A. Pokok permasalahan
1. Terkait Persebaya (Bonek)
Klub kesebelasan Persebaya didirikan pada 18 Juni 1927 dengan nama
Soerabhaiasche Indonesische Voethal Bond(SIVB). Persebaya adalah salah satu
klub sepak bola tertua di tanah air. Sejak saat itu, dengan sederet prestasi, Persebaya
menjadi identitas “Kota Pahlawan”. Bahkan Persebaya pulalah yang membidangi
lahirnya Persatuan Sepak bola Seluru Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930.
PSSI dibentuk dalam Pertemuan Societeit Hadiprojo, Jogjakarta, yang dihadiri
beberapa klub lain. Setahun setelah itu, diputar kompetisi antar kota/perserikatan.
Pada Masa Pendudukan Jepang, nama SIVB menjadi Persebaja (Persatuan Sepak
Bola Indonesia Soerabaja). Pada 1960, Nama Persebaja diubah menjadi Persebaya
(Persatuan Sepak Bola Surabaya) (Setyowati, 2014:35).
2. Terkait Aremania (Arema)
Aremania pada tahun 1988 Yayasan Arema Fans Club (AFC) Berdiri. Ketua
pertamanya adalah Ir. Lucki Zainal. Pada awalnya ada 13 korwil, setiap korwil
adalah pengurus hal Suporter Arema sebidang kampung atau daerah di Malang.
Suporter Arema AFC itu sangat Individual yaitu berkaitan dengan hubungan dengan
suporter lain. Akibatnya AFC kesulitan dalam mendorong kerukunan suporter. AFC
pernah dianggap sebagai yayasan yang terlalu ekslusif maupun kelas menengah
untuk diterima oleh kebanyakan Suporter Arema. Akhirnya, sekitar tahun 1994 AFC
dibubarkan.
Selain itu perubahan Suporter Malang didorong beberapa Tokoh Perintis Aremania.
Diceritakan bahwa suporter didorong oleh tokoh seperti Ovan Tobing, Acub Zainal,
Iwan Eko Subekti, dan Leo Kailolo untuk menjadi suporter bersatu dan suportif. Pasti
mereka sadar bahwa suporter brutal akan merugikan PS Arema, dan kalau Klub
Arema akan berusaha ke profesionalisme seharusnya suporter juga.
Aremania merupakan sekumpulan pendukung atau suporter sepakbola dari klub
Arema Malang, suporter Aremania terkenal dengan sikap sportif dan aksi-aksi yang
begitu fanatik dalam mendukung tim kesebelasannya bertanding. Suporter Aremania
1
merupakan sekumpulan suporter Menurut Handoko (2008:72) “kehadiran kelompok
suporter yang lebih terorganisir (kreatif) baru muncul pada Liga Indonesia III tahun
1997/1998. Suporter kesebelasan Arema yang menjadi embrio munculnya kelompok
suporter kreatif di Indonesia”. Pada waktu itu, sebagian suporter Arema mulai
mengorganisir diri mereka sendiri tanpa campur tangan klub. Mereka kemudian
menamakan diri mereka sebagai Aremania. Aremania memberikan wajah dan wacana
baru dalam dunia suporter Indonesia. Aremania mampu tampil menghibur dengan
nyanyian, gerakan, sorakan, dan tepukan secara massal saat mendukung kesebelasan
kesayangannya, sesuatu yang belum ada di Indonesia pada saat itu. Dan sampai saat
ini pun Aremania merupakan salah satu kelompok suporter yang terkenal fanatik dan
loyal dalam mendukung klub Arema Malang bertanding.
3. Penyebab konflik antara bonek dan aremania
“Di neraka gak ada Aremania, di neraka gak ada Aremania, di neraka gak ada
soto ayam babat, yang ada cambuk malaikat, di neraka gak ada Luna Maya, di
neraka gak ada Arek-arek Malang, di neraka yang ada bo**k-bo**k ja**UK, di
hukum cambuk malaikat.”
“Siapa bilang Indonesia Arema, Indonesia milik kita bersama, Siapa bilang
Indonesia Arema, itu orang yang tak pernah sekolah OooOooO”
2
Chats Supports Melalui LaguSalah satu media yang dapat digunakan supporter
untuk meluapkan kecintaannya adalah melalui lagu yang dapat membangkitkan
semangat dan juga motivasi dalam mendukung klub kesayangannya. Dua supporter
ini memiliki banyak sekali lagu penyemangat yang sangat populer dan banyak
diduplikasi oleh supporter lain
Simbol terakhir dalam Kelompok Bonekmania ialah berupa slogan. Slogan yang
menjadi Identitas Bonekmania ialah slogan yang berbunyi “Sinyal Wani”.
Kepanjangan dari sinyal wani ialah salam satu nyali wani. Slogan tersebut sering
dikumandangkan oleh para Bonekmania saat mereka mendukung Persebaya di
manapun berada. Simbol tersebut berimplikasi terhadap Karakteristik Perilaku
Bonekmania. Lambang keberanian yang secara simbolis digambarkan dalam slogan
tersebut menjadi jiwa bagi Para Bonekmania untuk selalu bernyali berani dalam
mendukung Persebaya dalam keadaan apapun.
Terjadi tawuran intinya intinya ada yang memancing emosi satu anggota intinya
kena semua.Tindak kekerasan, kerusuhan, dan jatuhnya korban baik luka, tewas,
rusak dan terganggunya ketertiban merupakan, pranata sosial sampai prasarana
umum merupakan citra buruk yang melekat pada Suporter Sepak Bola Indonesia.
Kerusuhan suporter yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan isu baru, karena sejak
lama sebenarnya sudah sering terjadi .Penyebab utama terjadinya Konflik
Bonekmania dengan Aremania dimulai dari terjadinya bentrokan saat ada konser
3
musik metal di Stadion Gelora Sepuluh November yang melibatkan geng-geng dari
masing-masing kota, Surabaya dan Malang.Kemudian berlanjut pada terjadinya
bentrokan yang melibatkan Bonek dengan Suporter Persema di Stadion Gajayana
yang diawali dengan adanya psywar antara Pentolan Bonek yang kemudian dibalas
oleh Walikota Malang.
Selain itu, ada juga karena rasa gengsi. Gengsi karena status daerah nomer satu
dan nomer dua di Jatim. Kemudian iri dan cemburu karena pengakuan dan anggapan
masyarakat umum bahwa Klub Asal Surabaya lebih hebat daripada Klub Asal
Malang.Tidak berhenti sampai di situ saja, penyebab lainnya adalah rasa
primordialismePeristiwa tersebut, terjadi di mana saja tidak hanya di Wilayah
Malang ataupun Surabaya, tetapi di mana pun tempat perjumpaan, kedua
Supporter tersebut, bisadijadikan sebagai tempat pertempuran, namun demikian
Aremania dan Bonekmania, telah memiliki peta di mana mereka aman dan di mana
daerah itu tidak aman, sehingga mereka paham dan bisa mengatasi gesekan dengan
beberapa supporter lain yang mendukung atau membela rivalnya.
4
C. Solusi permasalahan dari kelompok kami
Dari kedua belah pihak terutama pemimpin bonek dan aremania di pertemukan dan
diberi aturan-aturan khusus dari pemerintah pusat dan panitia penyelenggara kompetisi
sepak bola, terkait kericuhan yang jika terjadi di dalam atau di luar lapangan. Seperti
sanksi dan denda yang disepakati bersama.
Mengutamakan silaturahmi yang baik antar keduanya, di beri wawasan terkait
penyebab konflik karena pandangan negatife sesama supporter lawan. Jangan mudah
terbawa suasana atau terprovokasi saat pertandingan berlangsung. Tetap menjaga
spotivitas di dalam atau di luar lapangan, tidak mencaci atau menyanyikan lagu rasis
kepada supporter lawan.
Bisa dikatakan permasalahan itu seperti damai antara kedua. Misalnya ada perantara
yang bisa mempertemukan yang pertama ketua supporter atau orang yang memang
berpengaruh dalam supporter itu sendiri, dengan maksud agar tidak lagi terjadi
kegaduhan dan aksi anarkis dari kedua belah pihak supporter, apabila cara itu bisa clear
dan dari ketua atau orang berpengaruh di kedua belah supporter baru mengait satu persatu
para anggota supporter yang lain, sampai akhirnya semua anggota supporter kedua belah
pihak bisa damai dan tidak gaduh lagi.
Akan tetapi, hal itu sepertinya bakal susah terealisasi. Karena apa, meski orang
berpengaruh atau ketua supporter dari kedua belah pihak sudah damai, belum tentu pihak
anggota lain dari kedua belah pihak supporter bisa damai, karena terkadang dalam
supporter ada seorang provokator dalam setiap supporter kedua belah pihak tersebut, dan
supporter itu bukan orang yang berjumlah ratusan atau ribuan yang mungkin bida di
kumpulkan dan diajak damai, tapi supporter ada puluhan ribu lebih anggota nya, maka
dari itu kemungkinan besar akan sulit untuk bisa didamaikan.
Di Indonesia selalu ada perbedaan pemikiran entah itu individu, kelompok, budaya.
Masih melekat pada jiwa seorang katakanklah club sepak bola itu selalu ingin yang
terbaik untuk clubnya maka jelas terjadi konflik.
Ada pun sasaran konflik seperti fisik, material maupun logika. Latar belakang konflik
sepak bola meliputi pamor (ketenaran yang terbaik) fanatik (rasa cinta yang berlebih),
sehingga akan terus berlanjut konflik itu Karena keinginan yang berlebih untuk clubnya
5
dan saling menjatuhkan. Konflik akam berakhir jika salah satu club sepak bola berjanji
tidak saling menjatuhkan (jumpa pers) antara ketua club dan meminimalisir rasa fanatik.
D. Cara Kapolda Jatim Redam Bentrokan Suporter Antara Bonek & Aremania.
Guna mempersatukan suporter Bonek (Persebaya) dan Aremania (Arema) Kapolda Jawa
Timur Irjen Pol Anton Setiadji menggelar Forum Silaturahmi Suporter Jawa Timur di Mapolda
Jatim, Rabu (2/3) siang. Jajaran kepolisian Jatim berharap, dua kelompok suporter terbesar di
wilayahnya itu bisa bersatu dan mengurangi rivalitas yang selama ini terjadi di lapangan yang
berakibat sangat buruk bagi kedua fans klub itu. "Saya memang sengaja membuat acara ini,
agar dapat saling berkoordinasi dengan para suporter. Termasuk, bagaimana menyelesaikan
masalah yang selama ini kerap terjadi di antara suporter," ujar Anton, Rabu (2/3). Terutama
suporter Arema dengan Bonek. Forum ini dimaksudkan menjadi wadah komunikasi dan
koordinasi antar suporter yang ada di Jatim. "Kami berharap dengan forum semacam ini
bentrokan antar suporter yang selama ini terjadi bisa diredam," kata Anton."Harapan utama
saya, kegiatan ini bisa menyatukan para supporter sepakbola yang ada di Jatim, khususnya
Aremania dan Bonek," tutur Anton, Jenderal bintang dua itu. "Kami akan buat rutin pertemuan
forum ini tiap tiga bulan sekali.
Perseteruan antar suporter memang selalu ada di tim kesebelasan manapun. Di Indonesia
sendiri, begitu banyak konflik yang terjadi antar pendukung sepak bola. Salah satu yang
mendarah daging adalah permusuhan antara Bonek (suporter Persebaya Surabaya) dan
Aremania (suporter Arema Indonesia). Kedua kubu penggemar bola tersebut seolah tak pernah
mengenal kata damai, bahkan sejak puluhan tahun lalu. Namun, setiap permusuhan tentulah
memiliki sejarah tersendiri. Tahukah kamu apa yang mendasari selisih paham antar dua
golongan tersebut?
Berikut ini adalah beberapa poin yang diduga menjadi latar belakang buruknya hubungan
dua fans kesebelasan tersebut:
Tanggal 23 Januari 1990 diduga adalah awal mula terjadinya konflik antar dua kubu tersebut.
Saat itu, para suporter bola tengah menyaksikan konser Kantata Takwa di Tambaksari,
Surabaya. Sekitar 30 menit pertama sejak konser dimulai, para Bonek merasa geram karena
area di depan panggung dikuasai oleh para arek Malang, terlebih mereka terus bersorak,
“Arema… Arema…” Bonek yang merupakan tuan rumah merasa terganggu. Mereka pun
menambah rombongan lebih banyak untuk berusaha memukul mundur orang-orang Malang
6
sampai keluar dari Tambaksari. Namun, para Aremania tak begitu saja menyerah saat diusir
oleh tuan rumah. Mereka melakukan perlawanan di luar Stadion. Tawuran hebat pun tak bisa
dielak lagi, bahkan berlanjut sampai di sekitar Stasiun Gubeng. Perselisihan tersebut berlanjut
hingga tahun-tahun yang lain. Tahun 1992, tawuran pun kembali terjadi di lokasi yang sama.
Namun, saat itu para Bonek sengaja menguasai depan panggung lebih awal. Mereka juga
menghalau kedatangan Aremania yang berniat masuk kawasan Tambaksari. Perkelahian pun
tak bisa dihindari.
Versi lain juga mengatakan jika konflik antara pendukung Persebaya dan Arema berawal
dari adanya kecemburuan Aremania atas pemberitaan media Jawa Timur. Hal itu karena media
Provinsi jarang sekali memberitakan kemenangan Arema atau Persema saat dua tim tersebut
juara. Media tersebut dinilai melakukan diskriminasi, sebab mereka selalu gencar mengekspos
berita-berita tentang Persebaya. Bahkan selalu menjadi headline meski klub yang diidolakan
Bonek tersebut hanya melakukan latihan rutin di waktu senggang. Para suporter Arema pun
mulai jengah dan timbul rasa benci pada kesebelasan lawan, termasuk para suporter-nya.
Menurut cerita lain, dijelaskan bahwa pendahulu Persebaya seperti H. Barmen dan
Mudayat sangat meremehkan Malang. Mereka juga mengatakan jika tim-tim asal Malang tidak
akan pernah bisa mengalahkan tim Surabaya. Jangankan menang, bermain seri saja akan sangat
berat bagi tim Singo Edan. Pernyataan tersebut konon tertulis dalam media. Pemberitaan itu
kontan saja menyakiti hati para suporter Malang. Saat ada berita tentang rencana kedatangan
Bonek ke Malang, para Aremania pun bersiap mencegat pasukan dari Surabaya itu. Sayangnya,
saat Aremania berada di sekitar pertigaan Karanglo dan Singosari, mereka dihadang oleh para
polisi. Suporter yang marah hanya bisa melampiaskan kekesalan dengan merusak dan
memecahkan kaca-kaca mobil dengan plat L. Mereka juga membuat spanduk-spanduk
bertuliskan “Kalahkan Persebaya, Bungkam Mulut Besar Barmen dan Mudayat”.
Pada dasarnya, Surabaya dan Malang adalah dua kota yang bertetangga. Hubungan kedua
suporter bola sebelumnya juga adem ayem saja. Namun, menurut beberapa sumber,
memburuknya hubungan dua kubu tersebut diawali oleh pemberitaan media yang berbau ‘adu
domba’.
Aremania vs Bonek
7
Salah satu contohnya, berita tentang pemain Malang yang katanya melakukan permainan kasar
hingga sengaja membuat pemain Persebaya terjatuh. Adanya berita tersebut sontak saja
membuat hubungan Arema dan Persebaya makin memanas. Arek-arek Suroboyo pun merasa
dendam pada para suporter Malang, dan selalu ingin menghajar demi membalas kelakuan para
pemain Arema yang dianggap penuh kecurangan.
Di era 80-an hingga 90-an, para suporter bola di Malang merupakan geng-geng yang gemar
melakukan aksi tawur antar kampung. Tak jarang perkelahian mereka juga memakan korban.
Namun, setelah dimediatori oleh Bung Ovan Tobing, aksi brutal tersebut bisa diredam. Mereka
diajak berdamai atas nama Arema. Para fans sepak bola tersebut bersama mendukung tim
kesayangan mereka. Meski demikian, adanya latar belakang tawuran tersebut membuat
membuat mereka diberi cap tukang perusuh oleh kubu lain.
E. Daftar Pustaka
Jurnal Studi Kultural Volume 2 No. 1 Januari 2017
Komuniti, Vol. 10, No. 1, Maret 2018, p-ISSN: 2087-085X, e-ISSN: 2549-5623
Nama Kelompok 6:
Kelas IPS B/ Smt 6
1. Abdul Fatah K (211417039)
2. Afrida Nesya P (211417045)
3. Cici Nofia Amiati (211417046)
4. Nuri Andriyanto (211417042)