Anda di halaman 1dari 44

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menanam

Kentang
( Studi kasus Di Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo )

USULAN PENELITIAN

OLEH:

SAMUEL TRITUAHTA SARAGIH


170304116
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menanam
Kentang
( Studi kasus Di Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo )

USULAN PENELITIAN

SAMUEL TRITUAHTA SARAGIH


170304116
AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan


Penelitian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Lindawati, S.P., M.Si) (Ir.Diana Chalil, M.Si., Ph.D )


NIP: 197102102005012003 NIP: 196703031998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan

utama dunia sesudah padi, gandum dan jagung (Wattimena, 2000). Kentang

merupakan komoditi sayur yang dapat meningkatkan perekonomian karena sesuai

dengan yang dapat dilihat, bahwa semakin meningkatnya penduduk maka

permintaan kebutuhan untuk meningkat juga dan komoditi ini adalah salah satu

komoditi yang diekspor keluar khususnya eropa. Tanaman kentang mempunyai

beberapa peranan strategi yaitu sumber bahan makanan terutama sebagai sumber

karbohidrat bagi masyarakat, sumber pendapatan dan kesempatan kerja, serta

kesempatan berusaha dan juga sebagai komoditas potensial ekspor yang

menghasilkan devisa negara (Setiadi, 2007).

Data yang diperoleh dari BPS (2018) menerangkan bahwa pemerintah

melakukan impor kentang dari berbagai negara sebesar 10.000 ton pada tahun

2018. Besarnya impor kentang dapat disebabkan oleh besarnya kebutuhan kentang

untuk dijadikan bahan dasar produk makanan ringan . Selain itu, permasalahan

yang terjadi akhir-akhir ini adalah perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi

seperti musim kering yang lebih panjang sehingga terjadi gagal panen atau gagal

tanam.

Permasalahan mengenai impor dan cuaca yang tidak dapat diprediksi

tersebut dapat diatasi dengan cara meningkatkan produksi kentang di daerah yang

sangat baik untuk tanaman kentang. Salah satunya Kabupaten Karo. Kabupaten
karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit barisan dan merupakan daerah

hulu sungai. Luas wilayah kabupaten karo adalah 2.127,25 Km2. Kabupaten karo

terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan dan

mata pencaharian utama penduduk adalah usaha pertanian pangan, hasil

hortikultura dan perkebunan rakyat. Pada tahun 2019, produksi tanaman kentang

mencapai 72.956 dengan luas lahan kentang 3953 ha. (Badan Pusat Statistik Karo,

2020).

Di Kabupaten Karo sendiri produksi kentang cenderung mengalami

kenaikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Kabupaten


Karo tahun 2015 – 2019
Produktivitas
Luas panen (Ha) Produksi (Ton)
Tahun (Ton/Ha)
2015 2.054 33.384 16,3
2016 2.113 34.494 16,3
2017 3.072 44.790 14,6
2018 3.540 57.412 16,2
2019 3.953 72.956 18,5
Sumber: BPS 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa luas panen dan produksi

kentang di Kabupaten Karo terus meningkat. Namum jika dilihat dari segi

produktivtas nya pada tahun 2015-2016 cenderung sama yaitu 16,3 (Ton/Ha)

bahkan pada tahun 2017 produktivitas kentang di Kabupaten Karo mengalami

penurunan menjadi 14,6 (Ton/Ha). Kemudian pada tahun 2018 mengalami

kenaikan kembali produktivitas kentang menjadi 16,2 (Ton/Ha) dan pada tahun

2019 mengalami kenaikan kembali menjadi 18,5 (Ton/Ha)


Tabel 1.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di 5 Kecamatan
Penghasil Kentang Di Kabupaten Karo 2015-2019

Sumber: BPS Karo 2019

Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa produksi kentang di

Kecamatan Tigapanah dari tahun 2015 sampai tahun 2018 bukanlah yang tertinggi

bahkan tidak masuk 3 besar kecamatan penghasil kentang di Kabupaten Karo

dengan produksi rata – rata hanya 2.156 ton. Namun pada tahun 2019, produksi
kentang di Kecamatan Tiga Panah mengalami kenaikan yang signifikan menjadi

13.764 ton. Hal ini menjadikan Kecamatan Tigapanah sebagai Kecamatan kedua

setelah Kecamatan Namanteran sebagai Kecamatan penghasil kentang di

Kabupaten Karo.

Kecamatan Tigapanah sebagai salah satu kecamatan dikabupaten karo.

Pada tahun 2018, produksi kentang di Kecamatan Tigapanah hanya 2.512Ton

namun pada 2019 produksi Kentang di Kecamatan Tigapanah meningkat menjadi

13.764 Ton. Hal ini menjadikan Tigapanah sebagai penghasil kentang terbesar

kedua setelah kecamatan Namanteran. (Badan Pusat Statistik Karo,2020).

Kecamatan
Perbandingan Produksi Tigapana Kabanjah Simpang
& Produktivitas Namanteran h Merdeka e Empat
Produksi -60% 50% 24% -30% 9%
2016;2015 Produktivita
s -21% 20% 11% 5% 3%
Produksi 38% 40% 4% 24% -1%
2017;2016 Produktivita
s 13% -440% 45% -18% -52%
Produksi 18% -29% 3% 34% 2%
2018;2017 Produktivita
s -3% 34% 15% 24% -4%
Produksi 40% 82% 2% 20% 18%
2019;2018 Produktivita
s 6% 68% -120% -7% 52%
Tabel 1.3 Persentase Fluktuasi Produksi dan Produktivitas di Kecamatan
Penghasil Kentang Di Kabupaten karo 2015-2019
Sumber: BPS (Diolah)
Berdasarkan tabel 1.3 tersebut dapat dilihat terjadinya fluktuasi kentang

selama 5 (lima) tahun belakangan. Kenaikan dan penurunan produktivitas kentang

berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat tanah Karo dan Indonesia. Tidak dapat

dipungkiri, kentang juga merupakan salah satu hasil pertanian yang akan diekspor
ke berbagai negara belahan dunia sebagai makanan pokok yang dikonsumsi setiap

harinya. Sebagai salah satu makanan dengan jumlah karbohidrat yang cukup

tinggi, kentang mampu memenuhi kebutuhan karbohidrat yang mampu

menghasilkan energi untuk dapat beraktivitas sehari-hari.

Pada tahun 2016-2015 secara produktivitas kentang naik 20%, dari tahun

2017-2016 secara produktivitas kentang turun 440% di banding 2016, pada tahun

2018-2017 produktivitas naik 34% dan pada tahun 2019-2018 naik 68%

dibandingkan kecamatan di tanah karo fluktuasi di kecamatan tiga panah termasuk

paling tinggi.

Terjadinya kenaikan dan penurunan produksi kentang juga disebabkan

oleh belum maksimalnya penggunaan faktor produksi kentang. Menurut Lilis

(2018) penggunaan faktor produksi belum optimal, dimana penggunaan benih

terlalu banyak sehingga harus dikurangi, sedangkan penggunaan pupuk, pestisida,

tenaga kerja dan peralatan perlu ditambah. Menurut Soerkartawi (2002)

menyatakan bahwa pilihan terhadap kombinasi penggunaan tenaga kerja, benih,

pupuk, obat-obatan yang optimal, akan mendapatkan hasil yang maksimal, dengan

kata lain suatu kombinasi input menciptakan sejumlah produksi dengan cara yang

lebih efesien secara umum kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusahatani

hampir sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar petani pada

umumnya yaitu sempitnya lahan, kurangnya modal, rendahnya produktivitas

tenaga kerja, serangan penyakit, mahalnya harga pupuk organik dan nonorganik

dan kurangnya kesuburan lahan.


Dari segi perekonomian, produksi kentang di Indonesia diharapkan

meningkat setiap tahunnya agar Indonesia terus mampu memiliki pangsa pasar di

kancah internasional. Indonesia sendiri, konsumsi kentang per kapita meningkat.

setiap tahunnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menanam Kentang di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi perkembangan faktor sosial ekonomi petani kentang di

desa seberaya?

2. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi keputusan petani dalam

menanam kentang?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana perkembangan sosial petani kentang di desa seberaya

2. Untuk mengindentifikasi faktor-faktor apa saja yang memepengaruhi

keputusan petani dalam menanam kentang

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapakan berguna untuk pengembangan keilmuan

khususnya masalah-masalah terkait dengan tingkat produksi kentang di

kecamatan tiga panah kabupaten karo.

2. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk famili Solanaceae dan

merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak mendatangkan keuntungan

bagi petani, mempunyai dampak baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah

rusak seperti sayuran lain, dan merupakan sumber kalori, protein dan juga vitamin

(Setiawati, dkk, 2007).

Kentang dibudidayakan di Indonesia di kawasan dengan elevasi 900

sampai 2,000 meter diatas permukanaan laut. Rata – rata suhu udara tahunan

dikawasan tersebut bervariasi. Antara minimum 12.2 oC dan 17.5 oC, sedangkan

maksimum antara 15. oC dan 18.9 oC. Rata- ratacurah hujan yang ideal untuk

peranaman kentang adalah 1,800 mm sampai 3,500 mm (Hadisoeganda, 2006).

Kentang merupakan salah satu sumber karbohidrat, protein, dan mineral

yang meiliki prospek tinggi untuk dikembangkan. Berbagai macam hasil olahan

kentang seperti kentang goreng, tepung, dan keripik kentang dapat dijadikan

sebagai usaha karena permintaaanya yang semakin meningkat setiap tahun. Selain

itu, kentang juga dapat dijadikan sebagai sebuah alternative dalam program
diservifikasi pangan. Berikut adalah klasifikasi taksonomi tanaman kentang

(Idawati, 2012)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionita

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Ateridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberasum L.

Kentang berasal dari wilayah pegunungan Andes, Amerika Selatan.

Budidaya tanaman kentang sebagai tanaman pangan pertama kali dilakukan oleh

suku Indian. Setalah bangsa Eropa dating ke Amerika Selatan, tanaman kentang

kemudian dibawa ke Eropa dan dari Eropa inilah kentang menyebar ke seluruh

dunia termasuk Indonesia. Bangsa Eropa yang membawa tanaman kentang ke

Indonesia adalah Spayol dan Portugis.

Menurut Idawati (2012) kentang di Indonesia cocok di tanam di daerah

dengan ketinggian di atas 1000 mdpl, walaupun sekarang telah berkembang juga

kentang dataran menengah, dan beberapa percobaan di Jawa Tengah untuk

penanaman kentang pantai. Sentra kentang terdapat di sumatera Utara, Jawa Barat
di Padegalangan dan sekitarnya, Jawa Tengah di daerah Dieng. Purwokerto dan

sekitarnya, kemudian Jawa Timur banyak juga di daerah Bromo, kemudian di

Sulawesi Selatan.

Budidaya kentang dapat dilakukan pada daerah-daerah yang memenuhi

syarat tumbuh tanamana kentang. Syarat-syarat tumbuh dimaksud seperti kondisi

iklim, keadaan tanah, ketinggian dan kebutuhan cahaya. Iklim yang sesuai dengna

syarat tumbuh kentang adalah daerah yang beriklim subtropis dan tropis seperti

Indonesia. Ketinggian terbaik bagi kentang untuk tumbuh adalah diantara 1.000

hingga 1.300 mdpl dengan suhu berkisar 15-18 C pada malam hari dan 24 -30

pada siang hari. Karakeristik tanah yang sesuai untuk tanaman kentang adalah

tanah gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah diserap air dan

mengandung humus yang tinggi dengan kelembaban sekitar 70%. Derajat

keasaman tanah (pH) yang cocok bagi tanaman kentang bergantung pada

varietasnya. Misalnya varietas kentang frech fries cocok ditanam di tanah dengan

pH 7,0 sedangkan kentang lokal dapat tumbuh baik pada pH 5,0-5,5.

Menurut Susilo dan Dieznnazola (2012) terdapat beberapa tahapan dalam

berusahatani kentang. Tahapan-tahapan tersebut adalah persiapan perlengkapan,

persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan, panen dan pascapanen. Tahapan

persiapan perlengkapan dalam budidaya kentang sebagai berikut:

1. Tahapan persiapan perlengkapan, secara umum tahap ini berisi tentang

persiapan faktor-faktor produksi seperti lahan, bibit, pupuk dsb. Selain itu,

tahap persiapan juga menyiapkan alat-alat pertanian seperti cangkul,

sekop, kored meetran dsb.


2. Tahapan persiapan lahan, meliputi penyiapan lahan untuk budidaya

kentang dengan baik agar kentang dapat tumbuh dengan optimal dan bisa

berproduksi secara maksimal.

3. Tahapan penanaman dan pelihraaan, tahapan ini berisi tentang waktu dan

teknis penanaman kentang

4. Panen dan pascapenen, merupakan tahapan terakhir dalam berusahatani

kentang.

Kentang varietas Granola Kembang merupakan salah satu jenis kentang

sayur yang banyak dibudidayakan oleh petani kentang di Propinsi Jawa Timur.

Kentang varietas Granola Kembang banyak dibudidayakan di daerah-dareah

seperti : Pasuruan, Probolinggo, Malang, Magetan, Batu, Lumajang dan

Bondowoso (Departemen Pertanian, 2008). Keunggulan varietas lain adalah

produktivitas yang mampu mencapai 30-35 tom per hakter dan tahap terhadap

penyakit kentang umumnya. Bila varietas lain kerusakan akibat penyakit bisa

30%, Granola hanya 10%. Selain itu, umur panen normal adalah 90 hari,

meskipun umur 80 hari bisa dipanen (Setiadi, 2009).

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Teori Pengambilan Keputusan

Manusia merupakan makhluk sosial, setiap manusia akan berinteraksi antara satu

dengan yang lain dan dengan lingkungannya dalam segala bidang kehidupan.

Interaksi tersebut akan memunculkan suatu pilihan aksi dalam kehidupan

manusia. Setiap pilihan yang diambil akan berakibat pada kehidupannya, orang

lain, dan lingkungannya. Oleh karena itu, penentuan pilihan dalam kehidupan
sehari-hari akan memberikan pengaruh demikian besar pada setiap pihak,

sehingga pada prinsipnya, pilihan tersebut akan dipilih berdasarkan pertimbangan

yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan bagi minimal si pembuat pilihan.

Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan

ini memegang peranan penting terutama bila manajer melaksanakan fungsi

perencanaan. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan

organisasi yang akan dicapai, sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang

akan melaksanakan tugas tersebut (Handoko, 2009). Menurut Sumijatun (2009)

keputusan merupakan tanggapan manajer terhadap permasalahan. Setiap

keputusan adalah akibat dari proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak

kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan

motivasi manajer. Pengambilan keputusan adalah proses pemikiran dan

pertimbangan yang mendalam, dan proses yang melibatkan pendekatan sistematik

dengan langkah-langkah yang berurutan. Pengambilan keputusan merupakan

proses kognitif yang kompleks dan sering didefinisikan sebagai suatu upaya

memutuskan serangkaian tindakan tertentu. Pengambilan keputusan sering

dianggap sinonim dengan manajemen (Marquis dan Huston, 2010).

Keputusan yang diambil melalui cara pengambilan keputusan yang baik

tentunya akan menghasilkan keputusan yang bermutu. Semakin mahir seseorang

dalam menentukan keputusan yang bermutu, semakin meningkat kualitas dari

suatu keputusan. Mutu keputusan yang semakin meningkat akan semakin

meyakinkan orang lain tentang keputusan yang diambil dan bias meningkatkan

profesionalisme dari seorang pemimpin, manajer atau administrator.


Profesionalisme dari pengambil keputusan juga akan semakin meningkat seiring

dengan mutu keputusan yang semakin baik, karena fungsi utama dari seorang

manajer atau administrator adalah membuat keputusan dan menjaga agar

keputusan tersebut dapat dijalankan. Menurut Kotler (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan adalah:

a. Faktor Budaya, yaitu meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas social.

b. Faktor Sosial, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status.

c. Faktor Pribadi, yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

d. Faktor Psikologis, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan

dan pendirian.

Menurut Rogers (2003), beberapa tahapan adopsi dari proses pengambilan

keputusan inovasi mencakup:

1) Tahap munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika individu diarahkan untuk

memahami keuntungan ataupun manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi

2) Tahap Persuasi (Persusion) yaitu ketika individu membentuk sikap baik atau

tidak baik (menerima atau tidak meneima

3) Tahap Keputusan (Desicion) yaitu ketika serang individu terlibat dalam

aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi ataupun penolakan sebuah inovasi

4) Tahap Implementasi (Implementation) ketika individu sudah menetapkan

penggunaan suatu inovasi

5) Tahap Konfirmasi (Confirmation) ketika individu mencari penguatan terhadap

keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat sebelumnya.


2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Pindyck dan Rubinfield (2009), faktor-faktor pengambilan keputusan

seperti tenaga kerja, modal, dan bahan-bahan lainnya. Kegiatan pengambilan

keputusan dapat berlangsung dengan efektif apabila didukung oleh berbagai

sumber daya ekonomi atau faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor pengambilan

keputusan tersebut diantaranya yaitu bahan-bahan, tenaga kerja untuk membantu

proses produksi, tanah untuk gedung pabrik dan gedung kantor, mesin mesin

untuk mengolah,maupun orang yang mempunyai keahlian mengkombinasikan

faktor-faktor produksi tersebut. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi produksi yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan

Menurut Arsyad (2004), pendapatan seringkali digunakan sebagai indikator

pembangunan suatu negara selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi

antara negara maju dengan negara berkembang. Pendapatan merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam menentukan laba atau rugi suatu usaha. Laba atau rugi

diperoleh dengan melakukan perbandingan antara pendapatan dengan beban atau

biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut. Pendapatan dapat digunakan

sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan suatu usaha dan juga faktor yang

menentukan keberlangsungan suatu usaha.

Jhingan (2003) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan berupa

uang selama periode tertentu. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua

penghasilan yang menyebabkan bertambahnya kemampuan, baik yang digunakan

untuk konsumsi maupun untuk tabungan, pendapatan tersebut dapat digunakan


untuk memenuhi keperluan hidup dan untuk mencapai kepuasan. Menurut

Lionberger dalam Mardikanto (1996), factor yang mempengaruhi seseorang untuk

mengadopsi inovasi salah satunya adalah tingkat pendapatan. Petani dengan

tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi

inovasi.

2. Umur Petani (Tahun)

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan

kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak

ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi

umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja

dengan baik dan maksimal.Secara umum petani pada usia produktif akan lebih

tinggi kemampuan fisiknya dari petani pada usia tidak produktif, daya ingatnya

lebih baik dan lebih berani mengambil resiko dalam pengadopsian suatu inovasi.

Petani yang berada pada usia produktif biasanya lebih aktif dalam bergaul dan

kosmopolit. Penerapan teknologi baru lebih didominasi oleh petani dengan usia

muda yang mempunyai sifat responsif dan dinamis. Semakin muda usia petani

biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang lebih besar dan lebih cepat dalam

mengadopsi inovasi baru yang bermanfaat (Hasyim,2003).

Kelompok usia produktif menurut Rochaety dkk (2005:35) adalah petani

yang secara potensial memiliki kesiapan dan menghasilkan pendapatan untuk

mendukung kehidupan dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Namun

kenyataannya tidak sedikit jumlah kelompok usia produktif yang belum berperan

produktif dalam hidupnya. Ketidakmampuan mereka untuk produktif disebabkan


oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal berkaitan dengan ketidakmampuan akademik dan

ketrampilan, kelemahan motif berprestasi dan penyesuaian diri. Faktor eksternal

meliputi: kurangnya pendidikan dan pelatihan yang sesuai, lingkungan yang

kurang kondusif, kurangnya kesempatan kerja. Kemampuan kerja petani sangat

ditentukan oleh umur petani itu sendiri, sehingga mengkategorikan umur

berdasarkan kelompoknya, dimana kisaran umur 0-14 tahun adalah umur non

produktif, 15-54 tahun adalah umur produktif dan kisaran 55 tahun ke atas adalah

umur yang kurang produktif. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009) yaitu

masa balita 0 – 5 tahun, masa kanak-kanak 5–11 tahun, masa remaja awal 12–16

tahun, masa remaja akhir 17– 25 tahun, masa dewasa awal 26-35 tahun, masa

dewasa akhir 36-45 tahun, masa lansia awal 46- 55 tahun, masa lansia akhir 56–

65 tahun, masa manula 65 ke atas.

Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap

orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun

ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk

keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Penelitian Harahap, dkk (2018)

tentang “Faktor–Faktor yang Mempengaruh Pengambilan Keputusan Petani Salak

dalam Memilih Saluran Pemasaran” menyatakan bahwa berdasarkan data umur

yang dikumpulkan, pada umumnya petani berada pada usia produktif akan

mempunyai kemampuan yang baik dalam berfikir dan bertindak untuk

merencanakan suatu kegiatan.

Hal ini berarti petani mempunyai potensi dan kesempatan untuk lebih
mengembangkan komoditas buah salak melalui perbaikan pengolahan

usahataninya. Untuk komoditi padi, semakin produktif umur seseorang maka

mereka akan berpikir untuk tidak tetap menanam padi lokal karena padi varietas

unggul baru akan lebih menguntungkan petani daripada padi lokal dari segi

produksi dan umur panen.

3. Luas lahan

Luas Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi dan vegetasi yang saling mempengaruhi potensi penggunaannya lahan

yang digunakan penduduk adalah lahan garapan pertanian (Kusnadi dan Santoso,

2000). Pada umumnya, petani dengan kepemilikan lahan usaha yang luas akan

menempati posisi status sosial lebih tinggi dilingkungan sosialnya. Faktor yang

mempengaruhi petani dalam meningkatkan produktivitas usahatani adalah luas

lahan yang dikerjakan. Luas lahan garapan juga berpengaruh dalam kecepatan

petani untuk menerima suatu inovasi (Salikin, 2003). Sayogyo (1977)

mengelompokkan petani di Jawa ke dalam tiga kategori, yaitu : petani skala kecil

dengan luas lahan usahatani 1,0 ha.

4. Pengalaman Bertani

Pengalaman Berusahatani Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani

dalam menjalankan kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksi.

Petani yang sudah lama berusahatani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman

dan keterampilan yang tinggi dalam menjalankan usahatani. Pengalaman

usahatani dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang berpengalaman (10 tahun).

Petani memiliki pengalaman usahatani atau lama usahatani yang berbeda beda
(Soeharjo dan Patong, 1999). Pengalaman berusahatani merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi aktivitas petani dalam usahataninya, dimana cita-cita

petani berdasarkan pengalaman yang baik, mengenai cara bercocok tanam yang

baik dan menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan

pertanian itu sendiri.

Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang yang mempunyai pengalaman

yang relatif berhasil dalam mengusahakan usahanya, biasanya mempunyai

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang

yang kurang berpengalaman. Dalam prinsip belajar seseorang cenderung lebih

mudah menerima atau memilih sesuatu yang baru, bila memiliki kaitan dengan

pengalaman masa lalunya.

Keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak

mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman

petani lain. Bila pengalaman usahatani banyak mengalami kegagalan, maka petani

akan sangat berhati – hati dalam memutuskan untuk menerapkan suatu inovasi

yang diperolehnya.

5. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal

yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh

terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi.Petani yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi maka akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi

teknologi dan inovasi. Petani yang memiliki pendidikan rendah biasanya sulit
melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Tingkat pendidikan yang dimiliki

petani menunjukan tingkat pengetahuan serta wawasan petani dalam menerapkan

teknologi maupun inovasi untuk peningkatan kegiatan usahatani (Lubis, 2000).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan

menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani

menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pemahaman yang mereka peroleh dari orang lain

ataupun dari sumber informasi yang lain, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang makin semakin baik pula pemahamannya. Petani yang

mencapai pendidikan lebih tinggi mempunyai tingkat adopsi yang lebih tinggi dari

pada mereka yang mencapai tingkat pendidikan yang rendah. Dalam penelitian

lain yang berjudul “Faktor–Faktor yang Mempengaruh Pengambilan Keputusan

Petani Salak dalam Memilih Saluran Pemasaran” menyatakan bahwa pendidikan

adalah salah satu faktor penunjang keberhasilan petani dalam melaksanakan

usahataninya, karena tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan petani

dalam bertindak dan cara pengambilan keputusan, seperti menyerap suatu inovasi

dalam mengelola usahataninya.

Pendidikan mempunyai hubungan bagi petani dalam menenerapkan teknologi

dan keterampilan manajemen dalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi

pendidikan yang ditempuh oleh petani diharapkan petani tersebut menjadi lebih

rasional dalam menerima kegagalan yang mungkin terjadi akibat melakukan

perubahan-perubahan di bidang pertanian (Harahap, dkk, 2018).


2.2.3 Usaha Tani

Menurut Moehar (2001) usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-

cara petani untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor-faktor

produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen) serta bagaimana petani

memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak yang

dapat memberikan pendapatan yang sebesar-besarnya dan kontinu.

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam

pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang

menyangkut bidang pertanian.

Menurut Soekartawi (2002), usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang

mereka miliki sebaik- baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output). Tersedianya sarana atau

faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan

tinggi. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor

produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat

keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi

efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi

pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani mampu
meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi

harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi

harga atau melakukan efisiensi ekonomi.

2.2.4 Analisis Regresi Logistik

Regresi Logistik adalah suatu metode analisis statistika untuk

mendeskripsikan hubungan antara variabel terikat yang memiliki dua kategori

atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau kontinu.

Adapun regresi logistik dapat dibagi menjadi regresi logistik biner, regresi logistik

multinomial dan regresi logistik ordinal (Langi et.al, 2017).

Adapun Regresi Logistik (kadang disebut model logistik atau metode

logit) merupakan salah satu bagian dari Analisis Regresi, yang digunakan untuk

memprediksi probalitas kejadian suatu peristiwa, dengan mencocokkan data pada

fungsi logit kurva logistic. Metode ini merupakan model linear umum yang

digunakan untuk regresi binominal. Seperti analisis regresi pada umumnya,

metode ini menggunakan beberapa variabel bebeas, baik numerik maupun

kategori.

Menurut Masmuda (2011) regresi logistik adalah prosedur pemodelan

yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon (Y) yang bersifat kategori

berdasarkansatu atau lebih variabel pediktor (X) baik yang bersifat kategorik

ataupun kontinu. Apabila variabel respon terdidri dari 2 kategori

yaituY=1(sukses) dan Y=0 (gagal) maka metode regresi yang dapat diterapkan

adalah regresi logistik biner. Untuk satu buah objek penelitian, kondisi dengan 2

kategori tersebut mengakibatkan Y berdistribusi.


Menurut Hosmer dan Lemeshow (2000) regresi logistik biner merupakan

suatu metode analisis data yang digunakan untuk mencari hubungan antara

variabel respon (y) yang bersifat 6 biner atau dikotomus dengan variabel prediktor

(x) yang bersifat polikotomus. Keluaran dari variabel respon y terdiri dari 2

kategori yang biasanya dinotasikan dengan y =1 (sukses) dan y=0 (gagal).

Menurut (Nachrowi, 2002) penaksiran dengan Teknik Maksimum

Likelihood pada prinsipnya, model logit dapat ditaksir dengan metode kuadrat

terkecil (Ordinary least square) setelah modelnya ditransformasikan terlebih

dahulu. Akan tetapi, umumnya penaksiran model logit tidak menggunakan OlS.

Pada bagian ini, akan dikenalkan metode maksimum likelihood, yaitu metode

yang sering digunakan untuk menaksir model ini dengan alasan praktis. Untuk ini,

kita perlu menyusun sebuah fungsi yang disebut fungsi likelihood. Fungsi ini

menyatakan probalitas bersama dari data hasil observasi yang masih merupakan

fungsi parameter yang tidak diketahui.

Interpretasi Model/ Parameter koefesien-koefesien dalam model regresi

logistic dilakukan dalam bentuk odds ratio (perbandingan risiko) atau dalam

adjusted probability (probalitas terjadi). Model Regresi dengan variabel terikat

Dummy dimana p menyatakan probabilitas sukses (terjadinya peristiwa y=1) dan

1-p menyatakan probabilitas gagal (terjadinya peristiwa y=0).

Pemodelan pada pembahasan terdahulu, telah membicarakan model-model

logistic dikotomi beserta aplikasi-aplikasinya dan sekarang akan mencoba melihat

model logistic yang variabel terikatnya bukan merupakan pilihan yang dikotomi

(ya atau tidak), melainkan pilihan berganda (lebih dari dua), yang dikenal dengan
multinomial logit.

2.3 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Muis M, dkk pada tahun (2019) dengan judul

penelitian Analisis Keputusan Produksi Usahatani Kedelai Dan Jagung

Kabupaten Gowa. Tujuan penelitian untuk mengetahui keputusan petani, dengan

didesain berdasarkan tujuan yang ingin dicapaidengan pendekatan deskriptif

kuantitatif. Data yang diperoleh dianalisis dengan deksriptif dengan metode

tabulasi data dan regresi logistic.hasil penelitian menunjukkan bahwa petani

dalam memutuskan untuk menanam kedelai dan jagung memulai 5 tahap yaitu

dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.

Menurut penelitian Anggreini D, pada tahun (2015) dengan judul Faktor

Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Memilih Waktu Panen

Jagung Kasus Di Kabupaten Serang Provinsi Banten. Tujuan penelitian ini

bertujuan untuk mengetahi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

dalam memilih waktu panen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survey. Metode penentuan sampel sampel menggunakan simplerandom

sampling dengan total sampel sebanyak 101 petani. Data dianalisis dengan regresi

logistic. Hasil penelitian ini adalah secara umur, pendidikan, pengalaman usatani,

luas lahan, harga, modal, dan kemudahan mendapatkan uang tunai berpengaruh

sangat siginfikan untuk menentukan waktu panen jagung.

Menurut penelitian Anisah, dkk pada tahun (2017) dengan judul

Pengambilan Keputusan Petani Untuk Tetap Berusahatani Cabe Jamu Di


Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Penelitian bertujuan untuk mengetahui

faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk berusahatani. Penelitian ini

dilakukan di lima desa dengan sentra cabe jamu. Dianalisis dengan regresi

logistic. Hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani di

desa tersebut sangat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ekonomi

petani.

Menurut penelitian Siata S, pada tahun (2019) dengan judul Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Petani Dalam Penerapan Benih Padi Varietas

Ciherang Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan agustus 2015 sampai dengan bulan September 2015. Metode yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistic. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa faktor selera petani, produksi, luas lahan dan

kesesuaian lahan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dan berpengaruh

nyata terhadap tinggi rendahnya peluang petani untuk melakukan penerapan benih

pada varietas Ciherang.

Menurut penelitian Herdana E.A, dkk (2019) dengan judul Analisis

Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Keputusan Petani Hortikultura Dalam

Mengakses Pembiayaan Mikro Di Jawa Timur. Tujuan penelitian ini untuk

mengidentifikasi implementasi keungan mikro oleh petani hortikultura di Jawa

Timur dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

hortikultura di Jawa Timur. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan rumus slovin. Metode pengambilan sampel

bertingkat proporsional. Total sampel dalam penelitian ini adalah 160 petani,
untuk menjawab permasalahan tersebut analisis deskriptif, analisis regresi logistic

(logit). Berdasarkan hasil penelitian analisis regresi logistic untuk faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan petani hortikultura di Jawa Timur dalam

mengakses kredit, termasuk pendidikan, lama usaha, luas tanah, dan pendapatan.

Menurut penelitian Utari D.S, dkk (2019) dengan judul Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menerapkan Pola

Usahatani Tumpangsari Cabai Merah Dengan Cabai Rawit Hibrida Di Desa

Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam

menerapkan pola usahatani tumpangsari cabai merah dengan cabai rawit hibrida.

Adapun metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan bahwa Desa Bocek merupakan sentra produksi cabai, dan

menggunakan metode stratified random sampling diperoleh jumlah sampel petani

yang menerapkan pola tumpangsari sebanyak 35 orang dan petani monokultur 20

orang, serta menggunakan analisis logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani menerapkan pola tumpangsari. Berdasarkan hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara signifikan faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan pola usahatani tumpangsari

dipengaruhi oleh variabel umur, luas lahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan,

dan frekuensi mengikuti penyuluhan, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh

yaitu pendidikan, modal dan pengalaman usahatani.

Menurut penelitian Pranoto, Y.S, pada tahun (2016) dengan judul

penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap


Hasil Panen Lada Putih Di Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka

Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani terhadap hasil panen lada putih, yang terkait

dengan menunda penjualan atau langsung menjual. Metode penelitian yang

digunakan untuk memilih 60 responden yang dikategorikan sebagai petani besar

dan petani kecil, dan metode survey, stratified random sampling digunakan untuk

memilih 60 responden yang dikategorikan sebagai petani besar dan petani kecil,

dan metode analisis yang digunakan regresi logsitic. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat perbedaan keputusan terhadap hasil panen antara petani

besar dan kecil.

Menurut penelitian Atus I, dkk pada tahun (2019) dengan judul Faktor-

Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Untuk

Beralih Dari Usahatani Bawang Merah Ke Ushatani Bawang Daun Di Desa

Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan pendapatan antara petani bawang merah dan bawang daun

di desa Torongrejo dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan beralihnya petani untuk berusahatani bawang daun. Penentuan lokasi

penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di desa Torongrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu. Sampel di tentukan sebanyak 30 petani bawang daun dan 30

petani bawang merah dengan menggunakan metode stratified random sampling.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Uji T-test dan menggunakan

metode logit model. Faktor-faktor yang mempengaruhi beralihnya petani ke


bawang daun yaitu pendidikan, lahan, tenaga kerja, pendapatan, jumlah anggota

keluarga dan modal.

Menurut penelitain Pinem L.J, dkk (2018) dengan judul Analisis

Pengambilan Keputusan Pemebelian Petani Dalam Memilih Benih Kelapa

Sawit Bersertifikat Dan Non Bersertifikat Di Kabupaten Labuhan Batu

Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik petani,

menganalisis tahapan proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam

memilih benih bersertifikat dan non sertifikat, dan menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam

memilih benih kelapa sawit bersertifikat dan non sertfikat di Kabupaten labuhan

Batu Uatar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dan regresi logistik. Hasil dari analisis faktor pengambilan keputusan petani

dalam mengambil benih bersertifikat atau non sertifikat tersebut membentuk 3

faktor, yaitu pendidikan, faktor ketahanan terhadap hama, dan penyakit dan faktor

harga.

Menurut penelitian Rahmi H, dkk (2017) dengan judul Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Terhadap Penggunaan

Benih Padi Di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan

petani terhadap penggunaan benih padi di kecamatan Nisam Kabupaten Aceh

Utara. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Multi

Stage Random Sampling dan untuk menentukan besaran sampel digunakan rumus

Slovin. Analisis data penelitian menggunakan metode analisis Logistik. Hasil


penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi

keputusan petani terhadap penggunaan benih padi yaitu luas lahan, produksi, dan

harga benih padi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat faktor apa yang berhubungan

dengan keputusan petani dalam memilih berusahatani tanaman kentang. Petani

yang merupakan pelaku utama usahatani tanaman kenatang ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor dalam mengambil keputusan memilih atau tidak memilih

berusahatani tanaman kentang. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan keputusan petani dalam melakukan usahatani tanaman kentang. Adapun

faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan keputusan petani tersebut adalah

pendapatan, umur petani, luas lahan, tingkat pengalaman bertani dan tingkat

pendidikan.

Pendapatan

Umur Petani
Keputusan Petani
menamam Kentang
Luas Lahan

Tingkat Pengalaman
Bertani

Tingkat
Pendidikan
Keterangan:
Menyatakan Pengaruh
2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Adanya pengaruh Pendapatan, umur petani,luas lahan, pengalaman

bertani, tingkat pendidikan terhadap keputusan petani menanam tanaman

kentang di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera

Utara.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Daerah penelitian di pilih secara (Purposive) di Kecamatan Tiga panah,

Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pra-survey, desa

yang dipilih adalah desa Seberaya karena termasuk sentra kentang terbesar no 2 di

Tanah Karo.

3.2 Populasi Dan Sampel


Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas dengan ciri-ciri

yang telah ditetapkan (Nazir, 1983). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

petani pemilik lahan di Kecamatan Tiga Panah Desa Seberaya

Sampel yaitu sebagian dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini digunakan metode Non Probability Sampling dengan teknik

Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel yang didasarkan atas kriteria yang

telah ditentukan. Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang mempunyai

wawasan (pengetahuan) atau pernah menanam tanaman kentang di Desa Seberaya

dan dapat memberikan keterangan berupa fakta/pendapat mengenai keputusan

petani menanam tanaman kentang. Sampel memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Ketua kelompok tani

2. Petani kentang yang terdaftar dalam kelompok tani

Tabel 3.1 Sumber dan Jumlah Sampel

No Sumber Responden Jumlah Responden Keterangan


. (orang)
1. Ketua kelompok tani 2 Ketua kelompok tani
selama 2 periode
2. Petani kentang 60 Petani kentang yang
terdaftar dalam kelompok
tani
Total 62
Responden dipilih secara sengaja karena memiliki kontribusi besar dalam

perumusan keputusan petani dan dapat mewakili petani kentang desa setempat

serta wewenang mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, data

primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara kuisoner dan pengamatan

langsung yaitu wawancara dengan petani kentang yang melakukan keputusan

untuk menanam kentang. Sementara sekunder adalah data yang dicatat secara

sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-

lembaga yang terikat dengan penelitiannya yaitu kepala desa , Badan Penyuluhan

Pertanian, Badan pusat statistik, dan Dinas pertanian kabupaten karo.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu untuk

mengetahui perkembangan faktor-faktor sosial ekonomi petani kentang di daerah

penelitian, untuk mendapatkan gambaran fenomena sosial yang diteliti digunakan

kuesioner agar mendaptkan hasil yang terukur.

Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis Logit. Model logistic

adalah prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon


(Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X),

baik itu yang bersifat kategori maupun kontiniu.

Y = β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5

Dimana :

Y = 1 (keputusan petani menanam kentang pada musim ini)

= 0 (keputusan petani tidak menanam kentang musim ini)

X1 = Pendapatan petani (Rp/Bulan)

X2 = Umur Petani (Tahun)

X3 = Luas Lahan

X4 = Pengalaman Bertani (Tahun)

X5 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

Analisis Regresi logistic biner (binomial) digunakan untuk melihat pengaruh

sejumlah variabel bebas ( X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel (Y) yang berupa

variabel terikat/respon biner yang hanya mempunyai dua nilai. Model logit adalah

suatu cara mengkuantitatifkan hubungan keputusan petani menanam kentang dan

tidak menanam kentang.

Uji Hosmer and Lemeshow Test

H0 : ( 1-B ) = 0 , B ( Distribusi frekuensi estimasi / observasi ) = 1, artinya

tidak ada perbedaan antara observasi dengan distribusi frekuensi estimasi,

sehingga model dinyatakan sesuai dengan digunakan,

H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi

estimasi
Sig ¿ 0,05 ; tolak H1 , terima, H0

Untuk mengetahui hipotesis mana yang diterima yaitu dengan

membandingkan nilai Uji Hosmer dan Lemesshow pada tingkat signifikan (Sig)

dengan 0,05. Jika nilai statistic Uji Hosmer dan Lemeshow < 0,05 maka Ha

diterima, yang artinya terdapat perbedaan antara model dengan data (model tidak

fit). Sebaliknya, jika nilai statistic Uji Hosmer dan Lemeshow >0,05 maka H0

diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan antara model dengan data (model

fit).

Uji Seluruh Variabel ( G)

H0 : β1 = β2 = β3= β4= β5=0, dimana tidak ada satupun variabel bebas

yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

H0 : βx ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpenagruh

terhadap variabel terikat

Sig ¿ 0,05 ; tolak H1 , terima H0

Sig ≤ 0,0 ; terima H1, tolak H0

Statistic uji G adalah rasio kemungkinan (likehood ratio test) digunakan

untuk menguji peranan variabel independen di dalam model secara bersama-sama.

Uji rasio kemungkinan (likehood ratio test) diperoleh dengan cara membandingkan

fungsi log likehood dari seluruh variabel bebas dengan fungsi log likehood tanpa

variabel bebas (Raharjanti dkk, 2005)

Uji Wald
H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu ; j = 1,2 . p maka tidak ada pengaruh

antara variabel bebas dengan vairabel terikat

H1 : βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

Wj ≤ X2a,1 atau Sig,¿ 0,05 ; tolak H1, terima H0

Wj ¿ X2a , 1 atau Sig. ¿ 0,05 ; terima H1, tolak H0

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

yang sigifikan antara variabel independen kepada variabel dependen. Dalam

pengujian hipotesis ini, penulisan menetapkan dengan menggunakan uji

signifikan, dengan penetapan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).

Hipotesis nol (H0) adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Sedangkan hipotesis alternative (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa

cariabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap vairabel dependen.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman menegnai pengertian

tentangbistilah-istilah dalam penelitian yang dilakukan, maka dibuat suatu

defenisi dan batasa operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi
1. Keputusan petani menanam tanaman kentang di desa tersebut untuk

meningkatkan deskripsi perkembangan faktor sosial petani tersebut.

2. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan usahatani

selanjutnya.

3. Umur petani merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

kemampuan kerja petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani.

4. Luas lahan adalah salah satu faktor produksi yang sangat memengaruhi

hasil produksi pertanaman.

5. Tingkat pengalaman berusahataniyang dimiliki petani secara langsung

akan mempengaruhi pola pikir.

6. Pendidikan mempunyai hubungan bagi petani dalam menerapkan

teknologi dan keetrampilan manajemen dalam mengelola usahataninya.

7. Usahatani merupakan suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi

pertanian dan mengkombinasikan serta mengoperasikan berbagai faktor-

faktor (tanah, tenaga krja, modal dan manajemen).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten

Karo.
2. Responden dalam penelitian ini adalah responden yang meiliki wawasan

mengenai petani menanam tanaman kentang.

3. Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun maret 2021 sampai dengan

selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Anggreini, Dian. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam

Memilih Waktu Panen Jagung Kasus Di Kabupaten Serang Provinsi

Banten. Mimbar agribisnis. 1(1):31-36. Jurnal Pemikiran Masyarakat

Ilmiah Berwawasan Agribisnis 1(1):31-35.


Anisah, dan Mardiyah, H .2017. Pengambilan Keputusan Petani Untuk Tetap

Berusahatani Cabe Jamu Di Kecamatan Bluto, Kabupaten

Sumenep.3(2):46-49. Journal Of Agribusiness and Rural development

Research. 3(2):113-118

Badan Pusat Statistik. 2020. Karo Dalam Angka. BPS Karo

Nachrowi, D.N., Usman, H. 2002. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Raja

Grasindo Persada.

Daniel, Mc.2001.Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

Departemen ,Pertanian. (2008). Kebijakan Teknis Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan. Jakarta : Departemen Pertanian.

Dienazolla, R.2008. Pengaruh Sekat dalam Kemasan Terhadap Umur Simpan dan

Mutu Pisang Raja. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Hadisoeganda, A.W.W., Seidensticker,John C.. (2006). Distribusi, Identifikasi,

dan Prevalensi Nematoda Sista Emas, Globodera rostochiensis

Wollenweber di Daerah Sentra Produksi Kentang di Indonesia (Jurnal

Hortikultura Vol. 16 (3), 2006 : 219 - 228). : Badan Penelitian Dan


Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Hortikultura Jakarta.

Hasyim, H., 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap

Pendapatan (Studi Kasus: Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran

Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Universitas

Sumatera Utara, Medan. Lembaga Penelitian. Jurnal Komunikasi

Penelitian 18(1):23-26

Herdana, E.A., Destyana, E.P., Mas, A.A,.2019. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mepengaruhi Keputusan Petani Hortikultura Dalam Mengakses

Pembiayaan Mikro Di Jawa Timur. 4(1):79-95. Prosiding Seminar

Nasional Lingkungan Lahan Basah 4(1):38-44

Hosmer, D.W., dan Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression. John

Wiley & Sons Inc., New York

Idawati, N. 2012. Pedoman Lengkap Bertanam Kentang. Pustaka Baru Pres.

Yogyakarta.

Pinem, J.L. dan Safrida. 2018. Analisis Pengambilan Keputusan Pemebelian

Petani Dalam Memilih Benih Kelapa Sawit Bersertifikat Dan Non

Bersertifikat Di Kabupaten Labuhan Batu Utara. 2(1):65-70. Journal Of

Agribusiness Science 2(1):1-8.


Gultom, L. S. 2018.Analisis Tingkat Optimasi Faktor - Faktor Usaha Tani

Kentang (Solanum Tuberosum). Jurnal Agrica Vol.11 No. Jurnal Of

Aribizda 2(2):73-87.

Muis, M. Dan Kartika, E. 2019. Analisis Keputusan Produksi Usahatani Kedelai

Dan Jagung Kabupaten Gowa. 15(1):383-90. Jurnal Agrisistem: Seri

Sosek dan Penyuluhan 15:(1).

Masmuda. M. 2011. Analisis Regresi Logistik Biner Dan Aplikasinya Untuk

Mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Kesejahteraan Petani. Universitas Negeri Makassar. Makassar. Jurnal

Statistika Industri dan Komputasi 4(2):65-72.

Moehar, D. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara

Nachrowi, D.N .Penggunaan Teknik Ekonometri Pendekatan Populer & Praktis

Dilengkapi Teknik Analisis & Pengolahan Data Dengan Menggunakan

Paket Program SPSS.

Muhamad, N., Agus, P,. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Konversi Lahan Dari Usahatani Jagung Ke Kelapa Sawit Di Kecamatan


Sukaraja Kabupaten Seluma Provonsi Bengkulu. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Bengkulu.

Nazir, M,. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pindyck, R.S., Daniel, L.R .Microeconomics, 7th Ed. Newjersey: Pearson

Education International, 2009.

Pranoto, Y.S. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani

Terhadap Hasil Panen Lada Putih Di Kecamatan Simpang Teritip

Kabupaten Bangka Barat. 2(1):89-93. Jurnal Of Agribusiness and Rural

Development Research 2(1):70-74.

Primayuda, A. 2015. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh

Nelayan dan Pariwisata di Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang

Provinsi Jawa Timur. Program Studi Manajamen Bisnis dan ekonomi

Perikanan Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

Raharjanti, R.P., dan Widiharih, T. 2005 . Model Logit Kumulatif Untuk Respon

Ordinal. Jurnal Matematika Pp. 102-107.

Rahmi, H., Fadli,. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan

Keputusan Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Di Kecamatan Nisam


Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Agribisnis Universitas Malikulssaleh

2(2):18-26.

Samun S., Rukmana D. & Syam S. 2011. Partisipasi Petani Dalam Penerapan

Teknologi Pertanian Organik Pada Tanaman Stroberi Di Kabupaten

Bantaeng. 7(2):1–12. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 4(2):1-12

Sasmito. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian

Dari Penggunaan Sawah Menjadi Kolam Perikanan Air Tawar di Desa

Sungegeneng Kecamatan Sekaran Kabupaten Dati II Lamongan. Malang.

Universitas Negeri Malang. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas

Negeri Malang. Skripsi. Fakultas Pendidikan Geografi

Setiadi. (2009). Budidaya Kentang (Pilihan Berbagai Varietas Dan Pengadaan

benih). Jakarta: Penebar Swadaya.

Sholikah, I.A. 2019. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi

Keputusan Petani Untuk Beralih Dari Usahatani Bawang Merah Ke

Ushatani Bawang Daun Di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota

Batu. 7(1):78-89. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 7(1):1-

6.
Siata, R .2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Dalam Penerapan

Benih Padi Varietas Ciherang Di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu.

18(3):65-75. Journal of Social Scieences and Humanities 18(3):240-247.

Sinaga A.H. 2015. Optimasi Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Padi

Sawah. Jurnal Darma Agung, 6(1): 26-29.

Soekartawi.2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori Dan Aplikasi. Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada. 238 Hal.

Soekartawi.2010. Agribisnis: Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Sunar. 2012. Pengaruh Faktor Biografis ( Usia, Masa Kerja, Dan Gender )

Terhadap Produktivitas Karyawan ( Studi Kasus PT Bank X ). Forum

Ilmiah, 9(1): 167–177. Jurnal Bunga Rampai 9(2):167-177.

Thamrin M., Herman S. & Hanafi F. 2012. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi

Terhadap Pendapatan Petani Pinang. Agrium, 17(2): 134-144. Jurnal Ilmu

Pertanian 17(2):85-94.

Utari, D.S .2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani

Dalam Menerapkan Pola Usahatani Tumpangsari Cabai Merah Dengan


Cabai Rawit Hibrida Di Desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten

Malang. 7(1):36-46. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis

7(1):1-7.

Waris, Nuril., B., & Wahyuning, D.A. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Usia

Dan Lama Beternak Terhadap Pengetahuan Manajeman Reproduksi

Ternak Sapi Potong Di Desa Kedungpring Kecamatan Balongpanggang

Kabupaten Gresik. Jurnal Ternak, 6(1):3-8. Internasional Journal Animal

of Science 2(2):63-66.

Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu Dari Kultivar

Unggul Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia.

Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian IPB,

Bogor. Scripta Biologica 1(3):209-213.

Anda mungkin juga menyukai