Anda di halaman 1dari 5

Dampak Kebijakan Penanaman Jagung Yang Merusak Hutan

A. Pendahuluan
Pertanian merupakan sector penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional,
kesejahteraan dibidang pertanian menjadi perhatian khusus sebagai jalan dalam
menciptakan ketahanan pangan nasional dan peningkatan kulaitas hidup petani. Ada
banyak komoditi yang dapat dibudidayakan khususnya yang menajdi kebutuan pokok
pangan nasional seperti padi, jagung, kedelai dan lain sebagainya.
Tanaman jagung merupakan salah satu komoditi yang sedang banyak
dibudidayakan karena memiliki harga jual yang tinggi. Sehingga muncul banyak
kebijakan-kebijakan yang mendukung usahatani jagung. Dengan bentuk dukungan dan
munculnya kebijakan positif mendrong dan meningkatkan pertumbuhan gudang-gundang
dan pabrik-pabrik yang menampung dan bergerak dalam pembelian dan peningkatan nilai
tambah ekonomis jagung.
Namun, kebijakan yang diharapakan dapat memberikan dampak positif dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan petani justru membawa kerusakan lingkungan yang
di sebabkan oleh eksploitasi hutan pegunungan untuk dijadikan lahan usahatani jagung
dengan cara di babat dan di bakar. Hal ini tentunya akan menimbulkan dampak social
bagi masyarakat khususnya dampak jangka panjang yang akan didapatkan baik positif
dan negative.
Oleh karenanya perhatian mengenai fenomena ini menjadi hal yang menarik dan
patut untuk dibicarkan dan di analisis. Karena eksploitasi hutan untuk lahan tanaman
jagung merupakan langkah yang tidak tepat dan akan memberikan dampak buruk bagi
kehidupan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

B. Analisis Dampak Sosial


1. Karakteristik Penduduk
Dalam pembukaan lahan untuk penanaman jagung dengan melakukan
eksploitasi hutan dengan menebang dan membakar hutan, akan memberikan dampak
negative bagi penduduk di wilyah yang bersangkutan. Pembukaan lahan baru secara
umum akan menyebabkan kekurangan air baik untuk mengairi lahan pertanian
ataupun untuk konsumsi sehari-hari. Hal ini juga akan berdampak jangka panjang
dengan akan terjadinya banjir karena sudah tidak ada akar tumbuhan yang menahan
air sehingga pada saat dating hujan, umumnya musim hujan maka masyarakat akan
terkena dampaknya. Dalam rentang waktu sedikit masyarakat mendapatkan hasil
ekonomis dari jagung yang ditananam, namun kerugian yang didapatkan akibat
dampak jangka panjang yang tidak sebanding dengan keuntungan jagung yang
diperoleh. Banjir, tanah longsor, menipisnya tanah lapisan atas hingga
pegunungan/perbukitan dan hutan tidak dapat di tanami laki. Sehingga karakteristik
dan pola prilaku masyarakat akan berubah. Semakin jauh langkah penebangana hutan
ini akan menyebabkan konflik di dalam masyarakat dan akan menyebabkan
peningkatan pengangguran dan urbanisasi serta angka produktifitas di wilayah
tersebut. Konflik mengenai ketersediaan air, perebutan air bersih dan pengairan
sawah akan menrenggut kerukunan, karena lahan yang sudah tidak dapat
dioptimalakan mayarakat akan mengadu nasib ke perkotaan atau menjadi TKI, banjir
dan longsor akan menutupi rumah-rumah warga dan menyebabkan kerusakan dan
kerugian besar sehingga pendapatan ikut berkurang. Sehingga angka pengangguran
akan semakin besar dan dapat berdampak pada pendidikan anak, karena baik anak
yang berada di umur produktif dan tidak dipaksa dan terpaksa ikut menanggung
beban keluarga dan menenm jagung di hutan dan gung yang dalam ntahun ke tahun
produktivitasnya telah mengalami penurunan besar.
2. Struktur Masyarakat dan Kelembagaan
Pengalihann hutan menjadi lahan pertanian untuk tanaman jagung juga akan
menyebabakan dampak sosisal pada agama, adat dan budaya masyarakat. Dimana
masyarakat yang ketika masih menggunakan lahan yang normal dan menjaga
kelestarian hutan selalu memiliki adat dan tradisi yang terbntuk dalam budaya saling
tolong menonolong dan bahu membahu di dalam pekerjaan pertanian. Namun dengan
alokasi hutan ini maka kekeringan dan air yang kritis menyebabkan persaingan antar
warga bahakan akan menghilangkan nilai-nilai luhur yang telah tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat. Masyarakat laki-laki yang selalu solat berjamaah
dan melakukan siliturahmi dan saling menyapa setelah selesai solat waktu demi
waktu mulai pudar dan menhilang. Bahkan solat jumat yang wajib bagi lai-laki tidak
lagi menjadi prioritas masyarakat, karena mereka sibuk dengan lahan jagungnya,
yang apabaila di tinggal akan habis di serang oleh hewan-hewan yang telah
kehilangan tempat tinggal seperti monyet, kera dan lain sebagainya. Sehingga nilai
spiritual yang ada di dalam kehidupan merka akan berkurang dan memudar dan itu
akan berdampak buruk bagi merka baik di dunia maupun di akhirat.
3. Sumberdaya Sosial dan Politik
Sumber daya social dan politik akan mengalami perubahan, politik yang
seharusnya digunakan sebagai wadah dalam melindungi petani, lahan pertanian dan
hutan justru ada beberapa oknum yang menjadikannya wadah untuk mencapai
keuntungan pribadi. Sumberdaya sosial seperti kerukunan keakraban dan kohesifitas
sosial masyarakat rasa saling ketergantungan dan saling bahu membahu akan hilang.
Masyarakat yang secara umum masih tidak paham tentang pentingnya hutan
dan melindungi kelestariannya, hanya berpikir mengenai keuntungan ekonomis dan
tidak mengetahui dan memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dari penebangan
dan pembakaran hutan dimanfaatkan sebagai wadah untuk memperoleh suara dan
ketika masyarakat menagih maka keluarlah kebijakan-kebijakan yang hanya
beorientasikan pada hasil ekonomis dan tingkat keuntungan ekonomis dan kurang
memikirkan dampak sosial dan lingkungannya untuk waktu yang akan dating.
Sehingga akan menyebabkan dampak buruk bagi sumberdaya sosial yang telah
tumbuh dan berkembang di masyarakat.
4. Perubahan Individu dan Keluarga
Selain masyarakat secara umum, individu dan keluarga akan terkena dampak
yang besar dari alokasi hutan menjadi lahan pertanian tanaman jagung ini. Baik
pemilik lahan ataupun penyewa lahan dan buruh secara individual akan mengalami
kerugian yang besar dalm jangka panjang berupa penurunan pendapatan dan
hilangnya sumberdaya yang berharga bagi kehidupan seperti air dan lahan non hutan
yang dimiliki secara lebih lanjutnya banjir akibat gundulnya hutan akan menyebabkan
individi dan keluarga akan kehilangan rumah, batang-barnag berharga, jalur
tansportasi rusak dan konflik internal antar individu dengan individu, antar individu
dengan keluarga dan antara keluarga dengan keluarga. Hal ini akan di sebabkan oleh
beberapa hal seperti maslah ekonomi, amaslah kebutuhan hidup dan masalah status
sosial serta masalah mata pencaharian yang hilang atau menurun produktifitasnya.
Sehingga akan menurunkan kualitas kehidupan dari individu-individu dan keluarga-
keluarga sehingga akan semakin jauh dari kata sejahtera.
5. Semberdaya Masyarakat
Dalam hal ini sumberdaya masyarakat yang dapat dikembangkan dan
seharusnya menjadi bagian yang penting untuk membangun wilayah dan desa justru
lebih banyak akan keluar ke daerah lain bahkan keluar negeri untuk bekerja menjadi
buruh atau sejenisnya. Padahal dia memiliki lahan dan keuntungan yang baik.
Terutama setelah menambah lahan dengan membabat habis hutan, pendapatan dan
keuntungannya meningkat pesat, namun dampak besar yang di terimanya adalah
hilangnya sumber daya yang menjadi riskan bagi kehidupannya seperti air bersih dan
air untuk mengairi lahannya yang non hutan. Menurunnya tingkat produktifitas,
bahkan longsor dan banjir menenggelamkan segenap keuntungan yang telah di ubah
menjadi material, lebih lanjut lagi rumah-rumah hanyut dan lahan-lahn tidak dapat di
tanami, gagal panen yang di akibatkan oleh banjir dan tanah longsor serta kekeringan
Karena telah berkurang dan hilangnya pasokan air tanah.sehingga sumberdaya
masyarakat yaitu masyarakat yang produktif dari umur ilmu dan keterampilannya
meninggalakan wilayahnya dan meninggalkan anak dan istri yang sebagian besar
belum dikategorikan produktif. Sehingga wilayah dan lahan yang masih memiliki
harpan untuk diperbaiki justru tidak dapat dioperasikan secara maksimal bahkan tidak
terurus lagi.sehingga lebih lanjut bisa saja lahan akan dikuasai oleh masyarakat
pendatang ataupun orang-orang di luar wilayah yang melihat potensinya.
C. Alternatif-Alternatif Yang Dapat Dilakukan
1. Pentingnya melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kelestarian hutan untuk kesejahteraan hidup masyarakat kedepannya dan anak
cucunya.
2. Melakukan penyuluhan mengenai dampak-dampak jangka panjang dari baik secara
sosial dan ekonomi serta dampak negative lainnya yang akan terjadi apabila hutan
dialokasikan menjadi lahan tanam jagung.
3. Pemerintah selaku pembuat kebijakan haruslah objektif dalam menerapkan suatu
kebijakan dengan tetap melakukan pengendalian pada kenbijakannya terutama
terhadap kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan komoditi jagung.
Dengan kata lain pemerintah harus tetap melakukan pengawasan pada kebijakan dan
dampak kebijkannya.
4. Pentingnya menciptakan kelompok tani sehingga melalui kelompok proses peyadaran
diharapkan akan terlaksana lebih efisien dan efektif, terutama apabila telah terjadi
penebangan hutamn dan telah di tanami jagung. Maka dapat dilakukan reboisasi
khususnya yang berawal dari kelompok-kelompok tani.
5. Dengan dukungan pemerintah masyarakat diarahkan agar menjadi pengawas dan
pemelihara lingkungan sekitarnya trmasuk hutan yang merupaka asset yang sangat
berharga bagi kehidupannya.
6. Melibatkan dan meningkatkan keterampilan dan pengetahan masyarakat dalam
kegiatan meningkatkan nilai tambah produk pertaniannya juga dapat menjadi langkah
penting dalam mengurangi alokasi hutan sebagai lahan jagung dan proses peralihan
setelah prs reboisasi terhadap hutan yang telah gundul.

Anda mungkin juga menyukai