DI KOTA SEMARANG
Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Kuliah Bahasa Indonesia
(UNW00004)
Dosen Pengampu :
Oleh :
1. Bagas Satya Pambudi (21040118120011)
2. Fadhilah Maretha Adrie (21040118120014)
3. Zeldania Amara Heratri (21040118120015)
FAKULTAS TEKNIK
2018
Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Melalui Penambahan Jumlah
Taman Vertikal di Kota Semarang
Bagas Satya Pambudi 1 , Fadhilah Maretha Adrie 1 , Zeldania Amara Heratri 1
ABSTRACT
Total number of green open space in Semarang City is currently 61.94%. This percentage
has met the criteria for the availability of green space in accordance with Law Number 26
of 2007. However, public green open space only reaches 3.97 while in Regional
Regulation Number 14 of 2011 concerning Semarang City Spatial Planning 2011-2031
percentage of green open space must meet a minimum of 30% consisting of 20% public
green open space and 10% private. This study aims to determine the optimization of Green
Open Space through increasing the number of vertical parks in the city of Semarang. In
this case, the researcher utilizes the concept of optimization, green open space, and vertical
garden as the main discussion. By using qualitative methods, researchers gather data in
several ways: 1. Observation, 2. Interview, 3. Documentation. The results will reveal that
the existence of green open spaces, especially vertical parks in the city of Semarang is still
limited. To realize a vertical park is one of the steps to optimize green open space, need a
periodic strategy and sustainable socialization that starts from the family environment. The
support such as the participation of community and government in maintaining existing
vertical parks.
ABSTRAK
Total ruang terbuka hijau di Kota Semarang saat ini sebesar 61,94%. Persentase tersebut
sudah memenuhi kriteria ketersediaan ruang terbuka hijau sesuai dengan UU Nomor 26
tahun 2007. Namun ruang terbuka hijau publik hanya mencapai persentase 3,97%
sedangkan dalam Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang 2011-2031 persentase ruang terbuka hijau harus memenuhi minimal 30% yang
terdiri atas ruang terbuka hijau publik 20% dan privat 10%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui optimalisasi Ruang Terbuka Hijau melalui peningkatan jumlah taman vertikal
di Kota Semarang. Dalam hal ini, peneliti memanfaatkan konsep optimalisasi, ruang
terbuka hijau, dan taman vertikal sebagai bahasan utama. Dengan menggunakan metode
kualitatif, peneliti menghimpun data dengan beberapa cara : 1. Observasi, 2. Wawancara,
3. Dokumentasi. Hasilnya akan mengungkap bahwa keberadaan ruang terbuka hijau
khususnya taman vertikal di Kota Semarang masih terbatas. Untuk merealisasikan taman
vertikal menjadi salah satu langkah optimalisasi ruang terbuka hijau, diperlukan strategi
dan sosialisasi secara periodik dan berkelanjutan yang dimulai dari lingkungan keluarga.
Selain itu, diperlukan dukungan dari masyarakat sendiri dan juga pemerintah kota
Semarang. Dukungan tersebut dapat berupa partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam
menjaga taman vertikal yang ada.
Kata kunci : Optimalisasi, Ruang Terbuka Hijau, Taman Vertikal
1
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Jl.Prof.H.Soedarto, S.H.Tembalang, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275
PENDAHULUAN pencapaian kenyamanan termal
1. Latar Belakang khususnya di daerah tropis lembab.
Hunian bertingkat dinilai memiliki luas
Ruang terbuka hijau menjadi fasad yang lebih luas, sehingga
komponen penting dalam perkotaan. dimungkinkan untuk digunakan sebagai
Keberadaan ruang terbuka hijau di perluasan daerah hijau yang tidak lagi
beberapa wilayah perkotaan di dapat dilakukan pada lahan horizontal.
Indonesia bisa dikatakan kurang atau
belum memenuhi kriteria ketersediaan Berlatar belakang dengan konsep
ruang terbuka hijau. Gelombang back to nature, taman vertikal dipilih
urbanisasi yang terjadi menjadikan sebagai langkah awal yang dapat
lahan hijau diperkotaan maupun dilakukan dalam mengurangi dampak
pedesaan berubah menjadi bangunan- pemanasan global yang saat ini mulai
bangunan aspal dan beton. Hal ini ramai dibicarakan. Selain itu, ruang
membuat dunia perencanaan tergelitik terbuka hijau bisa menjadi solusi dalam
untuk melakukan sebuah peran penting pemenuhan ruang terbuka hijau yang
dalam menangani masalah keterbukaan masih terbatas. Taman vertikal adalah
lahan hijau ini. konsep taman tegak, yaitu tanaman
dan elemen taman lainnya yang
Dalam pasal 29 UUPR telah diatur sedemikian rupa dalam sebuah
disebutkan bahwa luasan ruang terbuka bidang tegak. Dengan konsep ini, ruang
hijau minimal suatu kabupaten atau tanam/space bisa jauh lebih besar
kota yakni sebesar 30% yang terbagi dibanding dengan taman konvensional,
menjadi ruang terbuka publik minimal bahkan jumlah tanaman yang dapat
20% dan privat minimal 10% dari total ditanam bisa beberapa kali lipat,
luas wilayah 2 . Sejalan dengan sehingga dapat menambah ruang hijau
berlakunya UUPR tersebut justru luasan secara signifikan.
ruang terbuka hijau di Indonesia
semenjak 30 tahun terakhir mengalami Keuntungan yang dapat kita ambil
penurunan yang signifikan karena dari taman vertikal adalah menciptakan
berubahnya fungsi lahan hijau menjadi efisiensi lahan, membuat kota terasa
areal komersial3. lebih nyaman, dan penataan tanaman
yang lebih apik. Taman vertikal dapat
Ditinjau dari sudut pandang diaplikasikan pada bangunan bertingkat
ekologi, diperlukan pertimbangan dan dapat disesuaikan dengan
prinsip sustainability (berkelanjutan) kebutuhan dari bangunan bertingkat
melalui konservasi energi dalam tersebut. Disamping menciptakan
kenyamanan, lahan hijau di perkotaan
2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 pun menjadi bertambah dan mampu
tahun 2007 tentang Penataan Ruang Lembaran memberi kontribusi dalam
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68
3
Sarwo Handayani, 2008, Implikasi Undang-Undang meningkatkan ruang terbuka hijau
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang secara optimal.
Terhadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Dan
Ruang Terbuka Non Hijau, Bulletin Tata Ruang,
ISSN: 1978-1571, Dinas Pertamanan Provinsi DKI
Jakarta, Jakarta, halaman 1.
2. Rumusan Masalah dalam batas-batas tertentu secara efektif
a. Mengapa ruang terbuka hijau dan efisien.
publik di Kota Semarang masih Terdapat tiga elemen permasalahan
belum memenuhi kriteria sesuai optimalisasi yang perlu identifikasi
dengan Peraturan Daerah Kota yaitu tujuan, alternatif keputusan, dan
Semarang Nomor 14 tahun 2011 sumberdaya yang dibatasi.
tentang Rencana Tata Ruang 1. Tujuan
Wilayah 2011-2030? Tujuan dalam optimalisasi bisa
b. Bagaimana upaya optimalisasi berbentuk maksimisasi ataupun
ruang terbuka hijau melalui minimisasi. Bentuk maksimalisasi
peningkatan jumlah taman digunakan dalam tujuan
vertikal di Kota Semarang? pengoptimalan yang berkaitan
dengan keuntungan dan sejenisnya.
3. Teori Sedangkan bentuk minimisasi
3.1. Optimalisasi dipilih apabila tujuan berhubungan
Menurut Kamus Besar Bahasa dengan biaya, waktu, jarak dan
Indonesia kata optimalisasi memiliki arti sejenisnya.
tertinggi, paling baik, sempurna, paling 2. Alternatif Keputusan
menguntungkan 4 . Optimalisasi adalah Alternatif keputusan merupakan
usaha memaksimalkan kegiatan aktivitas yang dilakukan untuk
sehingga dapat mewujudkan keuntungan mencapai tujuan. Alternatif
yang diinginkan. Dengan kata lain keputusan tersedia dengan
optimalisasi bermakna pengoptimalan. menggunakan sumberdaya yang
Optimalisasi menurut Winardi terbatas yang dimiliki dalam
(1996:363) adalah ukuran yang pengambilan keputusan.
menyebabkan tercapainya suatu tujuan. Pengambilan keputusan dihadapkan
Pencapaian hasil atau tujuan sesuai pada beberapa pilihan untuk
harapan secara efektif dan efisien. mencapai sebuah tujuan yang
Secara umum optimalisasi adalah ditetapkan.
pencarian nilai terbaik dari beberapa 3. Sumberdaya yang dibatasi
fungsi yang diberikan pada suatu Untuk mencapai suatu tujuan yang
konteks. Dari uraian tersebut diketahui telah ditetapkan dibutuhkan
bahwa optimalisasi dapat terwujud keterlibatan sumberdaya yang
apabila dalam pelaksanaannya secara menyebabkan proses optimalisasi.
efektif dan efisien. Ketersediaan sumberdaya yang
Kesimpulan dari optimalisasi adalah terbatas memaksa proses
proses, cara, dan perbuatan untuk optimalisasi harus benar benar
menggunakan sumber-sumber yang menggunakan sumberdaya tersebut
dimiliki dalam rangka mencapai kondisi secara efektif dan efisien.
yang terbaik dan paling menguntungkan
4
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Gita Media Press, 2015). h. 562
3.2. Ruang Terbuka Hijau 2. Berfungsi secara fisik yaitu sebagai
paru-paru kota, melindungi sistem
Berdasarkan Peraturan Menteri yang air, peredam bunyi, pemenuhan
terdapat dalam UU No.26 tahun 2007 kebutuhan visual, menahan lahan
tentang Penataan Ruang, Ruang terbuka terbangun/sebagai penyangga,
hijau adalah area memanjang/jalur melindungi warga kota dari polusi
dan/atau mengelompok, yang udara
penggunaannya lebih bersifat terbuka, 3. Berfungsi sebagai estetika yaitu
tempat tumbuh tanaman, baik yang pengikat antar elemen gedung
tumbuh secara alamiah maupun yang dalam kota, pemberi ciri dalam
sengaja ditanam.5 membentuk wajah kota dan unsur
Ruang Terbuka Hijauterdiri atas: dalam penataan arsitektur perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA