Anda di halaman 1dari 3

NAMA : M RISKI ISKANDAR

NPM : 05161911039
FAKULTRAS : PERIKANAN DAN KELAUTAN (FPK)
PRODI : MENEJMEN SUMBERDAYA PERAIRAN (MSP-B)
MK : KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN

1. RINGKASAN DESAIN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN


BERDASATKAN TUJIUAN DAN SASARAN KKP.

a. Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil dan UU.


Definisi kawasan konservasi berdasarkan ketiga undang-undang
tersebut adalah sama yaitu kawasan konservasi merupakan kawasan
perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari
zona inti, pemanfaatan terbatas dan zona lainnya, untuk mewujudkan
pengelolaan sumber daya ikan, keanekaragaman hayati dan lingkungannya
secara berkelanjutan . Perbedaan ketiga Undang-Undang tersebut terletak
pada indikator target konservasi atau tujuan pengelolaannya, dimana UU
31/2004 jo UU 45/2009 menargetkan ikan sebagai tujuan pengelolaan
dengan indikator perikanan sebagai pencapaian tujuan pengelolaan
kawasan konservasi. Selain perikanan, UU 32/2014 menitikberatkan pada
indikator kedaulatan seperti pengembangan kawasan konservasi di wilayah
perbatasan negara. Di sisi lain, definisi berdasarkan UU
31/2004, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan.

Oleh karena itu, pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah upaya


pengintegrasian dari aspek ekologi sumberdaya ikan, aspek ekonomi dan
aspek sosial sehingga terjadi perlindungan terhadap sumberdaya ikan yang
dapat terus menyokong hasil tangkapan yang berkualitas dan memiliki nlai
ekonomi tnggi dan terhindar dari adanya konflik sosial antara nelayan dan
industri. 31/2004 yang mengatur bagaimana pembentukan kawasan
konservasi di perairan terma-Rusandi et al.

Kondisi ini merefleksikan kondisi perikanan dunia yang sudah stagnan


sejak tahun 1980an karena upaya penangkapan ikan terus meningkat.

b. KKP di masing-masing WPPNRI, sehingga dapat menentukan


kebutuhan pengembangan kawasan konservasi di masing-masing
Penelitian ini memberikan rekomendasi terkait luasan, sebaran, target
konservasi dan hubungannya dengan kegiatan monitoring untuk dapat
mendukung keberlanjutan sumber daya ikan.

2. RINGKASAN DESAIN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN


BERDASARKAN KRITERIA DESAIN BIOFISIK DAN SOSEKBUD.

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh , yakni suatu kawasan yang telah


mencapai tingkat pengelolaan 4 harus telah melewati kriteria antara lain Penataan
batas kawasan, Pelembagaan, Pengelolaan sumberdaya kawasan Pengelolaan
sosial ekonomi dan budaya.

Dokumen rencana pengelolaan setelah dibuat hendaklah tidak dijadikan


sebagai dokumen prasyarat, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
tidak dilaksanakan bagi pengembangan kawasan. Rencana pengelolaan harus
ditunjang dengan perencanaan pendanaan yang berkelanjutan sehingga seluruh
kegiatan dapat dilaksanakan. Perlu ditetapkan suatu pos pengaduan baik terhadap
kegiatan-kegiatan destruktif di kawasan maupun terhadap kelompok atau
organisasi tertentu yang memanfaatkan kawasan untuk mencari meuntungan
semata. Pemantauan biofisik yang teratur dan berkesinambungan sangat penting
dilakukan untuk mendapatkan tren perubahan lingkungan kawasan.

Rencana zonasi Kawasan Konservasi Aru Tenggara harus disusun berbasis


kearifan lokal serta memperhatikan daerah pemanfaatan tradisional yang mereka
miliki harus disusun dengan mempertimbangan RTRW kabupaten Kepulauan
Aru,.
Pada tingkat pengelolaan 3, fase dikelola secara minimum, kawasan konservasi
Aru Tenggara baru mencapai nilai 7,14% dimasuk pada kategori tidak efektif.
Berdasarkan hasil analisis ternyata kawasan konservasi Aru Tenggara baru berada
pada tingkat pengelolaan 1, yang mengindikasikan bahwa kawasan ini baru
dimulai. Efektivitas Pengelolaan di Kawasan konservasi jika dilihat dari elemen
evaluasi menurut , yakni sebuah pengelolaan kawasan konservasi dikatakan
efektif atau tidak, dapat diketahui pada elemen keluaran dan capaian dari proses
pengelolaan. Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat dikatakan bahwa
pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara belum dilakukan secara efektif
dan masih jauh dari harapan untuk pencapaian tujuan konservasi itu sendiri.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapatlah


dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
 Pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara sejak tahun 1991 dengan
status CAL Aru Tenggara hingga perubahan status menjadi Suaka Alam
Perairan (SAP) Aru Tenggara tahun 2009 masih jauh dari yang diharapkan
yakni berada pada peringkat pengelolaan 1 yang artinya pengelolaan
kawasan konservasi baru dimulai.
 Efek atau dampak yang ditimbulkan dari kegiatan konservasi selama 21
tahun lamanya, sama sekali tidak memberikan perubahan yang signifikan
baik bagi masyarakat maupun sumberdaya yang ada di kawasan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan agar badan pengelola
kawasan konservasi memenuhi dan atau menyelesaikan seluruh komponen
biofisik, sosial-ekonomi maupun tata kelola beserta seluruh kriteria
konservasi dengan baik, agar pengelolaan kawasan konservasi Aru
Tenggara semakin berhasil-guna dan berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai