PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
692011722
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoretis..................................................................................................8
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................................8
1.4.3 Manfaat Akademik...............................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................9
2.1 Kajian Terdahulu.........................................................................................................9
2.2 Budaya Literasi..........................................................................................................10
2.2.1 Budaya................................................................................................................10
2.2.2 Literasi................................................................................................................12
2.2.3 Membaca............................................................................................................15
2.2.4 Tujuan Membaca................................................................................................18
2.2.5 Membaca Sebagai Suatu Keterampilan.............................................................19
2.2.6 Aspek-aspek Membaca......................................................................................20
2.3 Konsep Dasar Literasi Membaca...............................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................26
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................................................26
3.2 Informan atau Subyek Penelitian...............................................................................27
3.3 Teknik Analisis Data.................................................................................................28
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................28
3.4 Reduksi Data (Data Reduction).................................................................................31
3.5 Penyajian Data (Data Display)..................................................................................32
3.6 Penarikan Simpulan dan Verifikasi...........................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“ANALISIS BUDAYA LITERASI MEMBACA MAHASISWA FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA TAHUN
2022” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga proposal penelitian ini
dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tunjukkan kepada:
1. Bapak Imam Yuliadi, S.Pd, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah mendidik
dan memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan proposal
skripsi penelitian ini hingga selesai.
2. Bapak Supriadi, S.Pd, M.Ed., selaku dosen Sosiologi yang telah memberikan
motivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi.
3. Segenap dosen Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Teknologi Sumbawa yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
4. Kedua orang tua yang telah mendoakan penulis serta mendidik penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan proposal skripsi.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal skripsi ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan
segala kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal skripsi penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61
negara di dunia pada level literasi baca. Menanggapi hasil survei ini, Rhenald Kasali Guru
Besar Universitas Indonesia (UI), mengatakan survei yang menyatakan minat baca
masyarakat Indonesia terendah kedua di dunia, masih tergolong angka rata-rata keseluruhan
(Survei UNESCO dilansir dari Laman GenPi.co, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan literasi membaca masyarakat Indonesia masih terbilang sangat rendah dan belum
menunjukkan perubahan yang begitu signifikan terhadap budaya literasi. Perkembangan
teknologi juga tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan
khususnya budaya literasi.
Budaya literasi ini sangatlah penting diterapkan pada lingkungan pendidikan yang
merupakan tempat bertumbuhnya literasi. Lembaga pendidikan sangat erat kaitannya dengan
budaya literasi seperti membaca ataupun menulis. Pada kenyataannya di dunia pendidikan
khususnya di perguruan tinggi masih terdapat persoalan mengenai rendahnya budaya literasi
membaca terhadap mahasiswa. Mahasiswa dengan segala peranannya yang dianggap sebagai
tokoh figur penting yang dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kehidupan sosial, serta
sebagai seorang intelektual yang mampu memberikan sumbangsi pemikiran kritisnya
terhadap masyarakat justru sangat bertolak belakang dari marwah seorang mahasiswa.
Perkembangan teknologi dan informasi juga menyebabkan terjadinya pergeseran
perubahan terhadap perilaku dan juga prespektif mahasiswa terhadap budaya literasi.
Terdapat sejumlah mahasiswa yang masih begitu apatis dengan budaya literatur seperti
berdiskusi atau membaca buku. Padahal berdiskusi atau membaca buku merupakan ciri khas
dari seorang mahasiswa yang berintelektual. Akan tetapi, aktivitas yang seperti itu kini telah
memudar seiring berjalannya waktu. Mahasiswa lebih cenderung menghabiskan waktunya
dengan hal-hal yang sifatnya lebih kepada huforia dan cenderung memanfaatkan waktunya
untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam bidang akademik.
Kampus yang merupakan tempat berkumpulnya para akademisi yang dapat menjadi
lentera dalam menumbuhkan budaya literasi baik di lingkungan kampus maupun lingkungan
masyarakat. Mahasiswa sebagai kaum cendikia dan berbudaya seharusnya memiliki budaya
baca yang baik. Ketika budaya membaca baik tentu pengetahuan dan keterampilan dengan
mudah dikuasai. Akan tetapi perihal tersebut belum terjadi sehingga pengetahuan yang
diperoleh mahasiswa masih di dominasi dari pengetahuan yang diberikan oleh dosen. Selain
dari itu proses membaca hanya dilakukan ketika dosen memberikan tugas atau pada saat
ujian. Perihal ini disebabkan mahasiswa yang membaca ketika mendapat perintah dari
dosennya dan bukan atas dasar kesadaran diri.
Secara etimologi kata minat bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu interest
yang artinya kesukaan atau ketertarikan pada sesuatu yang di gemarinya. Seseorang yang
gemar terhadap suatu pekerjaan akan melakukannyanya secara mandiri tanpa adanya faktor
dorongan dari orang lain dalam menjalankan aktivitas tersebut. Pekerjaan yang dilakukan
secara mandiri tentunya mengalami kepuasaan atau kebahagiaan tersendiri dalam diri orang
tersebut. Pada dasarnya minat terhadap membaca merupakan derajat kebahagiaan yang tinggi
karena adanya upaya dorongan yang menimbulkan pribadi seseorang untuk melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas membaca agar memperoleh pengetahuan dan
manfaat untuk dirinya. Kegemaran terhadap membaca menjadi keterampilan dasar penting
yang dimiliki setiap insan. Perihal ini telah disampaikan oleh Slameto dalam (Akbar, 2020),
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh.
Menurut Munir & Hidayatullah dalam (Mansyur, 2020), melalui kegiatan membaca
seseorang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasannya, mengetahui bagaimana
keadaan di sekitarnya, keadaan ekonomi global dan sebagainya. Gemar membaca yang tinggi
akan mempengaruhi minat mahasiswa dalam membaca dikarenakan mampu melatih
kemampuan berfikir, mengasah kemampuan menulis atau membaca, meningkatkan
pemahaman serta mendukung keterampilan public speaking, dan menambah khazanah
wawasan dan pengetahuan. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi minat membaca
mahasiswa justru semakin meningkatnya performa kualitas diri mahasiswa tersebut.
Dalam hal ini, persoalan aktivitas membaca juga disampaikan oleh Prasetyono yang
dikemukakan dalam (Muslimin, 2018), beberapa tujuan dari aktivitas membaca antara lain:
(1) membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit, (2)
membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan seperti, membaca buku pelajaran
atau buku ilmiah, (3) membaca untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau profesi. Aktivitas
membaca juga dapat dikatakan sebagai kegiatan atau proses penyerapan serta pemahaman
pesan atau informasi di dalam tulisan. Oleh karena itu, aktivitas membaca merupakan
kegiatan yang dapat merangsang otak untuk mencerna dan memahami serta melatih otak
untuk berpikir tajam. Melalui membaca mahasiswa dapat memaknai suatu kejadian dan
melahirkan pemikiran-pemikiran kritis. Semakin gemar mahasiswa terlibat dengan bacaan
maka semakin luas pengetahuan yang dikuasai.
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti
menemukan bahwa masih terdapat rendahnya budaya literasi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik
untuk mengkaji dan meneliti permasalahan yang berkaitan dengan budaya literasi. Adapun
penelitian ini berjudul “Analisis Budaya Literasi Membaca Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Poilitik Universitas Teknologi Sumbawa Tahun 2022”.
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang telah dipaparkan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi budaya literasi membaca mahasiswa
FISIP Universitas Teknologi Sumbawa?
b. Bagaimana pengaruh budaya literasi membaca mahasiswa terhadap pemahaman
materi perkuliahan?
c. Bagaimana budaya literasi dalam minat membaca mahasiswa FISIP Universitas
Teknologi Sumbawa?
Dalam penelitian ini adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi budaya literasi membaca
mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa
b. Mendeskripsikan pengaruh budaya literasi membaca mahasiswa terhadap pemahaman
materi perkuliahan
c. Mendeskripsikan budaya literasi dalam minat membaca mahasiswa FISIP Universitas
Teknologi Mahasiswa
Manfaat penelitian ini berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah
selesai melakukan penelitian. Hal ini harus mengacu pada masalah-masalah sesuai dengan
rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian ini secara teoritis nantinya diharapkan mampu memberikan kontribusi
pemikiran serta memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya bagi
pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat dan memperkaya
wawasan dalam dunia pendidikan, serta perkembangan ilmu pengetahuan, tentang budaya
literasi dalam minat membaca mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi tambahan dan perbandingan
bagi penelitian selanjutnya.
a. Bagi Peneliti
1) Penelitian ini memberikan pengalaman dan latihan kepada peneliti dalam penulisan
karya ilmiah secara teoritis dan praktik.
2) Penelitian ini memberikan wawasan pengetahuan peneliti tentang analisis budaya
literasi membaca mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa dan juga dapat
memberikan manfaat dalam mengembangkan kompetensi peneliti.
3) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 (Strata Satu) Sarjana Sosiologi.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi aktual serta wawasan kepada
masyarakat dan kesadaran masyarakat mengenai budaya literasi membaca mahasiswa
FISIP Universitas Teknologi Sumbawa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber rujukan tambahan
atau informasi dalam penelitian lanjutan tentang analisis budaya literasi membaca mahasiswa
fakultas ilmu sosial dan politik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nama Peneliti Aulia Akbar (2020) Muhamad Sadli & Baiq Arnika Nunuk Hariyati, Syunu
Saadati (2019) Trihantoyo & Moh. Syahidul
Haq
Judul Penelitian Minat Literasi Mahasiswa Analisis Pengembangan Budaya Optimalisasi Budaya Literasi
Literasi Dalam Meningkatkan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Minat Membaca Siswa Di Pendidikan Universitas Negeri
Sekolah Dasar Surabaya
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk
Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor mendeskripsikan dan mengetahui aktifitas yang
apa saja yang menjadi menganalisis pengembangan mencerminkan budaya literasi
penghambat kemajuan literasi budaya literasi di Sekolah Dasar di kalangan mahasiswa di
ilmiah mahasiswa serta alternatif Negeri 01 Kauman Kota Malang Fakultas Ilmu Pendidikan
solusi yang ditawarkan untuk Unesa, baik dalam kegiatan
mengatasi hal tersebut akademik maupun
nonakademik, serta strategi
yang dilaksanakan dalam
penumbuhkembangan budaya
literasi di lingkungan Fakultas
Ilmu Pendidikan Unesa.
Metode Penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan Penelitian ini dilakukan
Penelitian metode survei dengan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
menyebarkan angket kepada deskriptif dengan pendekatan pendekatan kualitatif dengan
responden. Populasi dan studi kasus. rancangan penelitian studi
kasus. Pengumpulan data
sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan
adalah mahasiswa semester menggunakan teknik
III dan V sebanyak 100 orang wawancara, observasi, dan
mahasiswa dokumentasi. Selanjutnya, data
yang terkumpul dianalisis
melalui analisis data model
interaktif dan dilakukan
pengecekan keabsahan data
melalui uji kredibilitas,
dependabilitas, dan
konfirmabilitas.
Hasil Penelitian Penelitian diperoleh data bahwa Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan
97% menjawab bahwa kegiatan bahwa implikasi pengembangan bahwa kegiatan literasi di
membaca merupakan aktivitas budaya literasi dapat kalangan mahasiswa Fakultas
yang sangat penting. Namun, meningkatkan kegemaran, Ilmu Pendidikan Unesa masih
sebanyak 3% remaja ketertarikan, dan minat membaca tergolong rendah dilihat dari
menghabiskan waktu dengan pada siswa. aktifitas mahasiswa dalam
membaca, 61% menjawab jalan- kegiatan akademik dan
jalan, dan 36% menjawab nonakademik, serta belum
dengan jawaban yang variatif adanya prestasi yang
seperti: menonton TV, ditunjukkan mahasiswa dalam
berkumpul bersama keluarga, event-event literasi. Upaya
berolahraga dll. Dari data yang pembiasaan kegiatan literasi
diperoleh dapat diartikan bahwa telah dilakukan oleh para
mayoritas remaja tidak memilih dosen melalui penugasan yang
menghabiskan waktu senggang diberikan kepada mahasiswa.
dengan membaca. Hal ini Selama ini belum terdapat
dilakukan sebab mereka merasa aturan khusus yang mengatur
membaca buku merupakan tentang literasi di lingkungan
kegiatan yang membosankan FIP. Namun, para pimpinan
dan berat untuk dilakukan. FIP akan terus mengupayakan
optimalisasi budaya literasi
dengan melakukan strategi
penumbuhkembangan budaya
literasi melalui penekanan
terhadap dosen yang dijadikan
sebagai role model
Persamaan Persamaan penelitian ini ialah Persamaan penelitian ini ialah Persamaan penelitian ini ialah
Penelitian sama-sama meneliti tentang sama-sama meneliti tentang sama-sama meneliti tentang
budaya literasi terhadap peserta budaya literasi terhadap peserta budaya literasi terhadap
didik didik peserta didik
Perbedaan Perbedaan penelitian ini ialah Perbedaan penelitian ini ialah Perbedaan penelitian ini
Penelitian rendahnya minat mahasiswa pada pengembangan budaya ialah mengoptimalkan
dalam membaca buku-buku literasi dalam meningkatkan budaya literasi mahasiswa
ilmiah serta minimnya minat membaca siswa di fakultas ilmu Pendidikan
pengetahuan mahasiswa sekolah dasar universitas negeri surabaya
mengenai materi perkuliahan
2.2.1 Budaya
Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata
majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”. Karena itu mereka membedakan “budaya”
dan “kebudayaan”. Demikianlah “budaya adalah daya dan budi” yang berupa cipta, karsa,
dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah
antropologi budaya perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu
singkatan saja dari kebudayaan dengan arti yang sama (Koentjaraningrat, 2015).
Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau
pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak. Seorang sosiolog mau tidak mau harus
menaruh perhatian juga pada hal tersebut. Akan tetapi dia terutama akan menaruh perhatian
pada perilaku sosial, yaitu pola-pola perilaku yang membentuk struktur sosial masyarakat.
Jelas bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh peralatan yang dihasilkannya serta
ilmu pengetahuan yang dimilikinya atau didapatkannya. Namun, seorang sosiolog lebih
menaruh perhatian pada perilaku sosial. (Soerjono & Budi, 2017).
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam (Soerjono & Budi, 2017),
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Di
dalamanya termasuk misalnya saja agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur
yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.
Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang
hidup bermasyarakat, dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan
(Soerjono & Budi, 2017).
Cipta merupakan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk
langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan cinta dinamakan pula
kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture). Semua karya, rasa, dan cipta
dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan
kepentingan Sebagian besar atau dengan seluruh masyarakat. Pendapat tersebut dapat saja
dipergunakan sebagai pegangan. Namun demikian, apabila dianalisis lebih lanjut, manusia
sebenarnya mempunyai segi materiil dan segi spirituil di dalam kehidupannya. Segi materiil
mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda-benda maupun
lain-lainnya yang berwujud benda. Segi spiritual manusia mengandung cipta yang
menghasilkan ilmu pengetahuan, karsa yang menghasilkan kaidah kepercayaan, kesusilaan,
kesopanan, dan hukum, serta rasa yang menghasilkan keindahan. Manusia berusaha
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui logika, menyerasikan perilaku terhadap kaidah-
kaidah melalui etika, dan mendapatkan keindahan melalui estetika. Hal itu semuanya
merupakan kebudayaan yang juga dapat dipergunakan sebagai patokan analisis (Soerjono &
Budi, 2017).
2.2.2 Literasi
Ada berbagai macam literasi, yaitu; literasi komputer (computer literacy), literasi
media (media literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi teknologi (technology
literacy), literasi moral (moral literacy) dan literasi informasi (information literacy). Literat
adalah orang yang mampu menguasai keterampilan membaca dan menulis (Hasnadi, 2019).
Pada masa perkembangan awal, literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca,
menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, meyajikan, dan berpikir kritis tentang ide-ide.
Hal ini memungkinkan kita untuk berbagi informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan
untuk membuat makna (Yunus et al., 2018).
Terhadap hal ini, Bosman dalam (Yunus et al., 2018) memberikan sebuah contoh
yakni bahwa Ensiklopedia Britannica yang telah dikenal dalam bentuk cetakan selama 244
tahun, kini telah berubah menjadi sebuah kamus versi online berbantuan komponen
multimedia. Padahal di sisi lain, membaca dan menulis di internet dan melalui multimedia
modalitas (hypertext) membutuhkan cara yang berbeda ketika berinteraksi dengan teks.
Ketika membaca multimedia, pembaca bergerak dari kebiasaan membaca secara sempit,
linear, dan hanya berorientasi pada teks cetak, menuju konteks multidimensi dan interaktif
(Yunus et al., 2018).
Dalam generasi keempat, Freire menjelaskan bahwa literasi telah dipandang sebagai
konstruksi sosial dan tidak pernah netral. Teks-teks yang siswa baca telah diposisikan. Ini
berarti bahwa teks yang ditulis seorang penulis telah dibentuk berdasarkan posisi mereka (di
mana mereka berada dan di mana mereka berdiri, serta bagaimana posisi ini memungkinkan
mereka untuk melihat dan tidak melihat). Posisi seorang penulis meliputi banyak aspek,
seperti keyakinan mereka, nilai-nilai, sikap, posisi sosial (misalnya, usia, ras, kelas, dan
etnis), serta pengalaman (misalnya, Pendidikan, Bahasa, dan perjalanan). Karena posisi
penulis mungkin berbeda dari posisi pembaca, sangat penting bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan literasi kritis (Yunus et al., 2018).
Sejalan dengan itu, menurut Martello literasi kritis merupakan kemampuan untuk
mengkritik teks berdasarkan sudut pandang yang berbeda, untuk menentang status qou, dan
untuk mempertanyakan otoritas yang telah banyak diakui. Literasi kritis dianggap sebagai
kemampuan yang sama pentingnya dengan kemampuan untuk memecahkan kode teks.
Sejalan dengan kemudahan akses informasi, kemampuan siswa untuk mengkritik teks
memilih peran yang sangat penting, dan literasi kritis ini harus menjadi bagian dari setiap
jalur literasi siswa (Yunus et al., 2018).
Istilah literasi dalam generasi kelima dikenal pula dengan istilah multiliterasi. Istilah
multiliterasi mengandung pengertian sebagai keterampilan menggunakan beragam cara untuk
menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi, dengan menggunakan bentuk-bentuk teks
konvensional maupun teks inovatif, simbol, dan multimedia. Dalam pandangan multiliterasi,
siswa perlu menjadi ahli dalam memahami dan menggunakan berbagai bentuk teks, media,
dan sistem symbol untuk memaksimalkan potensi belajar mereka, mengikuti perubahan
teknologi, dan secara aktif berpartisipasi dalam komunitas global. Dengan demikian,
pembelajaran literasi ditujukan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam literasi
kritis, literasi visual, literasi media, literasi teknologi, literasi lintas kurikulum, serta literasi
dalam bahasa lain (Yunus et al., 2018).
Pandangan Eisner di atas, senada dengan pandangan C. Luke yang menyatakan bahwa
multiliterasi merupakan kemampuan memandang pengetahuan secara integratif, tematik,
multimodal, dan interdisipliner. Berdasarkan sudut pandang ini, upaya membangun makna
dapat dilakukan terhadap berbagai bentuk media komunikasi. Segala media yang dapat
didekatkan dengan literasi dianggap menyimpan makna, sehingga pengetahuan akan semakin
berkembang jika makna-makna dari berbagai symbol representative tersebut dapat digali dan
ditemukan (Yunus et al., 2018).
2.2.3 Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang seharusnya patut untuk ditingkatkan dalam diri
manusia. Menurut Ghazali dalam (Muslimin, 2018) mengemukakan bahwa, membaca adalah
proses pemecahan sandi terhadap simbol-simbol tertulis, karena diawali dengan memahami
segmen-segmen terkecil (huruf, suku kata, kata) dalam teks dan kemudian dibangun agar
mencakup unit-unit yang lebih besar. Membaca juga merupakan keterampilan yang paling
utama yang harus dipelajari oleh peserta didik. Hal ini dapat dipahami sebab keberhasilan
peserta didik dalam belajar ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca. Melalui
membaca pula seseorang dapat berkomunikasi dengan tulisan tanpa harus berhadapan
langsung dengan penulisnya.
Menurut Ma’mur dalam (Neng et al., 2016), membaca merupakan kegiatan rutin yang
tidak dapat dipisahkan dari gaya kehidupan manusia modern, terlebih lagi dalam dunia
Pendidikan. Membaca adalah proses interaktif yang berlangsung antara pembaca dan teks,
sehingga pembaca menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan strategi untuk menentukan
apa makna yang terkandung di dalam teks.
Sedangkan menurut Byrne (Neng et al., 2016) dalam jurnalnya yang berjudul
“Modules for the Professional Preparation of Teaching Assistants in Foreign Language”
tahun 1998 menjelaskan bahwa pengetahuan membaca meliputi:
Menurut Rivers & Temperley dalam (Neng et al., 2016) menyatakan bahwa ada tujuh
tujuan utama membaca:
a. Untuk memperoleh informasi dengan maksud karena kita ingin tahu tentang beberapa
topik.
b. Untuk mendapatkan petunjuk tentang cara melakukan beberapa pekerjaan dalam
kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui bagaimana sebuah alat bekerja)
c. Untuk bertindak dalam bermain, bermain game, melakukan teka-teki
d. Untuk tetap berhubungan dengan teman-teman melalui korespondensi atau untuk
memahami surat bisnis
e. Untuk mengetahui kapan atau di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia
f. Untuk mengetahui apa yang terjadi atau telah terjadi (seperti yang dilaporkan dalam
surat kabar, majalah, laporan)
g. Untuk hobi atau kesenangan.
Pandangan di atas sejalan dengan Morrison dalam (Neng et al., 2016), bahwa
membaca juga dapat diartikan sebagai proses belajar untuk mengucapkan kata. Spesialis di
bidang Pendidikan, percaya bahwa membaca melibatkan lebih dari proses keterampilan lain
dan berpikir. Kegiatan membaca dapat dilakukan dari sejak kecil, mengenalkan gambar dan
teks dalam buku serta membacakannya pada seorang anak dapat merangsang kemampuan
berkomunikasi mereka.
Menurut Nunan dalam (Neng et al., 2016), membaca memiliki pendekatan top-down
dan bottom-up. Dalam pendekatan bottom-up pembaca melihat bacaan sebagai proses
decoding atau symbol yang ditulis setara. Sedangkan dalam pendekataan top-down bahwa
belajar membaca tentunya harus melibatkan proses yang sama misalnya, pembaca yang fasih
dapat mengenali kata-kata berdasarkan sudut pandangnya. Davis dengan jurnalnya
“Introducing Reading” dalam (Neng et al., 2016) menetapkan ada empat jenis membaca
yaitu:
1. Membaca reseptif, yang merupakan cepat, membaca otomatis yang kita lakukan
Ketika kita membaca narasi
2. Membaca reflektif, di mana kita berhenti sejenak dan merenungkan apa yang telah
kita baca
3. Skimming, di mana kita membaca cepat untuk membangun secara umum apa yang
terkandung dalam teks
4. Scanning, atau mencari informasi tertentu.
Membaca dapat membantu seseorang menjadi sadar tentang perbedaan teks dan
strategi yang mereka gunakan untuk membuat makna ketika mereka membaca, memiliki rasa
kontrol atas proses berpikir mereka sendiri, dan untuk menjadi pembaca kritis. Dalam hal ini
mahasiswa sebagai subjek harus terlebih dahulu mampu memahami apa yang dikatakan
dalam teks sebelum mereka dapat memproses informasi ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk
membuat mahasiswa memahami dalam membaca, area isi bacaan harus diajarkan di kedua
keterampilan dan proses yang diperlukan untuk belajar dari teks.
Selain itu, Anderson & Nunan dalam (Neng et al., 2016) menyebutkan bahwa ada tiga
jenis utama dari teks sekolah dengan pendekatan yang berbeda dari bagian pembaca:
Hal ini mengasumsikan bahwa peserta didik khususnya mahasiswa harus mampu
belajar dari berbagai teks. Membaca adalah strategi untuk membantu peserta didik untuk
berkembang menjadi pembaca mandiri yang strategis dapat menulis untuk memperoleh
pengetahuan baru dalam mata kuliah mereka. Sebenarnya, itu menjadi tantangan bagi dosen
untuk membantu mahasiswa mengembangkan strategi mereka dalam membaca dan
berinteraksi dengan teks, karena sebagian besar peserta didik tidak memiliki latar belakang
pengetahuan untuk memahami informasi yang disajikan.
Tujuan membaca adalah untuk belajar hal yang relevan dengan latar belakang
pengetahuan. Mahasiswa mempunyai tujuan berbeda, karena itu dosen perlu memastikan
bahwa mereka memiliki tujuan yang jelas untuk membaca sebelum melibatkannya dalam
kegiatan membaca untuk fokus pada proses membaca. Tujuan utama ini adalah dapat
tercapainya program membaca di perguruan tinggi khususnya di kalangan mahasiswa supaya
mereka bagus dalam kemampuan akademik sehingga membantu mereka dalam
mengembangkan pribadi melalui budaya baca tulis.
Selain itu, tujuan dari membaca adalah untuk mengembangkan literasi konten.
Menurut Anderson & Nunan dalam (Neng et al., 2016) mengatakan bahwa literasi sebagai
kemampuan untuk menggunakan membaca dan menulis untuk akuisisi konten baru dalam
disiplin ilmu tertentu. Hal ini akan terjadi jika peserta didik dapat memahami isi informasi
dari apa yang mereka baca. Untuk memudahkan literasi, para guru dapat mentransfernya di
kehidupan nyata, sehingga peserta didik dapat melihat nilai apa yang mereka pelajari di
sekolah dan menerapkannya di luar sekolah. Miller dalam (Neng et al., 2016), literasi
berkembang dalam berbagai konteks yang bervariasi. Itulah sebabnya bahwa membaca dan
menulis sangat erat kaitannya.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan
dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini, Broughton dalam
(Taringan, Guntur, 2015) mengemukakan beberapa hal yang penting:
Menurut Broughton dalam (Taringan, Guntur, 2015) Setiap guru Bahasa haruslah
menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang
kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-
keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga
komponen, yaitu:
Telah diutarakan oleh Broughton dalam (Taringan, Guntur, 2015) di muka bahwa
membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian
keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting
dalam membaca, yaitu:
Lebih lanjut, upaya menganalisis dan menyintesis informasi hanya dapat dilakukan
jika seorang pembaca terlibat langsung dengan teks, atau termotivasi untuk membaca teks
tersebut. Teks yang dibaca juga dapat sangat beragam baik dari segi isi, bentuk, jenis,
maupun media yang digunakan. Bertemali dengan konsep ini, tes standar yang digunakan
PISA memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi bagi siswa Indonesia, dibandingkan dengan tes
standar yang biasa diujikan guru di sekolah.
Atas dasar makna literasi membaca ini, penilaian membaca yang dilakukan PISA
senantiasa dikemas dalam sebuah tes standar dengan memperhatikan tiga hal berikut.
1. Jenis teks yang digunakan. Dalam hal ini, jenis teks yang digunakan sangat beragam
baik dari segi media, format, jenis, maupun lingkungannya.
2. Aspek pemahaman. Dalam hal ini, aspek pemahaman yang diuji pun beragam dari
tataran sederhana hingga kompleks, yakni (a) mengakses dan mengambil informasi
dari teks; (b) mengintegrasikan dan menafsirkan apa yang dibaca; (c) merefleksi dan
mengevaluasi teks, serta menghubungkannya dengan pengalaman pembaca.
3. Aspek situasi sosial. Dalam hal ini, aspek situasi sosial menuntut pembaca memahami
tujuan penulis menulis teks. Beberapa aspek situasi yang digunakan dalam tes standar
PISA adalah personal, masyarakat umum, Pendidikan, dan dunia kerja.
Berdasarkan ketiga komponen tes standar PISA di atas, aspek pemahaman yang
terkandung dalam instrument penilaian PISA perlu mendapatkan perhatian khusus. Tes PISA
senantiasa membutuhkan kemampuan testi dalam hal mengakses dan mengambil informasi
dari teks. Kemampuan ini berhubungan dengan keterampilan testi dalam mencari, memilih,
dan, mengumpulkan informasi khusus secara cepat dan tepat dari sebuah teks. Kemampuan
ini tidak selalu mudah, terutama jika dihubungkan dengan jenis teks yang digunakan, karena
setiap teks memiliki srtuktur yang berbeda-beda (Yunus et al., 2018).
Berdasarkan struktur tes yang dikembangkan PISA di atas, dapat disimpulkan bahwa
soal-soal membaca dalam studi PISA lebih banyak mengukur kemampuan bernalar,
pemecahan masalah, beragumentasi, dan berkomunikasi daripada soal-soal yang mengukur
kemampuan teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan pemahaman semata. Lebih
lanjut, soal-soal PISA juga mengukur tingkatan kemampuan siswa dari mengetahui fakta,
prosedur, atau konsep hingga menggunakannya untuk memecahkan masalah yang sederhana
maupun masalah yang memerlukan penalaran tinggi. Bertemali dengan kondisi ini, sangat
wajar jika rata-rata siswa Indonesia memiliki kemampuan membaca yang rendah.
Pandangan Sisson dan Sisson dalam (Yunus et al., 2018) menyatakan bahwa
membaca cermat adalah proses membaca yang dilakukan secara berulang terhadap teks yang
bersifat kompleks. Hal ini bertujuan untuk mencapai tiga tahap pemahaman, yakni
pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluatif. Guna mencapai ketiga
level pemahaman ini, proses membaca dilakukan berdasarkan 10 kerangka kerja membaca
cermat yang meliputi aktivitas mengidentifikasi teks, menetapkan tujuan membaca, memilih
model membaca, mengakses teks, menyelesaikan siklus membaca kesatu dan menyajikan
pertanyaan, mendiskusikan isi teks, menyelesaikan siklus membaca kedua menyajikan tugas,
mendiskusikan isi teks.
Konsep membaca cermat juga dikemukakan oleh Benjamin dan Hugelmeyer dalam
(Yunus et al., 2018), mereka menyatakan bahwa membaca cermat adalah kegiatan membaca
teks pendek yang sifatnya kompleks dan dilakukan untuk menemukan sebuah bukti yang
terdapat dalam sebuah teks. Bukti-bukti yang terkandung dalam teks dapat saja disajikan
secara langsung maupun secara implikatif, sehingga jawaban yang dihasilkan dapat bersifat
sangat beragam.
Proses mengumpulkan informasi atau data penelitian yang dilakukan oleh seorang
peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif sebenarnya senantiasa membina
rangkaian cerita, yang dapat memberi gambaran tentang sebab dan akibat, tentang hubungan
antara persoalan-persoalan atau kasus-kasus dalam fenomena yang diteliti, tentang tema dan
kategori jalan cerita yang dituangkan oleh subjek penelitian. Sementara penelitian kualitatif
tidak menggunakan statistik, data hasil penelitian diperoleh secara langsung, misalnya
observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen sehingga peneliti mendapat
jawaban apa adanya dari responden.
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang bersifat fenomenologi, yang berorientasi untuk memahami, menggali dan menafsirkan
arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan dengan orang-orang yang
biasa dalam situasi tertentu. Ini biasa disebut dengan penelitian kualitatif dengan
menggunakan pengamatan terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala sosial yang
alamiah, digunakan sebagai sumber data, pendekatan ini berdasarkan kenyataan lapangan
(empiris). Penelitian kualitatif percaya bahwa di mana peran peneliti adalah sebagai
instrumen kunci dalam mengumpulkan data, dan menafsirkan data.
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. (Lexy J
Moleong, 2018:11)
Penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui tentang budaya literasi membaca
mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di perguruan tinggi universitas teknologi
sumbawa. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah mahasiswa terhadap minat
membaca
Subjek penelitian disini adalah narasumber, atau partisipan, informan yakni yang
mewakili dirinya sendiri yang dapat memberikan informasi terkait data yang akan dicari.
Dengan demikian informan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang
dianggap bersangkutan dan memahami tentang tujuan yang dimaksud oleh peneliti. Yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Teknologi Sumbawa yang terdiri dari mahasiswa Program Studi Ilmu
Pemerintahan berjumlah dua informan, Program Studi Ilmu Komunikasi berjumlah dua
informan serta Program Studi Sosiologi berjumlah dua informan. Jadi jumlah informan yang
peneliti anggap mampu menjawab dari persoalan pada penelitian ini berjumlah enam
informan.
Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat simpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Hardani et al., 2020).
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan di sini bahwa, analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Hardani et al., 2020).
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang
dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori (Hardani et al., 2020).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara tuntas, sehingga datanya tidak jenuh.
Adapun beberapa langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Teknik Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung atau
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Hardani et al., 2020).
Sementara Nazir dalam (Hardani et al., 2020) memberikan pengertian wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara
adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah
suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian.
b. Teknik Observasi
Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan
psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan
pengamatan dan ingatan si peneliti (Hardani et al., 2020).
Dari ketiga pendapat di atas penulis dapat menarik simpulan bahwa observasi adalah
suatu teknik atau cara mengumpulkan data yang sistematis terhadap obyek penelitian baik
secara langsung maupun tidak langsung (Hardani et al., 2020).
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode
dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.
Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang lain (Hardani
et al., 2020).
Menurut Sugiyono dalam (Hardani et al., 2020) dokumen merupakan catatan peristiwa
yag sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
Uji keabsahan data dalam penelitian sering ditekankan pada uji validitas dan
reliabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid
adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti denga
napa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Hardani et al., 2020).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang harus pula memenuhi persyaratan sebagai
suatu disciplined inquiry. Kriteria yang digunakan penelitian kualitatif adalah bahwa hasil
penelitian yang dilakukan harus memenuhi empat kriteria, yaitu: (1) credibility, (2)
transfermability, (3) dependability, dan (4) confirmability. Keempat kriteria itu memenuhi
empat standar disciplined inquiry yaitu: truth value, applicability, consistency, dan neutrality.
Menurut Patilima dalam (Hardani et al., 2020) reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus
selama pengumpulan data berlangsung. Pada saat pengumpulan data berlangsung, terjadilah
tahapan reduksi selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, dan membuat catatan kaki.
Menurut Riyanto dalam (Hardani et al., 2020) menyatakan bahwa reduksi data (data
reduction) artinya, data harus dirampingkan, dipilih mana yang penting, disederhanakan, dan
diabstraksikan. Dengan begitu dalam reduksi ini ada proses living in dan living out.
Maksudnya, data yang terpilih adalah living in dan data yang terbuang (tidak terpakai) adalah
living out.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang
ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi
data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan (Hardani et
al., 2020).
Langkah ketiga dari analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila simpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka simpulan yang dikemukakan merupakan simpulan yang
kredibel (Hardani et al., 2020).
Dengan demikian simpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang
telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Hardani et al.,
2020).
Simpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Hardani et al., 2020).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. (2020). Minat Literasi Mahasiswa. Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian Dan
Pendidikan Dan Pembelajaran, 4(19), 593–596.
Hardani, Auliya, H. N., Andriani, H., Fardani, A. R., Ustiawaty, J., Utami, F. E., Sukmana, J.
D., & Istiqomah, R. R. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (H. Abadi
(ed.); Cetakan I, Issue Maret). Pustaka Ilmu.
Hasnadi. (2019). Membangun Budaya Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi. Jurnal
Semdi Unaya, 610–620.
Neng, G., Dede, R., & Anugrah, I. (2016). BUDAYA LITERASI (Model Pengembangan
Budaya Baca Tulis Berbasis Kecerdasan Majemuk Melalui Tutor Sebaya) (1st ed.).
DEEPUBLISH. www.penerbitdeepublish.com
Soerjono, S., & Budi, S. (2017). Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi Revi). Rajawali Pers.
Survei UNESCO dilansir dari Laman GenPi.co. (2020). Ha! Minat Baca Indonesia Terendah
Kedua di Dunia, Kok Bisa? https://www.genpi.co/2020/01/21/amp/berita/33356/ha-
minat-baca-indonesia-terendah-kedua-di-dunia-kok-bisa
Yunus, A., Tita, M., & Hana, Y. (2018). PEMBELAJARAN LITERASI : Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis (S. I. N.
Yanita (ed.); Cetakan 2). Bumi Aksara.