dalam penelitian terapan karena me-
ngembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan
proses belajar mengajar dan bahan-bahan pengajaran.

10 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


F. Tujuan, Fungsi, dan Prosedur Penelitian
Penelitian mempunyai tujuan untuk memecahkan
masalah-masalah yang terjadi diberbagai bidang keilmuan dengan
cara ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara
metodologi, obyektif dan transfaran kepada siapapun. Penelitian
dapat dilakukan pula dalam lingkungan pendidikan (Sukmadinata,
N. S, 2008). Dilihat dari segi fungsinya secara umum penelitian
pendidikan dapat dibedakan;
1. Pengembangan ilimu pendidikan, artinya penelitian pendi-
dikan yang ditujukan untuk kepentingan pengembangan
ilmu pendidikan itu sendiri termasuk ilmu-ilmu lain yang
membantunya.
2. Pemecahan masalah pendidikan, artinya penelitian pendi-
dikan yang ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan terutama masalah yang berkenaan dengan
kualitias proses pembelajaran, kualitas hasil pendidikan,
relevansi pendidikan, dll.
3. Penelitian kebijakan pendidikan. Penelitian ini hampir sama
dengan penelitian pemecahan masalah. Namun ada beberapa
perbedaan yan terletak pada lingkup masalah dan peman-
faatannya. Kebijakan pendidikan dewasa ini antara lain
kurikulum muatan lokal, penggabungan beberapa mata
pelajaran di tingkat SLTP, pendidikan dasar 9 tahun,
monosistem pendidikan guru, orang tua asuh dll. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
para pengambil keputusan pendidikan baik pada tingkat
nasional maupun regional.
4. Penelitian pendidikan yang menunjuang pembangunan..
Disamping tiga fungsi di atas, penelitian pendidikan dapat juga
dilaksanakan untuk kepentingan sektor pembangunan,
khususnya yang berkenaan dengan peranan, posisi, tugas, dan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 11


tanggungjawab pendidikan dalam pembangunan nasional.
Misalnya penelitian mengenai peranan pendidikan dalam
hubungannya dengan sektor ketenagaan, produktivitas kerja,
program keluarga berencana, lingkungan hidup dll.

Ilmu dapat ditemukan melalui prosedur penelitian yaitu


penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah. Berikut
ini prosedur untuk menemukan ilmu lewat peneltian ilmiah;

12 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


BAGIAN 2
KOMPONEN UTAMA PENELITIAN

P enelitian atau riset merupakan suatu sistem dalam kegiatan,


oleh karena itu penelitian memiliki bagian-bagian yang
mendukung keberhasilan suatu kegiatan.
Beberapa bagian yang menjadi dalam sistem akan disajikan
satu persatu sebagai berikut:

A. Masalah dan Judul Penelitian


Masalah merupakan komponen utama dalam penelitian,
hal ini dikarena untuk melakukan penelitian harus dimulai
adanya masalah, sedangkan judul merupakan tema dari masalah
yang diteliti. Berikut ini akan dibahas satu persatu komponen
dalam penelitian yaitu;
1. Masalah
Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu per-soalan
yang perlu dipecahkan. Langkah pertama dalam metode ilmiah
ialah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan atau persoalan
yang membingungkan peneliti. Dengan kalimat lain masalah
adalah suatu kondisi, fenomena, yang menyatakan adanya
kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Misalnya seorang
mahasiswa disiang hari perutnya merasa lapar, kebetulan
disakunya ada uang dan disisi jalan ada warung nasi, kondisi
seperti ini bukanlah masalah. Berbeda jika mahasiswa tersebut
perutnya lapar dan tidak mempunyai uang samasekali dan warung
nasi tidak ada, maka ini merupakan masalah.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 13


Dengan demikian, masalah penelitian dapat dirumuskan
dengan sebuah kalimat tanya atau pernyataan yang menanyakan
hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel atau lebih,
jawabnya akan dicari melalui penelitian. Masalah penelitian dapat
dirumuskan dalam kalimat tanya yang simpel dan sederhana,
tetapi juga dapat dilakukan dengan uraian-uraian yang
menggunakan kalimat panjang dan mengarah pada suatu
pertanyaan yang perlu dipecahkan melalui penelitian.

2. Kriteria masalah yang baik


Masalah penelitian berbeda dengan masalah
dalam kehidupan sehari-hari orang banyak. Masalah
penelitian memiliki syarat-syarat tertentu yaitu;
a. Sesuai dengan bidang keilmuan peneliti, masalah harus jelas
kedudukannya dalam struktur keilmuan yang sedang dipe-
lajari. Ada beberapa alasan yaitu;
− Penelitian pada hakekatnya merupakan metode ilmiah
untuk mencari kebenaran ilmiah. Oleh karena itu
masalah harus dalam kontek pengetahuan ilmiah.
− Kemampuan peneliti, jika masalah yang diabil dalam
penelitian berada di luar bidang keahliannya, maka
akan mengalami kesulitan dalam mengkaji teori-teori,
asumsi-asumsi yang akan dipakai untuk memecahkan
dan mengkaji masalah yang ditelitinya.
− Moral keilmuan atau kode etik, banyak peneliti yang
meneliti di luar bidang keahliannya karena alasan-alasan
tertentu. Hal ini kurang mendukung pengembangan
keilmuan, sebab tanpa penguasaan yang mendasar
mengenai hakekat ilmu yang diteliti atau ditulisnya.
b. Metode keilmuan, masalah penelitian harus dapat dipecahkan
melalui langkah-langkah perpikir ilmiah atau metode ilmiah
14 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
yaitu, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu masalah
yang baik harus dapat memberikan informasi mengenai
teori, asumsi, hipotesis, metode, instrumen, sampel, dan
analisis data.
c. Kepentingan dan kegunaan, masalah penelitian haris sesuai
dengan peneliti sendiri. Kepentingan mahasiswa S1 berbeda
dengan S2, dan berbeda dengan S3. Perbedaan terdapat pada
kedalaman dan keluasan masalah yang diteliti serta kadar
dan bobot unsur-unsur penelitian yang digunakan. Demikian
pula dari segi kegunaan penelitian. Masalah yang baik harus
mempunyai nilai kegunaan, baik bagi kepentingan keilmuan
maupun bagi penerapan dalam praktek.

Di samping tiga segi di atas, masih banyak lagi kriteria


lain yang dapat digunakan untuk menentukan masalah dalam
penelitian. Misalnya masalah harus jelas, terbatas, menarik
minat peneliti. Kretiria tersebut pada hakekatnya bersifat teknis
dan situasional.
B. Sumber-Sumber Masalah
Langkah pertama dalam penelitian adalah mencari
masalah. Untuk menemukan masalah yang layak diteliti
bukanlah pekerjaan yang mudah persoalan inilah yang sering
menjadi penghambat dalam penyelesain studi mahasiswa. Oleh
karena itu ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk
menemukan masalah dalam penelitian.
1) Membaca buku, journal atau hasil penelitian.
Cara ini sangat sederhana tidak banyak mengeluarkan
waktu, biaya, dan tenaga. Mahasiswa atau peneliti tinggal pergi
keperpustakaan, atau membuka journal yang ada di internet
untuk mempelajari literatur atau penelitian yang berkenaan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 15


dengan bidang studi atau keahliannya. Cara yang ditempuh
adalah mengkaji konsep-konsep dari bidang keilmuan, kemu-
dian dari setiap konsep dicoba dijabarkan variabel-variabelnya
yang kemudian dicari hubungan-hubungan diantara variabel
tersebut. Cara mencari masalah di atas termasuk cara deduktif.
2) Studi pendahuluan atau studi penjajakan.
Cara ini mengharuskan mahasiswa atau peneliti turun
ke lapangan untuk mengadakan amatan terhadap gejala atau
fenomena yang ada. Misalnya mempelajari dan mengadakan
pengamatan bagaimana kegiatan belajar mengajar, bagaimana
pelaksanaan tes, kegiatan siswa belajar, cara guru mengajar.
Selama melakukan pengamatan peneliti berusaha membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang diamati. Misalnya
manakah yang lebih efektif metode ceramah dengan metode
tanya jawab dalam pelajaran IPS. Dari hasil membuat
pertanyaan tersebut maka dapat ditentukan variabel-variabel
penelitian. Untuk mengkaji perbandingan tersebut dapat
digunakan teori belajar dan dapat dibuat dugaan atas kedua
variabel tersebut. Cara mencari masalah seperti ini termasuk
cara induktif.
3) Gabungan dari membaca buku, journal, hasil penelitian
dengan studi pendahuluan.
Sebelum terjun kelapangan peneliti mempelajari konsep
dan variabel dari literatur kemudian melihat fakta empiris di
lapangan, apakah sesuai atau tidak. Jika tidak, mengapa?
Pertanyaan mengapa tersebut mengundang peneliti untuk
merumuskan masalah penelitian.

16 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


C. Hubungan Masalah dan Judul Penelitian
Pertanyan yang klasik sering diajukan mahasiswa adalah
manakah yang harus didahulukan, menentukan masalah atau
merumuskan judul. Pertanyaan ini dilontarkan sebab mahasiswa
belum memahami hakekat masalah dalam penelitian. Masalah
dan judul saling berkaitan satu sama lainnya. Masalah harus
memberikan kesan kepada judul, demikian pula sebaliknya.
Judul yang baik mengundang orang untuk membaca isinya.
Judul dapat ditetapkan setelah masalah penelitian dirumuskan
dengan jelas. Judul penelitian yang terlalu panjang dapat dibuat
menjadi dua bagian, bagian pertama pokok judul dan bagian
kedua penjelasan judul.
Contoh:
Masalah : Selama ini di lapangan belum ditemukan data yang
berkaitan dengan keefektifan media pembelajaran benda asli
dan benda tiruan dalam pembelajaran IPA pada topik gaya
geseran di SD. Para pendidik di SD dalam pembelajaran hanya
meng-gunakan gambar atau benda tiruan. Alasan lain adanya
kesulitan untuk membawa benda asli di dalam kelas karena
banyak faktor penyebabnya.

Rumusan Masalah: apakah terdapat perbedaan antara media


pembelajaran benda asli dengan benda tiruan dalam pengajaran
IPA pada topik gaya geseran di SD propinsi Jawa Barat?

Judul Penelitian: Perbandingan media pembelajaran benda asli


dengan benda tiruan dalam pengajaran IPA pada topik gaya
geseran di SD Propinsi Jawa Barat.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 17


D. Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan
Ruang lingkup dalam penelitian dilingkungan pendi-
dikan cukup banyak dijadikan tema atau topik yang dapat
dipilih untuk penelitian dalam bidang pendidikan. Masalah
yang dapat diangkat dalam penelitian pendidikan yang pertama
adalah proses pembelajaran yang meliputi:
1) Kurikulum (akademik dan non-akademik), merupakan pene-
litian yang menitik beratkan pada rancangan pembelajaran
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada akhir pembelajaran dalam suatu lembaga
pendidikan. Tujuan berupa kompetensi yang dicapai setelah
mereka lulus dalam mengikuti pembelajaran pada lembaga
pendidikan tertentu. Selain pemenuhan kompetensi dalam
pengetahuan diperlukan juga kompetensi dalam bidang
nonakademik, seperti dalam bidang beretika dalam kehi-
dupan bermasyarakat. Penelitian dalam bidang kurikulum
belum banyak dilakukan oleh kalangan pada umumnya
terkecuali dilakukan oleh lembaga yang diamanahi tugas
dalam lembaga pendidikan, baik kedinasan atau pendidikan
secara umum. Penelitian dalam bidang kurikulum biasanya
berupa penelitian yang akan melakukan dalam kebijakan
terhadap prosess yang sedang dilakukan, apakah perlu
dilanjutkan atau dikembangkan dengan metode yang baru.
2) Evaluasi Pembelajaran (pengembangan instrumen tes dan
non tes), merupakan penelitian yang menitik beratkan dalam
bidang pengukuran ketercapaian suatu tujuan dalam proses
pembelajaran. Tercapai tidaknya tujuan yang ingin dicapai
pada suatu proses pembelajaran digunakan alat ukur atau
instrumen yang berfungsi untuk mengungkap kemampuan
yang terpendam dalam diri seseorang dengan alat ukur yang
berkualitas. Penelitian yang dilakukan dalam evaluasi ini

18 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


meliputi penelitian yang berkaitan dengan instrumen tes
untuk mengukur hasil belajar. Penelitian dalam penyusunan
instrument tes ini banyak sekali ragamnya, namun belum
banyak yang meneliti karena perlu dukungan ilmu yang
lainnya yaitu ilmu psikometrika. Dengan demikian
penelitian dalam bidang evaluasi ini luas bisa lebih luas,
seperti penelitian yang berhubungan dengan teknis
penggunaan batas lulus (cuf off scrore), ketidakwajaran
sekor peserta, level berpikir siswa, dan sebagainya.
3) Media dan Teknologi Pembelajaran, merupakan penelitian
yang berhubungan dengan media yang digunakan sebagai
kelengkapan dalam proses pembelajaran yang bertujuan
membantu keberhasilan siswa yang berupa prestasi.
Penelitian dalam bidang tehnologi pembelajaran berupa pe-
nerapan berbagai tehnologi yang ada dalam dunia pen-
didikan, seperti penelitian pada proses pembelajaran dimasa
pandemic covid 19 yang tidak harus selalu dalam ruang
kelas seperti pembelajaran pada umumnya yang terjadi
sebelum masa pandemic. Penelitian yang berkaitan dengan
mene-rapkan tehnologi yang sesuai untuk proses
pembelajaran dimasa New Normal setelah masa pandemik.
Penggunaan tehnologi yang tepat untuk pelaksanaan ujian
secara tatap maya dimasa masa pandemic covid 19, dll.
4) Metode Pembelajaran, merupakan penelitian dalam bidang
pendidikan yang berhubungan dengan metode yang digu-
nakan dalam pembelajaran, keefektifan satu metode pembe-
lajaran dengan metode yang lainnya. Misal penelitian
tentang Keefektivan strategy pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) di masa
pandemic covid 19.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 19


5) Tempat dan Subyek Penelitian, merupakan penelitian yang
berhubungan dengan tempat dilakukannya penelitian dan
subyek yang menjadi sasaran penelitian. Setting atau tempat
pembelajaran yaitu ; Sekolah Taman Kanak-Kanak/SD/SMP/
SMA/SMK/SLB, Sekolah Terpadu, Sekolah Reguler, Sekolah
Inklusif, dan Lembaga atau setting lain yang terkait dengan
pendidikan. Sedangkan Subyek yang dijadikan pene-litian
yaitu; peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, dan sarana dan prasarana.

E. Variabel Penelitian
Penelitian digunakan untuk memecahkan persoalan atau
menemukan sesuatu pengetahuan atau ilmu yang bertujuan untuk
membantu memudahkan dalam kehidupan manusia.
Ditemukannya komputer dan jaringan internet memudahkan bagi
manusia untuk berkomunikasi atau menemukan sesuatu yang
dicari baik berupa ilmu atau kepentingan lainnya. Untuk berkirim
surat tidak perlu lagi menunggu beberapa hari, cukup dengan
menunggu beberapa detik melalui fisilitas email. Semua yang
dibicarakan ditemukan lewat penelitian yang lama dan
menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Masalah atau keresahan
merupakan cikal bakal dihasilkannya ilmu dengan penelitian
ilmiah dan menggunakan metode ilmiah. Masalah dalam
penelitian terutama penelitian kuantitatif perlu difokuskan pada
suatu persoalan, sehingga memudahkan untuk melakukan
penelitian. Masalah penelitian yang masih umum menyulitkan
dalam melakukan penelitian terutama waktu menyusun teori,
maupun instrumen yang digunakan. Misalkan meneliti metode
mengajar, metode mengajar banyak ragamnya metode mana yang
akan diteliti. Media pengajaran juga merupakan sesuatu yang
masih sangat umum, karena media pengajaran banyak

20 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


ragamnya. Dari contoh metode mengajar dan media pengajaran
masih banyak yang dapat diangkat menjadi satu masalah
penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
menentukan masalah yang sangat khusus, sehingga
memudahkan dalam melakukan penelitian.

1. Variabel Penelitian
Hambatan yang sering dialami peneliti adalah menetapkan
variabel-variabel penelitian. Untuk menetapkan variabel
penelitian bukanlah hal yang rumit. Sebagai contoh: variabel jenis
kelamin, motivasi, prestasi. Variabel jenis kelamin dapat diukur
dan hasilnya hanya dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pengukuran terhadap jenis kelamin menghasilkan ukuran konstan
(tidak berubah) laki-laki atau perempuan. Berbeda dengan
variabel motivasi, prestasi apabila dilakukan pengukuran yang
berulang-ulang terhadap subyek yang sama pada situasi yang
berbeda, hasilnya tidak persis sama. Besar kecilnya perubahan
disebabkan oleh banyak faktor, baik dari segi subyek yang diukur
atau dari lingkungan yang mempe-ngaruhi keadaan subyek.
Dengan demikian variabel adalah suatu karakteristik yang
memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri.
Kerlinger, F.N. 1973, menyebutkan variabel adalah konstruk atau
sifat yang dipelajari. Ary, D. 1972, menyebutkan variabel adalah
suatu atribut yang dianggap mencerminkan atau mengungkapkan
pengertian atau bangunan pengertian dan variabel mempunyai
nilai yang berbeda-beda.
Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori
variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel
dependen) variabel bebas adalah variabel perla-kuan atau sengaja
dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel terikat

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 21


adalah variabel yang timbul akibat/respon dari variabel bebas.
Oleh sebab itu variabel terikat menjadi tolok ukur keberhasilan
variabel bebas. Motivasi merupakan variabel bebas apabila
dilihat dari tolok ukur dalam hal prestasi. Selain variabel bebas
dan variabel terikat ada variabel antara, variabel kontrol dll.
Variabel-variabel tersebut digunakan untuk melengkapi,
memperdalam, dan memperluas kajian hubungan variabel
bebas dengan variabel terikat. Sebagai catatan bahwa pada
suatu penelitian tertentu variabel bebas dapat pula digunakan
sebagai variabel terikat.
Definisi operasional variabel memberikan arti kepada
suatu pengertian dengan jalan menetapkan tindakan (operasi)
yang akan dilakukan untuk mengukur pengertian (Ary D. 1972).
Sedangkan Kerlinger, F.N, (1973), menyebutkan definisi ope-
rasional adalah batasan atau arti suatu variabel dengan merinci
hal-hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel. Batasan semacam ini penting sekali dalam penelitian,
karena data harus dikumpulkan dalam bentuk kejadian yang dapat
diamati, tidak jarang peneliti berhadapan dengan
konsep/pengertian seperti motivasi, kecemasan, hasil belajar,
belajar yang sifatnya masih abstrak. Sebelum melakukan
penelitian peneliti harus menetapkan beberapa kejadian atau
indikator yang dapat diamati dari suatu konsep/pengertian serta
menetapkan tindakan yang akan dilakukan untuk memperoleh
data yang relevan dengan pengertian tersebut. Melalui batasan
operasional memungkinkan peneliti dapat melaksanakan pene-
litian dengan mudah dibandingkan dengan tidak adanya batasan
operasional. Sebagai contoh, penelitian tentang hubungan antara
konsep pengertian kreativitas dengan pengertian kecerdasan pada
prakteknya akan menghubungkan skor tes kecerdasan dengan
ukuran kreativitas.

22 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Jenis Variabel Penelitian
Suatu penelitian menghendaki adanya variabel yang
akan dijadikan sasaran atau subyek penelitian. Ada beberapa
jenis variable dalam penelitian yaitu;
a. Variabel Independen (variabel bebas)
b. Disebut juga variabel antisenden, variabel stimulus, variabel
penduga, variabel prediktor. Variabel independen adalah
variabel penelitian yang mempengaruhi atau penyebab bagi
berubahan terhadap variabel dependen (terikat).
c. Variabel dependen (variabel terikat)
d. Disebut juga variabel konsekuen, variabel kreteria, variabel
keluaran. Variabel dependen adalah variabel yang dipe-
ngaruhi atau variabel yang menjadi akibat dari variabel inde-
penden.
e. Variabel mediator,
f. Variabel ini ada yang menyebutkan variabel independen ke
dua. Variabel mederator adalah variabel yang mempengeruhi
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Hubungan antara
partisipasi karyawan dan pencapaian tujuan suatu perusahaan
akan semakin kuat jika gaya kepemimpinan demokaratis
menjadi budaya organisasi perusahaan.
g. Variabel intervensi (intervening variabel)
h. Variabel ini terletak diantara variabel independen dan
variabel dependen atau sebagai penyela atau antara. Variabel
intervening tersebut merupakan faktor yang secara teoritis
mempengaruhi gejala yang diamati, namun tidak dapat
dilihat, diukur, atau dimanipulasi. Misal kaya-miskin pen-
duduk akan mempengaruhi dengn cara tidak langsung
harapan hidup (life expectation). Dalam bentuk penelitian
sebaba akibat terdapat;

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 23


i. Variabel intervensi (penyela) dalam contoh di atas adalah
gaya hidup (life style) penduduk yang berada diantara
variabel kaya-miskin dan harapan hidup.
- Variabel moderator, diantara variabel kaya-miskin dan
gaya hidup terdapat variabel moderator berupa budaya
lingkungan tempat tinggal penduduk.
- Variabel kontrol (control variabel, kendali
atau konstanta).
j. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat tetap atau
kontan sehingga pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen tidak dipenaruhi oleh faktor apapun yang
tidak diteliti. Semua faktor dibersihkan dari penelitian dengan
tujuan agar steril tidak memberikan pengaruh terhadap hasil
eksperimen. Misal jika harga naik, maka permintaaan turun.
Hal ini akan benar jika pendapatan dan harapan masyarakat
tidak berubah, namun jika bersamaan denan naiknya harga itu
pendapatan pun bertambah, maka pengaruhnya berubah.

F. Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis


Pada bagian ini topik yang dibahas berkaitan dengan
teori, terletak dalam bab kajian teori yang nantinya meng-
hasilkan hipotesis penelitian yang disertai dengan kerangka
berpikir. Hipotesis yang diuji merupakan hipotesis khusus bagi
penelitian yang tergolong konfirmasi. Bahasan yang terdapat
dalam teori antara lain;
1. Teori
Pengetahuan merupakan segala ilmu yang diketahui oleh
manusia. Secara epistemologi pengetahuan memiliki fungsi untuk
mendeskripsikan gejala, menjelaskan hubungan, mera-malkan,
dan mengontrol. Teori merupakan bagian dari penge-tahuan,
sehingga memilki salah satu fungsi yaitu memberikan

24 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


penjelasan. Teori menurut Kerlinger (1973), “adalah sepe-
rangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang menya-
jikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan
antara variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan
gejala tersebut”. Menyadari fungsi teori yang demikian maka
sangat diperlukan dalam penelitian ilmiah. Dalam suatu
penelitian, peneliti perlu menggali teori-teori yang relavan dan
menyingkirkan teori yang tidak ada kaitannya dengan perma-
salahan penelitian. Oleh karena itu pengumpulan teori dapat
terjadi secara multi disipilin ilmu yang terpenting sesuai
dengan masalah penelitian. Teori yang ada dalam penelitian
ilmiah sangat diperlukan untuk membangun hipotesis, melalui
proses kerangka pemikiran.

2. Hipotesis
Hipotesis menurut Gay, L.R. et.all. (2009) merupakan
penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-gejala,
atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Hipotesis adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti me-
ngenai hubungan antara variabel-variabel dalam masalah pene-
litian. Hipotesis merupakan pernyataan yang paling spesifik.
Ali, M., (2010) mengatakan hipotesis adalah pernyataan yang
dapat diuji mengenai hubungan potensial antara dua atau lebih
variabel. Disamping itu hipotesis adalah piranti atau rantai
yang menghubungkan antara teori dan pengamatan (provider
the link between theory and observation). Berikut ini akan
dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan hipotesis
dalam penelitian yaitu;

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 25


a. Fungsi Hipotesis
Hipotesis memiliki beberapa fungsi antara lain;
1) Hipotesis meperkenalkan peneliti untuk berpikir dari awal
suatu penelitian, pada kenyataannya hipotesis merupakan
pernyataan masalah yan spesifik.
2) Hipotesis menentukan tahap-tahap atau prosedur suatu pene-
litian. Setelah hipotesis dirumuskan, maka peneliti memi-
kirkan instrumen, variabel, besarnya sampel, teknik analisis
data, dan menarik kesimpulan.
3) Hipotesis membantu menetapkan bentuk penyajian, analisis,
dan interpretasi data dalam penelitian. Hipotesis dapat
meng-organisasi bab-bab yang membahas penyajian temuan
hasil penelitian.
4) Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-
gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam
suatu bidang.
5) Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang
langsung dapat diuji dalam penelitian.

b. Jenis Hipotesis
Ada dua cara digunakan dalam menyatakan hipotesis,
yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif/penelitian/kerja.
Hipotesis nol berarti “keberadaannya tidak ada” (no
existence), karena tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak
ada hubungan, tidak ada perbedaan. Misalnya, Tidak ada perbe-
daan dari tiga metode mengajar penelitian pendidikan. Tidak ada
hubungan antara iklim organisasi yang menggunakan subskala
delapan dan tingkah laku kepemimpinan antara administratur SD
di Pemerintah Kota Bandung.
Penggunaan hipotesis nol direkomendasikan oleh para
ahli peneliti dan ahli statistik dengan alasan bahwa kesalahan

26 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


dalam penolakan penerimaan hipotesis dapat lebih mudah
dihindari jika harapan-harapan dalam bentuk nol. Di samping itu
mereka juga mengklaim bahwa hipotesis itu adalah hipotesis
statistika, yang berarti dapat diuji kebenarannya. Penggunaan
teknik statistika cocok untuk menentukan apakah hubungan atau
perdedaan yang diperoleh kebetulan atau sesungguhnya.
Hipotesis alternatif, merupakan pernyataan operasional
hipotesis penelitian. Ary, D. (1972), mengatakan hipotesis ini
sebagai harapan yang berdasarkan teori dan menyebut sebagai
hipotesis deduktif, apabila literatur yang digunakan menga-
takan bahwa penemuan-penemuan teknik pengajaran tertentu
adalah efektif, maka hipotesis yang dibuat atau menyatakan
harapan yang sama. Di samping itu ada hipotesis induktif
yang didasarkan oleh pengamatan tingkah laku. Misalnya
peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku,
memperhatikan kecenderungan-kecenderungan atau fenomena
kemungkinan adanya hubungan-hubungan dan kemudian
merumuskan penjelasan-penjelasan sementara tentang tingkah
laku yang diamati. Proses penalaran dalam merumuskan
hipotesis di sini sudah barang tentu disertai dengan pengkajian
hasil penelitian lain yang relevan. Prosedur induktif sangat
cocok untuk guru-guru kelas, karena sumber-sumber hipotesis
setiap hari berada di lingkungannya.
Hipotesis nol maupun hipotesis penelitian pada kenya-
taannya adalah satu. Rumusan hipotesis dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. hipotesis nol biasanya dalam
bentuk tidak langsung, karena arahnya tidak ditentukan. Untuk
itu digunakan uji dua pihak, sedangkan hipotesis alternatif yang
arahnya ditentukan memerlukan uji satu pihak. Hipotesis yang
hanya mengatakan ada perbedaan termasuk hipotesis tidak
langsung, karena alasan tidak ditentukan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 27


c. Ciri-Ciri Hipotesis
Ciri hipotesis yang baik ada beberapa yaitu;
1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas yang masuk akal.
2) Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang masuk
akal mengenai kejadian-kejadian yang telah dan akan
terjadi.
3) Hipotesis menyatakan hubungan antar variabel-variabel
penelitian
4) Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan
antara dua atau lebih variabel. Hubungan dapat berbentuk
sebab akibat (pengaruh), hubungan berupa korelasi, dan
memperkirakan akan adanya perbedaan.
5) Hipotesis harus dapat diuji.
6) Rumusan hipotesis yang operasional sangat membantu
dalam menarik kesimpulan penelitian. Dalam menarik
kesimpulan dilakukan pengamatan-pengamatan secara
empiris yang akan mendukung tidaknya hipotesis. Apabila
hipotesis benar maka data empiris dapat memberikan
dukungan, demikian sebaliknya.
7) Hipotesis harus mengikuti penemuan-penemuan sebe-
lumnya.
8) Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori, dan
hukum-hukum yang sudah mapan, bukan berarti tidak boleh
menggugurkan teori yang telah ada, khususnya bagi peneliti
pemula perlu mengkaji terhadap penemuan dalam bidang-
bidang yang relevan kemudian merumuskan hipotesis.
9) Hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan ringkas.
10) Menyatakan hipotesis secara sederhana akan memudahkan
pengujian hipotesis dan penyusunan laporan pada akhir
penelitian.

28 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


d. Pengujian hipotesis
Sebagaiman yang telah dikemukakan sebelumnya hipo-
tesis merupakan piranti penelitian. Oleh karena itu hipotesis
harus lulus dari dua tes yaitu tes empiris dari lapangan dan tes
logika. Untuk menguji hipotesis peneliti perlu melakukan;
1) Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-kosekuensi yang
dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar,
2) Memilih metode-metode penelitian yang memungkinkan
pengamatan, eksperimen, atau prosedur lain yang menun-
jukan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak,
3) Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang
dapat dianalisis untuk menunjukkan hipotesis didukung
oleh fakta atau tidak.

3. Kerangka berpikir
Kerangka teori berbeda dengan kerangka pemikiran.
Kerangka teori dibangun berdasarkan teori yang berhubungan
dengan variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel
terikat, oleh karena itu isi dari kerangka teori dimulai dari
deskripsi teori, penjelasan masing-masing variabel, memberikan
penjelasan keterkaitan diantara variabel dan menduga atau
memprediksi keterkaitan diantara variabel. Kerangka pemikiran
merupakan suatu argumentasi-argumentasi yang disusun berda-
sarkan teori-teori yang telah diajukan dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dalam memberikan jawaban sementara pada
penelitian. Melalui kerangka berpikir, peneliti berusaha mem-
berikan argumentasi berdasarkan logika atas dasar teori yang telah
dipelajari kepada sesama ilmuwan (Suriasumantri, J. S., 1990).
Dengan perkataan lain kerangka pemikiran merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala yang menjadi obyek permasalahan yang
dirumuskan dalam bentuk hipotesis atau

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 29


jawaban sementara. Misalnya peneliti menduga bahwa prestasi
belajar IPA dalam pendidikan formal lebih baik dari pada
pendidikan nonformal, maka alasan terhadap dugaan tersebut
harus terdapat dalam kerangka pemikiran. Kriteria utama agar
kerangka pemikiran dapat meyakinkan sesama ilmuwan adalah
alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu ke-
rangka pemikiran.
Bagan 1 di bawah ini merupakan contoh gambaran
kaitan antara teori, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

30 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


G. Instrumen Penelitian
Data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian
atau menguji hipotesis yang sudah dirumuskan. Membicarakan
pengumpulan data, berarti membicarakan pula alat pengumpul
data. Bahasan instrumen atau alat pengumpul data ada dua
bagian yaitu jenis-jenis instrumen dan kriteria instrumen yang
baik atau layak untuk penelitian.
1. Jenis Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data atau instrumen memiliki peranan
yang sangat penting. Melalui instrumen akan diperoleh data
yang nantinya akan dianalisis untuk memperoleh hasil
penelitian yang berupa kesimpulan. Menyadari hal ini, maka
instrumen harus dapat mengungkap kemampuan atau sasaran
diukur yang sebenarnya, bukan salah memperoleh data karena
instrumen yang digunakan tidak tepat sasaran ukurnya. Jika hal
ini terjadi maka hasil penelitian akan menyesatkan atau bias.
Ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk membantu
indra manusia untuk memperoleh data dalam penelitian
pendidikan ada dua golongan yaitu tes dan non tes. Instrument
tes berhubungan dengan kemampuan, baik kemampuan
kognitif ataupun kemampuan yang berupa ketrampilan.
Sedangkan instrumen non tes berhubungan dengan persepsi,
pendapat, tanggapan sehingga tidak ada jawaban yang benar
dan salah. Berbeda dengan kemampuan ada jawaban benar dan
salah. Berikut ini akan di bahas instrumen tes dan non tes.
a. Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam
penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk men-
dapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 31


angka (Susetyo, B. 2015). Adapun jenis tes dalam penelitian
adalah tes prestasi belajar, dan tes kecerdasan.
b. Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data
dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat
situasi penelitian. Observasi sangat sesuai digunakan dalam
penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi
belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok.
Tipe-tipe pengamatan menjadi beberapa yaitu, pengamatan
berstruktur (dengan pedoman), pengamatan tidak berstruktur
(tidak menggunakan pedoman). Untuk mencapai tujuan
penga-matan diperlukan adanya pedoman pengamatan.
Pengamatan sebagai alat pengumpul data ada
kecenderungan terpengaruh oleh pengamat/observe sehingga
hasil pengamatan tidak obyektif biasanya disebut dengan
hallo efek (kesan yang dibentuk oleh pengamat).
c. Daftar Pertanyaan
Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan
jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subyek
pene-litian. Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat, dsb.
Ada beberapa jenis pertanyaan lisan dan tertulis yaitu;
1) Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subyek yang
diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan
yang diberikan dapat disesuaikan dengan para subyek,
sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali
dengan baik. Ada dua jenis wawancara berstruktur dan
tidak berstruktur. Pada saat wawancara berstruktur,
pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada

32 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


subyek telah ditetapkan terlebih dahulu. oleh pewawan-
cara. Wawancara tidak berstruktur bersifat informal.
Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subyek,
atau keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas
kepada subyek.
2) Kuesioner
Kontak langsung dengan para subyek yang diperlukan
dalam wawancara memakan waktu yang lama, tenaga,
dan biayanya. Banyak informasi yang dapat dikumpulkan
dengan perantaraan daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada subyek yang diteliti. Kuesioner ada dua
macam kuesioner berstruktur atau bentuk tertutup dan
kuesioner tidak berstruktur atau terbuka. Kuesioner
berstruktur berisi pertanyaan yang disertai dengan pilihan
jawaban. Kuesioner tak berstruktur pertanyaan tidak
disertai dengan jawaban.

d. Daftar inventori kepribadian


Ada beberapa jenis ukuran kepribadian, masing-masing
mencerminkan sudut pandang yang berbeda-beda. Peneliti
harus mengetahui secara tepat lebih dulu apa yang ingin
diukurnya baru kemudian memilih instrumen. Tiga jenis
ukuran kepribadian yang paling banyak dipakai adalah:
daftar inventori, skala penilaian, dan teknik proyektif.
1) Daftar inventori adalah daftar pernyataan yang meng-
gambarkan pola-pola tingkah laku dan mereka diminta
untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan meru-
pakan ciri tingkahlaku mereka dengan jalan memberi
tanda cek pada jawaban ya, tidak atau tidak tahu. Skor
diperoleh dengan menjumlahkan jawaban yang sesuai
dengan sifat yang sedang diukur.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 33


2) Skala penilaian
Skala penilaian merupakan alat penilaian yang memer-
lukan penilaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap
tingakah laku atau penampilan orang lain. Penilai tinggal
memberikan nilai pada suatu kontimum (rangkaian
satuan) atau suatu ketegori yang menggambarkan ciri
tingkahlaku orang yang dinilai. Jenis skala penilaian ada
dua, yaitu skala grafis dan skala kategori.
Skala grafis, disebut juga dengan skala numerikel pada
skala ini penilai cukup memberikan tanda cek pada titik
yang tepat pada dua ujung yang ekstrim dari tingkah laku
yang sedang dipermasalahkan.
Skala kategori, adalah skala penilaian yang terdiri dari
sejumlah kategori yang diatur dalam rangkaian urutan
misal lima atau tujuh kategori. Penilai tinggal memilih
salah satu ketegori yang paling tepat menunjukkan ciri
tingkah laku yang sedang dinilai.
3) Teknik proyeksi
Teknik proyeksi adalah ukuran yang dilakukan dengan jalan
meminta seseorang memberikan respon kepada suatu
stimulus yang ambigu atau yang tak tersusun. Teknik ini
disebut proyeksi karena seseorang diharapkan mempro-
yeksikan kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya
sendirike dalam stimulus tersebut. Berdasarkan penafsiran
dan tanggapan subyek, peneliti mencoba menyusun suatu
gambaran menyeluruh tentang struktur kepribadian
seseorang. Contoh Tes Appersepsi Tematik (TAT). Tes
Rorsharch yang menggunakan noda tinta.

34 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


e. Skala
Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan
kepada subyek, obyek, atau tingakah laku dengan tujuan
mengukur sifat. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur
sikap, nilai-nilai, dan minat. Skala ini digunakan untuk
mengukur seberapa jauh seseorang memiliki ciri-ciri yang
ingin diteliti Susetyo, B., 2010,). Skala ini meiliki beberapa
jenis; yaitu summated rating xscale (skala Likert), equel
appearing intervals (skala Thurstone), cumulative scale
(skal Guttman), dan semantic differential scale.
a) Skala Likert, skala jenis ini merupakan sejumlah per-
nyataan positif dan negatif mengenai suatu obyek sikap.
Dalam memberikan respon terhadap pernyataan dalam
skala ini, subyek menunjukkan sangat setuju, setuju,
tidak mempunyai pilihan, tidak setuju, atau sangat tidak
setuju. Contoh pendidikan luar biasa hendaknya
dipisahkan dengan pendidikan untuk anak normal.
Sangat setuju (2), setuju (1), tidak mempunyai pilihan
(0), tidak setuju (-1), dan sangat tidak setuju (-2).
b) Skala Thurstone
Thurstone mengembangkan suatu metode untuk menen-
tukan nilai skala tertentu pada hal-hal yang mewakili
berbagai tingkat sikap yang menyenangkan. Skala yang
dikembangkan oleh Thurstone ada 11 dari
menyenangkan, netral sampai tidak menyenangkan.
c) Skala Guttman.
Teknik kumulatif timbul karena memberikan kritikan pada
skala sikap Thurstone dan skal Likert mengatakan bahwa
skala-skala tersebut memuat pernyataan-pernyataan hete-
rogen mengenai berbagai dimensi obyek sikap (Naga, Dali,
S, 2012) Guttman mengembangkan suatu teknik

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 35


untuk mengatasi masalah ini dengan menggolongkan skala
berdimensi tunggal, bermasksud menetapkan apakah sikap
yang sedang diselidiki benar-benar hanya me-nyangkut satu
dimensi. Suatu sikap dianggap berdimensi tunggal kalau
sikap itu menghasilkan skala yang kumu-latif, yaitu skala
yang butir-butirnya berkaitan satu sama lain sedemikian
rupa sehingga seorang subyek yang setuju dengan
pernyataan nomor 2, akan merasa setuju dengan nomor 1.
Contoh reponden diminta setuju atau tidak setuju
a) Manfaat POMG sepadan dengan waktu yang diha-
biskan untuk organisasi.
b) POMG mempunyai pengaruh besar guna mening-
katkan peranan sekolah.
c) POMG adalah organisasi yang paling penting di
Indonesia guna meningkatkan pernan sekolah.

Contoh tabel skala Guttman

Apabila ini adalah skala kumulatif, maka seharusnya dapat


disusun semua tanggapan responden ke dalam pola seperti
pada tabel di atas. Dengan demikian jika skor seseorang
diketahui, maka seharusnya kita dapat mengatakan dengan
tepat pernyataan-pernyataan mana yang disetujui oleh

36 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


subyek itu. Misal, semua responden mempunyai skor 2,
yaitu percaya bahwa manfaat POMG sepadan dengan
waktu yang dihabiskan untuk organisasi dan POMG
mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan peranan
sekolah, namun tidak percaya POMG adalah organisasi
yang paling penting di Indonesia untuk meningkatkan
peranan sekolah.
Subyek dapat dirangking berdasarkan tanggapan mereka
terhadap skala itu. Oleh karena itu peneliti harus mem-
bentuk pernyataan-pernyataan skala berdimensi tunggal.
Cara yang dilakukan berdasarkan skor keseluruhan,
buatlah ramalan tentang pola-pola jawaban terhadap
pernyataan-pernyataan tertentu. Kemudian pola tang-
gapan yang sebenarnya diteliti dan diukur, sejauh mana
tanggapan itu dapat direproduksi dari skor keseluruhan.
Salah satu cara yang dilakukan adalah membagi jumlah
total kesalahan dengan jumlah total tanggapan dan
hasilnya dipakai untuk mengurangi angka satu, sehingga
diperoleh koefisien reproduksibilitas. Guttman menya-
rankan nilai 0,90 sebagai membentuk skala berdimensi
tunggal (komulatif).
d) Semantic defferential scala (skala perbedaan makna)
Pendekatan lain untuk mengukur sikap terhadap obyek,
subyek dan kejadian adalah skala perbedaan makna. Skala
ini dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum.
Skala ini didasarkan pada pandangan bahwa obyek itu
mempunyai dua macam makna bagi seseorang, yaitu magna
denotatif dan konotatif, yang dapat dinilai sendiri-sendiri.
Magna denotatif suatu obyek dapat dengan mudah
dinyatakan, namun tidak begitu dengan magna konotatif

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 37


suatu obyek secara tidak langsung, yaitu dengan
menggu-nakan sejumlah kata-kata sifat yang mempunyai
dua kutub (bipoler) dan meminta beberapa orang untuk
menilai obyek itu dengan berpedoman pada kata-kata
sifat. Osgood menggunakan skala ini atas tujuh titik
dengan angka 0 sebagai titik tengahnya ke atas sampai +
3 dan ke bawah –3 untuk menilai sikap.

Dengan mengetahui penilai para subyek terhadap suatu


obyek, peneliti dapat menetapkan apakah sikap masing-
masing terhadap obyek tersebut positip atau negatif. Skor
sikap seorang responden dapat dibandingkan dengan
sikap umum terhadap obyek itu oleh suatu kelompok
yang ditunjuk. Dapat juga sampai skor sikap responden
dengan jalan membandingkan sikap sejumlah orang
terhadap obyek tersebut, dan dengan membandingkan
pola peni-laian mereka dengan pola penilaian orang lain.
Pembagian skala atau kategori menurut ahli ada beberapa
yaitu; Osgood dkk membagi menjadi tiga kelompok kata
sifat yaitu,
Evaluatif; terdiri dari baik - buruk, bersih - kotor,
Potensi; terdiri kuat – lemah, besar – kecil, dan
Aktivitas; terdiri aktif – pasif, cepat – lambat.

38 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Kriteria Instrumen Penelitian
Instrumen sebagai alat yang dipergunakan untuk me-
ngumpulkan data memiliki peranan yang sangat penting,
karena data tersebut merupakan piranti untuk menjawab
masalah penelitian. Oleh karena itu kualitas instrumen menjadi
foktor utama. Kualitas instrumen yang jelek maka akan
menghasilkan penelitian yang jelek. Ada beberapa kriteria
instrumen yang baik, yaitu validitas dan reliabilitas.

1) Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauhmana suatu alat
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat itu.
Batasan lain validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur
terhadap ketepatan pokok isi atau sasaran yang diukur. Suatu tes
dinyatakan valid jika perangkat tes butir-butirnya benar-benar
mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang
tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya. Validitas suatu tes,
menggunakan indek angka yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran dapat mencerminkan secara tepat tingkah laku
seseorang yang diperoleh dari berbagai proses. Validitas
pengukuran memiliki nilai dari yang tinggi sampai rendah,
semakin tinggi nilai validitas maka semakin baik tingkat validitas.
Sebaliknya validitas pengukuran rendah diakibatkan adanya
kekeliruan sistematis. Demikianlah istilah validitas yang dikaitkan
dengan pengukuran. Sedangkan Validitas butir hanya berbicara
tentang hubungan di antara sekor satuan pada butir dengan skor
responden. Oleh karena itu masalah ”apapun yang dihasilkan oleh
skor satuan pada butir dan skor responden tidak menjadi
permasalahan, selama korelasinya di antara butir total nilainya
positif tinggi, maka validitas tetap tinggi” (Naga, D. S.,1992:5).
Oleh karena itu validitas butir tetap tinggi sekalipun

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 39


hasil korelasi antara skor responden dengan skor satuan butir
tidak mengukur sasaran yang hendak diukur. Dengan demikian
validitas butir tidak menjamin apakah pengukuran yang telah
dilakukan mengukur apa yang semestinya diukur oleh butir-
butir tes (Susetyo, B, 2011). Banyak kalangan yang menya-
makan validitas pengukuran dengan validitas butir yang
keduanya berbeda.
Peneliti mutlak mempersoalkan masalah validitas
instrumen yang dibuat oleh peneliti.
Ada beberapa jenis validitas yaitu; validitas isi, validitas
kriteria, dan validitas konstruk.
1) Validitas isi menunjuk sejauhmana instrumen
mencerminkan isi yang dikehendaki oleh instrumen.
Pengesahan validitas isi pada umumnya didasarkan pada
pertimbangan atau penilaian para ahli.
2) Validitas kriteria adalah validitas yang dikaitkan dengan
kriteria tertentu yaitu hubungan antara skor suatu
instrumen pengukuran dengan variabel (kriteria) luar yang
mandiri dan dipercaya dapat mengukur ciri-ciri yang
diselidiki. Kriteria dalam validitas ini adalah relevansi
ciri-ciri yang dipilih sesuai dengan kriteria yang diselidiki.
Validitas kriteria dibagi menjadi dua yaitu, validitas
kongkuren dan valitidas preditif. Validitas kongkuren
berkaitan dengan korelasi antara skor tes dengan suatu
ukuran kriteria yang dapat diperoleh pada waktu yang
sama atau pada waktu yang berdekatan.
3) Validitas bangun pengertian (konstruk) adalah validitas yang
menunjuk kepada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat
atau bangunan pengertian (konstruk) tertentu. Validitas ini
merupakan jenis validitas yang penting bagi tes-tes yang
digunakan untuk menilai kemampuan dan sifat kejiwaan

40 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


seseorang. Istilah bangun pengertian dipakai untuk
menun-jukkan sesuatu yang tidak dapat diukur secara
langsung, tetapi dapat menerangkan akibat-akibat dari
yang diamati. Misalnya pengertian “kematangan sosial”.

2) Reliabilitas
Persyaratan instrumen yang ke dua yaitu reliabilitas.
Reliabilitas adalah derajat keajegan atau konsistensi (stabilitas)
instrumen dalam mengukur apa saja yang diukur. Batasan lain
reliabilitas adalah derajat ketetapan dan ketelitian atau akurasi
yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Suatu perangkat
ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak
berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan
secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan
dengan reliabel. Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes digu-
nakan indeks angka yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
atau tes yang dibuat dapat dipercaya atau diandalkan hasilnya.
Popham, (1986:58) mengatakan bahwa "a test reliability refers
to the consistency with which it whatever it happens to be
measuring”. Suatu perangkat ukur jika digunakan dua kali
untuk mengukur gejala yang sama memberikan hasil yang
relatif sama, maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel. Untuk
perangkat tes yang menggunakan observasi khususnya yang
mengukur keterampilan atau perilaku kadang-kadang
menimbulkan bias yang dilakukan oleh para menilai karena
unsur subyektifitas. Untuk menghindari pengaruh ini digunakan
dua atau tiga pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan
yang serupa. Untuk mengalisis reliabilitas pengamatan
menggunakan koefisien reliabilitas dengan rumus dari Mussen,
(Susetyo, B., 2015)

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 41


Jumlah yang sesuai
r=
Jumlah dimensi yang diamati

Koefisien reliabilitas r ditaksir sangat tinggi jika 0,90 –


1,00, tinggi bila 0,89 – 0,80, dsb. Semakin kecil angka r maka
semakin rendah reliabilitas observasi.
Ada tiga jenis reliabilitas yaitu, reliabilitas stabilitas,
reliabilitas ekuivalen, dan reliabilitas konsisitensi internal.
a) Reliabilitas stabilitas.
Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes dalam jenis ini,
dilakukan dengan memberikan tes dua kali kepada seke-
lompok individu yang sama dan hasil dari tes dikorelasikan.
Hasil dari korelasi menunjukkan derajar reliabilitas.
b) Reliabilitas ekuivalensi/setara
Teknik bentuk setara untuk mengetahui reliabilitas dilakukan
dengan memberikan tes dua kali kepada sekelompok subyek
dengan dua macam tes yang setara, diantara kedua tes
diberikan jeda waktu atau tanpa jeda waktu. Dari hasil kedua
tes dikorelasikan untuk diketahuai reliabilitas.
c) Reliabilitas konsistensi internal
Prosedur yang digunakan untuk mengatahui reliabilitas
dengan memberikan satu kali tes kepada sekelompok
subyek. Kemudian butir soal dibagi dua bagian yang
sebanding dan hasil dari masing-masing dikorelasikan untuk
diketahui reliabilitasnya.

42 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Untuk membedakan konsep reliabilitas dengan konsep
validitas, ada baiknya mengenal kesalahan acak pengukuran
(random errors of measurement) dan kesalahan sistematis
pengukuran (sistematic errors of measurement).
Kesalahan acak pengukuran menuju kepada kesalahan
yang merupakan akibat dari faktor kebetulan murni. Kesalahan
acak pengukuran dapat memperbesar skor/nilai atau memper-
kecil skor/nilai. Misal lemparan bola beberakali akan
memberikan hasil yang cenderung berbeda-beda dari masing-
masing lemparan. Ada tiga jenis pengaruh kesalahan acak/
kebetulan yang dapat menyebabkan ketidak ajekan skor.
a) Subyek berubah dari hari yang satu ke hari berikutnya.
Misal adanya latihan terlebih dahulu, merasa lebih baik
kondisi badan atau motivasinya berubah.
b) Tugas pengukuran itu sendiri yang berubah. Misal bola hari
pertama lebih keras, sedang pada hari ke dua basah dan penuh
lumpur, pada uji pertama penguji boleh memberikan ancang-
ancang berlari sampai garis melempar, pada uji ke dua hanya
beberapa langkah, sehingga dapat mempengeruhi hasil.
c) Sampel tingkahlaku yang terbatas menyebabkan ketidak-
stabilan skor. Faktor tingkah laku kecil yang sangat peka
terhadap berbagai pengaruh faktor kebetulan. Misal pada
waktu melempar bola ada angin dari arah yang berlawanan,
subyek kehilangan keseimbangan ketika melempar bola,
jari-jarinya meleset ketika melempar bola.

Reliabilitas berurusan dengan pengaruh kesalahan acak


semacam itu terhadap konsistensi skor yang diperoleh subyek.
Kesalahan sistematis atau kesalahan yang dapat dira-
malkan. Dengan menggunakan contoh lemparan bola di atas.
Bayangkanlah suatu keadaan di mana petunjuk-petunjuk untuk

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 43


melempar diberikan dalam bahasa Jawa, sedangkan tidak semua
subyek mengerti bahasa Jawa. Secara sistematis skor yang
diperoleh dari subyek yang tidak mengerti bahasa Jawa rendah.
Kesalahan sistematis seperti ini adalah masalah validitas.
Validitas suatu tes menjadi rendah jika skor itu secara sistematis
berubah karena sesuatu yang lain, selain yang kita coba ukur.
Dalam contoh tadi berati tidak hanya mengukur kemampuan
melempar bola tetapi mengukur juga pemahaman bahasa Jawa.
Untuk mengetahui apakah sedang berhadapan dengan
reliabilitas atau validitas, perlu dikaji apakah kesalahan acak
atau kesalahan sistematis. Apabila sekelompok subyek diberi
tes melempar bola dengan menggunakan dua bola, yang satu
keras dan yang satu basah dan lembek. Serta hanya faktor
kebetulan sematalah yang akan menentukan siapa memperoleh
bola mana, maka perbedaan yang disebabkan oleh bola yang
dipakai adalah masalah reliabilitas. Perbedaan yang disebabkan
oleh bola tersebut merupakan kesalahan acak yang merupakan
keajekan pengukuran. Jika siswa dalam suatu kelas dipanggil
untuk diuji menurut urutan abjad, pada waktu ujian turun hujan
dan salah satu bola yang dipakai menjadi semakin basah setiap
kali dilemparkan, maka perbedaan yang disebabkam semakin
basahnya bola itu adalah masalah validitas. Skor subyek dalam
lemparan semakin tinggi bagi meraka yang berada pada urutan
awal dan menjadi rendah bagi mereka yang namanya berada
pada urutan terakhir. Validitas skor lemparan bola itu menjadi
kurang karena skor tersebut mencerminkan bukan saja keca-
kapan melempar bola, melainkan juga urutan abjad. Contoh
kesalahan sistematis yang mempengaruhi validitas pengukuran.

44 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


H. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Bahasan pada bagian ini membahas sumber data pene-
litian dalam bidang pendidikan yaitu populasi, sampel dan
teknik pengambilan sampel. Berikut ini akan dibahas satu
persatu yaitu;
1. Populasi dan Sampel
Pengertian populasi dan sampel dapat menimbulkan
perbedaan pendapat. Populasi dan sampel ada yang mengartikan
orangnya atau responden dan ada yang mengartikan data atau
sekor. Dalam lingkungan pendidikan populasi dan sampel berupa
orang dan sekaligus adalah data atau sekor. Berbeda dengan
lingkungan pengukuran (psikometrika) populasi dan sampel dapat
berupa butir atau sekor, sedangkan orangnya sebagai responden
atau sumber data. Setiap penelitian memer-lukan data atau
informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, agar data dan
informasi dapat digunakan untuk menjawab masalah penelitian
atau menguji hipotesis. Data dan informasi harus jelas sumbernya,
yaitu berupa individu, gejala, peristiwa/kejadian, dokumen tertulis
dsb. Dalam penelitian seluruh sumber data yang memungkinkan
memberikan infor-masi disebut populasi. Dengan perkatan lain
populasi adalah sekumpulan objek, orang atau keadaan yang
memiliki satu karakteristik umum yang sama untuk dipakai
sebagai sumber data. Dalam mendefinisikan populasi perlu
mendefinisikan anggotanya sebagai satuan analisis, dapat berupa
orang, binatang, atau benda secara individu (satu persatu) atau
sekelompok orang, binatang dll. Menurut Kerlinger, F.N (1973),
populasi adalah seluruh anggota kejadian, atau obyek-obyek yang
telah ditetapkan dengan baik. Populasi tidak terbatas jumlahnya,
bahkan ada yang tidak dapat dihitung, sehingga tidak mungkin
diteliti, kalaupun dapat diteliti memerlukan waktu,

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 45


tenaga, biaya yang sangat mahal, dan tidak praktis. Untuk
mengatasi hal seperti itu, perlu dipilih sebagian saja, asal
memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasi. Pada suatu
penelitian ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengum-
pulkan data yaitu; meneliti seluruh subyek atau meneliti
sebagian subyek penelitian. Pengambilan data untuk cara yang
pertama dinamakan dengan sensus, sedangkan cara pengam-
bilan data yang kedua dinamakan dengan sampel atau cuplikan.
Pengambilan data terhadap keseluruhan objek yang
diteliti atau sensus adakalanya tidak dapat dilakukan, karena
jumlah populasinya tidak terhingga, maka populasi yang de-
mikian dinamakan dengan populasi tidak terhingga. Pengertian
populasi tidak terhingga sebenarnya hanya pengertian secara
konseptual untuk memudahkan kajian secara teori. Misalnya
melakukan lemparan dadu secara terus menerus akan
menghasilkan populasi yang tidak terhingga. Populasi
terhingga merupakan suatu populasi yang jumlah anggotanya
dapat diketahui. Misalnya jumlah guru SMA di seluruh
Indonesia, jumlah sekolah dan murid SMA di setiap propinsi.
Pada populasi yang terhingga adakalanya tidak dilakukan
sensus dengan berbagai alasan antara lain; tidak praktis, tidak
ekonomis, ketelitian yang kurang memuaskan, waktu penelitian
yang terbatas, dan sebagainya. Populasi terhingga merupakan
suatu populasi yang jumlah anggotanya dapat diketahui.
Misalnya jumlah guru SMA di seluruh Indonesia, jumlah
sekolah dan murid SMA di setiap propinsi.
Sebagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian
dinamakan sampel. Menurut Susetyo, B., (2010) sampel adalah
beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi.
Dengan menggunakan kalimat lain sampel adalah bagian dari
suatu populasi. Sampel terdiri atas sejumlah satuan analisis yang

46 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


merupakan bagian dari keseluruhan populasi. Misal sampel
adalah 100 siswa dari populasi 1000 siswa.
Sampel harus memiliki karakteristik yang sama dengan
populasi, oleh karena itu sampel harus;
a. Diambil secara acak (random), memiliki kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel.
b. Jumlah sampel ditentukan oleh besarnya populasi dan
variasi variabel (karakteristik), dan tingkat kepercayaan
yang di-inginkan.

Sampel yang diambil secara acak disebut sampel acak


(sampel peluang) yang bercirikan;
a. Setiap anggota populasi memiliki peluang menjadi sampel.
Besarnya peluang masing-masing anggota populasi untuk
menjadi sampel tidak perlu sama, tergantung pada teknik
pengambilan sampel acak yang digunakan.
b. Populasi penelitian perlu didefinisikan dengan tegas
sehingga jelas apakah seseorang, objek peristiwa, atau
sekelompok objek (orang) termasuk anggota populasi.

Proses pengambilan sebagian dari populasi dinamakan


sampling atau pengambilan sampel (Susetyo, B., 2010). Pada
umumnya peneliti memilih cara sampling, yaitu dengan me-
ngambil sebagian anggota populasi atau sampel. Dalam pena-
rikan sampel dari populasi, supaya diperoleh sampel yang
representatif perlu diberikan peluang yang sama (probability)
dan tidak memberikan peluang yang sama (non probability)
kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 47


2. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel dari
populasi. Teknik sampling terbagi menjadi dua yaitu random
sampling dan nonrandom sampling.
a. Random sampling adalah cara pengambilan sampel di mana
setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dijadikan sampel. Random sampling meliputi random
sederhana, statifikasi, cluster atau area, dan sistematik,
b. Nonrandom sampling adalah cara pengambilan sampel di
mana setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel. Nonrandom sampling
meliputi purposive, quota, dan insidental atau kebetulan.

Dalam bentuk bagan teknik sampling tampak sebagai berikut;

48 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


a. Sampel Peluang Sama (Probability)
Ada beberapa jenis yang tergolong dalam sampel
probabilitas yaitu;
1) Sampel acak, adalah penarikan sampel yang memberikan
kesempatan sama kepada seluruh anggota populasi untuk
menjadi sampel penelitian. Cara penetapan sampel dengan
melalui undian, tabel bilangan random, atau dengan acak
sistematis
2) Sampel berlapis, adalah cara pengambilan sampel dari
sejumlah sub-kelompok atau lapisan (strata) apabila populasi
penelitian terdiri dari sub-kelompok yang mempunyai ciri yang
berbeda. Cara pengambilan sampel, dilakukan dengan
mengambil secara acak dari setiap lapisan untuk dijadikan
subyek penelitian. Setiap lapisan adalah sampel penelitian.
3) Sampel kelompok atau cluster samples, adalah penarikan
sampel yang berdasarkan kelompok individu yang secara
alami berada bersama-sama di suatu tempat dan bukan
individu-individu, misal kelas siswa, RT, RW. Dalam
sampel kelompok ini yang dijadikan sampel adalah rata-rata
kelompoknya, bukan nilai individu unsur sampel.
4) Sampel sistematis, adalah penarikan sampel secara siste-
matis. Prosedur ini berupa penarikan sampel dengan jalan
mengambil setiap kasus yang kesekian dari daftar populasi.
Contoh populasi 500, sampel yang diinginkan 50, maka
500/50 = 10, kelipatan yang diambil adalah 10.
5) Sampel gabungan (multi stage), adalah cara pengambilan
sampel dengan melakukan penggabungan dari beberapa
cara, biasanya gabungan dari sampel kelompok dengan
sampel berlapis.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 49


b. Sampel Peluang Tidak Sama (Non Probability)
Ada beberapa jenis yang termasuk dalam kelompok
sampel non probabilitas yaitu;
1) Sampel kebetulan, adalah cara pengambilan sampel secara
sembarangan tanpa pertimbangan apapun sampai jumlah
sampel yang diinginkan terpenuhi.
2) Sampel quota, seperti sampel kebetulan, tetapi dibuat dahulu
lapisan-lapisan sampel, barulah diambil sampel yang di-
inginkan.
3) Sampel purposif, adalah pengambilan unsur sampel atas
dasar tujuan tertentu sehingga memenuhi keinginan dan
kepentingan peneliti.

Random selection dan random assignment.


Penelitian kuantitatif khususnya penelitian eksperimen
akan berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian dan akan
berhubungan dengan ramdom sampling (cara pengambilan
sampel). Ada dua jenis random (acak) untuk penelitian yaitu
random selection dan random assignment.
1) Random selection adalah pemilihan sampel acak dari suatu
populasi. Random selection ditujukan untuk meningkatkan
validitas ekternal yaitu berhubungan dengan prosedur
penarikan kesimpulan secara umum atau generalisasi pada
suatu penelitian. Random selection dapat terjadi dalam
semua penelitian kuantitatif.
2) Random assignment berkaitan dengan upaya meningkatkan
validitas internal dan hanya dilakukan pada penelitian
eksperimen. Disamping itu random assignment merupakan
ciri khusus yang ada pada penelitian eksperimen dengan
true-experiment designs dan dapat membedakan dari quasi
experiment designs.

50 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Pengambilan sampel Random assignment dilakukan
dengan cara membagi sampel penelitian dalam dua kelompok
eksperimen dan kelompok control secara random (acak).
Setiap anggota sampel memiliki peluang yang sama
untuk dimasukkan menjadi kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kelompok yang diambil dengan cara random
assignment akan memiliki karakteristik yang sama, sehingga
hasil penelitian ini lebih menjamin perubahan atau perbedaan
berdasarkan adanya perlakuan penelitian. Dengan demikian
kelompok yang diambil dengan cara random assignmen akan
memiliki karakteristik yang sama, sehingga hasil penelitian ini
lebih menjamin perubahan atau perbedaan didasarkan pada
adanya perlakuan penelitian.

3. Ukuran Sampel
Pertanyaan yang sering muncul ialah berapa besar
jumlah subyek yang perlu dijadikan sampel. Secara teknis
besarnya sampel tergantung pada ketepatan dalam menduga
parameter populasi pada taraf tertentu, tidak ada ketentuan
yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel.
Pemecahan yang terbaik dalam menetapkan besarnya jumlah
sampel adalah semakin besar jumlah sampel semakin baik.
Dalam penelitian eksperimen disarankan sedikitnya 30 orang
untuk tiap-tiap kelompok. Sedangkan untuk penelitian
deskriptif menggunakan sampel yang lebih besar, kadang-
kadang dianjurkan 10 – 20 % dari jumlah populasi.
Menurut Gay (1976) menyarankan minimum besarnya
sampel sebagai berikut:
a. Penelitian deskriptif 10%, untuk sampel sangat kecil 20 %
dari populasi,

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 51


b. Penelitian korelasi 30 subyek, penelitian ex post facto 15
subyek per kelompok,
c. Penelitian eksperimen 30 subyek perkelompok.

Besarnya ukuran sampel dapat dikemukakan suatu


teorama limit sentral yang mensyaratkan statistik rata-rata akan
mempunyai distribusi normal untuk ukuran sampel mendekati
tak terhingga (Agung, 2004:113). Dalam praktek teorama limit
sentral telah diterapkan untuk sampel minimal berukuran 30,
sementara Conover (1980:445) menyatakan ukuran sampel
lebih besar dari 20. Dari beberapa pendapat tersebut ternyata
memiliki perbedaan mengenai jumlah sampel yang
diprediksikan berdis-tribusi normal, oleh karena itu sebaiknya
dilakukan pengujian secara langsung terhadap sampel termasuk
untuk jumlah dibawah 20. Pengujian distribusi normal untuk
sampel yang sedikit jumlahnya dapat dilakukan dengan
menggunakan Kolmogov-Smirnov dan Lillyfors yang
keduanya berdasarkan komulasi frekuensi.
Slopin (1960) menetapkan besarnya ukuran sampel
dengan rumus sebagai berikut:

N
n=
1 + Ne2

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian)

52 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Contoh:
Populasi dalam suatu penelitian = 9000, batas kesalahan yang
diambil oleh peneliti sebesar = 2 % atau alpha (α) 0,02.
Berapa ukuran sampel yang digunakan dalam
penelitian .
9.000 9.000
n= = = 1.957
1+ 9.000 (0,02)2 1 + 3,6

4. Kesalahan penarikan sampel


Ada sejumlah kesalahan yang terjadi pada waktu
menarik kesimpulan tentang populasi berdasarkan sampel,
karena sampel acak sekalipun dapat diduga akan berbeda satu
sama lainnya. Misal skor rata-rata kecerdasan anak SD kelas
empat mungkin berbeda dengan rata-rata kelas empat lainya
meskipun berasal dari populasi yang sama. Perbedaan ini
disebut kesalahan penarikan sampel. Hal ini disebabkan karena
yang diamati sebenarnya adalah sampel, bukan populasi
seluruhnya. Kesalahan penarikan sampel dirumuskan sebagai
perbedaan antara parameter populasi dan statistik sampel.
Misal mean ( ) populasi dan mean sampel (X) yang ditarik dari
populsi tersebut. Selisih dari kedua dinamakan kesalahan
pengambilan sampel (e). Contoh populasi berjumlah 10.000,
mean populasi = 100, dan mean (μ) sampel dari populasi adalah
99, maka kesalahan dalam penarikan sampel 99 – 100 = - 1.
Untuk menduga parameter populasi didasarkan pada statistik
sampel, maka dugaan tentang bagaimana sampel itu berbeda
dengan populasi merupakan unsur dasar dalam statistika
inferensial. Dari pada menetapkan perbedaan antara statistik
sampel dengan parameter populasi yang sering tidak diketahui,

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 53


pendekatan yang ditempuh dalam statistika inferensial adalah
dengan menduga variabelitas yang dapat diharapkan terjadi
diantara statistik sampel melalui sejumlah sampel acak yang
ditarik dari populasi yang sama.

I. Analisis Data Penelitian


Pendekatan penelitian terbagi menjadi dua yaitu
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kedua
pendekatan ini terdapat perbedaan, meskipun dalam
penggunaan metode penelitian dapat sama yaitu metode
penelitian deskriptif seperti penelitian kasus yang biasanya
menggakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dapat
dilihat dari salah satu ciri datanya yang berbentuk kuantitas
yang lebih condong dengan angka atau sekor. Pendekatan
kualitaitf dapat dilihat dari salah satu ciri datanya yang berupa
fenomena, peristiwa, atau kejadian, maka datanya berbentuk
uraian kalimat yang menggambarkan suatu kejadian. Oleh
karena itu kedua pen-dekatan penelitian memiliki cara yang
berbeda ketika meng-analisis data penelitian. Pendekatan
kuantitatif analisis data menggunakan statistika, sedangkan
pendekatan kualitatif meng-gunakan tersendiri.

a. Analisis Data Pendekatan Kuantitatif


Tujuan utama penelitian adalah menemukan ilmu yang
berlaku universal. Namun demikian ada penelitian penelitian
yang tidak berlaku secara universal, seperti penelitian subyek
tunggal (PST), penelitian kasus dengan pendekatan kualitatif,
dan penelitian tindakan kelas (PTK). Ketiga jenis penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan karena penelitiannya merupakan
kasus. Berbeda dengan penelitian eksperimen dan korelasional
yang hasilnya dapat digeneralisasikan atau bersifat universal.
54 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
Untuk memperoleh ilmu yang bersifat universal dilakukan
penelitian yang mencakup populasi. Namun meneliti populasi
seluruhnya untuk membuat generalisasi merupakan pekerjaan
yang tidak praktis. Salah satu metode analisis data yang lebih
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan penelitian adalah
statistika. Statistika adalah seperangkat teknik matematik untuk
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan mengiter-
ptretasi data angka. Statistika efisien karena menyediakan
struktur yang sistematis pengorganisasian data dan meng-
hendaki sumber-sumber minimum dalam mencapai tujuan
penelitian. Disamping efisien dalam menganalisis data, teknik-
teknik statistika sangat efektif untuk , memperoleh jawaban
dari pertanyaan tanpa merasakan adanya subyektivitas dalam
hasil analisis. Statistika salah satu fungsinya adalah membahas
mengenai kesimpulan hasil penelitian melalui proses pengujian
hipotesis. Kesimpulan yang dihasilkan seharusnya berlaku
secara umum atau generalisasi, berlaku bagi keseluruhan objek
yang diteliti bukan hanya berlaku untuk sebagian dari objek
yang diteliti.
Penggunaan statistika dalam analisis data diperlukan
pengatahuan yang cukup dari peneliti, sehingga peneliti dapat
memilih dengan tepat uji statistika yang sesuai dengan perma-
salahan penelitian yang ingin dipecahkan. Statistika sebagai
alat pengujian data memiliki persyaratan-persyaratan tertentu
sesuai dengan rumus dan sampel yang dipergunakan. Ada dua
jenis statistika yang dapat dipergunakan sebagai analisis data
yaitu, statistika deskriptif dan statistika inferensial.
Statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai
fungsi menggambarkan keadaan kelompok tertentu yang diteliti,
tanpa membrikan kesimpulan pada kelompok yang lebih luas.
Banyak penggunaan statistik deskriptif dalam penelitian aksi

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 55


(action research), Penelitian subyek tunggal. Beberapa per-
hitungan statistik deskriptif adalah mean, median, standar
deviasi, modus, grafik, histogram, korelasi. Sedangkan statitik
inferensial adalah statistik yang dipergunakan untuk membuat
keputusan general dengan hanya menggunakan keterangan
yang terbatas (sampel). Statistik inferensial dibagi menjadi dua
yaitu, parameter dan non parameter. Beberapa perhitungan
yang ter-masuk statistik inferensial; uji t, uji Z, ANOVA,
korelasi pasial, korelasi multipel, Mann-Withney, Wilcoxon,
Binomial, Rank Kruskal-Wallis, dll. Pengujian data dengan
mempergunakan statistik dibahas secara mendalam pada mata
kuliah statistika terapan.

b. Analisis Data Pendekatan Kualitatif


Pendekatan kualitatif menggunakan data yang berupa
uraian kalimat untuk menggamabrkan suatu kondisi, keadaan,
fenomena, kejadian. Uraian kalimat agar mudah dilakukan ana-
lisis, menggunakan cara tertentu dengan melalui tahapan-
tahapan. Analisis data pendekatan kualitatif dilakukan
semenjak pengumpulan data. Oleh karena itu pengolahan data
dimulai dari tahap pengumpulan data yang dirancang
sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam analisis data.
Adapun tahapan dalam analisis data yaitu;
1) Penyusunan transkrip dari hasil observasi, wawancara,
analisis dokumen dll. pada satu lebar untuk setiap kegiatan
dan komentar pengamat/peneliti, lengkap dengan identitas
pengambilan data seperti waktu dan tempat.
2) Membuat kode-kode yang berbeda-beda sesuai kepentingan
atau fokus masalah dan sub focus masalah penelitian yang
hendak dipecahkan.

56 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


3) Menganalisis setiap transkrip dan memberikan kode untuk
setiap fenomena, kejadian atau komentar peneliti sesuai
dengan fokus masalah atau sub fokus masalah.
4) Mengumpulkan kode yang sama berdasarkan fenomena,
kejadian untuk setiap fokus masalah atau sub fokus masalah
menjadi satu kategori sesuai dengan permasalahan yang
hendak ditemukan penyelesaiannya.
5) Mengumpulkan setiap kategori untuk dianalisis dan
dibangun menjadi tema atau judul penelitian dengan
pendekatan kualititatif.

Dari langkah-langkah yang ada di atas untuk langkah


yang terakhir yaitu langkah 5) tidak mungkin diakukan bagi
mahasiswa terutama strata 1. Hal ini dikarenakan mahasiswa
ke lapangan pada umumnya telah mempunyai masalah untuk
dilakukan penelitian, kondisi ini bertentangan dengan ciri dari
penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 57


BAGIAN 3
METODE PENELITIAN

P ada bagian ini dibahas tentang metode yang digunakan dalam


penelitian pendidikan, ada tiga metode yang umum dibahas dalam
penelitian yaitu; metode penelitian historis (sejarah), metode
penelitian deskriptif, metode pene-
litian eksperimen. Ketiga metode dibahas berikut ini;

A. Metode Penelitian Sejarah


Bahasan pada bagian ini berupa metode penelitian
sejarah, sumber data, dan kritik pada data penelitian sejarah.
Berikut ini dibahas satu persatu; 1. Pengertian

Kata sejarah sebenarnya berarti mencari pengetahuan


dan kebenaran. Secara umum, sejarah meliputi pengalaman
masa lampau untuk membantu mengetahui apa yang harus
dikerjakan sekarang dan apa yang harus dikerjakan pada masa
depan (Ali, M., 2010).
Sejarah adalah menggambarkan secara kritis seluruh
kebenaran kejadian atau fakta masa lampau. Berita tentang
ambruknya menara kembar WTC di Amerika Serikat pada
tanggal 11 September 2001 yang menewaskan beberapa ribu
orang bukanlah sejarah, karena berita tersebut tidak dapat
ditulis sebagai pencari seluruh kebenaran.

58 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Penelitian sejarah adalah usaha untuk menetapkan fakta
dan mencapai kesimpulan mengenai hal-hal yang telah lalu.
Secara sistematis dan obyektif peneliti mencari, mengevaluasi,
dan menafsirkan bukti-bukti yang dapat dipakai untuk mempe-
lajari masa lalu. Berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan,
peneliti menarik kesimpulan tentang masa lalu guna mem-
perkaya pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa sesuatu
kejadian di masa lalu terjadi serta proses bagaiman masa lalu
itu menjadi masa kini.
Dalam bidang pendidikan penelitian sejarah digunakan
untuk meneliti perkembangan sistem pendidikan, kurikulum,
penilaian dari periode ke periode sebagai bahan untuk menilai
keadaan yang berlaku sekarang, bahkan sebagai bahan
masukan untuk masa yang akan datang.
Metode penelitian sejarah sebagai metode ilmiah
meliputi; pembatasan masalah, perumusan masalah/hipotesis
atau generalisasi yang akan diuji atau pertanyaan yang akan
dijawab, pengumpulan dan analisis data, dan penarikan kesim-
pulan dengan pola probabilitas atau generalisasi yang
didasarkan atas cara berpikir deduktif-induktif.
Perbedaan metode sejarah yang menjadi ciri khas yang
membedakan dari metode penelitian lain yaitu, terletak pada
sulitnya untuk memahami masa lampau, sehingga menafsir-
kannya juga sangat sulit. Dengan demikian kesulitan yang
utama terletak pada pembatasan masalah, analisis yang
dilakukan belum tentu dapat memuaskan, karena rumusan
masalahnya terlalu luas.
Hipotesis penelitian sejarah adakalanya diajukan.
Misalnya untuk menjawab pertanyaan Apakah faktor-faktor
yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit? Guna
menjawab pertanyaan tersebut diajukan hipotesis yang masing-

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 59


masing atas dasar bukti-bukti yang dikumpulkan dari catatan-
catatan, prasasti, peninggalan-peninggalan, maka dirumuskan
sebagai berikut;
- Gaya kepemimpinan patih Gajahmada yang satu tangan,
- Angkatan laut yang lemah,
- Pemimpin (raja) yang tidak cakap, dan
- Adanya perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan

2. Sumber data penelitian sejarah


Data sejarah, sama halnya dengan data pada bidang-
bidang lainnya, para ahli menggolongkan menjadi dua yaitu,
a. Sumber primer,
Sumber data primer yaitu cerita atau penuturan atau catatan
para saksi mata. Data tersebut dilaporkan oleh saksi yang
benar-benar menyaksikan suatu peristiwa terjadi. Sumber ini
dapat berupa dokumen, relik, peninggalan-peninggalan dll.
Dokumen yang termasuk sumber primer yaitu, UUD, UU,
piagam, keputusan, notulen, otobigrafi, catatan harian, akta
naskah perjanjian, surat wasiat dll.
Peninggalan berupa fosil, kerangka, perkakas, keramik
bahan makanan, senjata, pakaian, gambar, bangunan, dll.
Kesaksian lisan berupa rekaman hasil wawancara, bukti
transkrip hasil wawancara.
b. Sumber sekunder
Sumber data sekunder yaitu, cerita atau penuturan atau catatan
mengenai suatu peristiwa yang tidak disaksikan sendiri oleh
pelapor. Pelapor mungkin pernah berbicara dengan saksi mata
atau membaca laporan, catatan saksi mata, dan tidak pernah
manyaksikan sendiri. Sumber sekunder sering kali ada distorsi
oleh karena itu, peneliti boleh

60 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


menggunakan sumber sekunder jika data primer sulit
diperoleh.

3. Kritik pada data penelitian sejarah


Peneltian sejarah sering tidak menggunakan observasi
secara langsung. Peristiwa masa lampau tidak dapat diulang
sewaktu-waktu. Peneliti sejarah harus memperoleh data dari
laporan para saksi mata atau partisipan dari suatu peristiwa,
maka data harus dianalisi secara cermat, untuk menjaring
kebenaran data dari yang salah, tidak relevan, atau data yang
menyesatkan. Untuk menjaring data sejarah dipergunakan
kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
a. Kritik eksternal
Kritik ekternal mempertanyakan apakah bukti yang
diselidiki itu asli atau tidak. Pembuktian ini tergantung pada
sifat penyelidikan, mungkin pembuktian memerlukan
teknik-teknik tertentu. Seperti pembuktian keaslian tanda
tangan, dengan analisis kimia terhadap tinta yang digunakan,
penetapan tanggal/tahun artifak melalui analisis zat karbon.
Contoh kritik eksternal seorang peneliti sejarah menemukan
surat yang menceritakan tentang perang kemerdekaan yang
dikatakan telah ditulis oleh panglima Sudirman. Dengan
menggunakan kritik eksternal peneliti akan bertanya:
Apakah kertas surat itu sesuai dengan kertas di zaman itu?
Apakah sudut pandang dan gaya bahasa tulisan itu sesuai
dengan tulisan panglima Sudirman lainnya?. Apabila unsur-
unsur tersebut konsisten dengan fakta-fakta yang lain, maka
data tersebut dapat disimpulkan keasliannya.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 61


b. Kritik internal
Setelah keaslian data sejarah ditetapkan, maka peneliti
sejarah beralih kepada kritik internal, yang mengevaluasi
nilai bukti sejarah. Misalnya, apakah dokumen itu membe-
rikan laporan yang sebenarnya tentang kejadian waktu itu.
Pertanyaan semacam itu dapat dijawab dengan pembuktian
kebenaran suatu bukti dengan jalan membandingkan dengan
bukti-bukti lain yang juga menerangkan kejadian itu, atau
memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian dan
orang-orang atau lingkaran disekitar kejadian. Dalam contoh
di atas, peneliti bertanya Apakah keterangan panglima
Sudirman tidak bias? Apakah keterangan itu sesuai dengan
keterangan pada zaman itu tentang peperangan?
Kelebihan penelitian sejarah yaitu penelitian tidak
terlalu melibatkan peneliti secara fisik dalam situasi yang
sedang diselidiki, sehingga tidak ada kekawatiran terjadinya
interaksi antara peneliti dengan subyek. Peneliti mencari
dokumen-dokumen yang sesuai, dan menarik kesimpulan dari
jarak yang terpisah dari situasi yang diselidiki. Di samping
kelebihan-kelebihan, maka penelitian sejarah juga mempunyai
keter-batasan, terutama dalam menggeneralisasi hasil penelitian
sejarah.
Ada pertanyaan-pertanyaan yang timbul mengapa pene-
litian semacam ini masih dilakukan? Alasan utamanya karena
tidak ada cara lain yang dapat digunakan untuk menyelidiki
banyak permasalahan di masa yang lalu.

62 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


B. Metode Penelitian Deskriptif
Bahasan pada bagian ini berupa metode penelitian
deskriptif, jenis-jenis penelitian deskriptif, dan merancang
penelitian dengan metode deskriptif. Berikut ini dibahas satu
persatu;
1. Pengertian Metode Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif
mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat pene-
litian dilaksanakan. Mengingat sifatnya yang demikian maka
penelilitan jenis ini dalam bidang pendidikan lebih berfungsi
untuk pemecahan praktis pendidikan, dan sedikit sekali yang
berfungsi untuk pengembangan ilmu.
Dalam penelitian deskriptif peneliti berusaha memotret
peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya,
kemudian digambarkan atau dilukiskan apa adanya.
Permasalahan penelitian adalah permasalahan yang terjadi
pada saat penelitian dilaksanakan, sehingga pemanfaatan temuan
penelitian hanya berlaku pada saat itu pula, dan belum tentu
relevan bila digunakan pada waktu yang akan datang. Oleh sebab
itu penelitian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesis.
Demikian pula perlakuan atau manipulasi variabel tidak
diperlukan sebab gejala dan peristiwa telah ada dan peneliti
tinggal mendeskripsikan. Variabel yang diteliti dapat tunggal, juga
dapat lebih dari satu variabel bahkan dapat mendiskripsikan
hubungan antar variabel. Misal penelitian dengan variabel tunggal
Bagaimana langkah guru mengembangkan media pem-belajaran
pada waktu mengajar? Faktor-faktor apa yang menye-babkan
rendahnya motivasi belajar siswa?

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 63


a. Langkah-langkah metode penelitian deskriptif Langkah-
langkah dalam melakukan penelitian deskriptif
adalah sebagai berikut;
1) Perumusan masalah
Langkah pertama adalah perumusan masalah, yaitu
pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya
dicari peneliti serta mengandung variabel-variabel yang
menjadi kajian dalam penelitian. Peneliti dapat menentukan
status variabel atau mempelajari hubungan-hubungan antara
variabel. Misal, bagaimanakah langkah-langkah guru dalam
mengajar bidang studi matematika di SD? Pertanyaan tersebut
terdiri satu variabel yaitu langkah mengajar matematika, berarti
melihat status atau kedudukan variabel. Namun demikian
peneliti dapat merumuskan masalah apakah hasil belajar
matematika ber-korelasi positif dengan belajar IPA?
Pertanyaan tersebut mengandung hubungan dua variabel, yaitu
prestassi belajar matematika dengan prestasi belajar IPA.

2) Menentukan jenis informasi yang diperlukan


Peneliti perlu menetapkan informasi apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang
telah diru-muskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah
kualitatif. Informasi kuantitif berupa numerik dalam bentuk
angka seperti skor, frekuensi dll. Informasi kualitatif yang
berupa kata-kata yang memberikan penjelasan seperti langkah-
langkah guru mengajar matematika.

3) Menentukan prosedur pengumpulan data


Setelah informasi yang diperlukan ditetapkan, langkah
selanjutnya yaitu, menentukan cara-cara pengumpulan data. Ada
dua unsur penelitian yang diperlukan yaitu, instrumen atau alat

64 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


pengumpul data dan sumber data atau sampel dari mana
informasi data diperoleh.

4) Menentukan prosedur pengolahan data


Data yang telah diperoleh dengan instrumen dan dari
sumber data merupakan informasi atau data kasar yang perlu
diolah guna menjawab permasalahan atau pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian. Untuk data yang kuantitatif
memerlukan alat yaitu statistika deskriptif atau statistika
inferensial. Sedangkan untuk data yang berupa kata-kata
(kualitatif) memerlukan analisis yang kualitatif dengan teknik-
teknik tertentu.

5) Menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, langkah berikutnya
adalah menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan
mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan
yang me-rangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.

2. Jenis-jenis penelitian deskriptif


Penelitian yang menggunakan metode deskriptif terdiri
dari beberapa jenis yaitu;
a. Studi kasus
Studi kasus merupakan penelitian yang intensif men-
dalam secara terinci, dan menyeluruh terhadap seseorang dalam
kurun waktu tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus
anak nakal, anak yang selalu gagal dalam belajar.
Kelebihan studi kasus adalah peneliti dapat mempelajari
subyek secara mendalam dan menyeluruh. Sedangkan kele-
mahan sesuai dengan sifat studi kasus yaitu informasi sifatnya
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 65
subyek-persubyek, sehingga belum tentu dapat digunakan
untuk subyek lainnya. Studi kasus bukan untuk menguji
hipotesis, tetapi sebaliknya hasil studi kasus dapat digunakan
untuk menghasilkan hipotesis.

b. Studi pengembangan
Studi perkembangan mempelajari karakteristik individu
dan bagaimana karakteristik berubah dalam pertumbuhannya
pada kurun waktu yang lama. Karakteristik individu mencakup
segi-segi intelektual, emosional, sosial dan kepribadian indi-
vidu. Ada dua teknik yang bisa diigunakan dan saling meleng-
kapi dalam studi perkembangan, yaitu studi longitudinal, dan
studi cross-sectional.
Studi longitudinal yaitu penelitian terhadap individu/
sampel yang tetap dalam kurun waktu yang lama. Misalnya,
peneliti mempelajari ketrampilan berbahasa tulisan siswa kelas
satu SMP dan ketrampilan tersebut diukur pada setiap tahun di
kelas-kelas berikutnya.
Studi cross-sectional yaitu penelitian terhadap
individu/ sampel yang berbeda dalam taraf tertentu dalam
waktu yang pendek secara serentak dilakuakan bersamaan.
Misalnya untuk contoh di atas ketrampilan berbahasa tulisan
dilakukan pene-litian pada kelas yang berbeda, kelas 1, kelas 2,
dan kelas 3 secara bersama dilakukan pengukuran. Kelemahan
utama adalah faktor kebetulan, sebab bisa terjadi sampel dalam
studi ini sangat bervariasi, sehingga hasil bias.

c. Studi tindak lanjut


Studi ini hampir sama dengan studi longitudinal, yaitu
memperlajari perkembangan dan perubahan subyek setelah
subyek sampel diberikan perlakuan khusus atau kondisi tertentu

66 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


dalam kurun waktu tertentu sampai selesai. Dalam pendidikan
studi ini banyak digunakan karena banyak model-model belajar
dan model-model mengajar yang bisa dicobakan untuk melihat
efek siswa setelah berlangsung beberapa tahun. Oleh sebab itu
studi ini tepat digunakan untuk menilai keberhasilan suatu
program. Contoh pengajaran modul diberikan kepada siswa,
selama kurun waktu tertentu sampai selesai sesuai dengan
program yang telah ditetapkan. Pada tahun berikutnya siswa
diukur kemempuan dalam cara belajar dan kemampuan balajar
mandiri siswa.

d. Studi kecenderungan
Studi kecenderungan pada dasarnya meramalkan ke-adaan
masa depan berdasarkan keadaan, gejala, data yang ada masa
sekarang. Keadaan masa sekarang diperoleh dari studi lain, misal
studi kasus, survei agar diperoleh data dan informasi yang akurat
mengenai gambaran kondisi saat ini. Atas dasar data dan
informasi tersebut peneliti mencoba membuat ramalan kecen-
derungan yang akan terjadi di masa mendatang, baik jangka
pendek atau jangka panjang. Prediksi jangka panjang lebih sulit
sebab banyak variabel yang sukar dipertibangkan akibat
perubahan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik,
demografi. Ekologi dll. Misal depdiknas ingin meningkatkan
kemampuan tenaga guru melalui upaya pemilihan mahasiswa
calon guru yang memiliki indek prestasi tinggi. Sebelum proyek
dilakukan studi kecenderungan terhadap lulusan SLTA dan
prestasi yang dicapai siswa. Prediksi dilakukan atas faktor-foktor
minat dan motivasi menjadi guru, jumlah siswa yang mempunyai
indek prestasi tinggi, kemungkinan masuk pendi-dikan guru,
kemampuan ekonomi, gaji yang menarik, penem-patan guru baru
berdasarkan formasi yang tersedia dsb. Semua

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 67


prediksi tersebut didasarkan kepada kondisi saat ini yang
diperoleh secara cermat melalui studi-studi tertentu sehingga
dapat diramalkan kecenderungan masa depan untuk kelayakan
pelaksanaan proyek tersebut.

e. Survey
Survei adalah pengumpulan data yang relatif terbatas dari
kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Informasi yang
dikumpulkan tentang variabel bukan informasi tentang individu.
Hasail dari survei digunakan untuk memecahkan masalah, dan
bukan untuk menguji hipotesis. Contoh survei, Berapa jumlah
buku yang ada diperpustakaan SLTPN 2 Bandung?
Popularitas para calon presiden republik Indonesia pada
pemilu presiden tahun 2019?
Survei yang mencakup seluruh populasi yang diteliti
disebut sensus. Sedangkan yang mempelajari sebagian populasi
disebut sampel survei. Informasi yang diperoleh dari survei
atau sensus tidak hanya berupa tabulasi data dari obyek-obyek
nyata, tetapi juga dapat berupa pengukuran pendapat, prestasi,
atau konstruk psikologis dan sosiologis lainnya yang abstrak.
Sensus obyek kongkrit, peneliti mencari informasi populasi
kecil, misalnya tentang satu sekolah, dan variabel yang diteliti
itu kongkrit, maka peneliti tidak mengalami hambatan untuk
menemukan jawaban yang diperlukan. Hal ini disebabkan
peneliti tinggal menghitung, misalnya berapa jumlah bangku
yang ada di sekolah itu.
Sensus obyek abstrak, sensus yang mengungkap data
atau informasi yang berhubungan dengan variabel-variabel
konstruk, yang tidak dapat dihitung secara kuantitatif dan me-
merkulan pengukuran dengan alat lain. Misalnya informasi
mengenai persepsi, sikap, motivasi, kecemasan dll. variabel-

68 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


variabel tersebut harus diukur secara tidak langsung. Contoh
sensus mengenai prestasi yang dicapai dalam mengikuti Ujian
Nasional mata pelajaran matematika oleh siswa SD di keca-
matan tertentu.

f. Studi korelasi
Studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau
lebih dan dinyatakan dalam satu indek yang dinamakan
koefisien korelasi. Korelasi dapat menghasilkan dan menguji
suatu hipotesis mengenai hubungan antar variabel atau untuk
menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Misalnya hubungan antara sikap terhadap mata pelajaran kimia
dengan prestasi yang dicapainya peserta didik di SMA.

C. Metode Penelitian Eksperimen


Bahasan metode penelitian eksperimen, meliputi
penger-tian, karakteristik (ciri-ciri), validitas penelitian
eksperimen, jenis rancangan eksperimen, dan prosedur metode
penelitian eksperimen. Beberapa metode penelitian eksperimen
terdiri dari beberapa bahasan yaitu;
1. Metode penelitian eksperimen
Metode penelitian eksperimen adalah metode yang
dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan
melakukan percobaan/perlakuan dengan sengaja dan sistematis
terhadap gejala-gejala (variabel bebas) kemudian mengamati efek
dari perlakuan tersebut. Dalam penelitian eksperimen peneliti
mengajukan hipotesis yang terdiri dua variabel atau lebih yang
kemudian dijawab dengan melakukan percobaan-percobaan
terhadap variabel penelitian. Suatu eksperimen terdiri dari dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Melalui metode penelitian ini dapat memberikan bukti-

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 69


bukti yang paling meyakinkan tentang pengaruh satu variabel
terhadap variabel lain. Pendapat yang senada dikemukakan
oleh Gay. L. R., (2009) metode eksperimen merupakan satu-
satunya metode penelitian yang benar-benar dapat menguji
hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.

2. Ciri-ciri penelitian eksperimen


Metode penelitian eksperimen memiliki ciri yang khas
sebagai berikut; pengendalian, manipulasi, dan pengamatan. a.
Pengendalian (control)
Penelitian eksperimen memerlukan adanya pengen-
dalian, tanpa adanya pengendaian tidak mungkin dapat menilai
secara tegas pengaruh variabel bebas. Menurut Gay. L. R.,
(2009) pengedalian diartikan sebagai usaha-usaha yang dila-
kukan oleh peneliti untuk menghilangkan pengaruh variabel-
variabel lain selain variabel bebas yang mungkin
mempengaruhi hasil pada variabel terikat. Contoh percobaan
dua metode pembelajaran di kelas, mungkin salah satu metode
memperoleh hasil lebih baik, tidak disebabkan oleh perlakuan
eksperimen, tetapi kelas (murid-murid) mengikuti bimbingan
belajar tanpa sepengetahuan peneliti. Dalam kondisi khusus
seperti ini tidak bijaksana jika membandingkan dua kelompok
tersebut karena adanya intervensi pada salah satu kelompok.
Untuk mengotrol adanya perbedaan-perbedaan subyek ada
beberapa cara yaitu; penempatan secara acak, pasangan yang
dibuat secara acak, pemilihan homogen, analisis kovarian, dan
penggunaan subyek sebagai kontrol.

b. Manipulasi (perlakuan)
Manipulasi atau perlakuan suatu variabel adalah tin-
dakan yang sengaja dilakukan oleh peneliti untuk melihat efek
70 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
yang terjadi dari tindakan tersebut. Dalam penelitian pendi-dikan,
pemanipulasian variabel mempunyai bentuk yang khas di mana
peneliti memberikan seperangkat kondisi yang bermacam-macam
dan telah ditentukan sebelumnya kepada subyek. Seperangkat
kondisi yang bermacam-macam disebut variabel bebas, variabel
eksperimen, atau variabel perlakuan. Kondisi yang berbeda-beda
dirancang untuk mewakili dua atau lebih nilai variabel bebas.
Dengan demikian perubahan yang terjadi pada variabel terikat
disebabkan karena adanya perlakuan pada variabel bebas.
Misalnya penelitian mengenai pengaruh layanan bimbingan
kelompok terhadap kesanggupan penyesuaian diri.

c. Pengamatan
Dalam eksperimen efektif tidaknya suatu perlakuan dari
variabel bebas dapat dilihat pada variabel terikat atau variabel
respon yang berupa hasil belajar. Oleh karena itu peneliti harus
melakukan pengamatan atau observasi terhadap variabel
terikat. Hasil pengamatan dapat diperoleh dari pengukuran dan
peni-laian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Variabel
terikat dalam bidang pendidikan biasanya berupa hasil belajar.
Hasil belajar tidak dapat secara langsung tetapi hanyalah
menduga hasil belajar melalui pengukuran tertentu misalnya
dengan tes. Seberapa jauh dugaan itu mendekati kondisi yang
sebenarnya tergantung pada keterandalan alat ukur yang
dipergunakan dan ketepatan dalam eksperimen.

3. Rancangan (desain) Eksperimen:


Desain eksperimen adalah kerangka konseptual pelak-
sanaan suatu eksperimen. Ada dua fungsi dalam eksperimen
yaitu;

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 71


a. Menciptakan kondisi perbandingan yang diperlukan oleh
hipotesis eksperimen, dan
b. Memungkinkan peneliti membuat tafsiran yang berarti dari
hasil analisis statistik yang telah dilakukan dari penelitian.

Suatu hasil penelitian eksperimen yang sahih adalah


hasil dari penelitian semata-mata disebabkan oleh manipulasi
variabel bebas dan memperoleh hasil yang sama bila dilakukan
di luar situasi eksperimen (Montgomery, D. C. 1997). Untuk
memperoleh hasil yang sahih, maka ada dua kriteria yang dapat
digunakan menilai kesahihan disain eksperimen yaitu, kesa-
hihan internal dan kesahihan eksternal.

1) Kesahihan internal
Kesahihan mengarah pada suatu kondisi bahwa perbe-
daan yang diamati pada variabel terikat adalah semata-mata hasil
langsung dari pemanipulasian variabel bebas bukan dari variabel
lain). Hal ini dapat tercapai jika disain eksperimen mampu
mengontrol variabel-variabel ekstra. Pertanyaan yang dapat
diajukan dalam variabel internal ialah; Apakah perlakuan yang
diberikan di dalam eksperimen benar-benar membawa perubahan
variabel terikat? Apakah variabel benar-benar mem-buat
perbedaan yang signifikan? Pertanyaan tersebut tidak dapat
dijawab oleh peneliti kecuali kalau disain tersebut dapat me-
ngendalikan variabel-variabel luar. Beberapa ancaman terhadap
validitas internal, menurut Campbell & Stanley, (1966), adalah;
a) Sejarah.
Kejadian-kejadian khusus, yang bukan perlakuan ekspe-
rimen, mungkin dapat terjadi diantara pengukuran pertama
dan pengukuran ke dua, sehingga menimbulkan perubahan
pada variabel terikat.

72 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


b) Pematangan
Proses yang terjadi dalam diri subyek sebagai akibat
lewatnya waktu mungkin menimbulkan akibat yang dapat
disalah artikan sebagai penyebab dari variabel eksperimen.
Subyek mungkin menunjukkan penampilan yang berbeda
pada ukuran-ukuran variabel terikat, hanya karena lebih tua,
lebih lapar, lebih letih, atau tidak bersemangat dari pada
keadaan mereka pada waktu pengukuran pertama.
c) Pemberian pre-tes
Pemberian pre–tes mungkin dapat mempengaruhi penam-
pilan subyek pada tes kedua, apa pun perlakuan eksperimen
yang diterima.
d) Alat ukur
Perubahan-perubahan alat ukur, penilai, pengamat yang
dipergunakan mungkin dapat mengakibatkan pada
perubahan ukuran yang diperoleh. Apabila pasca-tes lebih
sulit, atau pengamat yang digunakan berbeda dalam
pengukuran yang kedua, sehingga faktor-faktor ini mungkin
dapat menye-babkan perbedaan dalam kedua hasil skor.
e) Regresi statistik
Kelompok-kelompok yang dipilih berdasarkan skor yang
ektrim, subyek yang dipilih memperoleh skor yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Regresi statistik dapat mengha-
silkan efek yang disalah artikan sebagai efek eksperimen
padahal bukan. Kecederungan skor subyek pada pasca uji
menurun (regresi) ke arah rata-rata tanpa pengeruh dari
perlakuan. Mahasiswa yang pintar cenderung menurun
sedangkan yang bodoh cederung meningkat. Untuk
menghin-dari hal yang demikian, salah satu cara adalah
menghilangkan skor-skor tersebut.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 73


f) Pemilihan subyek yang berbeda
Adanya perbedaan-perbedaan diantara kelompok yang sudah
diteliti sebelum perlakuan eksperimen. Jika kelompok
eksprimen sebelumnya menunjukkan lebih tinggi daripada
kelompok kontrol, maka kelompok eksperimen akan menun-
jukkan prestasi yang lebih tinggi tanpa adanya eksperimen.
g) Hilang dalam eksperimen
Dari kelompok-kelompok eksperimen yang diperbandingkan
ada responden yang hilang sehingga dapat mempengaruhi hasil
eksperimen (Best, J. W., 1977). Misalnya responden
mengundurkan diri, meninggal, sehingga terdapat perbedaan
dari jumlah responden sebelumnya. Apalagi yang hilang
adalah mereka yang memiliki skor rendah dalam pre-tes dari
kelompok eksperimen, maka kelompok ini akan mempunyai
mean yang lebih tinggi pada tes berikutnya.
h) Interaksi kematangan dengan seleksi dsb.
Interaksi semacam ini dapat terjadi pada disain kuasi
eksperimen, kelompok-kelompok eksperimen dan kontrol
tidak dapat dipilih secara random melainkan seperti apa
adanya, misalnya kelas-kelas. Meskipun pre-tes menun-
jukkan bahwa kelompok-kelompok tersebut sama,
kelompok eksperimen mungkin secara kebetulan
mempunyai laju kematangan yang lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol dan laju kematangan inilah yang menjadi
penyebab peru-bahan.

74 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2) Validitas Ekternal,
Validitas ekternal mengarah pada keadaan di mana
hasilnya dapat digeneralisasikan, atau dapat diterapkan pada
kelompok yang lebih besar atau lingkungan lain di luar
eksperimen. Dengan kalimat lain validitas eskternal merupakan
kerepresentatif hasil penelitian atau dapat tidaknya hasil
penelitian itu digeneralisasikan pada kelompok yang lebih luas.
Dari pernyataan tersebut bahwa hasil studi menegaskan
kembali pada kelompok, kondisi, dan waktu yang lain,
sepanjang kondisinya sama dengan studi yang telah dilakukan
sebelumnya. Dengan demikian dapat diajukan pertanyaan oleh
peneliti; bagaiman populasi, kondisi, variabel eksperimen, dan
apakah hasilnya dapat digeneralisasikan? (Ary, D 1982).
Validitas eksternal dapat dibedakan menjadi validitas populasi
dan validitas ekologis. Validitas populasi menanyakan Apakah
subyek pupolasi dapat diharapkan berkelakuan dalam cara yang
sama seperti pada sampel eksperimen?
Validitas ekologis adalah hubungan dengan generalisasi
pengaruh eksperimen pada kondisi lingkungan lain, menan-
yakan Pada kondisi-kondisi yang sama (letak, perilaku, penye-
lidik, variabel terikat, dsb) hasilnya dapat diharapkan sama.
Adapun beberapa faktor yang dapat mengganggu terhadap
validitas ekternal pada populasi adalah;
a) Interaksi pretes-perlakuan.
Hal ini terjadi bila reaksi subyek berbeda terhadap
perlakuan, karena mereka telah mengikuti pretes. Dengan
demikian maka, generalisasi tidak dapat dilakuakn kepada
mereka yang tidak mengkuti pretes.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 75


b) Interaksi seleksi- perlakuan.
Hal ini terjadi jika anggota kelompok yang dijadikan sampel
tidak representatif mewakili populasi seperti yang
diinginkan dalam eksperimen.
c) Kekhususan variabel-variabel
Kekhususan variabel dalam penelitian eksperimen dengan
menggunakan subyek, peralatan pengukuran, waktu dan di
bawah perangkat lingkungan yang khusus, kondisi ini dapat
menyulitkan untuk melakukan generalisasi. Ali, M, (2010)
menyatakan peneliti harus mendefinisikan variabel-variabel
secara operasional, sehingga dapat diketahui kondisi yang
tidak termasuk bagian eksperimen.
d) Susunan reaktif
Adanya kepalsuan perangkat dan subyek-subyek mengetahui
bahwa mereka dilibatkan dalam eksperimen. Cambell &
Stanley (1966) mengharapkan subyek yang diteliti tidak perlu
tahu bahwa dirinya dijadikan obyek penelitian.
e) Gangguan perlakuan ganda
Subyek penelitian yang sama diberikan perlakuan lebih dari
satu kali, sehingga perubahan perlakuan yang satu ke per-
lakuan yang lainya akan memberikan pengaruh terhadap
penilaian terakhir yang diberikan oleh peneliti.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengontrol


variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian eksperimen yaitu;
1. Pengecakan
Dalam menetapkan kelompok penelitian, subyek yang dipilih
untuk menjadi anggota kelompok harus bebas dari segala
pertimbangan dan keputusan yang berat sebelah dari peneliti.

76 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Tandingan (matching)
Diperlukan adanya kesamaan diantara anggota kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Ada tiga prosedur yang
dapat digunakan dalam menyamakan kelompok dalam
penelitian eksperimen, Ary, D., (1982) menggolongkan
sebagai berikut:
a. Tandingan individual, peneliti mencari subyek yang
serupa atau sama untuk ditempatkan secara acak pada
kelompok eksperimen.
b. Tandingan kelompok, dalam populasi yang besar dibuat
pasangan kelompok pada satu variabel. Hal ini dilakukan
bila pasangan kelompok tersebut adalah serupa berda-
sarkan nilai rata-rata dan nilai standar deviasi, dari skor-
skor yang digunakan dalam mengukur variabel.
c. Metode peringkat, metode ini menggunakan cara dengan
melakukan peringkat skor dari semua subyek kegiatan.
Berdasarkan urutan peringkat dibagi menjadi dua pada
masing-masing kelompok satu.

3. Kelompok-kelompok yang homogen, cara lain yang dapat


digunakan untuk mengontrol variabel ekstra adalah
memban-dingkan kelompok yang homogen. Misalnya jenis
kelamin dijadiakan variabel, maka peneliti hanya tinggal
mengelom-pokkan anak laki-laki dan perempuan.
4. Menggunakan subyek-subyek yang mengontrol diri sendiri,
cara menggunakan perlakuan pada subyek yang sama.
Misalnya ada tiga metode mengajar yang digunakan dalam
penelitian, maka semua subyek penelitian dikenai perlakuan
yang sama secara bergantian.
5. Analisis kovarian, (Sujana, 1991) menjelaskan bahwa analisis
kovarian menyesuaikan skor-skor pada variabel terikat

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 77


seperti skor prauji, IQ. Kovarian adalah suatu metode
statistika untuk mengalisis perbedaan antara kelompok-
kelompok eksperimen pada variabel terikat setelah diperoleh
perbedaan awal antar kelompok dari pengukuran prates
kelompok tersebut, atau variabel bebas lain yang relevan.
Untuk mengggunakan analisis ini diperlukan adanya seluruh
subyek penelitian untuk dibentuk dalam kelompok-
kelompok, dilakukan dengan analisis kovarian kelompok
dapat dibentuk.

6. Rancangan Eksperimen
Rancangan eksperimen pada dasarnya menggambarkan pro-
sedur yang dipergunakan dalam penelitian eksperimen
(Sujana, 1991). Sementara Cambell dan Stanley, (1966)
membagi rancangan eksperimen menjadi yaitu; pra-ekspe-
rimen, eksperimen sungguhan, dan eksperimen semu.
1. Rancangan pra-eksperimen terdiri dari;
a. Rancangan satu group,
Rancangan ini terdiri dari satu kelompok perlakuan (X)
dan kemudian diberikan pasca tes (O) tanpa kontrol
apapun.
X O X = perlakuan
O = pasca tes
b. Rancangan satu group pra tes dan pasca tes
Rancangan ini terdiri dari satu kelompok diberikan pra
tes perlakuan kemudian pasca tes.
O1 = pra tes
O1 X O2 X = perlakuan
O2 = pasca tes

78 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Rancangan ini memiliki kelemahan terhadap validitas
internal; sejarah, kematangan, pengujian, instrumen
yang digunakan, dan regresi statistik.
c. Perbandingan kelompok statis
Rancangan penelitian di mana satu kelompok mem-
peroleh perlakuan dibandingkan dengan satu
kelompok lain yang tidak memperoleh perlakuan.
Rancangan ini terdiri dari dua kelompok.
X O1 X = perlakuan
O1 = pasca tes eksperimen
O2 O2 = pasca tes kontrol

Kelemahan validitas internal pada rancangan ini


adalah kematangan, seleksi, interaksi-interaksi seleksi,
dan kehilangan.
2. Rancangan eksperimen sungguhan
Rancangan eksperimen sungguhan hapir dapat mengu-rangi
kelemahan pada validitas internal maupun eksternal. Salah
satunya menggunakan pengacakan dan kelompok kontrol.
Rancangan eksperimen sunggunhan terdiri dari;
a. Rancangan kelompok kontrol pra tes dan pasca tes
Rancangan penelitian ini terdiri dari dua kelompok,
keduanya dibentuk secara acak. Kedua kelompok terdiri
pra tes dan pasca tes tetapi hanya satu kelompok yang
diberi perlakuan. Kelemahan terhadap validitas internal
dicegah dengan penggunaan kedua kelompok.
Kematangan dan pengujian dialami pada kedua
kelompok, seleksi dijaga dengan melalui pengacakan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 79


R O1 X O2
R O3 O4

R = penetapan secara acak


O1 = pre tes kelompok eksperimen
O3 = pra tes kelompok kontrol
O2 = pasca tes kelompok eksperimen
O4 = pasca tes kelompok kontrol

b. Rancangan empat kelompok Solomon


Rancangan ini merupakan perluasan dari rancangan
kelompok pra dan pasca tes.
R O1 X O2
R O3 O4
R X O5
R O6

R = penetapan secara acak


O1 = pre tes kelompok eksperimen
O3 = pra tes kelompok kontrol
O2 = pasca tes kelompok eksperimen
O4 = pasca tes kelompok kontrol
X = perlakuan

Dalam rancangan ini ada empat perbandingan yaitu;


1. O1 dan O2
2. O2 dan O4
3. O5 dan O6
4. O3 dan O5

80 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Kedua variabel bebas adalah variabel perlakuan dan
variabelnya prates. Kesulitan dalam rancangan adalah
membentuk empat kelompok. Analisis data rancangan ini
dengan analisis varian dua arah dari skor-skor pasca tes
yang diperoleh. Cambell dan Stanley mengesampingkan
anova atas skor yang diperoleh. Hasil analisis sebagai
berikut:
1. Jika skor rarat-rata pasca tes dari kelompok eksperimen
secara nyata lebih besar daripada skor rerata kelompok
kontrol pertama, dan rerata skor pasca tes kelompok
kontrol lebih besar daripada kelompok kontrol kedua,
maka ada bukti bahwa perlakuan yang diberikan pada
kelompok eksprerimen adalah efektif.
2. Perbedaan skor rerata pasca tes antara kelompok
eksperimen dan skor rerata kelompok kontrol pertama,
kedua dan ketiga adalah sama kemudian eksperimen
mempunyai pengaruh yang dapat dipersamakan pada
kelompok yang diberikan prates dengan kelompok
yang tidak pra tes.
Campbell, & Stanley, (1966). menggunakan
rancangan empat kelompok Solomon dalam penelitian
tentang Pengaruh bimbingan terhadap tingkah laku
anak dan kepribadian anak-anak SD dengan tingkah
laku sebagai permasalahannya. Analisis data pertama
menggunakan ANOVA dua arah, apabila nilai F untuk
pengeruh faktor utama dan interaktif prates tidak
signifikan, selanjutnya menggunakan analisis kovarian
dari skor pasca tes pada kelompok pertama dan kedua
dengan skor prates pada kedua kelompok lainnya
sebagai kovariate.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 81


Variabel terikat lainnya digunakan ialah tingkah laku
para subyek. Bila data yang diperoleh ordinal di mana
skor dapat dipasang-pasangkan, menggunakan uji
Wilcoxon untuk menentukan apa terdapat perbedaan
diantara peringkat. Uji t digunakan untuk mencari
perbedaan rata-rata dari dua sampel yang
dihubungkan dengan menggunakan data interval.
c. Rancangan kelompok kontrol pascates
Rancangan ini ada dua kelompok, yaitu satu kelompok
memperoleh perlakuan eksperimen, dan lainya tidak,
keduanya diberikan pasca tes serta diberikan penga-
cakan. Kelemahan yang ada pada validitas internal
adalah kehilangan. Analisis menggunakan uji t.
R X O1
R O2

R = penetapan secara acak


X = perlakuan
O1 = pasca tes kelompok eksperimen
O2 = pasca tes kelompok kontrol

3. Rancangan eksperimen semu


a. Rancangan seri waktu
Rancangan ini merupakan suatu perluasan dari ran-
cangan prates dan pascates satu arah. Dalam rancangan
ini hanya ada satu kelompok yang diberikan empat kali
prates dan kemudian diberikan empat kali pasca tes,
diantara pra tes dan pasca tes diberikan perlakuan.
Pengujian ganda digunakan untuk mencegah terjadinya
kematangan, pengujian, dan regresi sebagai kelemahan
pada validitas internal. Sedangkan kelemahan sejarah
82 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
menjadi masalah yang sulit dihilangkan, demikian
juga instrumen tes.
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8 O1 – O4 = pra tes

X = perlakuan
O5 – O8 = pra tes

Untuk melepaskan kelamahan pada time seri, karena


pengaruh faktor sejarah, Gay (1976) menganjurkan
dengan penambahan kelompok kontrol.
Eksp O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
Kont O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
Analisis data menggunakan pola pengujian skor
dengan menggunakan diagram.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 83


b. Rancangan rotasi (counterbalanced)
Rancangan ini menghendaki pada semua kelompok
eksperimen dan juga sebagai kelompok kontrol secara
bergantian, dan tidak menggunakan prates, tetapi
menggnunakan tiga klasifikasi, kelompok, waktu, dan
perlakuan.

c. Rancangan kelompok kontrol tidak sepadan


Rancangan ini sama dengan rancangan sungguhan,
tetapi tidak m enggunakan pengacakan.
O1 X O2
O3 O4

d. Rancangan faktorial
Rancangan ini ada yang hampir sama dengan ran-cangan
terdahulu yang membedakan jumlah variabel yang
bertingkat. Faktorial berarti penelitian dua variabel atau
lebih tingkatan, misal rancangan faktorial 2 x 3 berarti
variabel pertama mempunyai dua tingkatan dan variabel
dua mempunyai tiga tingkatan. Tujuan

84 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


utama dari rancangan ini untuk meniliai pangaruh
eksperimen dapat digeneralisasikan melalui semua
tingkat pada variabel kontrol atau tidak, dan juga
menjelaskan interaksi diantara variabel.

Jumlah variabel dan tingkatan tergantung pada masalah


yang diselidiki. Namun yang biasa dilakuakan adalah
empat atau lebih dengan alasan sebagai berikut;
1. Menangani lebih dari 3 faktor akan melibatkan
lebih banyak subyek yang mungkin menyulitkan
untuk memperoleh variasi tingkatan.
2. Analisis statistika yang dilakukan setelah diberikan
perlakuan akan sulit dilakukan karena banyak
pengaruh utama dan pengaruh interaksi.
3. Interaksi diantara dua variabel atau lebih mungkin
sulit ditafsirkan. Interaksi dua variabel mudah
ditafsirkan, tetapi interaksi tiga variabel atau lebih
sulit ditafsirkan bahkan tidak berarti apa-apa
(Cambell dan Stanley, 1966).
Analisis yang digunakan adalah analisis varian.
4. Metode penelitian ex post facto
Ex post facto berasal dari bahasa latin yang artinya sesudah
fakta. Penelitian menunjukkan kegiatan dilakukan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 85


sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel-bebas, ter-
jadi perkembangan pada kejadian secara alami tidak
dilakukan manipulasi oleh peneliti.
Kerlingar (1973), mendefinisikan sebagai berikut, “penye-
lidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak
mengendalikan variabel babas secara langsung kerena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena
variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat
dimanipulasi. Kesimpulan tentang hubungan di antara
vaiabel-variabel itu dilakukan tanpa intervensi langsung
berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan
variabel terikat”. Perbedaan yang dikehendaki dicapai
bukan dengan memanipulasi variabel itu sendiri secara
langsung, melainkan dengan jalan memilih individu-
individu yang dimiliki atau tidak memiliki variabel. Contoh
anak-anak yang memiliki IQ tinggi dan IQ rendah
diperbandingkan pada ukuran kecemasan yang sama.
a. Ex post facto dan eksperimen
Ada persamaan dan perbedaan antara metode ex post
fakcto dan eksperimen. Kedua penelitian ini sama-
sama berusaha menemukan dan mengungkapkan dan
atau menentukan hubungan antara variabel-variabel
dalam data hasil penelitian. Oleh karena itu ada
persamaan logika dasar dari kedua penelitian tersebut
terutama dalam penetapan masalah dan variabel serta
kaitan antara variabel satu dengan variabel lainnya
seperti variabel bebas dengan variabel terikat. Logika
lain yang ada kesamaan yaitu membandingkan dua
kelompok yang serupa dalam semua karakteristiknya
kecuali satu, agar dapat mengukur efek dan karak-
teristik tersebut. Dengan demikian banyak informasi

86 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


yang ditemukan dalam eksperimen terdapat atau
ditemukan juga dalam expost fakto. Kedua penelitian
ini dapat menguji hipotesis mengenai hubungan
variabel bebas dan variabel terikat. Ada kesamaan
pada pengukuran variabel, populasi dan sampel
generalisasi hasil penelitian, dan analisis data karena
menggunakan analisis kuantitatif dan jarang sekali
menggunakan kualitatif.
Perbedaan pada kedua penelitian yaitu, pada teknik
perolehan data atau informasi dan kesahihan temuan
penelitian. Dengan eksperimen, peneliti dapat
memperoleh informasi yang lebih menyakinkan dan
akurat untuk huhungan kausal atau fungsional antara
variabel-variabel dari pada penelitian ex post facto.
Pengaruh variabel ektra dalam eksperimen dikontrol
oleh kondisi eksperimen dan variabel bebas dima-
nipulasi oleh peneliti secara langsung untuk meya-
kinkan atau menentukan pengaruhnya pada variebel
terikat. Dengan demikian kesahihan hasil dapat
dipertanggungjawabkan. Penelitian ex post facto
sebaliknya, peneliti tidak dapat mengontrol variabel
bebas melalui manipulasi atau randomisasi sebab
perlakuan telah ada dan terjadi sebelumnya bukan oleh
peneliti. Dengan demikian peneliti tidak dapat
mengontrol dan mengendalikan variabel bebas. Oleh
karena itu temuan dalam penelitian ex post facto tidak
dapat menyimpulkan secara sahih. Kelemahan ex post
facto di atas dapat diatasi dengan melakukan kontrol
intelegensi yang dibedakan dalam kategori tertentu
seperti IQ tinggi dan IQ rendah.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 87


b. Prosedur ex post facto
Penelitian dimulai dengan mendeskripsikan situasi
sekarang disumsikan sebagai akibat dari faktor-faktor
yang tidak terjadi sebelumnya. Dengan demikian
maka peneti harus meneliti kebelakang kebelakang
untuk menggali asumsi yang mungkin dapat dijadikan
penyebab, hal ini dilakukan kerena peneliti tidak dapat
melakukan pengontrolan pada variabel bebas.
Contoh penelitian ex post facto, Hubungan motivasi
belajar dengan prestasi belajar bedasarkan jenis
kelamin. Variabel motivasi tinggal mengukur, karena
telah terjadi sebelumnya tanpa adanya manipulasi.
Jenis kelamin tinggal memilih dan menglompokkan
manjadi dua kategori laki-laki dan perempuan.
Prestasi belajar bisa dilakukan pengukuran atau
menggunakan nilai yang telah ada. Siswa dipilih
sebanyak yang diperlukan dengan jumlah yang sama
antara laki-laki dan perempuan. Motivasi dijadikan
variabel bebas utama, jenis kelamin berfungsi sebagai
variabel kontrol, dan prestasi sebagai variabel terikat.

Variabel bebas
Motivasi belajar (X)
(X)

Variabel kontrol Perempuan


Laki-laki (X1)
(Jenis kelamin) (X2)

Variabel terikat
(Y) Y1 Y2
(Prestasi belajar)

88 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Analisis hubungan dapat dilakukan antara skor hasil
pengukuran motivasi belajar X dengan skor prestasi
belajar Y. Dapat pula dilakukan hubungan motivasi
belajar siswa laki-laki X1 dengan prestasi balajar laki-
laki Y1. Hal yang sama dapat dilakukan pada perem-
puan antara X2 dengan X2. Disamping itu dapat juga
dilakukan perbandingan motivasi belajar laki-laki X1
dengan perempuan X2 dan perbedaan prestasi laki-laki
dan perempuan. Penelitian di atass dikembangkan
menjadi disain faktorial sederhana 2 x 2 dengan
membagi variabel bebas motivasi belajar dan dua
kategori. Misalnya motivasi belajar kelompok dan
motivasi belajar individual. Disainnya sebagai berikut:
Disain faktorial 2 x 2
Variabel Motivasi belajat Motivasi belajar
bebas (X) kelompok individu

Variabel
kontrol
Pria Wanita Pria wanita
(jenis k
elamin)

Variabel
terikat (Y)
Y1 Y2 Y3 Y4
Prestasi
belajar

Analisis hubungan kedua variabel bebas dengan kedua


variabel atribut jenis kelamin pada variabel terikat,
prestasi belajar dapat dijadikan dasar untuk meihat efek
kedua variabel bebas. Dari disain di atas dapat dikem-
bangkan lebih luas lagi dengan memasukkan variabel

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 89


atribut yang lain, misal tinggi rendahnya motivasi
belajar pada jenis kelamin, sehingga menjadi disain
faktorial 2 x 2 x 2.
Variabel bebes utama motivasi belajar (kelompok-
individual) kontrol pertama jenis kelamin, dan
variabel kontrol kedua tinggi rendahnya motivasi dan
variabel terikatnya prestasi belajar.
Disain faktorial 2 x 2 x 2
Variabel bebas Motivasi belajar Motivasi belajar
(X) kelompok individu

Variabel
kontrol
Pria Wanita Pria Wanita
pertama (jenis
kelamin)

Variabel
kontrol kedua
T R T R T R T R
(derjat
motivasi)

Variabel
terikat (Y)
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
prestasi
belajar

T = tinggi, R = rendah
Dari contoh di atas ex post facto dapat mengkaji
hubungan dua variabel atau lebih, terutama variabel
bebas aktif dengan variabel bebas atribut terhadap
variabel terikat. Variabel bebas aktif, artinya variabel
bebas yang dimanipulasi secara langsung seperti
metode pengajaran, bimbingan belajar dll. variabel

90 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


atribut adalah karakteristik yang telah dimiliki subyek,
seperti jenis kelamin, motivasi belajar, sikap minat,
dll. Langkah-langkah dan prosedur penelitian sama
dengan penelitian pada umumnya; perumusan maslah,
tujuan penelitian, telaah pustaka dan kerangka
pemikiran untuk menyusun hipotesis, verifikasi data
(metode dan instrumen, sampel, teknik analisis data),
menguji hipotesis, menarik kesimpulan.

5. Rancangan Penelitian Subjek Tunggal


Penelitian subyek tunggal tergolong dalam metode
penelitian eksperimen sehingga memiliki rancangan yang
sama dengan penelitian eksperimen. Rancangan yang
digunakan adalah time seri. Bahasan penelitian subyek
tunggal akan dibahas pada topic tersendiri, oleh karena itu
pada topic bahasan di sini tidak banyak membahasnya.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 91


BAGIAN 4
PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN

S ecara umum metode penelitian yang telah dibahas pada


bagian sebelumnya dapat digunakan dalam semua bidang
keilmuan. Pemilihan metode penelitian tergantung dari bidang
ilmu, penelitian di bidang pertanian pada umumnya
menggunakan metode eksperimen. Penelitian dibidang arkeo-logi
penelitian pada umumnya menggunakan metode penelitian
historis, sedang penelitian di bidang pendidikan pada umumnya
menggunakan penelitian deskripsi, meskipun ada juga yang
menggunakan metode eksperimen dan ada pula yang memilih
menggunakan metode penelitian sejarah, terutama untuk
menggali kelemahan dan kelebihan kurikulum yang telah
digunakan di masa lampau. Disisi lain pemilihan metode
penelitian perlu disesuaikan dengan masalah yang diteliti.
Dengan demikian hasil penelitian tidak bias dan memiliki
kredibilitas yang tinggi. Berikut ini akan dibahas hal-hal yang
berhubungan dengan penelitian tindakan kelas di lingkungan
pendidikan;

A. Penelitian Tindakan (Action Research)


Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam
lingkungan pendidikan, digunakan untuk mengatasi persoalan
yang terjadi dalam proses pembelajaran dalam kelas, terutama
dari adanya masalah tingkat penguasaan rendah dari sebagaian
besar atau hampir semua siswa dalam pembelajaran di kelas

92 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


terhadap satu topic materi pelajaran. Berikut ini akan dibahas
secara keseluruhan hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian tindakan kelas.
1. Latar belakang
Penelitian tindakan kelas (classroom action research
atau classroom research), merupakan peristilahan yang
digunakan dalam lingkungan pendidikan. Classroom research
semakin populer di lingkungan pendidikan disebabkan;
Pertama, penelitian pendidikan umumnya dilakukan
oleh pakar atau peneliti yang bekerja diberbagai perguruan
tinggi maupun berbagai lembaga penelitian yang mandiri. Oleh
karena itu meskipun kelas sering digunakan sebagai tempat
penelitian, namun permasalahan yang diteliti kurang dihayati
oleh guru. Dengan kata lain, dalam berbagai upaya penelitian
di kelas oleh para pakar dari luar, guru sebagai pengelola hanya
dijadikan tempat obyek kajian, sehingga para guru kurang
menghayati permasalahan yang diteliti. Dengan demikian para
guru tidak terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang
merupakan hasil penelitian.
Kedua, penyeberluasan (desimilasi) hasil penelitian ke
kalangan praktisi dilapangan memakan waktu yang panjang.
Publikasi hasil-hasil penelitian melalui berbagai jurnal ilmiah
memakan waktu sekitar tiga tahun. Sedangkan penyebarluasan
hasil program penelitian dan pengembangan memakan waktu
jauh lebih panjang lagi. Sebelum perangkat pembelajaran dari
hasil penelitian digunakan oleh khalayak, diperlukan pemen-
tapaan secara teoritik, pengembangan prototipe, diuji coba
terbatas, uji coba secara luas sebelum diproduksi secara masal,
dan harus melalui birokrasi pendidikan yang berbelit-belit dan
panjang.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 93


Untuk memangkas kondisi di atas maka dikembangkan
pendekatan lain yang melibatkan secara langsung kepada guru
dalam memecahkan masalah pendidikan melalui penelitian
kelas. Guru tidak lagi sebagai penerima pembaharuan yang
telah jadi, melainkan juga bertanggung jawab karena berperan
serta aktif dalam pengembangan pengetahuan dan ketrampilan
sendiri melalui penelitian tindakan yang dilakukan di dalam
kelas terhadap proses pembelajaran. Dengan demikian para
guru merasa membangun sendiri pengetahuan melalui tindakan
yang dilakukan di dalam kelas (self-constructed knowledge)-
theorizing by practitioners yang menghasilkan personal theory
atau theory-in-use. Menurut Issac, S. & Michael, (1983)
classroom research bertujuan untuk mengembangkan ketram-
pilan atau pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-
masalah melalui penerapan langsung didalam kelas atau tempat
kerja di mana guru berada.
Peneliti classroom research tidak berpretensi atau
berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori
yang dapat digunakan secara umum atau orang lain, meraka
hanya memikirkan kepentingan sendiri dengan tujuan agar
tugasnya sehari-hari dapat dilakukan dengan baik. melalui
perbaikan praktis yang dilakukan berulang-ulang dan berke-
sinambungan yang diprakarsai dari dalam (an inquiry of
practice from within) bukan dari atas. Oleh karena itu
classroom research dapat dianggap penelitian ilmiah mikro
yang bersifat partisipatif dan kolaboratif.

94 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Definisi dan Ciri Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
research)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas.
Definisi, yang diberikan oleh Carr, W. & Stephen K.,
(1996).
… a form of self-reflective inquiry undertaken by
participants in a social (including educational) situation in
order to improve the rationality and justice of (a) their own
social or educational practices,, (b) their understanding of
these practices, and (c) the situations in which practices are
carried out.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom research) adalah
suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan (guru, siswa dll) dalam situasi sosial (pendidikan)
untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-
praktek sosial atau pendidikan yang dilakukannya sendiri. (b)
pengrtian mengenai praktek-praktek, dan (c) situasi-situasi
(lembaga) di mana praktek tersebut dilakukan.
Berdasarkan batasan di atas maka fokus utama
classroom research adalah kelas dan sekolah di mana guru
terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar
(praktek) yang dilakukan setiap hari dan memandang dirinya
sebagai peneliti dalam rangka memperbaiki pembelajaran yang
dilakukan. Dengan kata lain mendorong guru untuk menjadi
peneliti di dalam kelasnya sendiri, dalam mencari inovasi-
inovasi yang dipergunakan untuk memperbaiki proses pembe-
lajaran di kelasnya (Wardani, dkk. 2004).
Classroom research dapat dilaksanakan secara manu-
siawi, menggunakan hubungan antar manusia sebagai pusat
perhatian dan analisis datanya tidak terlalu ketat (Madya,
Suwarsih, 2006).

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 95


Ada dua hal yang ditekakan para penganut classroom
research yaitu; Pertama, teori tidak mempunyai nilai kecuali
dapat menunjukkan bahwa teori mempunyai implikasi praktis,
dan ini merupakan prinsip dasar, karena gagasan diterapkan
pada orang bukan benda mati. Kedua, classroom research
adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang telah berkembang sebelumnya dan tidak
menolak teori-teori yang salah melainkan menggeser tekanan
dan perspektifnya. Hal ini senada dengan pendapat Moleong,
R. (2004), teori tidak dilahirkan dan dimatikan, tapi dapat
secara perlahan disentesiskan kedalam pola-pola baru.
Classroom research dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap yaitu
merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan mere-
fleksikan. Menurut Lewin digambarkan dalam bentuk spiral
atau siklus sbb.

Dilanjutkan ke 2 kedua jika siklus ke 1 tidak berhasil

96 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Dilanjutkan ke siklus berikutnya, sampai pembelajaran
dinyatakan berhasil

b. Ciri-Ciri Classroom research


Ada beberapa ciri dari classroom research yaitu; an
inquiry on practice from within, a colaborative effort between
school teachers and teacher educators, and a reflective
practice made public
1) Penelitian praktis dari dalam,
Kegiatan penelitian dipicu oleh permasalahan praktis yang
dihayati dalam pelaksanaan tugas oleh guru sebagai pengelola
program pembelajaran di kelas atau sebagai jajaran staf
pengajar di sekolah. Melalaui penelitian diharapkan dapat
memperbaiki praksis secara langsung di sini, sekarang
sehingga disebut juga penelitian praktis yang memusatkan
secara spesifik kontektual dan tidak menghiraukan
kerepresentativan sampel, karena tidak diberlakukan secara
luas (generalisasi) hasil penelitian (Macintyre, C. 2000). Di
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 97
samping itu tidak menggunakan metodologi yang ketat,
tidak memperhatikan pembakuan instrumentasi, tetapi tetap
taat pada kaidah, pengumpulan data menekankan pada
obyek-tivitas.
2) Kolaborasi antara guru kelas dengan dosen (peneliti dari
luar) Dosen LPTK tidak memiliki akses langsung, penelitian
dilakukan dengan kolaborasi dengan guru yang kelasnya
dijadikan tempat penelitian karena mereka sebagai praktisi
di lapangan. Kerjasama dilakukan mulai dari
mengidentifikasi permasalahan serta diagnosis keadaan,
perencanaan tindakan perbaikan, pengumpulan dan analisis
data, refleksi hasil penelitian dan menyusun laporan.
3) Refleksi praktis sebagai sejawat
Keterlibatan dosen LPTK dalam classroom research bukanlah
sebagai ahli pendidikan yang tengah mengemban tugas sebagai
pembina para guru, atau sebagai pengemban pendidikan
melainkan sebagai sejarat, di samping sebagai pendidik calon
guru yang sudah seharusnya mengakrapi lapangan demi
peningkatan mutu kinerja sebagai dosen. Dengan demikian
pengenalan permasalahan serta upaya yang dirancang untuk
mengatasi dan keefektifitas penerapannya dilakukan secara
lebih eksplisit dan sistematis, sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian ilmiah (Macintyre, C. 2000). Di samping itu
penyebarluasan laporan dapat dilakukan sebagai bagian dari
interaksi serta tilik kesejawatan yang kondusif bagi
pertumbuhan propesional.

c. Prinsip-prinsip classroom research


Ada 6 prinsip classroom research menurut Hopkin,
(1993:57-61) yaitu;
1) Tidak mengganggu pekerjaan utama sebagai guru,

98 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Perkerjaan utama guru adalah mengajar, sebaiknya
tidak mengganggu tugasnya ketika sedang melakukan
classroom research, sebaliknya malah mendukung tugasnya
sebagai pengajar. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu;
• Pada waktu mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran
yang baru, selalu ada kemungkinan bahwa pada awalnya
hasil belajar yang diperoleh kurang dengan metode yang
lama, dan tindakan perbaikan merupakan taraf percobaan.
• Siklus tindakan perlu mempertimbangkan keterbasan kuri-
kulum secara keseluruhan, khususnya segi pembentukan
pemahaman yang mendalam yang ditandai oleh kemampuan
menerapkan pengetahuan yang dipelajari melalui analisis,
sintesis, dan evaluasi.
• Penetapan siklus tindakan harus mengacu pada penguasaan
yang ditargetkan pada tahap perencanaan.

2) Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang


berlebihan dari guru sehingga tidak mengganggu proses
pembelajaran.
3) Adanya keterbukaan dalam metodologi, untuk diperde-
batkan, untuk memperoleh hasil penelitian yang cukup
reliabel, maka dalam metodologi harus ada kesesuaian
sehingga guru dapat mengidentifikasi serta merumuskan
secara cukup meyakinkan, menerapkan strategi yang tepat di
dalam kelas, dan memperoleh data yang dapat digunakan
untuk menjawab hipotesis yang diajukan.
4) Masalah penelitian seharusnya yang merisaukan guru serta
bertolak dari profesinya dan mempunyai komitmen untuk
menyelesaikannya.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 99


5) Penyelenggaraan classroom research, guru harus selalu
bersikap konsisten menaruh perhatian tinggi terhadap pro-
sedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Oleh
karena itu kehadiran classroom research harus mengikuti
etika organisasi artinya perlu diketahui dan diijinkan oleh
pimpinan lembaga.
6) Kontek penelitian merupakan misi sekolah secara kese-
luruhan, meskipun yang dilakukan hanya dalam kontek
kelas. Dengan demikian maka urgensinya akan lebih terasa.

d. Prosedur Classroom research


Dalam melakukan classroom research ada prosedur
yang perlu ditempuh agar penelitian dapat berjalan dengan
baik. Adapun prosedur yang harus ditempuh adalah; 1.
Penetapan fokus masalah penelitian
Dalam menetapkan fokus masalah ada beberapa hal
yang dilakukan antara lain;
a. Merasakan adanya masalah
Pertama-tama yang harus dilakukan dalam classroom
research adalah ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran
yang selama ini dilakukannya. Oleh karena itu guru perlu
mengupayakan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan
pembelajaran secara lebih profesional, mereka dituntut untuk
mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri tentang
kelemahan yang masih terjadi pada program pem-belajaran yang
dikelolanya. Dengan kata lain guru perlu merefleksi, merenung
terus serta berpikir balik, mengenai apa yang telah dilakukan
dalam proses pembelajaran serta meng-identifikasi sisi-sisi yang
lemah. Melalui perenungan guru menemukan kelemahan-
kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini selalu dilakukan
secara tanpa disadari sehingga dapat

100 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


dijadikan permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian
dapat berangkat dari siswa, guru, media, bahan ajar, kurikulum,
interaksi pembelajaran dan hasil belajar siswa.

b. Identifikasi masalah
Permasalah penelitian yang ditemukan pada umumnya
bertolak dari gagasan-gagasan yang masih bersifat umum
tentang keadaan yang perlu diperbaiki. Dalam rangka mengem-
bangkan fokus classroom research perlu diajukan pertanyaan
kepada diri sendiri. Misalnya
- Apa yang sedang terjadi sekarang?
- Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?

Apabila pikiran tersebut telah ada pada guru sebagai


pelaksana classroom research, maka langkah berikutnya
adalah mengembangkan dengan pertanyaan sbb;
- Saya berkeinginan memperbaiki ………
- Saya dibingungkan oleh ……….
- Saya memilih untuk mengujicobakan di kelas tentang
gagasan …..

Pada tahap ini paling penting adalah menghasilkan


gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru
di kelas.

c. Analisis masalah
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui
proses identifikasi, maka peneliti (guru) bermitra dengan dosen
LPTK atau sendiri, melakukan analisis terhadap masalah untuk
menentukan dan mempertimbangkan masalah tersebut untuk di
atasi misal penguasaan operasi matematik.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 101


Menurut Abimayu (1995), ada beberapa ketentuan
dalam pemilihan masalah untuk classroom research yaitu;
- Pilih permasalahan yang dirasa penting guru, murid, atau
topik melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang
diprogramkan oleh sekolah
- Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan
dan kemampuan guru untuk mengatasi.
- Pilih permaslahan yang berskala kecil dan terbatas.
- Kaitkan classroom research yang akan dilakukan dengan
prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengem-
bangan sekolah.

d. Perumusan masalah
Setelah menetapkan fokus permaslahan serta mengalisis
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya guru perlu
merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka
peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan perbaikan
(alternatif solusi). Di samping itu guru juga perlu memikirkan
prosedur perbaikan, pengumpulan data dan analisis terhadap
tindakan yang telah dipilih guru.

2. Perencanaan tindakan
Dalam melakukan perencanaan tindakan ada beberapa
langkah yang diperhatikan;
a. Formulasi simulasi dalam bentuk hipotesis tindakan
Dilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan
juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan
dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal
terjadi jika suatu tindakan dilakukan.

102 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Misal kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan
mencari kata atau istilah serapan perbendaharaan kata akan
meningkat dengan rerata 10% setelah sebulan. Dari contoh ini,
hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga dapat
mememcahkan masalah yang ingin diatasi dengan penye-
lenggaran classroom research.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda
dengan hipotesis penelitian formal. Hipotesis penelitian formal
menyatakan adanya hubungan dua variabel atau lebih atau
menyatakan adanya perbedaan dua kelompok atau lebih.
Sedangkan hipotesis tindakan menyatakan adanya kepercayaan
bahwa tindakan yang dilakukan merupakan solusi yang dapat
memecahkan permasalahan yang diteliti.
Contoh: Pelibatan orang tua dalam perencanaan kegiatan
akdemik sekolah, berdampak meningkatkan perhatian mereka
terhadap penyelesaian tugas siswa di rumah.
Untuk dapat menyusun hipotesis tindakan yang baik ada
beberapa hal yang perlu dikaji guru;
1. Kajian teoritik dalam bidang pembelajaran pendidikan
2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan perma-
salahan
3. Diskusi dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti
lain
4. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya
yang dituangkan dalam bentuk program, dan
5. Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 103


Berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan oleh
guru, maka dalam merumuskan hipotesis tindakan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu;
1. Alternatif tindakan perbaikan hendaknya berdasarkan hasil
kajian yang mantap secara konseptual.
2. Setiap alternatif perbaikan perlu dikaji ulang dan dievaluasi
dari segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan teknik serta
keterlaksaannya, serta cara penilaiannya, sehingga analasis
dapat dilakukan dengan tepat.
3. Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang
dinilai paling menjanjikan hasil yang optimal, tetapi masih
dalam jangkuan kemampuan guru untuk melakukannya.
4. Pikirkan dengan seksama perubahan yang terjadi berdasarkan
perbaikan yang dipilih melalui hipoteisi tindakan, baik proses,
hasil belajar siswa, dan teknik mengajar guru.

b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan


Setelah diperoleh gambaran awal tentang sejumlah
hipotesis tindakan, maka selanjutnya dilakukan pengkajian
terhadap kelaikan dari masing-masing hipotesis tindakan dari
segi “jarak” yang terdapat antara situasi riil dengan situasi ideal
yang dijadikan rujukan. Apabila terjadi jarak yang terlalu jauh
diantara keduanya akan menyulitkan untuk mencapai hasil
yang optimal. Oleh karena itu guru hendaknya cukup realistis
dalam menghadapi kenyataan keseharian di sekolah di mana ia
mengajar setiap harinya. Dengan demikian maka hipotesis
tindakan yang dipilih dapat dilaksanakan secara maksimal dan
diharapkan memperoleh hasil yang optimal. Hipotesis tindakan
perlu diuji secara empirik dilapangan, melalui pengujian ini
dapat diketahui dampak dari hipotesis tindakan yang telah
ditetapkan oleh guru dan mitra kerjanya/para pakar pendidikan.

104 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


c. Persiapan tindakan
Sebelum dilaksanakan tim classroom research perlu
melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang
direncanakan dapat dikelola dengan baik. Adapaun langkah
persiapan yang ditempuh adalah;
1. Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-
langkah dan bentuk kegiatan guru dan siswa dalam imple-
mentasi tindakan perbaikan,
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan di kelas, seperti gambar, alat peraga,
3. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data me-
ngenai proses hsil perbaikan, kalau perlu dalam bentuk
pelatihan,
4. Melakuakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk
keterlaksanaa rancangan, sehingga mempertebal
kepercayaan diri.

3. Pelaksanaan tindakan dan Observasi-Interpretasi


Classroom research dilakukan oleh seorang guru atas
prakarsa sendiri, meskipun juga terbuka peluang bagi pelaksana
dari luar secara kolaboratif. Oleh karena itu observasi perlu
dilakukan sendiri oleh guru dan peranan ini tidak dapat dila-
kukan pihak lain/pengamat dari luar atau oleh sarana perekam.
Dengan kalimat lain kesatuan implementasi tindakan observasi-
interpretasi proses dan hasil implementasi tidak lebih dan tidak
kurang, karena keduanya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam tindakan pembelajaran. a. Pelaksanaan
tindakan
Apabila persiapan tindakan telah selesai, maka skenario
perbaikan yang telah direncanakan dilaksanakan dalam situasi

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 105


yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan meru-
pakan tindakan pokok dalam siklus classroom research, pada
saat bersamaan kegiatan pelaksanaan dilakukan pula kegiatan
observasi dan intepretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
Penggabungan pelaksanaan maupun tindakan dengan kegiatan
observasi-interpretasi merupakan ciri khas dari classroom
research.
b. Observasi dan interpretasi
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selam tindakan perbaikan berlangsung.
Hal yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar
inter-pretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi dari
penelitian. Oleh karena itu perlu dirancang mekanisme pere-
kaman hasil observasi yang tidak mencampuradukan antara
fakta dan intepretasi. Hasil observasi perlu dijaga keutuhan
data, sehingga prosedur perekaman hasil observasi yang telah
banyak digunakan dalam penelitian kualitatif dapat digunakan.
c. Diskusi balikan (review discussion)
Observasi di kelas memberikan manfaat apabila pelak-
sanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Balikan yang
terburuk adalah yang terlalu dipusatkan pada kekurangan atau
kesalahan dalam melakukan tindakan perbaikan apalagi tidak
bertolak dari data pengamatan. Dengan adanya diskusi ini akan
dapat memberikan penilaian yang obyektif dan sekaligus saran-
saran untuk perbaikan selanjutnya.

4. Analisis dan refleksi


Salah satu ciri profesionalisme adalah pengambilan
keputusan ahli seblemu, sementara dan setelah tindakan layanan
ahli dilaksanakan. Bermodalkan kemampuan dan wawasan
kependidikan, seorang guru membuat rancangan pembelajaran

106 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


berdasarkan serentetan keputusan situasional dengan meng-
gunakan apa yang telah diketahuinya seperti tujuan, materi,
kesiapan siswa dan dukungan lingkungan belajar sebagai titik
awal berangkat. Dengan principles of reaction sebagai rujukan,
guru melakukan diagnosis dan pengambilan keputusan secara
cepat untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan sementara
kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan perpedoman dari
apa yang dicapai dan tidak dicapai serta dipandu dengan
kerangka pikir perbaikan yang telah ditetapkan, guru meng-
identifikasi sasaran perbaikan yang dikehendaki dan menjajagi
strategi perbaikan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan.
Untuk dapat melakukan secara efektif pengambilan
keputusan sebelum, sementara dan setelah suatu program
pembelajaran dilaksanakan, guru yang sekaligus sebagai
pelaksana classroom research perlu melakukan refleksi dalam
arti merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak
terjadi, mengapa sesuatu terjadi dan tidak terjadi, serta
menjajagi alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan
dilaksanakan untuk mewujudkan apa yang dikehendaki.
Secara teknis refleksi dilakukan dengan melakukan
analisis dan sintesis disamping induksi dan deduksi.
Suatu proses analitik terjadi apabila obyek kajian di-
uraikan menjadi bagian-bagian, serta dicermati unsur-unsurnya.
Sedangkan proses sintesis terjadi bila berbagai unsur obyek
kajian yang telah diuraikan dapat ditemukan kesamaan
esensinya secara konseptual sehingga dapat ditampilkan
sebagai satu kesatuan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 107


a. Analisis data
Analisis data dilakukan sebagai dampak dari satu paket
tindakan perbaikan untuk digunakan sebagai masukan bagi
siklus tindakan yang telah dilakukan.
Analisis data adalah proses menyeleksi, penyederhanaa,
memfokuskan, mengabtraksikan, mengorganisasi data mentah
secara sistematis rasional untuk menampilkan bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap
tujuan classroom research. Analisis data dilakukan melalui tiga
tahap yaitu; redukasi data, paparan data, dan penyimpulan.
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan
melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah
menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses
penam-pilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
naratif, representasi tabel termasuk dalam formak matriks,
representasi grafis. Penyimpulan adalah proses pengambilkan
intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk
pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi
mengandung makna yang luas.

b. Refleksi
Refleksi dalam classroom research adalah upaya untuk
mengkaji apa yang telah atau tidak terjadi, apa yang telah
dihasilkan atau tidak dihasilkan dengan tindakan perbaikan yang
telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan
langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan
classroom research. Dengan kata lain refleksi merupakan
pengkajian keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka
mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan. Apabila

108 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


dicermati ada beberapa komponen yang saling berkaitan dan
terjadi secara bolak-balik dalam refleksi yaitu;
→ → →
ANALISIS PEMAKNAAN PENJELASAN

PENYUSUNAN KESIMPULAN IDENTIFIKASI LANJUT
5. Perencanaan tindak lanjut
Hasil analisis dan refleksi menentukan apakah tindakan
yang telah dilaksanakan telah mengatasi masalah yang memicu
penyelenggaraan classroom research atau belum. Apabila belum
dapat menyelesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan
dengan memperbaiki tindakan sebelumnya atau me-nyusun
perbaikan yang benar-benar baru. Dengan kata lain jika tindakan
perbaikan belum menyelesiakan masalah, maka dilanjutkan
dengan siklus ke 2, dst. dengan prosedur yang sama dengan siklus
ke 1. Siklus dalam classroom research tidak dapat ditentukan
terlebih dahulu berapa jumlahnya, hal ini tergantung pada siklus
ke berapa permasalahan dapat diselesaikan.

B. Penelitian Subjek Tunggal (PST)


Metode penelitian yang telah dibahas sebelumnya dapat
digunakan dalam semua bidang keilmuan. Penelitian subyek
tunggal menggunakan metode penelitian eksperimen, dengan
bentuk yang ada kemiripan dengan desaian times seri. Penelitian
subyek tunggal sesuai namanya, penelitian ini menitik beratkan
pada teknik analisis yang dilakukan orang perorang, bukan secara
kelompok (Barlow, D. H., & Hersen, 1984) seperti pada penelitian
yang menggunakan metode deskrpitif atau metode penelitian
eksperimen. Hasil penelitian berupa kasus yang terjadi pada setiap
orang bukan semua orang, oleh karena itu penelitian ini tidak
dapat digeneralisasikan dan menjadi teori. Penelitian ini menitik
beratkan pada pada masalah perilaku

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 109


(behavior) dan tidak tepat untuk penelitian yang berupa
kognitif (pengetahuan). Berikut ini akan dibahas hal-hal yang
berhubungan denan penelitian subyek tunggal di lingkungan
pendidikan;

1. Pengertian
Penelitian Single Subyect Reseach (SSR) didasari oleh
psikologi behaviorisme yaitu perubahan perilaku pada seseorang
sesuai dengan etika dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Perubahan perilaku bersifat permanen dan penuh kesadaran. Teori
ini dikembangkan oleh B F Skiner berdasarkan teori teori
stimulus respon dari Pavlov. Psikologi behavior memandang
perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan atau akibat
dari perilaku itu sendiri (Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H.
2006). Oleh karena itu perilaku manusia dapat dimodifikasi atau
diubah dengan memberikan stimulus. Foktor inilah yang menjadi
dasar dari penelitian subyek tunggal (SSR).
Penelitian subyek tunggal (SSR), merupakan penelitian
yang memodifikasi perilaku manusia dengan memberikan
stimulus berupa perlakuan tertentu (Tawney, J. W., & Gast, D.
L. 1984), seperti hadiah, hukuman, metode, permainan dll.
Perubahan atau modifikasi perilaku pada manusia dinamakan
dengan target behavior. Penelitian subyek tunggal merupakan
penelitian yang berupa modifikasi perilaku pada orang
perorang dan tidak terjadi pada sekelompok orang.

2. Variabel dan Pengukuran


Pengertian sederhana variabel adalah segala sesuatu yang
dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif. Dalam bidang eksak
variabel merupakan ubahan-ubahan dan menjadi lawan dari
konstanta (tetapan). Penelitian memerlukan data yang

110 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


nantinya diolah atau dianalisis dan disimpulkan (Susetyo, B.,
2010). Oleh karena itu data perlu dikumpulkan melalui pengu-
kuran, observasi atau memberikan kuesioner pada responden
untuk memperoleh data (variabel terikat). Data yang terkumpul
diperoleh dari proses pengukuran (pengetesan), menghitung,
penilaian terhadap objek tertentu.

3. Jenis Ukuran Variabel Terikat


Ada beberapa jenis data yang dapat digunakan untuk
penelitian subyek tunggal seperti data penelitian pada
umumnya yaitu;
a. Frekuensi
Banyaknya kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam kurun
waktu tertentu,seperti banyaknya mobil yang lewat dalam 10
menit. Jumlah kosa kata yang diucapkan anak pada saat
makan siang (10 menit)
b. Persentase
Jumlah suatu kejadian dibagi dengan dengan keseluruhan
kejadian dan dikalikan dengan 100%. Siswa menjawab
benar 30 butir soal dari 100 soal, maka pesentase adalah
(30/100) X 100% = 30 %
c. Rate
Rate sama dengan frekuensi, berupa angka yang menun-
jukkan banyaknya bilangan yang muncul dalam beriode
waktu tertentu yang berbeda-beda. Misal lamanya duduk
siswa hiper aktif dalam mengangkat tangan dari waktu
tertentu;
Rate lamanya duduk siswa hiper aktif dan jumlah meng-
angkat tangan adalah; (7 + 3 + 10) dibagi (15 + 10 + 20) =
20/45 = 4/9 kali/menit.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 111


d. Durasi
Berapa lama suatu kejadian berlangsung atau terjadi. Ali
mengetik selama 20 menit
e. Latensi
Waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu setelah mendapat stimulus
f. Magnitude
Satuan ukuran yang menunjukkan kualitas suatu respon.
Misal tinggi badan Reni 167 cm
g. Trial
Ukuran pada variabel terikat yang menunjukkan banyaknya
kegiatan (trial) untuk mencapai suatu kreteria yang telah
ditentukan. Trial yang dicapai adalah 4, 5, 6 dan 8, masing-
masing sesi 1, 2, 3 dan 4.

4. Sistem Pencatatan Data


Ada tiga macam prosedur pencatatan data pada
penelitian modifikasi perilaku, yaitu; a. Pencacatan
Otomatis
Pencacatan data otomatis dilakukan dengan meng-
gunakan alat-alat teknologi yang moderen, biasanya menggu-
nakan komputer. Pencatatan data dengan sistem komputerisasi
memiliki kelebihan, yaitu dapat mencatat secara akurat dan tidak
banyak kesalahan, waktunya lebih singkat, dan mudah mengolah
data. Pencatatan data secara otomatis digunakan untuk mengukur
variabel terikat (target behavior) yang tidak dapat diamati secara
kasat mata. Misalnya detak jantung sebagai parameter tingkat
kecemasan, reaksi otot (reaction time), kekuatan otot dan lain-lain
dan diperlukan alat-alat khusus serta penggunaannya memerlukan
latihan khusus atau memerlukan bantuan khusus dari para
professional. Kemajuan teknologi yang

112 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


pesat membantu guru-guru di suatu sekolah memiliki keteram-
pilan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat-
alat tertentu atau komputer.

b. Pencatatan Produk Permanen (hasil karya)


Pencatatan dengan produk permanen dilakukan pada
variabel atau target behavior yang dihasilkan oleh subyek dan
datanya berupa dokumen. Misalnya seorang peneliti atau guru
meminta seorang siswa menyelesaikan soal matematika yang
dikerjakan di lembar jawaban. Oleh karena lembar jawaban
telah disediakan maka guru dapat mencatat data misalnya
persen jawaban benar (percent correct response) dapat dilihat
secara langsung dari lembar jawaban dan lembar jawaban
sebagai produk permanen.
Contoh lain seorang guru atau peneliti meminta seorang
siswa untuk menyelesaikan suatu puzle. Guru atau peneliti
dapat melihat ada berapa potongan puzle yang benar dan salah.
Kemudian data tersebut diubah menjadi persentase.
Bentuk pencatatan data ini cocok untuk penelitian
dalam seting kelas yang memfokuskan pada perilaku
akademik. Kelebihan yaitu;
1. Cocok untuk penelitian yang memiliki banyak subyek
(kelas) dimana peneliti tidak dapat mengamati satu persatu
subyek yang diteliti.
2. Pencatatan data tidak mengganggu secara langsung kegiatan
pengajaran di kelas dan
3. Hasil pencatatan data akurat dan dapat disimpan untuk
dilakukan analisis di kemudian waktu.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 113


c. Observasi langsung
Pencatatan melalui observasi secara Iangsung untuk
mencacatat data pada saat kejadian atau perilaku terjadi.
Pencatatan melalui observasi merupakan dasar utama pengu-
kuran dalam penelitian modifikasi perilaku.
Ada beberapa jenis pencatatan data observasi langsung,
yaitu: pencatatan kejadian (frekuensi), durasi, latensi, interval,
dan sampel waktu.
1) Pencatatan Kejadian
Pencatatan kejadian (menghitung frekuensi) merupakan
cara yang paling sederhana, dapat dilakukan dengan cara
memberikan tanda (tally) pada kertas yang telah disediakan
setiap kejadian atau perilaku terjadi sampai dengan periode
waktu observasi yang telah ditentukan.
Contoh guru atau peneliti meminta seorang siswa untuk
menyelesaikan suatu puzzle dan guru atau peneliti mengamati
perilaku memukul teman pada tanggal 29 dan 30 Maret 2015.

Nama subyek : Wati Tanggal : 15 dan 16 Maret 2015


Pengamat : Wanti Perilaku : Memukul teman
Sesi Ke : 5 dan 6
Waktu : Mulai 08.00 berakhir 08.30, total = 30 menit
setiap pengamatan

Turus (tally) banyaknya kejadian

Banyaknya kejadian : 21 kali


114 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
2) Pencatatan Durasi
Durasi adalah pencatatan tentang berapa lama suatu
waktu kejadian atau target behavior terjadi. Misalnya peneliti
sedang mencatat durasi terjadinya perilaku stereotype (meng-
gosok-gosok mata atau memukul kepala pada anak tunanetra).
Caranya dengan menggunakan stopwatch: tekan tombol start
pada saat kejadian mulai dan tekan tombol stop pada saat
kejadian selesai. Ketika ada kejadian stereotype lagi tekan lagi
tombol start (tanpa di reset dulu) dan tekan tombol stop pada
saat perilaku stereotype berhenti. Lakukan cara ini sampai
periode waktu observasi yang telah ditentukan selesai.
Catatan waktu keseluruhan pada stopwatch, disebut total
durasi.
Cara untuk mencatat durasi untuk setiap waktu kejadian
(duration per occurrence) adalah: tekan tombol start pada saat
perilaku stereotype mulai terjadi dan tekan tombol stop setalah
perilaku stereotype berhenti.
Catat waktu yang tertera pada stop watch dan tekan
tombol reset untuk melakukan pencatan yang baru. Ulangi cara
ini sampai periode waktu yang telah ditetapkan.

Contoh format yang digunakan untuk mencatat durasi seperti


format di bawah ini.
Nama Subyek : Irfan
Pengamat : Efendi
Target Behavior : Mengguting pola gambar

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 115


3) Pencatatan Interval
Pencatatan untuk data interval sering digunakan pada
penelitian di bidang modifikasi perilaku. Cara ini dilakukan
dengan membagi periode waktu observasi ke dalam interval
waktu yang lebih kecil dan mencacat kejadian yang terjadi
pada setiap interval waktu tersebut. Dalam menentukan interval
waktu harus sesuai dengan target behavior yang sedang diteliti.
Beberapa interval waktu yang sering digunakan antara lain 10
detik, 15 detik dan biasanya tidak lebih dari 30 detik (Cooper
O, John, 1974).
Pencatatan dengan interval ini ada dua macam yaitu
pencatatan terjadinya target behavior (occurrence) dan pen-
catatan tidak terjadinya pada target behavior (nonoccurrence).
Pencatatan data interval ini, peneliti harus menyiapkan
beberapa kotak yang mewakili interval waktu tertentu. Dalam
kotak atau interval waktu tersebut, peneliti atau guru
membubuhkan tanda terjadi dan tidak terjadinya target
behavior, misalnya tanda (+) untuk terjadi dan (-) untuk tidak
tejadi. Contoh format penca-tatan data interval

Nama subyek : Agus Ar Tanggal : 12 Maret 2015


Pengamat : Awang Perilaku : Melakukan pekerjaan
Waktu: Mulai 10.15 Berakhir : 10.25
Total waktu = 10 mn
Kode : (0) terjadi dan (x) tidak terjadi
116 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
No 15” 15” 15” 15”

1 0 0 X X

2 X X 0 X

3 X 0 0 0

4 0 0 X X

5 X 0 X 0

6 0 x X X

7 0 X X X

8 X 0 0 X

9 X X X 0

10 x 0 0 x

Jumlah terjadi = 17 Persentase 17/40 = 42,5%


Jumlah tidak terjadi = 23 Persentase 23/40 = 75,5%

4) Pencatatan Sampel Waktu


Pencatatan sampel waktu ini hampir sama dengan pen-
catatan interval. Perbedaan pencatatan interval pengamatan
dilakukan terus menerus sepanjang periode waktu observasi.
Pencatatan sampel waktu , pengamatan terjadi dan tidak terja-
dinya target behavior hanya dilakukan pada akhir setiap interval.
Misal penelitian tentang stereotype sebagai target behavior dari
observasi. Teknik yang digunakan dengan video kamera selama
60 menit, prosedur pencatatan sampel waktu adalah;

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 117


Total periode waktu pengamatan (60 menit) dibagi
menjadi 12 sampel periode yaitu, 1:00, 1:05, 1:10, 1;15 sampai
1:55. Pengamatan terjadi atau tidak terjadi target behavior
dilakukan hanya pada periode waktu tertentu.

Contoh:
Nama Subyek : Wanjat Tanggal : 20 Maret 2015
Pengamat : Gunadi
Perilaku : Meninggalkan tempat duduk
Kondisi : Mendengarkan cerita di kelas

Waktu Terjadi Waktu Terjadi

1.05 II 1.30 I

1.05 III 1.35 -

1.10 - 1.40 I

1.15 I 1.45 -

1.20 III 1.50 II

1.25 II 1.55 I

Total terjadi 16 kali

5) Pencatatan Latensi
Pencatatan latensi adalah pencatatan terhadap berapa
lama waktu yang diperlukan subyek untuk memulai suatu
perilaku setelah mendapat stimulus. Dengan kalimat lain
mengukur lamanya waktu antara pemberian stimulus dan saat
mulainya perilaku dari subyek.

118 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Misal seorang peneliti menyuruh siswa dengan
mengatakan “Anto, duduklah di situ” dan Anto melakukan
perintah itu, tetapi ia memerlukan waktu 5 menit sebelum
duduk. Kondisi ini menunjukkan bahwa latensi yang dicatat
adalah 5 menit.

Waktu
Sesi Latensi
Pemberian stimulus Mulai merespon

1 07.15 07.20 5 menit

2 08.30 08.35 5 menit

3 09.00 09.04 4 menit

1. Disain Penelitian Subyek Tunggal (Single Subject Reaserch


Design)
Disain penelitian eksperimen dilihat dari subyek yang
diteliti dapat dibagi menjadi dua yaitu; disain kelompok (group
design) dan disain subyek tunggal (single subyect design).
Disain kelompok digunakan pada data yang berasal dari
kelompok individu. Disain subyek tunggal digunakan untuk
data individu.

2. Jenis Disain Penelitian Subyek Tunggal


Penelitian subyek tunggal termasuk dalam penelitian
eksperimen dan memiliki beberapa desain yaitu;
1. Disain Reversal
a. Disain A-B
b. Disain A-B-A
c. Disain A-B-A-B

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 119


2. Disain Multiple
a. Disain Multiple Baseline Cross Variable
b. Disain Multiple Baseline Cross Condition
c. Disain Multiple Baseline Cross Subyect

Berikut ini akan dibahas satu-persatu disain penelitian


subyek tunggal yaitu;
1. Disain Reversal
Disain reversal terdiri dari tiga bagian yaitu;
a. Disain A – B
Disain subyek tunggal dalam penelitian modifikasi
perilaku terdiri dari disain reversal dan multiple (Sunanto, J.,
Takeuchi, K., dan Nakata, H. 2006). Disain reversal ada tiga yaitu
A-B, A-B-A, dan A-B-A-B. Disain A-B, terdiri atas dasar logika
(baseline logic). Logika baseline menunjukan pengu-langan
perilaku pada dua kondisi eksperimen yaitu kondisi baseline (A)
dan kondisi intervensi (B). Disain ini memiliki dua kondisi yaitu;
Kondisi baseline (A) dan kondisi intervensi (B) dan Pemberian
kondisi intervensi dilakukan setelah trend dan level datanya stabil
pada kondisi baseline. Pengukuran target behavior pada kondisi
baseline maupun kondisi intervensi tidak dilakukan berkali-kali
(replikasi), tetapi hanya sekali untuk subyek yang sama. Dengan
demikian perubahan yang terjadi ada kemungkinan disebabkan
oleh variabel terikat selain dari perlakuan yang telah dipilih. Salah
satu cara yang dapat digu-nakan untuk mengatasi kelemahan ini
dilakukan pengulangan (replikasi) beberapa kali (3 sd 5).
Memberikan intervensi setelah baseline stabil dan melakukan
pengukuran pada kondisi intervensi secara terus menerus sampai
trend dan level datanya stabil. Demikian juga pada data hasil
pengukuran setelah kondisi intervensi harus stabil dahulu baru
dapat dibandingkan antara

120 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


target behavior pada baseline dan target behavior pada kondisi
intervensi. Disain A – B dapat dilihat pada gambar berikut:

Grafik Disain A - B
9
baseline (A) Intervensi (B)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12

Sesi hari

b. Disain A – B – A
Prosedurnya sama dengan disain A – B, tetapi ada
pengulangan pengukuran pada kondisi baseline sebanyak dua
kali. Pertama diukur kondisi baseline (A1), kemudian diukur
kondisi intervensi (B), dan kemudian diukur kembali kondisi
base line (A2). Pengukuran kondisi baseline kedua (A2)
digunakan sebagai kontrol untuk fase intervensi, sehingga
dapat digunakan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan
fung-sional antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 121


Disain A - B - A
10 Intervensi (B)
8 Base line (A1) Baseline (A2)
6
4
2
0
0 5 10 15 20
Sesi

c. Disain A – B – A – B
Disain ini memiliki kontrol yang lebih kuat diban-
dingkan disain A-B-A dan merupakan pengulangan dari disain
A-B. Disain ini menggunakan dua kali kondisi baseline dan
dua kali kondisi intervensi, dengan demikian hubungan
fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas lebih
meyakinkan hasilnya.

Disain A-B-A-B
40

30
A1 A2
20 B1
10 B2
0
0 5 10 15 20 25 30
Hari

122 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Disain Multiple
Disain multilpe baseline mula-mula diperkenalkan oleh
Baer, Wolf, dan Risley (1968), sejak itu disain ini digunakan
secara luas di lingkungan pendidikan. isian multiple baseline
digunakan jika pengukuran pada fase baseline diulang pada
variabel, kondisi, atau subyek. Ada tiga variasi dalam disain
multiple baseline yaitu,
1. Disain Multiple Baseline Cross Variables,
2. Disain Multiple Baseline Cross Conditions, dan
3. Disain Multiple Baseline Cross Subjects.

a. Disain Multiple Baseline Cross Variables


Disain multiple baseline cross variables ini digunakan jika
peneliti atau guru ingin mengubah perilaku dengan suatu
intervensi dimana intervensi tersebut diperkirakan dapat mem-
berikan efek terhadap dua atau lebih target behavior (Sunanto, J.,
Takeuchi, K., dan Nakata, H. 2006). Meskipun demikian target
behavior tersebut harus saling independent agar dapat diketahui
efek intervensi tersebut terhadap masing-masing target behavior.
Prosedur disain multiple baseline cross variables sama dengan
multiple baseline cross yang lain. Pada cross variables efektivitas
suatu intervensi dikontrol dengan kondisi baseline untuk masing-
masing target behavior. Prosedur tersebut dapat digambarkan
secara visual seperti Grafik berikut;

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 123


b. Disain Multiple Baseline Cross Conditions
Peneliti melakukan intervensi pada seorang subyek
dalam kondisi yang berbeda. Kondisi yang dimaksud pada
disain ini dapat berupa dimensi waktu, aktivitas, model peng-
ajaran, tempat dan lain-lain. Berbeda dengan disain multiple
baseline cross behavior, disain ini hanya mengukur satu target
behavior pada satu orang subyek minimal tiga kondisi yang
berbeda. Prosedur dasarnya adalah peneliti mengadakan pengu-
kuran target behavior pada fase baseline secara simultan untuk
ketiga kondisi.
Intervensi diberikan pada kondisi pertama setelah data
baseline pada kondisi pertama mencapai level tertentu dan
stabil, sementara pengukuran target behavior fase baseline
untuk kondisi kedua dan ketiga masih dilanjutkan. Setelah data
baseline untuk kondisi kedua stabil, intervensi kemudian
diberikan, sementara pengukuran pada fase baseline untuk
kondisi ketiga masih dilanjutkan. Setelah data baseline pada
kondisi ketiga juga stabil, intervensi juga diberikan untuk
kondisi ketiga. Intervensi tetap diberikan untuk ketiga kondisi

124 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


sampai masing-masing mencapai kriteria tertentu dan stabil.
Prosedur dasar tersebut dapat digambarkan secara visual
seperti grafik berikut;

c. Disain Multiple Baseline Cross Subjects


Berbeda dengan dua disain multiple baseline terdahulu.
Penelitian dengan disain multiple baseline cross subjects ini
dilakukan pada tiga orang subyek dengan target behavior yang
sama. Tiga subyek yang dipilih harus seimbang dalam beberapa
hal misalnya IQ, jenis kelamin, usia dan lain-lain sesuai dengan
target behavior yang sedang diteliti. Keadaan subyek yang
seimbang itu penting karena kontrol terhadap variabel bebas ini
didasarkan atas keadaan ketiga subyek tersebut. Prosedur dasar
disain ini tidak jauh berbeda dengan dua disain sebelumnya,
pengukuran data baseline dilakukan secara simultan untuk ketiga
subyek. Setelah data baseline pada subyek pertama stabil
kemudian diberikan intervensi, sementara untuk kedua subyek
yang lain masih dilanjutkan pengukuran baseline. Intervensi untuk
subyek kedua diberikan setelah data baseline menjadi stabil
demikian juga untuk subyek ketiga. Prosedur dasar disain

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 125


multiple baseline cross subjects ini dapat digambarkan secara
visual seperti tampak pada grafik berikut;

1. Teknik Analisis Data Penelitian Subyek Tunggal


Analisis untuk data kelompok berdasarkan sekor rata-
rata, variansi dan lain-lain, serta kesimpulan berdasarkan
kelompok data yang ada, baik untuk penelitian perbandingan
atau korelasi.
Analisis subyek tunggal analisis data berdasarkan
perbandingan tidak dilakukan antar individu, tetapi antar periode
waktu tertentu terhadap dirinya sendiri dalam situasi yang
berbeda. Ada beberapa situasi yang diperbandingkan yaitu;
a. Subyek tunggal, perbandingan dilakukan antara kondisi
pada subyek itu sendiri yaitu, konsidi baseline dan kondisi
eksperimen. Untuk mengetahui kondisi baseline dan kondisi
eksperimen dilakukan pengukuran terhadap perilaku subyek
yang dinamakan dengan target perilaku (behavior).
b. Baseline adalah kondisi yang sebenarnya pada diri subyek
penelitian sebelum diberikan perlakuan (intervensi).
c. Kondisi eksperimen adalah keadaan atau kemampuan
subyek setelah diberikan perlakuan (intervensi) tertentu.
126 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
Analisis dilakukan dengan melihat trend dari arah
grafik untuk setiap sesi. Berikut ini contoh hasil analisis data
dengan grafik.

C. Penelitian Kualitatif
Metode penelitian deskriptif yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya dapat digunakan dalam semua bidang
keilmuan. Hal ini dikarenakan metode penelitian deskriptif
memiliki beberapa jenis yang salah satunya adalah penelitian
kasus. Oleh karena itu penelitian kualitatif dalan hasl ini yang
dimaksud adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif dari segi metode penelitian termasuk dalam metode
deskriptif. Disisi lain penelitian dengan pendekatan kualitatif
didefinisikan dengan penelitian yang tidak memberikan per-
lakuan apapun terhadap subyek yang diteliti atau peristiwa yang
diteliti terjadi secara alamiah atau apa adanya. Kirk dan Miller
(1986:9); dipertentangkan dari pengamatan kuantitatif dengan
pengamatan kualitatif. Penelitian kuantitatif melibatkan pada;
perhitungan, angka, atau kuantitas. Penelitian kualitatif ber-kaitan
dengan kualitas yang menujukkan segi alamiah. Kualitas
dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah, maka penelitian

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 127


kualitatif diartikan sebagai penelitian yang bebas dari perhi-
tungan angka.
Ada beberapa istilah penelitian kualitatif yaitu penelitian
inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis sim-
bolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, fenomenologis, studi
kasus interpretatif, ekologis dan deskriptif, (Bogdan dan Biklen,
1982:3). Berikut ini akan dibahas penelitian kualitatif di
lingkungan pendidikan agar memberikan pemahaman yang dalam
tentang konsep penelitian kualitatif.
1. Definisi dan karakteristik Penelitian Kualitatif
Pengertian penelitian kualitatif dikemukakan oleh
beberapa ahli antara lain;
Bogdan dan Taylor, (1975: 5), metodologi penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada pada latar belakang individu secara utuh (holisitik). Kirk
dan Miller, (1986:9) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasa dan dalam peristilahannya.
Karakteristik Penelitian Kualitatif terdiri dari beberapa
karakteristik penelitian kualitatif yang membedakan dengan
penelitian kuantitatif yaitu;
a. Latar alamiah, memandang kenyataan itu utuh tidak dapat
dipisah-pisah
b. Manusia sebagai alat, peneliti merupakan alat pengumpul
datamanusia mampu berhubungan secara baik dengan ke-
nyataan yang ganda, dengan cara observasi partisipan

128 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


c. Metode kualtitatif, penyeseuaian metode kualitatif lebih
mudah, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan
peneliti-responden menjadi ekplisit dapat dikenal dan akun-
tabel, dan metode ini lebih peka dan lebih dapat menye-
suaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi
d. Analisis data secara induktif, analisis induktif lebih lebih
dapat menemukan kenyataan ganda yang terdapat dalam
data, analisis lebih dapat menguraikan latar secara penuh
dan tidak mengalihkan pada latar lainnya, dan analisis
induktif lebih dapat mempertanjam pengaruh hubungan-
hubungan ber-sama, serta memperhitungkan nilai secara
ekplisit sebagai struktur analitik.
e. Teori dari dasar, penelitian kualitatif lebih menghendaki arah
bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data. a,
tidak ada teori a priori yang dapat mencakup kenyataan ganda,
b, lebih melihat kenyataan yang sebenarnya, sehingga objektif,
c, teori dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai
kontektual. Analisis secara induktif bukan untuk mem-buktikan
hipotesis, tetapi merupakan pembentukan abstraksi
berdasarkan bagian-bagian dan kemudian dikelompokkan.
f. Deskriptif, data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
Laporan berisikan kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran yang jelas.
g. Lebih mementingkan proses dari pada hasil hal ini
disebabkan hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti
akan lebih kelas apabila dalam proses.
h. Adanya batas yang ditentukan oleh focus, batas menentukan
kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus.
Penetapan fokus lebih dihubungkan oleh interaksi antara

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 129


peneliti dan fokus. Penetapan fokus sebagai masalah pene-
litian penting artinya dalam usaha menemukan batas
penelitian
i. Adanya kreteria khsusus untuk keabsahan data penelitian
kualitatif meredifinisikan validitas, reliabilitas dan objek-
tivitas dalam bentuk lain, maka dilakukan cara yang lain
untuk mengatasi keabasahan data
j. Desain bersifat sementara, Penysunan desain pelenlitian
secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Hal ini karena tidak terbanyakan sebe-
lumnya kenyataan ganda yang terjadi lapangan, tidak dapat
diramalkan akan berubah karena interaksi peneliti dengan
kenyataan, bermacam sistem nilai yang terkait dan
berhubungan dengan yang tidak dapat diramalkan.
k. Hasil penelitian dirundingkan, Hasil penelitian lebih meng-
hendaki dirundingkan dan disepakati, karena; susunan
kenyataan dari mereka yang akan disjikan oleh peneliti,
hasil penelitian bergantung pada hakekat dan kualitas
hubungan antara pencari dengan yang dicari, dan konfirmasi
hipotesis kerja akan lebih baik vrivikasinya pabila diketahui
dan dikonformasikan oleh orang yang ada kaitannya dengan
yang diteliti

2. Masalah (Fokus) Penelitian Kualitatif


Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor ataulebih yang menghasilkan
sesuatu yang membingungkan (Guba, 1978, Lincoln dan Guba,
1985). Rumusan Masalah dalam penelitian kualitatif
dinamakan dengan fokus.

130 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Penentuan masalah tergantung dari paradigma peneliti,
sebagai peneliti, evaluator, peneliti kebijakan. Sumber masalah
penelitian ada tiga yaitu, deduktif (membaca buku, jurnal, hasil
penelitian), Induktif (pengalaman lapangan), dan gabungan
antara deduktif dan induktif.
Rumusan masalah atau fokus dapat berubah-ubah dan
dapat disempurnakan. Penelitian kuantitatif masalah penelitian
tidak berubah, karena akan merusak inkuiri yang berupa
hipotesis yang sudap memiliki kepastian.jika mengalami
perubahan variabel akan berubah akibatnya akan ada perubahan
dalam yang disebabkan oleh variabel pengganggu dan pene-
litiannya juga terganggu. Penelitian kuantitatif, mengharapkan
adanya perubahan dan mengantisipasi bahwa desain yang
muncuk diberi isi dan warna oleh peneliti. Penelitian alamiah
perubahan bukan akan merusak tetapi akan menyempurnakan
hasil penelitian;
Contoh:
Conditions influencing teacher development in an
Elementary scholl setting.
Analisis Perumusan Masalah
1. Kreteria Analisis
a. Rumusan masalah telah menghubungan dua atau lebih
faktor?
b. rumusan masalah dipisahkan dengan tujuan penelitian
c. Rumusan masalah dalam bentuk deskriptif atau perta-
nyaan atau gabungan deskriptif dengan pertanyaan
d. Rumusn masalah dipaparkan secara khusus memenuhi
kreteria inklusi-eksklusif atau secara umum saja.
e. Rumusan masalah dinyataka secara eksplisit dan
berkaitan dengan masalah penelitian atau dinyatakan
secara implisit dalam kata hipotesis kerja

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 131


f. Rumusan masalah dalam pembatasan masalah yang
disebut fokus atau fokus merupakan masalah.

2. Kajian dan temuan


Berdasarkan hasil analisis kreteria di atas maka masalah
perlu disimpulkan tentang kelayakan sebagai masalah dalam
penelitian kualititf.
Prinsip-prinsip Perumusan Masalah
1. Berkaitan dengan teori dari dasar
Peneliti harus menyadari bahwa perumusan masalah dalam
penelitian berdasarkan atas upaya untuk menemukan teori
dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah disini
hanya sekedar arahan, pembimbing, atau acuan pada usaha
untuk menemukan masalah yang sebanarnya. Masalah
sesungguhnya mulai ditemukan jika sudah berada di
lapangan.
2. Berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Penelitian kualitatif berupaya menemukan dan menyusun
teori baru lebih dari sekedar menguji, atau mengon-
formasikan, atau verifikasi suatu teori yang sedang berlaku.
3. Perumusan masalah di sini berguna untuk menunjang
penemuan dan penyusunan toeri substantif yaitu teori yang
berasal dari data. Rumusan masalah penelitian kualitatif
bersifat luwes, longgar dan terbuka
4. Hubungan dengan faktor
Fokus atau rumusan masalah terdiri atas dua atau lebih
faktor yang menghasilkan kebingungan. Faktor-faktor
berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.
Pertimbangan perumusan masalah adalah; adanya dua
faktor atau lebih yang dihubungkan dalam suatu hubungan

132 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


yang logis dan bermakna, serta hasil hubungan berupa
keadaan yang membingungkan.
5. Wahana membatasi studi
Peneliti memiliki orientasi teorinya sendiri, berdasarkan
pengetahuan sebelumnya atau pengalaman. Dalam pene-
litian ada sifat terbuka yaitu tidak mengharuskan peneliti
mengukuti orientasi teori tertentu.
6. Berkaitan dengan kreteria inklusi-ekslusi
Perumusan masalah yang baik dilakukan sebelum ke
lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal
terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih
mana data yang relevan dan yang tidak relevan. Data yang
relevan dilakukan analisis dan yang tidak dikeluarkan.
Perumasan masalah yang tegas dan jelas akan merupakan
alat yang baik untuk memilih data yang relevan.
7. Berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan
masalah Ada cara merumuskan masalah yaitu;
a. Diskusi, menyajikan masalah secara deskriptif tanpa
pertanyaan-pertanyaan penelitian
b. Proporsional, secara langsung menghubungkan faktor-
faktordalam hubungan logis dan bermakna dan
disajikan dalam bentuk uraian
c. Secara gabungan secara diskusi dan proporsional
8. Sehubungan dengan posisi perumusan masalah Kedudukan
rumusan masalah berkaitan dengan latar belakang masalah,
tujuan dan metode penelitian. Prinsip posisi latar belakang
terlebih dahulu kemudian rumusan masalah dan diakhiri
dengan tujuan penelitian. Laatar belakang melatar
belakangi, kemudia merumuskan dan diakhir dengan
pemecahanmasalah yang merupakan tujuan pemecahan
masalah dan menjawab pertanyaan penelitian.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 133


9. Berkaitan dengan hasil kajian kepustakaan
Rumusan masalah tidak dapat dipisahkan dengan dari hasi
kajian kepustakaan yang relevan. Kajian teori diperlukan
untuk lebih mempertajam rumusan masalah itu sendiri
meskipun masalah bersumber dari data itu sendiri.
10. Berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat
kemampuan para pembacanya.

3. Teori Penelitian Kualitatif


Penelitian kulitatif beroientasi pada teori, penyajian
teori hanya dibatasi pada pengertian; suatu pernyataan
sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang
berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Bogdan dan
Biklen menggunakan istilah paradigma sebagai pengganti dasar
teori. Paradigma adalah kumpulan longgar tentang asumsi yang
secara logis dianut bersama, konsep, proposisi yang mengarah
cara berpikir dan cara penelitian. Orientasi atau perspekktif
teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut
orang atau sesuatu yang penting dan apa yang membuat dunia
bekerja. Dalam suatu penelitian orientasi teoritis mengarah
pada pelaksanaan penelitian seperti pengumpulan data dan
analisis data.
a. Pendekatan Fenomenologis;
Augus Comte, aliran penelitian kualitatif memberikan
tekanan pada fakta dan penyebab perilaku, dan ada banyak
pendekatan penelitian yang mendasarkan diri pada aliran
positivism. Aliran pada penelitian kualitatif memiliki
perbedaan pandangan secara teoritis, yaitu mengacu pada
perspektif fenomenologis.

134 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa
dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologis tidak berasumsi
bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang
sedang diteliti oleh mereka. Aspek penekananya adalah
subyektif dari perilaku orang. Penelitian kualitatif cenderung
berorientasi fenomenologis, namun sebagian besar tidak
radikal, tetapi idealis pandangannya.

b. Interaksi simbolis
Sama halnya dengan perspektif fenomenologis, pende-
katan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh
penafsiran. Objek, orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki
pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk
memperjelas pandangan semanya. Pengertian yang diberikan
kepada orang pada pengalaman dan proses penafsirannya
adalah esensial serta menentukan dan bukan bersifat kebetulan
atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu.
Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan
oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang menafsirkan sesuatu
dengan bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu,
penulis, keluarga, pemeran televisi, dan pribadi-pribadi yang
ditemuainya dalam situasi di mana ia berada (Burhan Bungin,
2001). Dengan interaksi seseorang membentuk pengertian.
Orang dalam situasi tertentu mengembangkan definisi bersama
(perspektif bersama dalam bahasa interaksi simbolik) karena
mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman
bersama, masalah, dan latar belakang, dan kesepakan bukan
merupakan keharusan (Moleong, Lcxy J., 1989). Di sisi lain
sebagian memegang definisi bersama untuk menunjuk pada
kebenaran suatu pengertian yang senantiasa disepakati.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 135


Interaksi simbolik merupakan paradigma konseptual
yang merupakan faktor-faktor untuk memahami dan menje-
laskan perilaku manusia yang berupa konstrak yang digunakan
oleh para ilmuwan sosial. Makan siang mempunyai makna
simbolik, dan konsep seperti dorongan dan ritual yang tidak
berlaku. Toeri tidak menolak bahwa ada aturan dan
keteraturan, nilai, dan sistem nilai dalam masyarakat, hal ini
penting dalam memahami perilaku hanya jika orang
mempertimbangkan. Teori interaksi simbolik adalah konstruk
tentang diri. Diri adalah yang diciptakan orang melalui
interaksi dengan yang lainnya ditempat ia berada.

c. Kebudayaan
Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenome-
nologis dalam studi mereka tentang pendidikan. Kerangka studi
antropologisnya adalah konsep kebudayaan.
Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-
aspek kebudayaan dinamakan efnografi. Meskipun diantara
mereka kurang sependapat tentang definisi kebudayaan,
mereka me-mandang kebudayaan sebagai kerangka teoritis
dalam menje-laskan pekerjaan mereka.
Spratley (1979:5) mendefinisikan kebudayaan sebagai
pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk
menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku.
Definisi lain kebudayaan memberikan tekanan pada
semantik dan menganjurkan bahwa ada perbedaan antara me-
ngetahui perilaku dan bahasa khas sekelompok orang dan yang
dapat melakukannya sendiri. Etnografi dikenal dengan uraian
tebal yang mempunyai tujuan yaitu mengalami bersama
pengertian bahwa pemeran serta kebudayaan memperhitungkan

136 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


dan menggambarkan pengertian baru untuk pembaca dan orang
luaran.

d. Enometodelogi
Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data, melainkan menunjuk pada mata
pelajaran yang akan diteliti.
Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana indi-
vidu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari yaitu
metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari. Subyejk
etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melaikan
orang-orang dalam berbagai macam situasi dalam masyarakat.
Etnometodolog berusaha memahami bagaimana orang-orang
melihat, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka
tinggal.
Menurut etnometodolog penelitian bukanlah merupakan
usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penye-
lesaian praktis.

Perbedaan penelitian Kualitatif dengan penelitian


kuantitatif

Paradigma
Poster tentang
Ilmiah Alamiah

Teknik Kuantitaitf Kualitaitf

Kreteria kualitas Rigor Relevan

Sumber teori A priori Dari dasar

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 137


Persoalan Dapatkah X Apakah X
kausalitas menyebabkan Y menyebabkan Y dalam
latar alamiah

Tipe Proporsional Proporsional yang


pengetahuan diketahui bersama

Pendirian Reduksionis Ekspansionis

Maksud Verifikasi eksplansionis

Karakteristik Metodologis

Ilmiah Alamiah

Kertas pensil atau alat Orang sebagai


Instrumen
fisik instrumen

Waktu penetapan
Selama dan sesudah
pengumpulan data Sebelum penelitian
pengumpulan data
dan analisis

Desain Pasti Muncul perubahan

Gaya Intervensi Seleksi

Latar Laboratorium Alam

Perlakuan Stabil Bervariasi

Satuan kajian Variabel Pola-pola

Turut campur atas


Unsur kontektual Kontrol
undangan

138 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Penelitian kualitatif memiliki yaitu berusaha mene-
mukan teori, toeri substansi teori atau formal yang semuanya
dari data.

Paradigma penelitian kualitatif


Penelitian kualitatif merupakan cara untuk menemukan
kebenaran atau lebih membenarkan kebenaran melalui model-
model (paradigma) tertentu.
Bogdan dan Biken (1982:32), menyatakan paradigma
adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara
berpikir dan penelitian.
Ada dua paradigma yaitu scientific pradigm (paradigma
ilmiah/keilmuan) dan naturalistic paradigma (paradigma
alamiah). Paradigma ilmiah bersumber dari padangan positi-
visme sedangkan pandangan alamiah bersumber pada pan-
dangan fenomenologis sebagai telah dikemukakan dalam
uraian di muka. Positivisme mencari fakta dan penyebab
fenomena sosial dan kekurang mempertimbangkan
subyektivitas individu. Paradigma alamiah lebih dikenal
dikenal dengan pandangan fenomenologis. Fenomenologis
berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka
berpikir maupun bertindak orang-orang itu sendiri.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 139


Perbedaan Aksioma Paradigma Positivisme dan
alamiah menurut Lincoln dan Guba 1985:37

Aksioma Positivisme Alamiah

Hakikat kenyataan Kenyataan adalah Kenyataan adalah


tunggal dan ganda, dibentuk, dan
fragmatisme merupakan keutuhan

Hubungan pencari Pencaritahu dan yang Pencari tahu dan


tahu dengan yang tahu adalah bebas, jadi yang tahu aktif
tahu ada dualisme bersama, jadi tidak
dapat dipisahkan

Kemungkinan Generalisasi atas dasar Hanya waktu dan


generalisasi bebas waktu dan bebas konteks yang
konteks dimungkinkan mengikat hipotesis
(pernyataan nomotetik) kerja (pernyataan
idiografis) yang
dimungkinkan

Kemungkinan Terdapat penyebab Setiap keutuhan


hubungan sebab sebenarnya yang secara berada dalam
akibat temporer terhadap, atau keadaan
secara simultan terhadap mempengaruhi secara
akibatnya bersama-sama
sehingga sukar
membedakan mana
sebab dan mana
akibat

Peranan nilai Inkuiri yang bebas nilai Inkuri yang terikat


nilai

140 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


4. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya
dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,
foto dan statistik.
a. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data
utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman
video/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Pencatatan
sumber data utama adalah wawancara atau pengamatan ber-
peranserta merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat dan
bertanya. Manakah di antara ketiga kegiatan yang dominan,
jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu lain dan dari satu
situasi ke situasi lainnya.
Misalnya, jika peneliti merupakan pengamat tak-
diketahui pada tempat-tempat umum, jelas bahwa melihat dan
mendengar merupakan alat utama, sedangkan bertanya akan
terbatas sekali. Sewaktu peneliti memanfaatkan wawancara
mendalam, jelas bahwa bertanya dan mendengar akan meru-
pakan kegiatan pokok.
Perumusan masalah yang baik akan membatasi studi.
Membatasi studi sebenarnya hakekatnya membatasi
kata-kata dan tindakan yang akan dijaring dari orang-orang
yang menjadi subjek penelitian.
Dengan seperangkat petunjuk seperti yang telah
diungkapkan di muka kiranya peneliti akan dapat menjaring
kata-kata dan tindakan yang relevan saja.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 141


b. Sumber tertulis
Sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan dan
merupakan data tambahan yaitu sumber tertulis yang berasal
dari buku, majalah, arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi.
Sumber berupa buku dan majalah ilmiah adalah disertasi atau
tesis, riwayat hidup, buku terbitan pemerintah, majalah-majalah
ilmiah seperti jurnal penemuan-penemuan hasil penelitian.
Sumber tertulis lainnya adalah dokumen pribadi , yaitu tulisan
tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri. Dokumen pribadi
berupa surat, buku harian dsb. Dokumen resmi berupa, laporan
rapat, buletin resmi, buku peraturan tata teritb dsb.

c. Foto
Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat
untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam
berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi
subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.
Latar penelitian dalam foto dapat diambil dengan teliti,
demikian pula foto dapat memberikan gambaran tentang
perjalanan sejarah orang-orang yang ada di dalamnya.

d. Data Statistik
Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data
statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi
keperluannya. Data Statistik membantu memberi gambaran
tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Misalnya
data statitik akan memberikan gambaran tentang bertambah
atau berkurangnya jumlah siswa dalam suatu sekolah.

142 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Mempelajari statistik dapat membantu peneliti mema-
hami persepsi subjeknya. Masuknya koran ke desa X misalnya
telah meningkatkan kesadaran penduduk desa untuk secara
lebih intensif mempelajari program belajar Paket A.

1. Peran Manusia Sebagai Instrumen Penelitian dan Peng-


amatan Berperan serta
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan
dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah
yang me-nentukan keseluruhan skenarionya. Sasaran (subjek)
penga-matan, adalah fokus atau masalah penelitian. Kedua hal
tersebut diuraikan dalam bagian ini secara berturut-turut. a.
Pengamatan Berperanserta
Pengamatan berperanserta menceritakan kepada peneliti
apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti
memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan.
Peneliti sering menghendaki suatu informasi lebih dari
sekedar mengamati. peneliti ingin mengetahui suatu peristiwa,
apakah sering terjadi dan apa yang dikatakan orang tentang hal
itu. Peneliti ingin mengetahui apakah tanpa kehadirannya para
subjek berperilaku tetap atau menjadi berbeda, dan sebagainya.
Pengamatan berperanserta pada dasarnya mengadakan penga-
matan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai pada
hal yang sekecil- kecilnya. Bodgan, R dan Tailor, S.J. 1993

b. Manusia sebagai Instrumen Penelitian


Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup
rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpul data, analisis, penasir data, dan membuat laporan
penelitian. Instrumen sebagai alat penelitian di sini tepat karena
peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 143


Namun instrumen disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul
data seperti tes pada penelitian kuanlitatif.
1) Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen, yaitu;
1. Responsif,
2. Dapat menyesuaikan diri,
3. Menekankan keutuhan,
4. Mendeskripsikan diri atas pengetahuan,
5. Memproses data secepatnya,
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifikasi dan
mengikhitisarkan
7. Memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak
lajim atau idiosinkratik.

2) Kualitas yang diharapkan (baik)


Peneliti kualitatif berhubungan dengan subyek, maka
memerlukan kemampuan untuk mendekati subyek guna
melakukan wawancara. Kemampuan tersebut adalah;
1. Toleran
2. Sabar
3. Empati
4. Pendengar yang baik
5. Manusiawi
6. Bersikap terbuka
7. Jujur
8. Objektif
9. Berpenampilan menarik
10. Mencintai pekerjaan wawancara
11. Senang berbicara
12. Tidak cepat bosan

c. Peningkatan kemampuan Peneliti sebagai Instrumen

144 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Kemampuan peneliti sebagai instrumen dapat diting-
katkan dengan jalan;
1) Pertama peneliti hendaknya selalu pergi kepada situasi baru
untuk memperoleh pengalaman, kemudia berusaha mencatat
apa saja yang menjadi hasil pembicaraan.
2) Melakukan pelatihan terhadap situasi khusus dalam situasi
buatan atau situasi klinis.

2. Pengamatan
Pengamatan berguna untuk mengumpulkan data secara
langsung dari lapangan dan kemudian melakukan pencatatan
tentang peristiwa yang terjadi sebagaimana adanya tanpa
dilakukan rekayasa. Dengan demikian data yang dikumpulkan
tidak bias atau melenceng dari kenyataan yang ada, karena
peneliti dapat mengamati hal-hal atau situasi yang rumit dan
tidak memungkikan pengambilan data dilakukan dengan teknik
yang lain.
a. Jenis Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
berperanserta secara langsung dengan dalam suatu kegiatan
dan tidak berperanserta.
Pengamatan dapat dibagi pula atas pengamatan terbuka dan
pengamatan tertutup.
Pengamatan terbuka, subjek mengetahui bila sedang diamati
sehingga memberikan kesempatan kepada pengamat untuk
mengamati peristiwa yang terjadi. Pengamatan tertutup,
subyek tidak mengetahui jika kegiatan yang sedang
dilakukan diamati oleh pengamat, biasanya akan diperoleh
data yang tidak terlalu terperinci.
Peristiwa atau kejadian yang diamati dapat berupa latar
alamiah dan latar buatan. Dalam istilah lain dinamakan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 145


dengan pengamatan terstruktur dan pengmatan tidak ters-
truktur.
Patton 1987, (Moleong, 2004; 131-132) membagi;
1) Berperanserta secara lengkap, pengamat menjadi anggota
penuh dari kelompok yang diamati. Dengan demikian
dapat memperoleh semua informasi yang diperlukan.
2) Pemeranserta sebagai pengamat, pengamat tidak sepe-
nuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan
fungsi pengamatan (pura-pura menjadi anggota),
sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh terutama
yang rahasia.
3) Pengamat sebagai pemeranserta, pengamat secara
terbuka diketahui oleh umum atau mungkin disponsori
oleh para subjek, sehingga hal-hal yang tersembunyi
dapat diketahui oleh pengamat.
4) Pengamat penuh, pengamatan ini biasanya terjadi pada
pengamata eksperimen di laboratorium yang menggu-
nakan kaca sepihak, subjek tidak mengatahui jika sedang
diamati.

3. Analisis Data Kualitatif


Analisisi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengematan
yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, do-kumen pribadi
dokumen resmi, gambar, foto dll. Setelah dibaca, dipelajari, dan
ditelaah, maka langkah selanjutnya ialah meng-adakan reduksi
data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi (Miles, M.
B, & Huberman, A M. 1992). Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan
yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalam suatu
permasalah tertentunya. Langkah selanjutnya

146 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


adalah menyusun dalam satuan-satuan yang ada. Satuan-satuan
itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap
akhir dari analisis data ialah mengadakan pemerikaan
keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap
penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori
substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Langkah-langkah analisis data meliputi; pemrosesan
satuan, kategorisasi termasuk pemeriksaan keabsahan data, dan
penafsiran data.
1. Pemrosesan Satuan (Unityzing)
Pemrosesan satuan ini terdiri atas tipologi satuan dan
penyusunan satuan.
a. Tipologi Satuan
Satuan atau unit adalah satuan suatu latar sosial. Satuan
itu merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan data.
Menurut Lofland and Lofland (1984:93), satuan kehidupan
sosial merupakan kebulatan di mana seseorang mengajukan
pertanyaan. Lincoln dan Guba (1985:344) menamakan satuan
informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefi-
nisikan kategori. Analisis kategori verbal digunakan oleh
subyek untuk merinci kompleksitas kenyataan ke dalam
bagian-bagian. Pada penelitian kategori biasanya menggunakan
kosa kata khusus untuk membedakan setiap jenis kegiatan.
Tipologi ini merupakan kunci bagi peneliti untuk mem-
berikan nama sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan, di-
rasakan, dan dihayati oleh para subjek dan dihendaki oleh latar
penelitian.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 147


b. Penyusunan Satuan
Satuan itu tidak lain adalah bagian terkecil yang me-
ngandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas
dari bagian yang lain. Karakteristik satuan ada dua, yaitu;
Pertama, satuan itu harus “heuristik" artinva mengarah
pada satu pengertian atau satu tindakan yang diperlukan oleh
peneliti atau akan dilakukannva, dan satuan itu hendaknya juga
menarik
Kedua, satuan itu hedaknya merupakan "sepotong"
informasi terkecil yang dapat berdiri sendiri, artinya satuan itu
harus dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain
pengertian umum dalam konteks latar penelitian.
Satuan itu dapat berwujud kalimat faktual sederhana,
misalnya: "Responden menunjukkan bahwa ia menghabiskan
sekitar sepuluh jam seminggu untuk melakukan perjalanan
keliling dari satu sekolah ke sekolah lain selaku guru pengajar
lepas di beberapa sekolah”.
Selain itu satuan dapat pula berupa paragraf penuh.
Satuan ditemukan dalam catatan pengamatan, catatan wawan-
cara, catatan lapangan atau sumber lainnya.
Langkah pertama dalam pemrosesan satuan ialah analis
hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh
jenis data yang sudah terkumpul. Usahakan agar satuan-satuan
itu dapat diidentifikasi dan selanjutnya peneliti
memasukkannya ke dalam kartu indek.
Penyusunan satuan dan pemasukan ke dalam kartu
indeks hendaknya dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap
ini analisis jangan dulu membuang satuan yang ada walapun
mungkin dianggap tidak relevan.

148 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Setiap kartu indeks harus diberi kode dan kode-kode dapat
berupa:
a. Penandaan sumber asal satuan seperti catatan lapangan,
dokumen, laporan, dan semacamnya. Halaman pada sumber
itu harus dimasukkan juga agar memudahkan analis dalam
menelusurinya bila diperlukan. Misalnya: 12.09 B berarti
responden nomor 12, halaman 9, alinea B.
b. Penandaan jenis responden, misalnya GSD = Guru SD,
PSMP = Pengawas SMP, dan semacamnya.
c. Penandaan lokasi, misalnya LR = Lokasi Rumah, LS =
Lokasi Sekolah, LP = Lokasi Pasar, dan semacamnya.
d. Penandaan cara pengumpulan data, misalnya W =
Wawancara, P = Pengamatan, DR = Dokumen Resmi, DP =
Dokumen Pribadi, dan semacamnya. Jika penyusunan
satuan itu telah diselesaikan, berarti langkah kategorisasi
sudah dapat dimulai.

2. Kategorisasi
Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori
tidak lain adalah tumpukan atau kumpulan yang disusun dari
pikiran, intuisi, pendapat atau kreteria tertentu.
Lincoln dan Guba (1985:347-351) menguraikan tugas
pokok kategorisasi adalah:
a. Mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam
bagian-bagian isi yang berkaitan;
b. Merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan
digunakan untuk menetapkan isi setiap kartu pada kategori dan
juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data;
c. Menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan
lainnya mengikuti prinsip taat asas, sehingga seperangkat
konstruksi data yang beralasan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 149


Langkah-Langkah kategori
Metode yang digunakan dalam kategorisasi ini adalah
metode analisis komparatif dengan langkah-langkah sbb.
a. Pilihlah kartu pertama di antara yang telah disusun pada
penyusunan satuan, bacalah kartu itu dan catatlah isinya. Kartu
pertama ini mewakili entri pertama dari kategori yang akan
diberi nama. Tempatkan kartu itu pada satu sisi tertentu. b.
Pilihlah kartu kedua, baca dan catat pula isinya. Buatlah
keputusan atas dasar pengetahuan, intuisi, apakah kartu
kedua ini tampak sama atau dirasakan sama dengan kartu
pertama, tempatkanlah kartu itu ke dalam tempat yang sama
dengan kartu pertama. Jika ternyata tidak sama dengan kartu
pertama, maka kartu itu merupakan entri pertama untuk
kategori kedua yang akan diberi nama.
c. Lanjutkanlah dengan kartu-kartu berikutnya. Untuk setiap
kartu tetapkan apakah kartu itu tampak atau dirasakan sama
dengan kartu-kartu yang telah ditempatkan di dalam
kategori tertentu ataukah kartu itu mewakili kategori baru.
d. Sesudah beberapa kartu diproses, analisis akan merasakan
bahwa ada satu kartu baru yang tidak cocok untuk ditem-
patkan pada kartu-kartu yang ada pada kategori sebelumnya,
maka perlu menyusun kategori baru. Apabila penyusunan
selesai, maka waktu itu analis sudah mulai dengan menulis
memo yang mengarah pada penulisan kawasan kategori dan
merancang aturannya.
e. Ambil kartu-kartu yang telah terkumpul di dalam kategori
dan buat dan susunlah pernyataan dalam bentuk proposi-
sional akan kawasan-kawasan yang merupakan ciri dari
kartu. Gabunglah ciri-ciri itu ke dalam aturan sesuai dengan
isi dan tentukan aturan tetap tentang kartu indeks yang lain.
Berilah kategori itu "nama" atau "judul" yang di dalamnya

150 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


berisi esensi aturan itu untuk memudahkan pengelompokan
berikutnya dan untuk mencatat isi setiap kategori.

Pada tahap ini analis perlu hati-hati adanya penyim-


pangan, konflik, atau hal-hal lain yang tidak sesuai masalah
penelitian (Miles, M. B, & Huberman, A M, 1992). Apabila
tum-pukan kartu satuan sudah selesai diproses, keseluruhan
perangkat kategori harus ditelaah lagi dengan teliti, untuk
mengecek kategori-kategori yang tumpang tindih. Satu kum-
pulan kartu yang membentuk kategori dipandang tidak meme-
nuhi jika ada ambiguitas atau keraguan tentang suatu kartu
yang dimasukan pada kategori tertentu.

3. Penafsiran Data
Penafsiran data dijabarkan ke dalam (1) tujuan, (2)
prosedur umum, (3) peranan hubungan kunci, (4) peranan
interogasi data, dan (5) langkah-langkah penafsiran data
dengan menggunakan metode analisis komparatif.
a. Tujuan penafsiran data
Tujuan penafsiran data hanyalah deskripsi semata-mata,
analis menerima dan menggunakan teori dan rancangan
organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Atas
dasar itu penulis menyusunnya dengan jalan
menghubungkan kategori-kategori kedalam kerangka sistem
kategori yang diperoleh dari data.
b. Proses Umum Penafsiran Data
Pada dasarnya sukar memisahkan analisis data dari penaf-
siran data. Unsur teori adalah kategori dengan kawasannya.
Analisis data dimulai sejak di lapangan, maka di sini sudah
dilakukan penghalusan data, penyusunan kategori dengan
kawasannya, dan sudah ada upaya yang dimulai dalam

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 151


rangka penyusunan hipotesis, yaitu teorinya itu sendiri.
Analisis data itu terjalin secara terpadu dengan penafsiran data.
Data ditafsirkan menjadi kategori yang berarti sudah menjadi
bagian dari teori dan dilengkapi dengan penyusunan hipotesis
kerja sebagai teori yang nantinya diformulasikan baik secara
deskriptif maupun secara proporsional (Julian Brannen, 1999).
Setelah menyelesaikan analisis data, masih ada data yang tidak
termasuk dalam gololongan sistem satuan dan kategori, maka
dibuat kategori baru, mungkin hipotesis kerja yang baru,
sehingga jadilah temuan yang baru.
Tahapan yang terkhir yaitu menuliskan kategori dan hipo-
tesis, menyusun dalam bentuk teori sesuai dengan disiplin
ilmu masing-masing peneliti. Cara penulisan teori dengan
cara memberikan argumentasi terhadap sesuatu, deskripsi,
perbandingan, analisis proses, analisis sebab-akibat, dan
penafsiran analogi.
c. Peranan hubungan dalam penafsiran data
Penafsiran data ialah menemukan kategori dengan kawa-
sannya dan merupakan langkah fundamental dalam pene-
litian kualitatif. Kategori dan hubungannya diberi label
dengan pernyataan sederhana berupa proposisi yang menun-
jukkan hubungan. Proses ini diteruskan hingga sampai
peneliti menemukan metafora atau kerangka berpikir umum.
Pada akhirnya ditemukan hubungan kunci, yaitu suatu
metafora, model, kerangka umum, atau pola-pola tertentu.
Hubungan kunci ini berguna untuk menghaluskan hubungan
dan menghubung-hubungkan suatu kategori dengan kategori
lainnya dan berfungsi sebagai aturan tetap (kriteria).

152 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


d. Penafsiran Data dengan Menggunakan Metode AnalisIs
Komparatif dalam Rangka Penyusunan Teori Substantif.
Penyusunan teori dari data dapat dilakukan melalui analisis
komparatif (Glaser dan Strauss, 1997). Analisis komparatif
adalah metode umum seperti halnya metode eksperimen dan
statistik. Analisis komparatif digunakan untuk menganalisis
satuan sosial yang berskala besar seperti organisasi, bangsa,
lembaga, sekarang dapat digunakan juga untuk satuan sosial
berukuran besar maupun kecil.

Ada beberapa peranan analisis komporatif yaitu;


a. Ketepatan Kenyataan
Pada tingkat faktual, bukti yang diperoleh dari suatu ke-
lompok tertentu dapat digunakan untuk mengecek apakah bukti
awal itu sudah benar. Ada pernyataan yang terkenal, yaitu:
apakah fakta itu benar-benar fakta? Jadi, fakta itu
direplikasikan melalui pembandingan bukti-bukti dan dila-
kukan secara internal (dalam studi itu sendiri) maupun secara
eksternal (di luar studi itu) atau kedua-duanya. Pada umumnya
para ahli sepakat bahwa replikasi itu merupakan alat yang
ampuh untuk memvalidasikan fakta. Kenyataan yang diperoleh
itu benar-benar secara pasti berupa kenyataan yang dicek
berkali-kali. Kadangkala ketepatan bukti itu tidak sepenuhnya
tercapai, karena dalam penyusunan teori bukan berdiri atas
dasar fakta, melainkan atas dasar kategori konseptual atau
kawasan konseptualnya yang ditarik dari data. Suatu konsep
dapat ditarik dari satu fakta, kemudian menjadi salah satu sifat
keumuman dari kemungkinan indikator-indikator, baik yang
bertentangan maupun yang berasal dari konsep. Indikator-
indikator itu kemudian dicari melalui analisis komparatif.
Dalam menemukan teori,

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 153


peneliti menarik kategori konseptual atau kawasannya dari
kenyataan. Sesudah itu kenyataan yang menjadi sumber
munculnya kategori digunakan untuk mengilustrasikan
konsep.
b. Generalisasi empiris
Salah satu tujuan penelitian kualitatif dalam menyusun teori
ialah membangun generalisasi empiris karena generalisasi
itu tidak hanya menetapkan batas penerapan teori dari-dasar.
Generalisasi membantu memperluas teori sehingga secara
umum menjadi lebih aplikatif dan memiliki daya penjelasan
serta peramalan yang lebih besar. Dengan membandingkan
apakah fakta itu ada kesamaan maupun perbedaan, maka
dapat digunakan menarik kawasan kategori ke arah genera-
lisasi kategori dan kemampuan penjelasannya.
c. Penetapan konsep
Penggunaan lain dari analisis komparatif adalah untuk
mene-tapkan unit atau satuan kajian suatu studi kasus. Hal
ini dilakukan dengan jalan mengkhususkan dimensi konsep
yang menghasilkan satuan.

Contoh: ada peneliti yang membandingkan ciri-ciri


kehidupan politik salah satu gerakan buruh dengan
karakteristik gerakan buruh lainnya untuk menemukan sikap
yang membe-rontaknya.
Penetapan satuan kajian baru merupakan sebagian kecil
dari pekerjaan penyusunan teori. Unsur-unsur empiris yang
membedakan satuan-satuan pembanding harus berada pada
tingkatan data yang sama. Satuan-satuan yang memiliki ciri
sama diangkat menjadi konsep-konsep.
Empat metode komparasi tetap (Glaser dan Strauss,
1997) yaitu; (a) pembandingan "kejadian" (incidents) yang

154 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


aplikatif terhadap setiap kategori, (b) integrasi kategori dan
kawasannya, (c) pembatasan teori, dan (d) penulisan teori.
a. Pembandingan "kejadian" (incidents) yang aplikatif terhadap
setiap kategori
Peneliti mulai dengan memberikan kode pada setiap kejadian
dari datanya ke dalam kategori yang cocok. Kode dapat
diberikan atau dituliskan pada bagian tepi catatan lapangan.
Cara lain yang dapat ditempuh ialah menyalin setiap bagian
yang merupakan satu kategori tersebut ke dalam kartu tertentu.
Satu aturan yang sangat diperlukan pada tahapan ini yaitu;
“sementara memberi kode pada peristiwa untuk satu kategori
tertentu, bandingkanlah hal itu dengan peristiwa sebelumnya
dalam kelompok yang sama dan kelompok yang berbeda, yang
dikode pada kategori yang sama".
Perbandingan secara tetap demikian secepatnya akan me-
ngarahkan peneliti pada penyusunan kawasan teoretis dari
kategori yang dikode.
Untuk menyusun teori yang bersala dari kategori dapat
digunakan perbandingan kategori simamtik dari Spradley
(1979) yaitu;

Tempat - X adalah tempat di Y, X adalah bagian dari Y.

Sebab-akibat - X adalah akibat Y, X adalah sebab dari Y.

Alasan – X adalah alasan untuk melakukan Y.

Lokasi untuk tindakan – X adalah tempat melakukan Y.

Fungsi – X digunakan untuk Y.

Cara tujuan – X adalah cara melakukan Y.

Tata urutan – X adalah langkah (tahap) dalam Y.

Ciri-ciri – X adalah ciri-ciri Y.
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 155
Pertanyaan-pertanyaan secara verbal yang dibangun atas
dasar bangunan semantik akan sangat bermanfaat dalam
membentuk proposisi yang mengarah pada penyusunan
hipo-tesis kerja menjadi penyusunan teori.

b. Integrasi Kategori dan Kawasan


Pemberian kode diteruskan, sementara itu pembandingan
antara satu kejadian dengan kejadian lainnya terus diker-
jakan. Pada saat tertentu akan terjadi pembandingan antara
kejadian dengan kawasan suatu kategori. Pembandingan
secara tetap demikian akan menghasilkan akumulasi penge-
tahuan yang berkenaan dengan kawasan suatu kategori yang
sudah siap diintegrasikan. Integrasi terjadi karena kawasan
itu berkaitan dalam beberapa hal dan menghasilkan suatu
kesatuan yang utuh. Selanjutnya, integrasi juga dilakukan
terhadap satu kategori dengan kategori lainnya. Dengan
demikian teori berkembang setelah bermacam-macam
kategori dengan kawasannya cenderung menjadi
terintegrasi. Pekerjaan pembandingan tersebut niemaksa
peneliti me-nyusun suatu teori yang berkaitan yang berasal
dari pemban-dingan tersebut.
Pada tahap pengumpulan data, analisis data hendaknya
langsung dimulai karena integrasi teori akan mulai terjadi
dengan sendirinya. Dengan cara ini peneliti akan meman-
faatkan sebesar-besarnya pola integrasi konsep atau teori
yang berasal dari data itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang dirumuskan pada usulan penelitian akan
mengisi kesenjangan dalam pengintegrasian teori tersebut.

156 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


c. Pembatasan Teori
Pembatasan teori dilakukan pada dua tingkatan, yaitu pada
tingkatan teori dan pada kategori. Setiap kali peneliti mem-
bandingkan kejadian dengan kategori pada mulanya akan
sering terjadi modifikasi, namun lama-kelamaan modifikasi
itu akan berkurang.
Modifikasi terakhir nantinya dilakukan dalam rangka menata
kejelasan logika yang digunakan. Hal tersebut dilakukan
dengan jalan mengeluarkan kawasan yang tidak relevan,
mengintegrasikan kawasan yang kecil-kecil ke dalam kerangka
kategori yang berkaitan, dan akhirnya peneliti akan
menghadapi hal terpenting yang dinamakan reduksi.
Reduksi dalam hal ini ialah cara memformulasikan teori ke
dalam seperangkat konsep yang tinggi tingkatan abstraksinya
atas dasar keragaman dari seperangkat kategori dan kawa-
sannya. Hal itu membatasi peristilahan dan uraiannya.
Reduksi perlu dilakukan seterusnya. Melalui reduksi termi-
nologi akan ditemukan bahwa teori yang muncul dapat dige-
neralisasikan pada suatu situasi tertentu yang lebih umum.
Misalnya: perawatan bagi pasien yang akan meninggal dapat
diangkat kepada perawatan seluruh pasien bukan hanya
oleh perawat, melainkan oleh seluruh karyawan. Pada
tingkatan teori formal, generalisasi demikian dapat lebih
ditingkatkan ke dalam nilai sosial masyarakat, misalnya.
Reduksi terminologi dan kemungkinan generalisasinya pada
tingkatan ini tidak hanya dapat dilakukan melalui pemban-
dingan antar kelompok yang berasal dari segi substantif. Hal
itu dapat juga dilakukan dengan jalan pembandingan dari
kepustakaan atau pendapat para ahli lain. Dengan demikian
peneliti akan berusaha mencapai dua persyaratan teori, yaitu
(1) parsimoni dari variabel dan formulasinya dan (2) lingkup

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 157


yang dapat mengaplikasikan teori kepada situasi yang lebih
meluas, tentu saja dengan tetap memperhatikan kaitan teori
dengan data.
Tahap kedua pembatasan teori mencakup usaha mengadakan
reduksi dalam daftar kategori asli yang telah diberi kode. Teori
berkembang, kemudian direduksi, dan peneliti akan terikat
pada pekerjaan menata data yang banyaknya segudang itu.
Keterikatan peneliti sekarang adalah pada pemotongan daftar
kategori asli yang dikumpulkan dan diberi kode. Hal itu
dilakukan atas dasar batas teori yang sekarang diha-dapinya.
Dengan demikian, baik untuk pertimbangan, pemberian kode,
maupun analisis kejadian akan makin dapat dipilih dan
difokuskan pada teori yang sudah muncul. Sesudah itu sisa
waktunya dapat dipusatkan pada pem-bandingan kejadian yang
cocok dengan perangkat kategori yang sudah tersusun. Satu
saat akan terjadi "kejenthan teori" (theoretically saturated) jika
mengikuti prosedur pembatasan teori melalui reduksi
peristilahan. Hal itu berarti bahwa titik kejenuhan teori sudah
tercapai sehingga setiap kejadian yang diberi kode kemudian
hanya akan memenuhi kategori-kategori konseptual yang
sudah ada. Ada ahli yang meng-anjurkan agar kejadiankejadian
yang ditemukan sesudah itu tidak perlu dikode lagi. Ada pula
yang menganjurkan agar hal itu tetap dilakukan karena
barangkali nantinya tetap akan bermanfaat. Hal itu
dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai terjadi masih ada
kejadian yang belum termasuk ke dalam salah satu kategori
yang telah dibuat.

158 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


d. Penulisan Teori
Pada tahap ini peneliti telah memperoleh data yang telah
diberi kode, sejumlah catatan, dan teori. Sekarang peneliti
perlu membuat uraian dalam catatan yang akan memberikan
isi pada kategori, dan hal itu nantinyamenjadi tema pokok
teori yang dituliskannya nanti pada buku atau laporan
penelitiannya.
Pada saat terakhir, kerangka analisis penelitu itu sudah
berbentuk teori substantif yang disusun dalam pernyataan-
pernyataan yang beralasan tepat.. Hal itu sudah dalam
bentuk kerangka yang dapat digunakan oleh peneliti lainnya
dalam bidang yang sama. Jika hal itu sudah tercapai dan
peneliti telah merasa yakin akan hasilnya, pada saat itu
peneliti sudah dapat mempublikasikan hasil penelitiannya.
Penulisan dilakukan dengan mula-mula mengumpulkan
catatan-catatan dari setiap kategori. Pelajarilah catatan-
catatan tersebut, kemudian lakukan penulisan. Perlu diingat
bahwa setiap kali peneliti perlu kembali mempelajari data
untuk keperluan validasi penulisan. Tentu saja hal itu dapat
dilakukan setelah upaya meningkatkan keandalan dan
kebenaran data telah dilakukan sepenuhnya.

4. Pengujian Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan sesuatu yang penting untuk
mengecek kualitas data penelitian. Keabsaha data menurut
versi positifvisme menggunakan konsep kesahihan (validitas)
dan keandalan (reliabilitas).
Dalam pendekatan kualitatif keabsahan data perlu
diperiksa untuk memberikan keyakinan pada data yang telah
terkumpul. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan berdasarkan kreteria tertentu dalam pendekatan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 159


alamiah, yaitu; derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferalbility), kebergantungan (dependenbility), maupun
kepastian (corfirmability).
Kreteria derajat kepercayaan pada dasarnya meng-
gantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium
ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai.
kedua, menunjukan derajat kepercayaan hasil penemuan
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda
yang diteliti.
Kreteria keteralihan, berbeda dengan validitas eksternal
dari non kualitatif. Konsep ini menyatakan bahwa generalisasi
sesuatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua
kontek dalam populasi yang sama atas dasar penemuan pada
sampel.
Kreteria kebergantungan, merupakan subtitusi dari
istilah reliabilitas dalan nonkualitatif. Kreteria ini yaitu
ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika
suatu peristiwa dilakukan pengulangan dua atau beberapakali
akan memberikan hasil yang sama.
Kreteria kepastian, merupakan istilah yang berasal dari
objektifitas menurut non kualitatif. Suatu data dapat dikatakan
objektif atau tidak tergantung dari cara seseorang memandang,
berpendapat terhadap penemuan atau data. Sesuatu dikatakan
objektif berarti sesuatu itu dapat dipercaya, faktual dan dapat
dipastikan kebenarannya.

160 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Teknik Peneriksaan Keabsahan Data
Ada beberapa cara dalam pemeriksaan keabsahan data yaitu;

Kreteria Teknik Pemeriksaan

Kredebilitas (1) Perpanjangan kelkutsertaan


(2) Ketekunan pengamatan
(3) Triangulas1
(4) Pengecekan sejawat
(5) Kecukupan referensial
(8) Kajian kasus negatif
(7) Pengecekan anggota

Keterangan (8) Uralan rinci

Kebergantungan (9) Audit kebergantungan


Kepastian (10) Audit kepastian

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti
sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan
tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian.

2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal itu
berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 161


dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap
faktor-faktor yang menonjol.

3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadao
data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978)
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pe-
meriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif (Patton, 1987, dalam Moleong,
2004), hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandinkan data hasil dengan pengamatan dengan
hasil wawancara
2. Membandingka apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;
3. Membandingkan apa yang telah dikatakan orang-
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
sepanjang waktu;
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, orang pemerintahan;
5. Membanding hasil wawancara dengan isi pada suatu
dokumen yang berkaitan.

162 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


b. Triangulasi denan Metode
Triangulasi dengan metode (Patton 1987, dalam Moleong,
2004), terdiri dari dua strategi, yaitu:
1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan basil
penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data,
2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama.

c. Pengamatan bersama dengan orang lain


Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
kemencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya
penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan jika
dipandang dari segi teknik. Memperbandingkan hasil
pekerjaan seseorang dengan hasil pekerjaan orang lain.

d. Triangulasi dengan teori,


Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan
bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat keper-
cayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain,
Patton 1987, (Moleong, 2004:327) berpendapat lain, yaitu
bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinama-kannya
penjelasan banding (rival explanations). Dalam hal ini, jika
analisis telah menguraikan pola hubungan, dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka
penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan
pembanding atau penyaing. Hal dapat dilakukan secara
induktif atau secara logika. Secara logika dilakukan dengan
jalan memikirkan kemungkinan logis lainnya dan kemudian
melihat apakah kemungkinan-kemungkinan itu dapat
ditunjang oleh data. Jika peneliti membandingkan hipotesis
pembanding dengan penjelasan pembanding,

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 163


bukan berarti ia menguji atau meniadakan alternatif itu.
Justru peneliti mencari data yang menunjang alternatif
penjelasan itu. Jika peneliti gagal menemukan "bukti"
yang cukup kuat terhadap penjelasan alternatif dan justru
membantu peneliti dalam memberikan penjelasan
terhadap derajat kepercayaan atau, hipotesis asli, hal ini
merupakan penjelasan "utama" peneliti.

4. Pemeriksaan sejawat dengan diskusi


Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil semen-
tara atau basil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dalam diskusi analitik
tersebut kemencengan penelitidisingkapdan pengertian
mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar klarifikasi
nafsiran.
Teknik ini mengandung beberapa maksud dalam peme-
riksaan keabsahan data yaitu;
a. Membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka
dan kejujuran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agar
disusun yang rapi sehingga dapat diklasifikasikan
menurut persoalan-persoalan yang sesuai dan berkaitan
dengan teori substantif, metodologi, hukum dan
peraturan, etika yang relevan.
b. Diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan
awal yang untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis
yang muncul dalam dari pemikiran peneliti.

5. Analisis kasus negatif


Teknik analisis kasus negatif dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan contoh dan kasus sesuai dengan pola dan
kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan

164 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


digunakan sebagai bahan emandin. Dalam suatu latihan
kepemimpinan perusahaan, sebagian peserta berhasil dengan
baik dan telah menduduki kedudukan yang baik. Peserta
yang tidak menyelesaikan program dan meninggalkan
latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk
meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif
demikian digunakan sebagai kasus negatif untuk
menjelaskan hipotesis alternatif yang digunakan sebagai
upaya meningkatkan argumentasi penemuan.

6. Kecukupan referensi
Konsep kecukupan referensial ini yang mula-mula diusulkan
(Lincoln dan Guba, 1981:313) sebagai instrumen untuk
menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk
keperluan evaluasi.
Misalnya film atau video-tape, sebagai alat perekam yang
dapat digunakan pada saat senggang dan dimanfaatkan
untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik
yang telah terkumpul. Dengan demikian, bahan-bahan yang
tercatat atau terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk
menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Jika
alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain dapat dipilih dan
dapat digunakan sebagai pembanding kritik. Misalnya ada
informasi yang tidak direncanakan, kemudian disimpan;
sewaktu mengadakan pengujian, informasi yang demikian
dapat dimanfaatkan untuk keperluan itu.

7. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat
kepercayaan. Pengecekkan dengan anggota dapat dilakukan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 165


pada; data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan.
Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan
mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi
pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang
telah dior-ganisasikan oleh peneliti.
Misalnya ikhtisar wawancara dapat diperlihatkan untuk
dipelajari oleh satu atau beberapa anggota yang terlibat, dan
mereka diminta pendapatnya. Hasil tanggapan seseorang
dapat dimintakan tanggapan dari orang lainnya.
Demikian pula pendapat satu kelompok dapat pula dicek
dengan pendapat kelompok lainnya, misalnya kelompok
guru dicek dan dimintakan tanggapan dari kelompok
pimpinan sekolah.

8. Uraian Rinci
Penelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan non-
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya
uraian rinci (thick description). Keteralihan pada hasil
analisis bergantung pada pengetahuan seorang peneliti
tentang konteks yang diteliti.
Dengan demikian peneliti bertanggung jawab terhadap
penyediaan data secukupnya yang memungkinkan seseorang
merenungkan suatu aplikasi pada hasil penelitiannya
sehingga memungkinkan adanya pembandingan dengan
hasil penelitian lainnya.
Teknik ini menuntut peneliti agar dapat melaporkan hasil
penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan
secermat yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara
khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar
dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.

166 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Penemuan itu sendiri merupakan penafsirannya yang
dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam
pertanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

9. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal
yang dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan
kepastian data.
Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap
hasil atau keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan
apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan
keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan
itu perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing;
Klasifikasi terdiri dari;
a. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara
elektronik, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto, dan
semacamnya, serta hasil survai;
b. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk di
dalamnya penulisan secara lengkap catatan lapangan,
ikhtisar catatan, informasi yang dibuat persatuan seperti,
kartu, iktisar data kuantitatif, dan catatan teori seperti
konsep dan semacamnya.
c. Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk struktur
kategori; tema, definisi dan hubungan-hubungannya,
penemuan dan kesimpullan, hubungan laporan akhir
dengan kepustakaan dll.
d. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk
didalamnya catatan metodologi; prosedur, disain, stategi,
rasional, catatan keabsahan data berkaitan dengan derajat
kepercayaan dll

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 167


e. Bahan yang berkaitan dengan maksud dan keinginan,
termasuk usulan penelitian, catatan pribadi, catatan
reflektif dan motivasi
f. Informasi tentang pengembangan instrumen, termasuk
formulir yang digunakan, jadwal pendahuluan, format
pengamat dan survey.

10. Analisis dan Penafsiran Data


Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, seperti wawancara,
observasi yang sudah ditulis dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto (Sugiono,
2005). Selanjutnya mengadakan reduksi data yang dila-
kukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi meru-
pakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam data.

Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-


satuan. Dari satuan dibuat kategori-kategori dilakukan
sambil membuat koding. Tahap akhir adalah adalah meng-
adakan pemeriksaan keabsahan data.
Setelah selesai semuanya sekarang penafsiran data dalam
mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan
menggunakan metode tertentu. Proses analisis dan penaf-
siran data selanjutnya akan membahas, pemrosesan satuan,
kategorisasi termasuk pemeriksaan keabsahan data dan
diakhiri dengan penafsiran data.

168 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


D. Pemrosesan satuan
1. Tipologi satuan
Satuan atau unit adalah satuan suatu latar sosial yang
merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan data. Satuan
informasi berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan
kategori. Ada dua satuan yaitu tipe asli dan tipe hasil konstruksi.

2. Penyusunan satuan
Satuan merupakan bagian terkecil yang mengandung
makna bulat dan dapat berdiri sendiri dan karakteristiknya
adalah;
a. heuristik yaitu mengarah pada satu pengertian atau satu
tindakan yang diperlukan oleh peneliti atau akan dilakukan
b. Merupakan sepotong informasi terkecil yang berdiri sendiri
atau dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan.
Satuan berujud kalimat sederhana dan dapat berupa paragraf
penuh.

E. Kategorisasi
1. Fungsi dan prinsip kategorisasi
Kategori adalah salah satu kumpulan dari seperangkat
kumpulan yang disusun dari pikiran, intuisi, pendapat, atau
kreteria tertentu. Tugas pokok ketegori adalah;
Mengelompokkan bagian-bagian yang telah dibuat ke
dalam bagian-bagian isi yang berkaitan. Merumuskan aturan
menguraikan kawasan kategori menyusun kategori sesuai
dengan bagian satu dengan lainnya yang telah ditetapkan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 169


2. Langkah-langkah kategorisasi
- Memilih kode untuk bagian pertama dan seterusnya yang
disusun berdasarkan satuan sesuai dengan permasalah
dalam penelitian.
- Melakukan pengecekan terhadap kategori yang telah
dibuat apa masih ada yang tertinggal
- Lakukkan analisis secara keseluruhan dari masing-
masing kategori
- Tafsirkan semua kategori setelah dilakukan analisis.

F. Penafsiran
1. Tujuan penafsiran data
- Tujuan penafsiran data ada tiga yaitu melakukan
deskripsi semata-mata yaitu hanya menghubungkan
setiap kategori satu dengan lainya dalam satu kerangka
sistem kategori yang diperoleh dari data.
- Deskripsi analitik, yaitu dari hasil hubungan yang
dikembangkan berdasarkan proses analisis untuk menuju
penyusunan teori substantif dan
- Teori substantif, yaitu penyusunan teori dari dasar,
analisis harus menanpakkan metafora atau rancangan
yang telah dikerjakan dalam analisis. Tujuan utama
adalah penemuan teori substantif yang dibangun dari data
2. Proses umum penafsiran data
- Dari data yang telah ditafsirkan, maka penulisan teori
merupakan cara argumentasi, deskripsi, pembandingan,
analisis proses, analisis sebab akibat dan penafsiran
analogi.
3. Peranan hubungan kunci dan Penafsiran Data
- Kategori dan hubungannya diberi albel dengan pernyataan
sederhana berupa proposisi yang menunjukkan hubungan.

170 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Proses ini berjalan terus sampai menemukan metafora atau
kerangka berpikir umum. Pada akhirnya ditemukan
hubungan kunci berupa metafora, model, kerangka umum.
4. Peranan interogasi terhadap data
- Berdasarkan model hubungan kunci belum tentu segala
sesuatu yang diterapkan dapat muncul dari data, karena
analisis tidak dapat menceritakan apa yang harus diung-
kapnya. Jalan yang terbaik adalah melakukan
penelusuran terhadap data yang lebih mendalam dengan
berbagai pertanyaan, sehingga terungkap banyak
persoalan dari data itu sendiri.
5. Penafsiran data dengan menggunakan metode analisis kom-
paratif dalam rangka penyusunan teori substantif
- Analisis komparasi adalah metode umum seperti pada
analisis komporasi pada eksprimen dan statistik. Analisis
komparasi hanya digunakan untuk menganalisis satuan
sosial berskala besar seperti organisasi, lembaga, bangsa,
namun dalam perkembangannya juga dapat digunakan
pada skala yang kecil.
Peranan komparasi sesungguhnya adalah;
1. Ketepatan kenyataan
2. Generasi empiris
3. Penetapan konsep
6. Penetapan konsep, terdiri dari
− Pembandingan kejadian-kejadian yang aplikasi terhadap
setiap kategori
− Integrasi kategori dengan kawasan
− Pembatasan teori
− Penulisan teori
− Analisis Data Penelitian Kualitatif

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 171


Analisis data penelitian kualitatif menurut Bogdan dan
Steven, T.J, (1993:134-138) ada beberapa langkah yaitu;
1. Membaca seluruh catatan dari data yang terkumpul.
2. Memberi kode pada topik yang penting
3. Susunlah secara tipologi-tipologi akan menemukan bagan
klasifikasi yang membentuk hpotesis dan menemukan tema
4. Membaca kepustakaan yang relevan untuk memperkuat
temuan dari lapangan.

Teori memberikan kejelasan dan kerangka penafsiran


yang memungkinkan bagi peneliti untuk memehami sejumlah
data serta menguhubungkan data kepada kejadian-kejadian dan
situasi tertentu.
Analisis data penelitian kualitatif menurut Matthew B.
M dan Huberman, A. M., (1992:86-87) ada hal yang terpenting
yaitu; bekerja dengan kata-kata.
Data penelitian kualitatif berupa kata-kata, bukan
dengan angka-angka, maka cara yang biasa digunakan untuk
memecahkan masalah adalah memberikan kode pada catatan
lapangan, hasil observasi, dan bahan-bahan arsih lainnya.
Kode-kode merupakan singkatan atau simbul yang dite-
rapakan pada sekelompok kata-kata pada kalimmat atau
paragraf dari catatan lapangan.
Kode-kode yang berbentuk kategori-kategori dikem-
bangkan dari permasalahan penelitian, hipotesis, konsep-
konsep kunci, atau tema-tema yang penting.
Kode adalah peralatan yang mengorganisasi dan
menyusun kembali dengan kata-kata sehingga memungkinkan
penganalisis dengan cepat menarik, menggolongkan seluruh
bagian yang berhubungan dengan masalah khusus, hipotesis,
konsep, atau tema.

172 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


BAGIAN 5
SISTEMATIKA DAN TATA TULIS

P enyusunan proposal dan laporan penelitian memerlukan adanya


panduan yang berupa sistematika. Ada perbedaan dalam
sistematika untuk proposal dan laporan penelitian
pada setiap perguruan tinggi atau program studi. Oleh karena
itu salah satu contoh sistematika yang dapat digunakan dalam
penyusunan proposal dan laporan penelitian (UPI, 2014 dan
Susetyo, B, 2011) berikut penjelasannya.

A. Sistematika Proposal
Beberapa contoh sistematika proposal penelitian;
1. Proposal Penelitian Kuantitatif
Judul Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional Variabel
G. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis/
Pertanyaan penelitian (judul disesuaikan dengan isi,
pertanyaan penelitian bagi yang tidak menggunakan
hipotesis)
a. Deskripsi Teori (sesuai dengan variabel penelitian)

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 173


b. Penelitian terdahulu yang relevan (tidak
diperkenankan hasil penelitian single subject,
studi kasus, dan penelitian tindakan kelas)
c. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian (bagi
yang menggunakan hipotesis)
H. Medote Penelitian
a. Metode Penelitian
b. Populasi dan Sampel
c. Instrumen (alat ukur, memiliki persyaratan validitas
dan reliabilitas, teknik pengumpulan data dan alasan)
d. Teknik Pengolahan Data
I. Daftar Pustaka

2. Proposal Penelitian Kualitatif


Judul Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Landasan Teori (berisi penjelasan konsep sesuai dengan
fokus yang diteliti)
E. Metode Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Metode Penelitian
3. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
4. Pengujian Keabsahan Data
5. Teknik Analisis Data
F. Daftar Pustaka

174 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


3. Proposal Penelitian Tindakan
Kelas Judul Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
D. Kejian Teori dan Hipotesis Tindakan (cara pemecahan
masalah)
E. Variabel Penelitian (variabel bebas dan variabel terikat)
F. Metode Penelitian
a. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
b. Metode penelitian (rencana tindakan)
c. Instrumen penelitian
c. Teknik analisis data
H. Daftar Pustaka

B. Sistematika Laporan Penelitian


Beberapa contoh sistematika laporan skripsi dengan
penjelasannya;
1. Sistematika Laporan Penelitian Kuantitatif
Judul Penelitian
Kata Pengantar
Abstrak Daftar
Isi
Daftar Tabel (jika ada)
Gambar (jika ada)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 175


BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian
BAB III MEDOTE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan
Data E. Teknik pengolahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
B. Implikasi
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
Riwayat Hidup

Penjelasan,
1. Judul
Judul dirumuskan dalam kalimat yang ringkas, jelas dan
komunikatif. Judul harus konsisten dan mencerminkan
ruang lingkup penelitian yang spesifik, tujuan penelitian,
dan metode penelitian. Jika judul terlalu panjang perlu
dibuat judul utama dan subjudul (anak judul/sub judul).

176 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


2. Pengesahan (dijelaskan di tempat lain)

3. Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah


Berisikan pernyataan dari penulis bahwa karya tulis yang
dibuat benar-benar karya tulis mahasiswa yang bersang-
kutan dan bukan plagiat atau jiplakan.

4. Kata Pengantar
Berisikan uraian yang mengantarkan para pembaca skripsi
kepada masalah yang diteliti. Pada kata pengantar perlu
disajikan anatara lain; ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
karya tulis ilmiah dan disampaikan secara singkat.

5. Abstrak
Abstrak skripsi berisikan uraian singkat, tetapi lengkap
yang memuat judul, latar belakang, permasalahan, meto-
dologi penelitian, hasil penelitian dan implementasi.
Abstrak ditulis dalam satu halaman dan diketik satu spasi
(ditulis dalam satu paragrap atau beberapa paragraf) dan
disertai 3 – 5 kata kunci.

6. Daftar Isi
Daftar isi berisikan sistematika secara rinci seluruh isi
skripsi dan setiap topik atau subtopik diberitahukan letak
halamannya. Nomor halaman sebelum BAB I menggu-
nakan angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) dan halaman mulai
BAB I halaman sampai akhir karya ilmiah menggunakan
angka arab (1, 2, 3, dst). Sedangkan nomor BAB, dari
BAB I hingga Bab akhir menggunakan angka romawi
besar (I, II, III, IV, dan V). (diketik dalam satu spasi)

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 177


7. Daftar Tabel (jika ada)
Daftar tabel memiliki fungsi yang sama dengan daftar isi,
yaitu menyajikan tabel seluruhnya dari mulai BAB awal
sampai BAB akhir yang ada dalam skripsi. Penomoran
daftar tabel ditulis dengan menggunakan dua angka arab.
Penomoran dilakukan secara berurutan sesuai dengan
BAB di mana tabel itu berada. Angka pertama
menunjukkan BAB dan angka ke dua menunjukkan urutan
tabel dalam bab tersebut. Misal tabel pada BAB II untuk
tabel no 1 ditulis Tabel 2.1. Nomor dan judul tabel berada
di bagian atas tabel.

8. Daftar gambar, bagan, foto, dan grafik (jika ada)


Daftar gambar memiliki fungsi yang sama dengan daftar
tabel lainnya, yaitu menyajikan gambar secara berurutan
mulai dari gambar pertama sampai gambar terakhir yang
terdapat dalam skripsi. Penomoran daftar gambar meng-
gunakan dua angka arab secara berurutan sesuai bab.
Nomor pertama menunjukkan bab dan nomor kedua
menunjukkan nomor urut gambar pada bab tersebut.
Nomor gambar diletakan pada bagian bawah gambar.
Misal gambar 3.1 artinya gambar 1 dari bab 3

9. Daftar Lampiran (jika ada)


Daftar lampiran memiliki fungsi yang sama dengan daftar
lainnya, yaitu menyajikan lampiran secara berurutan mulai
dari lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir
dalam skripsi. Pada daftar lampiran nomor ditulis meng-
gunakan satu angka arab yang diikuti dengan nama
lampiran, serta nomor halaman di mana lampiran tersebut
berada. Misal lampiran 1. Perhitungan Validitas hal 125

178 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


10. BAB I Pendahuluan
Bab I berisikan uraian yang mengantarkan peneliti
menemukan dan merumuskan permasalahan yang akan
diteliti. Pendahuluan berisikan, latar belakang masalah,
indentifikasi/analisis masalah yang berkaitan dengan
penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian. Berikut ini
akan diulas secara singkat ;
a. Latar belakang masalah
Isi dari latar belakang yaitu penjelasan yang berkaitan
dengan alasan mengapa masalah itu timbul dan perlu
dilakukan penelitian sesuai dengan bidang keilmuan
peneliti. Ada beberapa hal yang perlu disajikan dalam
penulisan latar belakang masalah adalah:
- Alasan rasional yang membuat peneliti merasakan
resah
- Kesenjangan yang terjadi di lapangan antara kenya-
taan dengan harapan sebagai dasar pemikiran untuk
memunculkan permasalahan yang akan diteliti.
- Keuntungan dan kerugian apabila masalah itu tidak
diteliti
b. Identifikasi/Analisis masalah
Berisikan hasil analisis terhadap seluruh faktor-faktor
atau hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab, ber-
kaitan, memberikan efek pada variabel yang diteliti
yaitu variabel terikat.
c. Batasan masalah
Memilih variabel-variabel dari hasil analisis yang akan
diteliti sesuai dengan alasan rasional pada latar
belakang dan judul penelitian.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 179


d. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang akan diteliti,
maka peneliti merumuskan dalam bentuk kalimat tanya
atau dalam bentuk uraian yang menggambarkan sesuatu
yang akan dijawab/dipecahkan melalui penelitian.
Kalimat tanya yang dipergunakan perlu memilih kata
yang dapat diukur.
e. Tujuan dan kegunaan penelitian
Tujuan penelitian berisikan hal-hal yang ingin dicapai
setelah menyelesaikan penelitian. Oleh karena itu tujuan
penelitian harus selaras dengan rumusan penelitian.
Tujuan penelitian dapat berbentuk tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum menyajikan secara singkat
apa yang ingin dicapai dalam penelitian. Sedangkan
tujuan khusus merupakan rincian dari tujuan umum yang
lebih spesifik dan dirumuskan dalam beberapa butir sesuai
dengan rumusan masalah penelitian.
f. Penjelasan istilah (jika ada)
Berisikan penjelasan isitilah-istilah yang digunakan
dalam judul, masalah, kajian pustaka yang jarang
digunakan pada disiplin ilmu tertentu dengan tujuan
agar tidak terjadi salah paham atau kebingungan.

11. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir dan


Hipotesis
(Judul disesuaikan dengan isi)
Penelitian yang tergolong dalam jenis penelitian pembe-
naran yang ditandai dengan adanya hipotesis, maka ketiga
komponen seperti deskripsi, penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir harus ada. Sedangkan penelitian yang
termasuk dalam penelitian ekplorasi komponen kerangka

180 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


berpikir tidak perlu ada. Berikut ini komponen-komponen
dalam kajian teori yaitu;
a. Deskripsi teori (sesuai dengan variabel penelitian)
Berisi konsep dasar variabel penelitian yang meliputi:
definisi-definisi sesuai dengan variabel dan atau subyek
penelitian, ciri-ciri, faktor-faktor atau aspek-aspek yang
ada keterkaitanya dengan variabel.
b. Penelitian terdahulu yang relevan
Berisikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, termasuk prosedur dan subyek. Hasil-hasil
penelitian digunakan untuk mengetahui kedudukan dan
kaitan penelitian yang sedang dilakukan. Hasil penelitian
yang dirujuk bukan dari penelitian tindakan kelas,
penelitian kualitatif, penelitian eksperimen menggu-nakan
single subject dan penelitian yang berupa kasus.
c. Kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian
Kerangka pemikiran merupakan bagian yang terakhir
pada kajian pustaka yang berisikan penjelasan
hubungan, pengaruh, perbedaan, perbandingan
berdasarkan hasil analisis dari ciri-ciri, aspek-aspek,
komponen-komponen antar variabel dan penelitian yang
relevan. Kerangka berpikir merupakan hasil analisis
berbentuk kalimat pernyataan yang menggambarkan
penjelasan secara logis atas hipotesis yang diajukan
dalam bentuk bagan yang disertai dengan penjelasan.
Kerangka pemikiran adalah hasil pemikiran peneliti
setelah melakukan analisis pada variabel penelitian
yang tedapat dalam kajian teori dan penelitian yang
relevan dan bukanlah teori yang telah teruji, oleh karena
itu mungkin benar dan mungkin salah.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 181


Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan
hasil pemikiran yang diajukan oleh peneliti. Hipotesis
penelitian ini adalah hasil sintesis dari kajian teori
maupun penelitian yang dijadikan rujukan.

12. BAB III Medote Penelitian


Bab III berupa metodologi penelitian yaitu membahas hal-
hal yang berkenaan dengan cara-cara atau prosedur yang
digunakan dalam penelitian yang terdiri dari;
a. Variabel penelitian
Berisikan penjelasan mengenai variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu, definisi konsep untuk variabel
bebas yang tidak perlu diukur seperti variabel pada
penelitian eksperimen dan definisi operasional untuk
variabel terikat. Sedangkan untuk variabel bebas yang
sekaligus terikat seperti dalam penelitian korelasional
perlu penjelasan secara konsep dan operasional.
b. Metode penelitian
Berisikan tentang metode yang dipergunakan dalam
penelitian seperti metode eksperimen, deskriptif,
historis atau expost facto. Pemilihan metode perlu
diberikan penjelasan alasan pemilihan metode tersebut.
Pemilihan metode eksperimen perlu disertai dengan
disain eksperimen yang dipergunakan.
c. Populasi dan sampel
Populasi berisikan keseluruhan subyek yang diteliti baik
berupa kejadian, benda, manusia atau data. Populasi yang
terhingga perlu disebutkan jumlahnya, sedangkan untuk
populasi yang tidak terhingga tidak perlu ada penjelasan
terhadap jumlah. Sampel adalah sebagian dari

182 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


anggota populasi yang digunakan dalam penelitian.
Sampel penelitian perlu disebutkan jumlah dan cara
pengambilan sampelnya.
d. Instrumen dan teknik pengumpulan data
Instrumen penelitian berisikan alat instrumen yang
dipergunakan dalam penelitian, seperti tes, wawancara,
observasi, angket dan sebagainya. Prosedur penyusunan
instrumen seperti pengujian persyaratan validitas dan
reliabilitas. Khusus untuk tes hasil belajar pengujian
daya beda dan tingkat kesukaran jika diperlukan.
Sedangkan instrumen untuk survey seperti angket skala
sikap, motivasi dan lain-lain cukup dengan pengujian
validitas dan reliabilitas atau ketentuan lain sesuai
dengan prosedur pengembang tes yang berlaku. Untuk
instrumen yang sudah standar tidak perlu uji
persyaratan. Teknik pengumpulan data berisikan alasan
pemilihan instrumen yang digunakan dalam penelitian,
jika menggunakan lebih dari satu perlu ada penjelasan
penggunaan masing-masing instrumen tersebut dalam
penelitian. Hasil pengujian persyaratan instrumen
berisikan hasil uji coba instrumen penelitian seperti
validitas, reliabilitas atau pesyaratan lainnya sesuai
dengan ketentuan dalam pengembangan instrumen.
e. Teknik pengolahan data
Berisikan cara mengolah data penelitian dan alasan
dalam pemilihan, penulisan rumus, prosedur
pengolahan data, termasuk pengujian persyaratan yang
harus dipenuhi.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 183


13. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan seluruh hasil dari rangkaian penelitian
yang telah dilakukan. Adapun bahasan bab ini terdiri dari;
a. Hasil Penelitian
1) Deskripsi data penelitian
Berisikan data yang diperoleh dari hasil penelitian
yang dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabel,
grafik, bagan, hasil uji coba instrumen yang
dilakukan dan lain-lain.
2) Pengujian hipotesis (jika ada)
Berisikan hipotesis statistik yang akan diuji baik H0
maupun H1/Ha/Hk kreteria pengujian hipotesis atau
penemuan-penemuan untuk penelitia yang menggu-
nakan pertanyaan/problematik, hasil perhitungan dan
kesimpulan. Hasil perhitungan secara lengkap
diletakkan pada bagian lampiran
b. Pembahasan
Berisikan penjelasan, argumentasi yang berkaitan
dengan hasil penelitian. Penjelasan dikaitkan dengan
kajian teori yang dibahas pada bab II, apabila hipotesis
yang diajukan ditolak, maka pembahasan diperluas
dengan analisis mengapa hipotesis ditolak. Sedangkan
yang tidak menggunakan hipotesis menjelaskan hasil
temuan yang dikaitkan dengan teori.

184 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


14. BAB V Kesimpulan dan Implikasi
Bab V merupakan bagian akhir dari kegiatan penelitian
yang membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian dan implikasi dari hasil penelitian terhadap
lingkup disiplin ilmu yang diteliti. Adapun bahasan bab ini
terdiri dari;
a. Kesimpulan
Berisikan pemaknaan terhadap hasil atau temuan dalam
penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan.
Ada dua cara penulisan kesimpulan
1) Butir demi butir,
2) Uraian padat
b. Implikasi
Berisikan implikasi konseptual/metodologis dan diikuti
dengan rekomendasi atau saran-saran bagi pengguna
hasil penelitian, termasuk bagi peneliti selanjutnya yang
ingin meneruskan.

15. Daftar Pustaka


Daftar pustaka berisikan semua rujukan yang
dipergunakan dalam penelitian baik bersumber dari buku-
buku, jurnal, dokumen resmi, sumber dari internet atau
lainnya. Teknik kutipan maupun penulisan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam tata tulis ilmiah.

16. Daftar Lampiran


Berisikan semua dokumen yang dapat digunakan dalam
penelitian, baik yang berupa surat-surat keterangan, hasil
perhitungan data, perhitungan validitas dan reliabilitas,
instrumen penelitian dan sebagainya.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 185


17. Riwayat Hidup
Berisikan riwayat hidup penulis disusun dalam bentuk
uraian kalimat yang padat dan hal-hal lain yang relevan
dengan kegiatan ilmiah. Seperti; nama lengkap, tempat
dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan
bagi yang telah bekerja, riwayat prestasi yang pernah
diraih dan karya ilmiah yang pernah dipublikasikan.

2. Sistematika Laporan Penelitian


Kualitatif Judul Penelitian
Kata Pengatar
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Gambar (jika ada)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II LANDASAN/KAJIAN TEORI


A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir

BAB III MEDOTE PENELITIAN


A. Tempat Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
D. Pengujian Keabsahan Data
E. Analisis Data

186 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Keabsahan Data
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


A. Kesimpulan
B. Implikasi

Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
Riwayat Hidup

Penjelasan
1. Judul
Judul dirumuskan dalam kalimat yang ringkas, jelas, komu-
nikatif dan mencerminkan permasalahan dalam bentuk
penelitian kualitatif yang tidak menunjukkan pada variabel
tertentu, tetapi menggambarkan keseluruhan variabel.

2. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah diuraikan mengenai argumentasi
secara rasional dan pentingnya pengungkapan permasalahan
melalui penelitian kualitatif. Oleh karena ada beberapa hal
yang perlu disajikan antara lain; alasan rasional yang
membuat peneliti merasakan resah, kesenjangan yang terjadi
antara kenyataan dengan harapan sebagai dasar pemikiran
untuk memunculkan permasalahan yang akan diteliti.

3. Fokus Masalah
Berisikan permasalahan yang akan diungkap melalui penelitian
kualitatif yaitu permasalahan yang tidak mengarah
Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 187
pada variabel tertentu seperti penelitian kuantitatif atau
penelitian tindakan kelas tetapi mengarah pada sesuatu yang
lebih umum. Oleh karena itu bentuk kata tanya yang
digunakan adalah bagaimanakah, mengapa sehingga memer-
lukan jawaban dalam bentuk proses yang akan terjawab
melalui data kualitatif.

4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian berisikan hal-hal ingin dicapai setelah
menyelesaikan penelitian. Oleh karena itu tujuan penelitian
harus selaras dengan focus penelitian. Tujuan penelitian
dapat berbentuk tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum menyajikan secara singkat apa yang ingin dicapai
dalam penelitian. Sedangkan tujuan khusus merupakan
rincian dari tujuan umum yang lebih spesifik dan
dirumuskan dalam beberapa butir sesuai dengan sub fokus
masalah penelitian.

5. Penjelasan Istilah (jika ada)

6. Landasan Teori/Kajian Teori (judul disesuaikan dengan


isi)
Penelitian kualitatif tergolong dalam jenis penelitian eksplo-
rasi yaitu penelitian yang hanya ingin menemukan atau
menggali apa yang ada di lapangan tanpa memberikan
perlakuan apapun. Oleh karena itu komponen yang ada
dalam landasan teori yaitu deskripsi teori, yang hanya
mendes-kripsikan hal-hal yang berkaitan dengan fokus
masalah penelitian seperti; definisi-definisi, subyek
penelitian, ciri-ciri, faktor-faktor atau aspek-aspek dalam
lingkup yang sedang penelitian.

188 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


7. Medote Penelitian
Tempat Penelitian
Berisikan tentang lokasi penelitian kualitatif dilakukan,
dapat berupa peristiwa, tempat yang berupa satu unit atau
kesatuan dan sebagainya.
Metode Penelitian
Berisikan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah deskriptif dengan jenis studi
kasus, dan sebagainya.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Berisikan tentang instrumen tes/non tes yang digunakan
dalam penelitian kualitatif yaitu peneliti dan teknik yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data berupa
observasi, wawancara.
Pengujian Keabsahan Data
Berisikan cara-cara untuk menguji kevalidan data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan dengan sumber, teori, perpanjangan waktu dan lain
sebagainya)
Analisis Data
Berisikan prosedur, rambu-rambu, kaidah-kaidah secara
lengkap dalam pengolahan data kualitatif (pengkodean,
pengelompokkan/kategori, tema, matrik dan sebagainya.

8. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Berisikan hasil jawaban terhadap fokus masalah yang
diajukan dalam penelitian kualitatif atau temuan-temuan di
lapangan, dan menarik kesimpulan. Deskripsi data berupa
narasi, matrik terdiri dari kategori, dimensi, dan tempat.
Sajian hasil penelitian sesuai dengan teknik analisis data

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 189


kualitatif yang digunakan sehingga mudah dipahami struktur
analisis data yang telah ditemukan dari lapangan. Prosedur
analisis data secara lengkap diletakkan pada lampiran dan
diberikan nomor halaman.
Pembahasan
Berisikan penjelasan, argumentasi yang berkaitan dengan
hasil penelitian kualitatif. Penjelasan dikaitkan dengan
kajian teori yang mendukung, atau hasil analisis mengapa
demikian hasil penelitiannya.

9. Kesimpulan dan
Implikasi Kesimpulan
Berisikan pemaknaan terhadap hasil atau temuan dalam
penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan. Ada
dua cara penulisan kesimpulan
- Butir demi butir,
- Uraian padat

Implikasi
Berisikan implikasi konseptual/metodologis dan diikuti
dengan rekomendasi atau saran-saran bagi pengguna hasil
penelitian, termasuk bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneruskan.

10. Daftar Pustaka


Daftar pustaka berisikan semua rujukan yang dapat
dipergunakan dalam penelitian baik bersumber dari buku,
jurnal, dokumen resmi, sumber dari internet atau lainnya.
Teknik kutipan maupun penulisan harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam tata tulis ilmiah.

190 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


11. Daftar Lampiran
Berisikan semua dokumen yang digunakan dalam
penelitian, baik yang berupa surat-surat keterangan,
transkrip hasil wawancara, observasi, foto dan lain-lain.

12. Riwayat Hidup


Berisikan riwayat hidup penulis disusun dalam bentuk
uraian kalimat yang padat dan hal-hal lain yang relevan
dengan kegiatan ilmiah. Seperti; nama lengkap, tempat
dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan
bagi yang telah bekerja, riwayat prestasi yang pernah
diraih dan karya ilmiah yang pernah dipublikasikan.

3. Sistematika Penelitian Tindakan kelas


Judul Penelitian
Kata Pengantar
Abstrak Daftar
isi
Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Gambar (jika ada)
Daftar lLmpiran (jika ada)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Sasaran Tindakan
C. Rumusan Masalah
D. Hipotesis Tindakan (cara pemecahan masalah)
E. Tujuan penelitian dan Kegunaan penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA


BERPIKIR A. Deskripsi Teori

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 191


B. Kerangka Pemikiran
.
BAB III MEDOTE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Setting Penelitian
C. Siklus Tindakan
D. Variabel Penelitian
E. Instrumen Pengumpulan Data
F. Teknik Pengolahan Data untuk
Hipotesis Tindakan/Pertanyaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


A. Kesimpulan
B. Implikasi

Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
Riwayat Hidup

192 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Penjelasan
1. Judul
Judul harus akurat, padat permasalahan serta berbentuk
tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan
masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan
sederhana namun secara tersirat telah menampilkan PTK
bukan penelitian formal.

2. Abstrak
Abstrak skripsi berisikan uraian singkat, tetapi lengkap yang
memuat judul, latar belakang, permasalahan, metodologi
penelitian, hasil penelitian dan implementasi. Abstrak ditulis
dalam satu halaman dan diketik satu spasi (ditulis dalam
satu paragraph atau beberapa paragraf) dan disertai 3 – 5
kata kunci.

3. Daftar isi
Daftar isi berisikan sistematika secara rinci seluruh isi
skripsi dan setiap topik atau subtopik diberitahukan letak
halamannya. Nomor halaman sebelum BAB I menggunakan
angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) dan halaman mulai BAB I
halaman sampai akhir karya ilmiah menggunakan angka
arab (1, 2, 3, dst). Sedangkan nomor BAB, dari BAB I
hingga Bab akhir menggunakan angka romawi besar (I, II,
III, IV, dan V). (diketik dalam satu spasi).

4. Daftar tabel (jika ada)


Daftar tabel memiliki fungsi yang sama dengan daftar isi, yaitu
menyajikan tabel seluruhnya dari mulai BAB awal sampai
BAB akhir yang ada dalam skripsi. Penomoran daftar

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 193


tabel dengan menggunakan dua angka arab. Penomoran dila-
kukan secara berurutan sesuai dengan BAB di mana tabel itu
berada. Angka pertama menunjukkan BAB dan angka ke
dua menunjukkan urutan tabel dalam bab tersebut. Misal
tabel pada BAB II untuk tabel no 1 ditulis Tabel 2.1. Nomor
dan judul tabel berada di bagian atas tabel.

5. Daftar gambar (jika ada)


Daftar gambar memiliki fungsi yang sama dengan daftar
tabel lainnya, yaitu menyajikan gambar secara berurutan
mulai dari gambar pertama sampai gambar terakhir yang
terdapat dalam skripsi. Penomoran daftar gambar
menggunakan dua angka arab secara berurutan sesuai bab.
Nomor pertama menun-jukkan bab dan nomor kedua
menunjukkan nomor urut gambar pada bab tersebut. Nomor
gambar diletakan pada bagian bawah gambar. Misal gambar
3.1 artinya gambar 1 dari bab 3

6. Daftar lampiran (jika ada)


Daftar lampiran memiliki fungsi yang sama dengan daftar
lainnya, yaitu menyajikan lampiran secara berurutan mulai
dari lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir
dalam skripsi. Pada daftar lampiran nomor ditulis meng-
gunakan satu angka arab yang diikuti dengan nama
lampiran, serta nomor halama di mana lampiran tersebut
berada. Misal lampiran 1. Transkrip hasil wawancara hal
120, Pengujian keabsahan data hal 125.

194 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


7. Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang masalah
Latar belakang masalah diuraikan mengenai pentingnya
penanganan melalui PTK. Oleh karena itu perlu fakta-
fakta pendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru
selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa
hasil penelitian-penelitian terdahulu, apabila ada, lebih
memperkuat argumentasi secara rasional serta urgensinya
permasalahan yang akan diteliti melalui PTK.
b. Sasaran tindakan
Berisikan subjek yang akan dijadikan sasaran penelitian
tindakan kelas, lokasi sekolah dan kelas yang dipergu-
nakan.
c. Rumusan masalah
Masalah harus benar-benar di angkat dari masalah
keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu
diselesaikan melalui PTK. Masalah yang dimaksud
bukan masalah yang secara teknis metodologi di luar
PTK. Sebelum rumusan masalah, perlu uraian masalah
yang didahului oleh identifikasi masalah, analisis
masalah, batasan masalah dan diikuti dengan refleksi
awal sehingga gambaran masalah yang perlu ditangani
nampak lebih jelas.
d. Hipotesis tindakan (cara pemecahan masalah)
Bagian ini dikemukakan tindakan atau cara yang diajukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif
pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai lan-dasan
konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis
masalah. Di samping itu, harus terbayangkan kemungkinan
kemanfaatan hasil pemecahan masalah

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 195


dalam rangka pembenahan atau peningkatan
implementasi program pembelajaran di sekolah.

e. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian


Tujuan PTK dirumuskan secara jelas pada sasaran akhir
tindakan perbaikan dalam pembelajaran. Perumusan
tujuan harus konsisten dengan masalah yang
dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya.
Di samping tujuan perlu diuraikan kemanfaatan hasil
penelitian. Manfaat berisi paparan yang secara spesifik
keuntungan-keuntungan dari hasil penelitian, khususnya
bagi guru pelaksana PTK, rekan-rekan guru lainnya dan
pemegang kebijakan
f. Penjelasan istilah (jika ada)

8. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran (judul


disesuaikan dengan isi)
a. Deskripsi Teori (sesuai dengan variabel penelitian) Bagian
ini berisikan landasan teori dan prosedur yang
dipergunakan peneliti dalam menentukan jenis alternatif
tindakan yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan
itu, dalam bagian ini diuraikan deskripsi teori yang berupa
batasan/definisi yang berkaitan dengan variable-variabel
penelitian, ciri-ciri, aspek-aspek atau dimensi-dimensi.
Pada bagian teori dapat pula ditambahkan kajian tentang
pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan
maupun pelaku-pelaku PTK lain. Berdasarkan kajian atau
analisis dari berbagai kepustakaan, pangalaman maka
dibangun argumentasi yang logis untuk menyusun kerangka
berpikir. Berdasar kerangka berpikir secara

196 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


konseptual ini, maka disusunlah hipotesis tindakan atau
cara yang digunakan. Dalam menyelesaikan masalah.

b. Kerangka Pemikiran
Berisikan beberapa argumentasi secara logis berdasarkan
kajian teori dalam menetapkan atau memilih tindakan
yang dipergunakan dalam PTK.

9. Bab III Medote Penelitian


a. Metode penelitian
Berisikan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas, prosedur penelitian meliputi;
perencanaan, pelaksanaan PTK, observasi, dan refleksi.
b. Setting penelitian
Bagian ini menyebutkan di mana penelitian tersebut akan
dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari
kelas tersebut seperti komposisi siswa pria wanita. latar
belakang sosial-ekonomi yang mungkin relevan dengan
masalah, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.
c. Siklus tindakan
Berisikan berapa banyak siklus dalam penelitian ini
direncanakan, jika selalu mengalami kegagalan dalam
pelaksanaan PTK yang dilakukan oleh peneliti.
d. Variabel penelitian (variabel bebas dan variabel terikat)
Bagian ini berisikan variabel penelitian yang dijadikan
tujuan untuk menjawab permasalahan yang akan
diselesaikan. Variabel tersebut dapat berupa variabel
bebas yaitu berupa tindakan yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran. Variabel terikat dapat berupa
kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, hasil

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 197


belajar siswa dan sebagainya yang telah dilakukan
melalui tindakan perbaikan.
e. Instrumen (alat ukur, teknik pengumpulan data dan
alasan dan hasil pengujian persyaratan instrumen
validitas dan reliabilitas)
Bagian ini berisi alat ukur atau instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan hasil
belajar sebagai dampak tindakan perbaikan yang dila-
kukan. Data ini akan digunakan sebagai dasar untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan. Di samping itu teknik
pengumpulan data yang diperlukan harus diuraikan
dengan jelas seperti melalui ujian atau tes, observasi
aktivitas di kelas atau alat bantu rekam yang digunakan,
penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosio-
metrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai
prosedur teknik dan sebagainya. Semua alat
pengumpulan data yang digunakan harus memenuhi
persyaratan alat pengumpul data yang baik. Alat ukur
yang digunakan harus diujicobakan terlebih dahulu dan
dianalisis validitas dan reliabilitas.
f. Teknik pengolahan data untuk hipotesis tindakan/
pertanyaan penelitian/ problematik.
Bagian ini berisikan cara pengolahan data yang
digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu tindakan
perbaikan yang telah dilakukan secara eksplisit sehingga
me-mudahkan menverifikasinya. Untuk tindakan
perbaikan yang bertujuan menguransi kesalahan konsep
siswa misalnya. perlu ditetapkan kriteria keberhasilan
dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis ataupun tingkat
kegagalan).

198 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


10. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Deskripsi data penelitian
Berisikan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik,
bagan, dan lain-lain. Pengujian hipotesis tindakan/
pertanyaan penelitian/problematik.
Berisikan hasil pengujian hipotesis tindakan yang
menggunakan statistika deskriptif, kreteria pengujian
hipotesis tindakan berdasarkan kreteria tertentu yang
telah ditetapkan (ketuntasan) sebelumnya atau terja-
wabnya pertanyaan/problematika penelitian sesuai
dengan kreteria yang telah ditetapkan, hasil perhitungan
dan kesimpulan. Hasil perhitungan secara lengkap
diletakkan pada bagian lampiran.
b. Pembahasan (dikaitkan dengan teori pada bab II atau
pengalaman-pengalaman lapangan)
Berisikan penjelasan, argumentasi yang berkaitan
dengan hasil penelitian. Penjelasan dikaitkan dengan
kajian teori yang dibahas pada bab II, apabila hipotesis
tindakan/pertanyaan penelitian/problematika yang perlu
diajukan ditolak, maka pembahasan diperluas dengan
analisis mengapa hipotesis ditolak.
Sedangkan yang tidak menggunakan hipotesis menje-
laskan hasil temuan yang dikaitkan dengan teori dan
pengalaman lapangan.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 199


11. Bab V Kesimpulan dan Implikasi
a. Kesimpulan
Berisikan pemaknaan terhadap hasil atau temuan dalam
penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan.
Ada dua cara penulisan kesimpulan
1) Butir demi butir,
2) Uraian padat
b. Implikasi
Berisikan implikasi konseptual/metodologis dan diikuti
dengan rekomendasi atau saran-saran bagi pengguna
hasil penelitian, termasuk bagi peneliti selanjutnya yang
ingin meneruskan.

12. Daftar Pustaka


Daftar pustaka berisikan semua rujukan yang
dipergunakan dalam penelitian baik bersumber dari buku,
jurnal, dokumen resmi, sumber dari internet atau lainnya.
Teknik kutipan maupun penulisan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam tata tulis ilmiah.

13. Daftar Lampiran


Berisikan surat-surat, data hasil pengolahan data,
instrumen, hasil pengujian validitas dan reliabilitas dan
lain-lain.

14. Riwayat Hidup


Berisikan riwayat hidup penulis disusun dalam bentuk uraian
kalimat yang padat dan hal-hal lain yang relevan dengan
kegiatan ilmiah. Seperti; nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan bagi

200 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


yang telah bekerja, riwayat prestasi yang pernah diraih dan
karya ilmiah yang pernah dipublikasikan.

C. Sistematika Abstrak
Ada beberapa versi isi abstrak tergantung dari lembaga
dimana penelitian itu dilakukan, berikut ini beberapa contoh
versi isi abstrak.
Versi 1
Judul, Nama Lembaga bila lewat lembaga
1. Masalah dan tujuan
2. Sampel dan populasi
3. Instrumen penelitian
4. Teknik analisis data
5. Kesimpulan

Maksimum 200 kata dan ada kata kunci 3 kata

Versi 2
Judul, nama lembaga bila ada
1. Masalah dan tujuan
2. Metodologi, (metode, sampel/popoulasi, instrumen, teknik
analisis
3. Hasil/kesimpulan

Ditulis dalam satu paragraph atau beberapa paragrap,


maksimum 200 kata dengan ketikan satu spasi dan diakhiri kata
kunci 3 sampai 5 kata

Versi 3
Judul, Nama Lembaga bila lewat lembaga
1. Tujuan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 201


2. Metode penelitian, lokasi, subyek dll
4. Hasil dan diskusi
5. Kesimpulan

Maksimum 200 kata dan ada kata kunci 3 sd 5 kata .

D. Tata Tulis Ilmiah


Tata tulis ilmiah dapat dilihat pada pedoman penulisan
karya ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Disampil itu tata tulis
ilmiah dapat dilitah dalam penulisan jurnal ilmiah yang disajikan
pada bahasan penulisan jurnal karena terdapat kesamaan.

E. Penulisan Jurnal
Bentuk sistematika penulisan artikel untuk jurnal
banyak ragamnya tergantung dari lembaga atau perguruan
tinggi. Berikut ini akan dibahas isi jurnal secara umum yang
banyak digunakan dari beberapa perguruan tinggi.
a) Univeritas Kebangsaan Malaysia (UKM)
1. TITLE OF YOUR RESEARCH (14pt Arial, Uppercase,
Bold, Align text to the left).
First Author (No “Dr.”, “PhD” or any other title)
2. University Name, Country (11pt Arial). No department
or email address, please.
Second Author
3. University Name, Country (11pt Arial)
4. Abstract (12pt, Times New Roman): The abstract
should be one paragraph only. It’s 12pt, Times New
Roman.
5. Keywords (12pt, Times New Roman): Up to four or
five keywords separated by commas.

202 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


6. Introduction, Literature Review, Etc.(16pt, Arial,
Bold)
7. Paragraphs shall be single-spaced. They should be
typed in Times New Roman 12pt. Do not use page
numbering anywhere in the manuscript!
8. Allow approximately a one inch margin all around the
border and an empty single space between each
paragraph. In other words, do not fuse the paragraphs
together.
9. References
Given the multidisciplinary nature of most articles, it
became evident to us that different disciplines prefer
different styles and it is not right to force one reference
style over the rest at a time when journals are no longer
read from “cover to cover.”
Since the publication will be in electronic format, each
paper is accessed individually through search engines
and lines up against other papers on a similar topic
from other publications.
Therefore, there is no purpose anymore to enforce one
reference style when each issue is electronically
dissected, paper by paper, and the papers mingle with
other papers from other publications in the electronic
search process.
However, a few examples of reference format are given
here for your perusal.

Boorstin, D. (1992). The creators: A history of the


heroes of the imagination. New York: Random House.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 203


Pettingill, O. S., Jr. (1980). Falcon and Falconry.
World book encyclopedia. (pp. 150-155). Chicago: World
Book.
Harlow, H. F. (1983). Fundamentals for preparing
psychology journal articles. Journal of Comparative and
Physiological Psychology, 55, 893-896.
Devitt, T. (2001, August 2). Lightning injures four at
music festival. The Why? Files. Retrieved January 23, 2002,
from http://whyfiles.org/137lightning/index.html
Dove, R. (1998). Lady freedom among us. The
Electronic Text Center. Retrieved June 19, 1998, from
Alderman Library, University of Virginia website:
http://etext.lib.virginia.edu/subjects/afam.html
Email your formatted document to ukmunri2013@gmail.com
only.
In the Subject line of your email, include your
Research ID number (e.g. 332 taken from Rujukan/Reference
number ) that was included in the original letter of acceptance
we had sent you to attend the conference.

Example:
UKM 1.6/263/5 (SIPS2013)-332

Your Research ID number


Please note that the length of the article must not be
more than 10 pages inclusive of reference page.

b) Universitas Negeri Jakarta


1. TITLE OF PAPER (bold, calibri, 14 centered, italic)
Author1 (bold, calibri, 12, centered)
Institution (Calibri, 12, centered)

204 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Address (Calibri, 12, centered)
Corresponding author: (Calibri, 12, centered)
2. Abstract (Calibri, 12, centered)
All papers written in English , of no more than 100-200
words Each (Calibri, 11, justify, italic)
3. Keywords: Include at least 3 keywords and maxcimum 5
keyword (Calibri, 11, justify, italic)

PENDAHULUAN (bold, Calibri, 12, Uppercase, align text


left)
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, kajian pustaka yang
dipaparkan secara intergrasi dalam bentuk paragraf-paragraf,
dan tujuan penelitian.
Kutipan menggunakan sistem penulisan APA yaitu (Gagne,
1977: 25-27) dan ditulis pada akhir kalimat.
(Calibri, 12, spasi single, justify)

METODE PENELITIAN (bold, Calibri, 12, Uppercase,


align text left)
Metode penelitian berisi paparan tentang rancangan penelitian,
instrtumen, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
(Calibri, 12, spasi single, justify)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (bold, Calibri,


12, Uppercase, align text left)
Hasil penelitian berisikan hasil dan temuan penelitian.
Pembahasan berisikan penjelasan mengenai hasil penelitian
dengan didukung dengan hasil penelitian orang lain/teori/
konsep, implikasi dan rekomendasi.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 205


(Calibri, 12, spasi single, justify)

SIMPULAN (bold, Calibri, 12, align text left)


Memuat paparan tentang jawaban atas masalah penelitian.
(Calibri, 12, spasi single, justify)

DAFTAR PUSTAKA (bold, Calibri, 12, Uppercase,


centered)
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar.
Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis dan Praktis
bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Beeth, Michel E., Linda Croos, Christy Pearl, Janice
Piroo, Kara Yagnesak, dan Janette Kennedy. “A Continum for
Assessing Science Procces Knowledge in Grades K-6.” Jurnal
of Science and Education. Vol. 5 (3), 2001, hh. 1-20.
Mertler, Craig A. Designing Scoring Rubrics for Your
Classroom. Practical Assessment Research and Evaluation.
2007. http://PAREonline.net/ getvn.asp?v=7&n=25 (diakses 24
April 2009).
Solihat, Eli dan Toto Sugiharto. ”Pengaruh
Transparansi dan Akuntabilitas Penge-lolaan Pendidikan
terhadap Partisipasi Orangtua Murid di SMA Negeri 107
Jakarta.” Ekonomi Bisnis, No. 2, Vol. 14, (Agustus 2009),
http://ejournal. gunadarma.ac.id/ index.php/ekbis/article/
viewFile/ 314/253 (diakses, 25 Agustus 2011). (Calibri, 12,
align text left, turabian style)

c) Universitas Pendidikan Indonesia

206 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Pedoman penulis artikel jurnal Edusentris (Jurnal
Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran) Pedoman
Umum
1. Artikel merupakan pemikiran sendiri dan belum pernah
dipublikasikan atau sedang dipertimbangkan untuk
dipublikasikan di jurnal lain.
2. Artikel diketik 1,5 spasi pada kertas A4 dengan
menggunakan huruf Tirne New Roman 12pts dengan
jumlah halaman berkisar antara 15-20 halaman, termasuk
daftar pustaka.
3. Artikel secara keseluruhan ditulis dalam Bahasa
Indonesia, kecuali abstrak ditulis dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
4. Penulis harus merujuk pada tata cara penulisan jurnal
pendidikan Indonesia
5. Artikel dikirim secara elektronik berupa file melalui
email: redaksi.ipi@gmail.corn.

Susunan Manuskrip
Artikel hasil penelitian disusun dalam urutan sebagai
berikut:
1. Judul
2. Nama penulis (tanpa gelar)
3. Institusi, alamat email
4. Abstrak (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
5. Kata kunci (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
6. Pendahuluan
7. Metode
8. Hasil dan Pembahasan
9. Kesimpulan dan saran
10. Ucapan terima kasih (jika ada)

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 207


11. Daftar rujukan

Artikel kajian teori disusun dalam urutan sebagai berikut:


1. Judul
2. Nama penulis (tanpa gelar)
3. Institusi, alamat email
4. Abstrak (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
5. Kata kunci (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
6. Pendahuluan
7. Sub judul
8. Sub judul
9. Kesimpulan
10. Ucapan terima kasih (jika ada)
11. Daftar rujukan

Judul makalah: Judul dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa


Inggris ditulis dengan huruf Time New Roman ukuran 14pts
spasi tunggal (judul tidak rnelebihi 14 kata) dan dicetak
tebal kecuali Judul dalam Bahasa inggris dicetak miring.
Apabila ada sub title ditulis dengan huruf Time New Roman
ukuran 12pts dan diberi tanda kurung. Setiap huruf awal dari
kata dalam judul maupun subtitle ditulis dengan huruf besar
kecuali untuk kata sambung dan preposisi

Nama penulis: ditulis tanpa gelar dengan huruf Time


New Roman 12pts dan dicetak tebal. Insititusi dan alamat
ditulis dengan menggunakan huruf Time New Roman
l0pts dan dicetak miring.

Abstrak: Bagian ini harus menggambarkan secara lengkap


esensi penelitian atau kajian teori yang meliputi

208 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


latar belakang dan tujuan penelitian atau penuliasn secara
singkat, metode, dan basil penelitian. Abstrak ditulis
berkisar antara 150-200 kata.
Kata kunci: Ditulis dengan menggunakan Time New
Roman ukuran 10pts, dicetak miring, huruf kecil semua,
maksimum 5 kata. Kata kunci harus merujuka kepada
judul artikel.

Heading: Heading adalah judul untuk setiap bagian di


dalam suatu tulisan jurnal seperti pendahuluan, metode/
sub judul, basil dan pembahasan serta kesimpulan. Semua
heading ditulis dengan menggunakan huruf Time New
Roman ukuran 12pts dan dicetak tebal dengan posisi
disebelah kiri. Apabila ada sub.judul dari headings maka
diberi nomor dan disusun dengan urutan sebagai berikut:
1,2,3; 1),2),3); (1), (2), (3); a, b,c

Teks tulisan: Semua teks tulisan ditulis menggunakan


huruf Time New Roman ukuran 12pts dengan spasi 1.5.
Awal paragraph dihuat rnenjorok. Penulisan singkatan
untuk pertama kali muncul dalam teks harus diikuti dengan
kepanjangnnaya. Untuk selanjutnya cukup ditulis sing-
katannya. Cara penulisan latin ditulis dengan huruf
miring.Bilangan dari nol sampai Sembilan ditulis dalam
kata. Jika table atau gambar dikutip maka di dalam narasi
ditulis dengan menggunakan huruf awal capital contoh:
Tabel 3, Gambar 3.

Pendahuluan: Bagian pendahuluan berisi tentang perma-


salahan atau konsep atau basil penelitian sebelumnya yang
merupakan dasar dilakukannya penelitian atau pengkajian

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 209


teori. Pendahuluan juga hendaknya menjelaskan tentang
latar belakang dan mengapa topik penelitian penting untuk
dilakukan dan diakhir pendahuluan dijelaskan tentang
tujuan penelitian atau penulisan.

Metode: Metode harus menjelaskan tentang tahapan


penelitian secara rinci dan jelas, termasuk metode dan
desain penelitian serta instrument atau alat ukur yang
digunakan. Khusus untuk artikel kajian teori pada bagian
ini berisi sub judul-sub judul (jumlah sub judul disesuaikan
dengan kebutuhan).

Hasil dan Pembahasn: Bagian ini menyajikan informasi


tentang temuan dan basil penelitian. Data tentang basil
penelitian dapat disajikan dalam bentuk table, gambar
maupun grafik yang diberi keterangan. Tata cara penulisan
tabel akan dijelaskan secara tersendiri. Pada bagian ini pula
dikemukakan pembahasan yang menjelaskan keterkaitan
antara basil penelitian dengan teori, tujuan penelitian, serta
perbandingan dengan penelitian lain yang telah dipubli-
kasikan. Pembahasan juga menjelaskan implikasi atau
kontribusi temuan bagi ilmu pengetahuan.

Kesimpulan dan Saran: Bagian ini menyajikan kesim-


pulan dari basil penelitian secara ringkas disertai dengan
saran-saran yang ditujukkan untuk peneliti selanjutnya atau
para pembaca secara umum.

Ucapan terima kasih: Ditujukan kepada pihak-pihak yang


membantu penelitian, penelaah naskah atau penyedia dana
penelitian

210 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Daftar Rujukan: Pustaka yang ditulis dalam daftar rujukan
hanya yang benar-benar dikutip dalam tulisan dan
sebaliknya. Daftar rujukan ditulis berurutan secara alfabetis
dengan tata cara penulisan sebagai berikut.
a. Untuk buku yang ditulis oleh penulsi lebih dan tiga
orang Belton, J.1., Bellon, E.C., & Blank, M.A. at al.
(1992). Teaching from a research knowledge base: A
development and renewa/process. New York;
Macmillan Publishing Company.
b. Untuk buku yang ditulis oleh dua orang Cole, P.G.,
& Chan, L.K.S. (1994). Teaching principles and
practice.2' Edition. New South Wales, Australia:
Prentice Hall.
c. Untuk buku yang ditulis oleh satu orang Cullingford, C.
(1995). The effective teacher. New York: Cassell.

d. Untuk sumber yang ditulis oleh departemen


Kementrian Pendidikan Nasional. (2012). Panduan
kebijakan pengembangan guru professional. Jakarta.
e. Untuk sumber dari tesis atau disertasi
Setiadi, R. (2006). Indonesian literacy teachers self-
efficacy and its relationship to year 8 student
achievements in reading and writing. Thesisi.
Melbourne: Monash University.
f. Untuk sumber dari jurnal
Kang, S. (2010). Multicultural education and the rights
to education of migrant children in South Korea.
Educational Review, 62(3), 287-300.
g. Untuk sumber dari internet Solis, A. (2009). Pedagogical
content knowledge. Retrieved August 30,

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 211


201[ On l i n e ] . Avalilable at www . indra .org/lDRS
Newsletter .

212 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


Contoh Penulisan Jurnal yang umum dan penjelasan

Judul
Abstract
Introductions (Pendahuluan), bukan Background
Literature Review (untuk pendidikan
membahas/menampilkan tentang sains)
Method
Results and Discussion
Conclution
Acknowledgments (ucapan terima kasih)
References

Judul; Harus ada kata pendidikan, khusus untuk jurnal


pendidikan (tergantung dari Jurnal yang memuat)

Abstract
- Tujuan, satu kalimat
- Metode, lokasi + subyek
- Hasil dan ada alasannya,
dengan kalimat hubung
dan diskusi berisi alasan (why) mengapa
hasilnya demikian …
Contoh:
- Hasil penelitian; berhasil membuat minuman air
kelapa dengan rasa asam, yang warnanya tetap
seperti air kelapa.
- Diskusi: air kelapa dengan rasa asam, dan warna air
kelapa tetap, karena rasa asam dari air jeruk yang
warnanya jernih, sehingga tidak merubah warna air
kelapa.

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 213


- Kesimpulan + impact/guna/dampak, misalnya rujukan
..... atau lainnya.
Kata kunci, adalah kata inti untuk mencari jurnal ini.

Introductions (Pendahuluan) (< 20% dari total)


- Lihat judul dan berikan penjelasan semuanya pada
pendahuluan (cek nyambung atau tidak, sudah dijelaskan
atau belum apa yang tertulis dalam judul). (Poin 1:
Penjelasan judul, ada term (kata) yang ada di judul)
- Kutip penelitian/paper orang lain. (Poin 2: Paper/
Penelitian orang lain, (state of the art) minimal 5
referensi). (membahas bagaimana cara ….misal xxxx
meneliti tentang apa, apa berdanya, kelemahannya dan
kebaikan). Dari penelitian yang ada, tidak ada yang
membahas tentang …. karena …… Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah ...)
- Tujuan, metode dan novelties (kebaruan). (Poin 3) tulis
pada alinea terakhir, kebaruan lebih dari 1, dengan
kalimat; the purpose of this study was to …. We used
xxx method …. Novelties of this study were xxxx,
xxxxx, xxxxxx. Novelty boleh dalam satu paragraf. dapat
dicopy dari abstrak.
- Jika ada literature, Literatur perlu sekali ditambahkan
dalam bentuk sub bab.

Method (Metode)
- Isi secara lengkap semuanya, Metode, subyek/sampel,
instrument, pengolahan data, dll
- Semuanya bentuk past (telah dilaksanakan)
- Tidak ada definisi, jika ada definsi bisa dipindah
ke introductions atau dihapus.
- Kode dan brand. ASTM, SNI, seri alat, merek

214 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


- Tambah diagram alir/flow chart (boleh ada),
alogaritma, asumsi
Buat diagram alir/flowchart sebagainya.
Buat di PPT dahulu pakai snipping tools/print
screen, jangan buat flowchart di word supaya tidak
bergeser kemana-mana.

Results and Discussion (Hasil dan Diskusi)


- Menjelaskan hasil
Harus ada Sitasi (kutipan dari jurnal atau referensi)
pada setiap paragraph.
- Diskusi berisikan memperbandingkan dengan
referensi orang lain.
Cara membahas:
Hasil ini cocok dengan literature [20]. Hal
ini membuktikan bahwa ….
Hasil ii tidak cocok dengan literature [21] hal ini
disebabkan oleh ….

Conclutions (Kesimpulan)
- Mirip sama abstrak tetapi tidak boleh sama, cukup mirip
dengan cara copi abstrak dan diedit
- Hanya 5 kalimat dalam 1 paragraf
- Impact/kegunaan
- Future work (penelitian masa depan) (option)
- Tidak boleh rekomendasi yang negatif (penelitian
yang jelek/salah)
Reference (Referensi/Daftar Pustaka)
- Diambil dari artikel akan berhubungan ke index
(GS,scopus, thonson)

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 215


- Berisi semua yang dikutip dalam naskah artikel, baik
dari jurnal, buku paper atau yang lainnya harus tertulis
dalam daftar referensi.
- Article journal (harus lengkap meta data: vol, halaman)
- Paten (tidak banyak, disarnkan tidak)
- Bukan buku, disertasi, thesis, UU, SNI. Apabila
menjelaskan SNI, UU, kitab suci, ASTM langsung
dilakukan dalam paragraph di paper (bukan
references). Misal; aturan lalu lintas, sesuai dengan UU
No 7 tahun 2019. Untuk menguji kekuatan mekanik,
kita menggunakan alat test durometer sesuai dengan
ASTM No xxx.

Kata Kunci (Key Word)


Kata yang akan dipakai untuk mencari jurnal, berupa kata-
kata inti dari jurnal.

Catatan:
R and D yang benarnya adalah Design Based Research
(DBR)
Singkatan SD, SMP, jangan ditulis singkatan, harus ditulis
lengkap, agar dapat diterjemahkan dengan benar.. Data
dari tahun ke tahun, berapa, kata kunci.

Penulisan table dan figure,


- Harus ada nomor: figure 1 tempat di bawah, table 3
tempat di atas, (tabel mengurut, tidak berdasarkan bab)
- Harus dipanggil/disebutkan di dalam naskah (tidak boleh
below/follow/abave) yang dipanggil nomor, misal tabel 2

216 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


F. Etika penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, seseorang diharapkan
memiliki kesadaran yang tinggi akan status dan perannya
sebagai ilmuwan di masyarakat. Untuk itu ada norma-norma
ilmiah yang harus dipenuhi yang dikenal sebagai etika
penelitian. Etika penelitian memberi patokan kepada peneliti
akan hal-hal yang sah dan tidak sah bila dilakukan serta
memuat norma-norma yang harus dipatuhi.
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis etika penelitian
apabila dilakukan termasuk pada pelanggaran ilmiah:
1. Mencuri ide orang lain atau mengutip tanpa menyebutkan
sumbernya
2. Memalsukan data atau merubah hasil penelitian atau data
lapangan
3. Berbohong dalam hal metodologi yang dipergunakan,
misalnya dalam teknik sampling, randomisasi subjek dalam
penelitian
4. Mengklain penelitian orang lain

Di samping hal-hal di atas, masih ada beberapa yang


selayaknya dilakukan peneliti, di antaranya:
1. Mendapat izin atau persetujuan dari objek/subjek penelitian
2. Merahasiakan semua informasi yang diperoleh dari
responden, karena itu nama-nama responden dituliskan
dalam bentuk kode atau inisial
3. Peneliti tidak menyulitkan responden/subjek penelitian
4. Peneliti tidak menuntut responden untuk bertanggung
jawab atas informasi yang telah disampaikan

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 217


DAFTAR BUKU RUJUKAN

1. Abimanyu, Soli. 1995. Metode Peningkatan Aktivitas


Siswa dalam Proses Pembelajaran. Makasar: FIP UNM.
2. Ali, Mohammad, 2010. Metodologi dan Apilkasi Riset
Pendidikan. Pustaka Cendikia Utama; Bandung
3. Agung, I Gusti Ngurah, 2004, Manajemen Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
4. Ary, Donald, 1982, Introduction to Research in
Educations, Usaha Nasional; Surabaya.
5. Barlow, D. H., & Hersen, M. 1984. Single Case
Experimental Designs Strategies for Studying Behavior
Change. New York: Pergamon General
6. Best, John, W., 1977, Research in Education, edisi 3,
Prentice-Hall; India.
7. Bodgan, Robert dan Tailor, Steven J. 1993, Introduction
Qualitatif Reseach, Usaha; Surabaya.
8. Bogdan, Robert C. dan Biklen Kopp, 1982, Qualitative
Research for Education: An Introduction to Theory and
Methods. Allyn and Bacon, Inc.: Boston London
9. Brannen, Julian 1999, Memadu Metode Penelitian
Kualitatif dan kuantitatif, Pustaka Pelajar, Yogjakarta
10. Burhan Bungin, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif,
PT Raja Grafindo Persada Jakarta.
11. Campbell, D.T., & Stanley, J.C. (1966). Experimental and
Quasi v Experimental Design for Research. Chicago:
Randnally.
12. Carr, Wilf & Stephen Kemmis, (1996), Becaming ritical,
Education Knowledge and Action Research. Melbourne:
Deakin University Press.
218 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan
13. Cooper O, John, 1974, Measurement and Analisis Of
Behavioral Techniques in The Classroom, Charles E.
Merrill Publishing Company, Columbus, Ohio
14. Conover, W.J.1980. Practical Nonparametric Statistics.
NewYork : John Wiley & Sons
15. Creswell, John W, 2008, Educational Research. Merril-
Printece Hall
16. enzin, N. K. (1978). The research act: A theoretical
introduction to sociological methods. McGraw-Hill; New
York.
17. Gall, Meredith, Gall, Yoyce P.and Borg Walter R, 2003.
Educational Research an Intruduction, Printed in USA
18. Gay, L.R. et.all. 2009. Educational Research:
Competencies for Analiysis and Applications. Ninth ed.
Singapore: Pearson Educational Internasional
19. Guba, E.G and Lincoln, Y. S. 1981. Effective Evaluation.
JosseseyBas Publishers; San Fransisco.
20. Glaser, Barney G and Strauss Anselm L. 1997. The
Discovery Of Grouded Research: Strategies For
Qualitative Research. Aldine Pub.co; Chicago.
21. Hopkins. (1993). Desain Penelitian Tindakan Kelas
(Model Ebbut). Pustaka Belajar; Yogyakarta.
22. Isaac, S., dan Michael, W. B. (1983). Handbook Research
and Evaluation. San Diego: Edits Publisher.
23. Kerlinger, Fred, N., 1973, Foundation of Behavior Research,
edisi 3, Holt Rinehart and Winston Inc; New York.
24. Kirk, J. dan Miller, M. L., 1986. Reliability and Validity in
Qualitative Research, , CA, Sage Publications; Beverly
Hills
25. Lincoln, Y. S. and Guba, E.G). 1985. Naturalistic Inquiry.
Sage Publications; Beverly Hills :

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 219


26. Lofland, John & Lyn.H.Lofland. (1984). Analyzing Social
Settings. Wadsworth Publishing Company; California:
27. Macintyre, C. 2000. The Art of Action Research in the
Classroom. David Fulton Publishers; London.
28. Madya, Suwarsih, 2006, Teori dan Praktek Penelitian
Tindakan, Alfabeta, Bandung
29. Millan, Janes H Mc and Schumaher, 2004. Research in
Educations, Longman, New York.
30. Miles, Mathew B, dan A Michael Huberman, 1992,
Analisis Data Kualitatif, U-I Press Jakarta.
31. Montgomery, Douglas C. 1997, Design And Analysis Of
Experimen, John Willey and Sons Inc.
32. Moleong, Lcxy J., 1989, Metodologi Penelitian Kualitiatif,
Remaja Karya; Bandung.
33. Mulyana, Deddy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Remaja Rosdakarya, Bandung
34. Patton, Michael Quinn. 1987. Triangulasi. Dalam
Moleong (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi (hlm. 330-331). Cetakan ke-29. PT. Remaja
Rosdakarya; Bandung.
35. Sujana, 1991, Desain dan Analisis Eksperimen, Tarsito; Bandung
36. Sugiono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta;
Bandung.
37. Sukmadinata, Nana S, 2008, Metode Penelitian
Pendidikan, Rosdakarya; Bandung
38. Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktek, .Rineke Cipta; Jakarta;
39. Sunanto, J., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006).
Penelitian dengan Subjek Tunggal. UPI Press; Bandung.
40. Spradley, James P, 1979, The Etnographic Interview; Holt
Rinehart and Winston; New York;

220 | Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan


41. Susetyo, Budi,2010, Statistika Untuk Pengolahan data
Penelitian, dilengkapi pengolahan data dengan Excel dan
SPSS,. Refika Adhitama; Bandung.
42. Susetyo, Budi, 2011, Pedoman Penulisan Skripsi dan
Makalah Jurusan Pendidikan Luar Biasa. FIP UPI.
43. Susetyo, Budi. 2015. Prosedur Penyusunan dan Analisis
Tes untuk Penilaian Hasil Belajar Bidang Kognitif. Refika
Aditama, Bandung.
44. Suriasumantri, Jujun S., 1990, Hakikat Dasar Keilmuan, Jakarta.
45. Suriasumantri, Jujun S., 1994, Filsafat Ilmu, Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan; Jakarta.
46. Tawney, J. W., & Gast, D. L. 1984. Single Subject Research
in Special Education. A Bell & Howel Company; Ohio.
47. Wardani, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Universitas Terbuka
48. UPI, 2014, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, UPI; Bandung

Trik Penelitian Di Lingkungan Pendidikan | 221

Anda mungkin juga menyukai