OLEH:
E1G120006
FAKULTAS TEKNIK
KOTA KENDARI
TAHUN 2022/2023
Dalam Pembangunan wilayah pesisir dan lautan perlu adanya kebijakan karena
Pembangunan wilayah peraiaran dan segenap SDA yang terkandung didalamnya untuk
kesejahtraan Masyarakat. Dapat mengelola dan memanfaatkan SDA dengan baik untuk
tujuan Pembangunan yang berkelanjutan
Proses pembangunan kawasan pesisir menganut empat prinsip dalam Ekonomi Biru
agar lebih efisiensi dalam mengelola sumber daya alam. Pertama, Minimize waste
yaitu dalam proses produksi harus menghasilkan produk yang bersih
(clean production) tanpa adanya nir limbah (zero waste). Kedua, inklusi sosial dalam
proses produksi memberikan pemerataan kesejahteraan sosial berupa peningkatan
ekonomi dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. Ketiga, inovasi dan adaptasi
semua kegiatan dengan memperhatikan prinsip hukum fisika dan sifat alam yang
adaptif. Keempat, kegiatan ekonomi diharapkan mempunyai multiplier effect berupa
dampak secara luas dalam berbagai bentuk usaha dan tidak rentan terhadap
perubahan harga pasar (Pauli, 2013). Prinsip Ekonomi Biru fokus terhadap hasil
berupa produk yang bersifat ganda, sehingga tidak tergantung hanya mengandalkan
satu produk saja.
Beberapa masyarakat pesisir sudah menerapkan prinsip Blue Economy, salah satunya
di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Penerapan prinsip Blue Economy pada
pengolahan kulit menjadi kerupuk ikan dan tulang ikan menjadi abon ikan. Proses
pengolahan kulit mampu menerapkan prinsip minimize waste dengan memanfaatkan
tulang dan kulit ikan menjadi produk olahan. Hasil olahan memberikan multiplier
effect berupa penambahan penghasilan dan sebagai alternatif mata pencaharian.
Pengolahan kulit dan tulang ikan menerapkan prinsip inklusi sosial yaitu proses
produksi dapat dilakukan semua masyarakat pesisir karena tidak membutuhkan
modal yang besar. Prinsip Inovasi dan adaptif terdapat pada pemanfaatan limbah
menjadi produk makanan yang siap konsumsi (Mira, 2014).
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat wilayah pesisi
r meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-
sifat laut seperti pasang surut, angin laut,
dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yan
g masih dipengaruhi oleh proses-
proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang dis
ebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Permasalahan di pesisir di atas bila dikaji lebih lanjut memiliki akar permasalahan yang
mendasar. Ada lima faktor, yaitu pertama tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan
kemiskinan, kedua konsumsi berlebihan dan penyebaran sumberdaya yang tidak merata,
ketiga kelembagaan, keempat, kurangnya pemahaman tentang ekosistem alam, dan kelima
kegagalan sistem ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem alam. Beberapa hasil
studi mengungkapkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya
pesisir yang selama ini dijalankan bersifat sektoral dan terpilah-pilah. Karakteristik
ekosistem pesisir yang secara ekologis saling terkait satu sama lain termasuk
dengan ekosistem lahan atas, serta beraneka sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan sebagai potensi pembangunan yang pada umumnya terdapat dalam
suatu hamparan ekosistem pesisir. Sehingga pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir secara optimal dan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan melalui
pendekatan terpadu dan holistik. Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dinyatakan
sebagai proses pemanfaatan sumberdaya pesisir serta ruang yang memperhatikan
aspek konservasi dan keberlanjutannya. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir
atau sering disebut masyarakat pesisir menjadi bagian penting dalam ekosistem
pesisir. Komponen terbesar dari masyarakat pesisir adalah nelayan yang memiliki
ketergantungan yang besar terhadap keberlanjutan sumberdaya alam pesisir.