0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas dua ringkasan tentang desain kawasan konservasi perairan. Pertama, ringkasan menjelaskan definisi kawasan konservasi menurut tiga undang-undang dan tujuan pengelolaannya. Kedua, ringkasan menjelaskan kriteria desain biofisik dan sosial budaya untuk kawasan konservasi serta evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara. Dokumen ini memberikan kesimpulan bahwa pengel
Dokumen tersebut membahas dua ringkasan tentang desain kawasan konservasi perairan. Pertama, ringkasan menjelaskan definisi kawasan konservasi menurut tiga undang-undang dan tujuan pengelolaannya. Kedua, ringkasan menjelaskan kriteria desain biofisik dan sosial budaya untuk kawasan konservasi serta evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara. Dokumen ini memberikan kesimpulan bahwa pengel
Dokumen tersebut membahas dua ringkasan tentang desain kawasan konservasi perairan. Pertama, ringkasan menjelaskan definisi kawasan konservasi menurut tiga undang-undang dan tujuan pengelolaannya. Kedua, ringkasan menjelaskan kriteria desain biofisik dan sosial budaya untuk kawasan konservasi serta evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara. Dokumen ini memberikan kesimpulan bahwa pengel
Definisi kawasan konservasi berdasarkan ketiga undang-undang tersebut adalah sama yaitu kawasan konservasi merupakan kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, pemanfaatan terbatas dan zona lainnya, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan, keanekaragaman hayati dan lingkungannya secara berkelanjutan . Perbedaan ketiga Undang-Undang tersebut terletak pada indikator target konservasi atau tujuan pengelolaannya, dimana UU 31/2004 jo UU 45/2009 menargetkan ikan sebagai tujuan pengelolaan dengan indikator perikanan sebagai pencapaian tujuan pengelolaan kawasan konservasi. Selain perikanan, UU 32/2014 menitikberatkan pada indikator kedaulatan seperti pengembangan kawasan konservasi di wilayah perbatasan negara. Di sisi lain, definisi berdasarkan UU 31/2004, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan.
Oleh karena itu, pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah upaya
pengintegrasian dari aspek ekologi sumberdaya ikan, aspek ekonomi dan aspek sosial sehingga terjadi perlindungan terhadap sumberdaya ikan yang dapat terus menyokong hasil tangkapan yang berkualitas dan memiliki nlai ekonomi tnggi dan terhindar dari adanya konflik sosial antara nelayan dan industri. 31/2004 yang mengatur bagaimana pembentukan kawasan konservasi di perairan terma-Rusandi et al.
Kondisi ini merefleksikan kondisi perikanan dunia yang sudah stagnan
sejak tahun 1980an karena upaya penangkapan ikan terus meningkat.
b. KKP di masing-masing WPPNRI, sehingga dapat menentukan
kebutuhan pengembangan kawasan konservasi di masing-masing Penelitian ini memberikan rekomendasi terkait luasan, sebaran, target konservasi dan hubungannya dengan kegiatan monitoring untuk dapat mendukung keberlanjutan sumber daya ikan.
2. RINGKASAN DESAIN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
BERDASARKAN KRITERIA DESAIN BIOFISIK DAN SOSEKBUD.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh , yakni suatu kawasan yang telah
mencapai tingkat pengelolaan 4 harus telah melewati kriteria antara lain Penataan batas kawasan, Pelembagaan, Pengelolaan sumberdaya kawasan Pengelolaan sosial ekonomi dan budaya.
Dokumen rencana pengelolaan setelah dibuat hendaklah tidak dijadikan
sebagai dokumen prasyarat, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tidak dilaksanakan bagi pengembangan kawasan. Rencana pengelolaan harus ditunjang dengan perencanaan pendanaan yang berkelanjutan sehingga seluruh kegiatan dapat dilaksanakan. Perlu ditetapkan suatu pos pengaduan baik terhadap kegiatan-kegiatan destruktif di kawasan maupun terhadap kelompok atau organisasi tertentu yang memanfaatkan kawasan untuk mencari meuntungan semata. Pemantauan biofisik yang teratur dan berkesinambungan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan tren perubahan lingkungan kawasan.
Rencana zonasi Kawasan Konservasi Aru Tenggara harus disusun berbasis
kearifan lokal serta memperhatikan daerah pemanfaatan tradisional yang mereka miliki harus disusun dengan mempertimbangan RTRW kabupaten Kepulauan Aru,. Pada tingkat pengelolaan 3, fase dikelola secara minimum, kawasan konservasi Aru Tenggara baru mencapai nilai 7,14% dimasuk pada kategori tidak efektif. Berdasarkan hasil analisis ternyata kawasan konservasi Aru Tenggara baru berada pada tingkat pengelolaan 1, yang mengindikasikan bahwa kawasan ini baru dimulai. Efektivitas Pengelolaan di Kawasan konservasi jika dilihat dari elemen evaluasi menurut , yakni sebuah pengelolaan kawasan konservasi dikatakan efektif atau tidak, dapat diketahui pada elemen keluaran dan capaian dari proses pengelolaan. Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara belum dilakukan secara efektif dan masih jauh dari harapan untuk pencapaian tujuan konservasi itu sendiri.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapatlah
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: Pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara sejak tahun 1991 dengan status CAL Aru Tenggara hingga perubahan status menjadi Suaka Alam Perairan (SAP) Aru Tenggara tahun 2009 masih jauh dari yang diharapkan yakni berada pada peringkat pengelolaan 1 yang artinya pengelolaan kawasan konservasi baru dimulai. Efek atau dampak yang ditimbulkan dari kegiatan konservasi selama 21 tahun lamanya, sama sekali tidak memberikan perubahan yang signifikan baik bagi masyarakat maupun sumberdaya yang ada di kawasan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan agar badan pengelola kawasan konservasi memenuhi dan atau menyelesaikan seluruh komponen biofisik, sosial-ekonomi maupun tata kelola beserta seluruh kriteria konservasi dengan baik, agar pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara semakin berhasil-guna dan berkelanjutan
yang sesuai untuk dokumen tersebut karena berisi tentang pengelolaan wilayah pesisir dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Judul ini menggunakan kata kunci "pesisir" dan "optimalisasi