BAB 1. PENDAHULUAN
2
Kelompok masyarakat selanjutnya dikelompokkan kedalam dua (2)
kategori yakni kelompok masyarakat lokal dan kelompok masyarakat
tradisional.
1.4 Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan;
3
9. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara
pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.
10. Zona Perikanan Berkelanjutan adalah bagian Kawasan Konservasi
Perairan yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung
kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.
11. Subzona penangkapan ikan, adalah bagian Zona Perikanan
Berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan
tradisional untuk penangkapan ikan dengan mengedepankan
keseimbangan produksi dengan kelestarian untuk jangka waktu
tertentu.
12. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,
dan/atau mengawetkannya.
13. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan tata
kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima
sebagai nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya
bergantung pada sumber daya dalam Kawasan Konservasi Perairan.
14. Masyarakat Tradisional adalah Masyarakat perikanan tradisional yang
masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu
yang berada dalam Kawasan Konservasi Perairan sesuai dengan kaidah
hukum laut internasional.
15. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
16. Pemerintah Daerah Provinsi adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
17. Satuan Unit Organisasi Pengelolaan adalah unit pelaksana teknis pusat,
unit pelaksana teknis daerah, atau bagian unit dari satuan organisasi
yang menangani bidang perikanan.
4
BAB 2. PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
6
BAB 3. PENGELOLAAN ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN UNTUK
KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
7
3. Rasa keadilan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya ikan harus
memenuhi rasa keadilan masyarakat yang secara historis dan turun-
temurun telah memanfaatan sumber daya ikan di lokasi tertentu di dalam
KKP.
4. Kemitraan yang menguntungkan. Pemanfaatan sumber daya ikan
merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah selaku pengelola KKP
dengan kelompok masyarakat setempat yang mengharuskan keduanya
untuk bermitra dan berperan aktif dalam pengelolaan, termasuk dalam
upaya pengawasan dan penegakan aturan di KKP.
5. Keterpaduan untuk efisiensi. Pemanfaatan sumber daya ikan
mengharuskan adanya keterpaduan antara program pengelolaan unit
organisasi pengelola KKP dengan program pembangunan pemerintah
daerah yang secara administratif menaungi masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam KKP.
6. Keterbukaan. Pemanfaatan sumber daya ikan harus dilaksanakan secara
terbuka dengan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk dalam
perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi dan evaluasi
penggunaan dan manfaat hak akses yang telah diberikan kepada
masyarakat.
7. Kelestarian sumber daya. Pemanfaatan sumber daya ikan harus dapat
menjamin kelestarian sumber daya ikan yang merupakan sumber mata
pencaharian masyarakat dan kekayaan keanekragaman hayati bangsa
Indonesia.
8
ikan tersebut memiliki kemampuan untuk
mengembangkan baik jumlah dan ukurannya
secara berkelanjutan.
Penentuan batas-batas Subzona penangkapan ikan
juga harus merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan peta zonasi kawasan
konservasi perairan, terutama di zona perikanan
berkelanjutan.
Dirancang Disain pengelolaan Subzona penangkapan ikan dan
berdasarkan ilmu pemanfaatan sumber daya ikan harus
pengetahuan memperhitungkan kesesuaian antara ketersediaan
data/informasi ilmiah, aspek sosial ekonomi
masyarakat dan kapasitas kelembagaan kelompok
masyarakat.
Harus dirancang agar sesuai dengan skala kegiatan
penangkapan kelompok masyarakat sehingga dapat
dikelola dengan batas-batas Subzona penangkapan
ikan yang jelas.
Dikelola Pemanfaatan sumber daya ikan harus
berdasarkan memperhitungkan kesesuaian antara kapasitas
karakteristik unit penangkapan ikan yang ada dengan
perikanan setempat ketersediaan stok ikan yang dikelola untuk
mencegah terjadinya kondisi tangkap berlebihan
(over fishing) yang akan mengakibatkan hilang atau
punahnya sumber daya ikan tersebut.
Pengaturan pemanfaatan sumber daya dapat
mengikuti beberapa model seperti: a) pengaturan
jumlah, jenis dan dimensi unit penangkapan ikan
yang diperbolehkan, b) jenis, ukuran dan spesifikasi
alat tangkap yang diperbolehkan, c) waktu dan
lokasi penangkapan ikan yang diperbolehkan, d)
ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap.
Target kelola Pemilihan jenis ikan yang dikelola harus
ditentukan sesuai memperhatikan besaran jumlah tangkapan, nilai
kriteria yang ekonomi, nilai ekologi dan nilai budaya yang ada di
disepakati kelompok masyarakat.
Faktor lain yang harus diperhitungkan adalah
tingkat produktivitas (seberapa cepat pulih
jumlahnya) dan tingkat kerentanan ikan tersebut
terhadap kegiatan eksploitasi.
Habitat dan Ekosistem
9
Karaktersitik
Penjelasan
Utama
Keterkaitan ekologis Agar Subzona penangkapan ikan yang akan
dimanfaatkan memiliki habitat yang sesuai dan
dapat dikelola oleh kelompok masyarakat, maka
perlu dilakukan analisis kondisi kesehatan
lingkungannya saat ini, daya lentingnya (seberapa
cepat pulih setelah ada gangguan/kerusakan),
intensitas (besaran dan frekuensi) ancaman
terhadap habitat tersebut, dan sumber ancaman
baik dari kegiatan perikanan maupun non-
perikanan
Sosial Kemasyarakatan
Karaktersitik
Penjelasan
Utama
10
cukup panjang agar dapat memberikan manfaat
sesuai tujuan rencana pengelolaan yang diajukan.
Subzona tidak Subzona tidak dapat diperjual belikan, dipindah-
dipindah tangankan tangankan, atau dijadikan agunan.
Subzona dapat dibagi (share) kepada nelayan selain
kelompok yang memperoleh Subzona sejauh rasio
kapasitas penangkapan ikan dengan jumlah stok
ikan yang tersedia masih seimbang.
Alokasi/pembagian Subzona pada nelayan lain
diatur bersama oleh unit organisasi pengelola KKP
dan kelompok masyarakat yang diberi Subzona.
Nelayan luar yang bisa memperoleh bagian Subzona
adalah mereka yang memiliki kesamaan jenis dan
spesifikasi unit penangkapan ikan, secara historis
menangkap ikan di Subzona tersebut, dan bersedia
mematuhi segenap ketentuan dan aturan yang
ditetapkan oleh unit organisasi pengelola KKP.
Inisiatif bersama Kerjasama kemitraan dalam pemanfaatan Subzona
melalui perjanjian kemitraan ini dapat diinisiasi
atau dimulai dari inisiatif kelompok masyarakat
yang tinggal di dalam KKP ataupun prakarsa unit
organisasi pengelola KKP.
Kemitraan Pemanfaatan Subzona didasarkan pada kerjasama
kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan
kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi
keterbukaan, dan saling menguntungkan. Prinsip
dasarnya adalah tanggung jawab bersama dalam
mengelola sumber daya ikan di dalam KKP.
Unit organisasi pengelola dan kelompok masyarakat
bersama-sama merencanakan dan memanfaatkan
sebagian atau seluruh zona perikanan
berkelanjutan, serta menjaga zona inti kawasan.
Aturan yang Syarat keanggotaan dan aturan yang mengikat
mengikat anggota kelompok penerima disusun dan disepakati
secara bersama dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat yang lebih besar.
11
disepakati bersama, terutama aturan aturan
mengenai pemanfaatan sumber daya ikan.
12
3.3 Kondisi dan Permasalahan Pengelolaan Zona Perikanan
Berkelanjutan untuk Kegiatan Penangkapan Ikan
Pemerintah
13
BAB 4. TAHAPAN PENGELOLAAN SUBZONA PENANGKAPAN IKAN
I. Tahap Persiapan
1. Monitoring
2. Pengawasan dan penegakan hukum
3. Evaluasi kemitraan
4. Inovasi perbaikan kemitraan
14
Tahap-tahapan tersebut di atas selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
15
Spesifikasi alat tangkap minimal memuat informasi ukuran mata pancing
dan panjang senar, misalnya spesifikasi alat tangkap pancing tonda
memiliki 10 mata pancing dengan ukuran mata pancing no 7, Senar/tali
pancing memiliki panjang 500 m, mata pancing diikatkan pada senar
dengan jarak 2 meter. Informasi alat tangkap dan alat bantunya disertai
dengan foto/sketsa, dan metode pengoperasiannya.
Daerah Penangkapan ikan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa lokasi penangkapan,
kedalaman (m), jumlah hasil tangkapan per trip per lokasi penangkapan.
Pemasaran
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa jumlah pengumpul (fish
collector), jumlah pedagang (trader). Jumlah eksportir, nama perusahaan,
harga beli dan jual setiap tingkatan bisnis, jenis ikan yang
diperdagangkan, kuantitas penjualan dalam satuan waktu, serta daerah
tujuan penjualan (keseluruhan rantai pasar).
Pengolahan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa nama perusahaan,
kelompok, jumlah tenaga kerja, jenis produk olahan, daerah tujuan
pemasaran (domestik atau luar negeri).
Infrastruktur
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa fasilitas perikanan antara
lain jumlah dan status tempat pelelangan ikan, pelabuhan perikanan
pantai, pabrik es, pengolahan, transportasi.
Isu dan permasalahan
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa isu dan permasalahan
terkait kegiatan perikanan seperti kegiatan penangkapan (penanganan
hasil tangkapan, penurunan hasil tangkap baik jumlah dan ukuran,
penggunaan alat tangkap yang merusak, konflik pemanfaatan),
pengolahan (kualitas dan diversifikasi produk), pemasaran (transportasi,
kualitas produk, kepastian harga dan penyerapan produk perikanan).
16
4.1.1.3 Kondisi Kelembagaan Masyarakat Lokal dan Tradisional
Unit organisasi pengelola KKP perlu mendata keberadaan organisasi dan
kelembagaan masyarakat setempat khususnya yang bergerak di sektor
perikanan dan memahami efektifitas organisasi dan lembaga-lembaga
tersebut. Beberapa aspek yang perlu dianalisis antara lain adalah mengenai
keanggotaan dan pembentukan kepengurusan, serta penyusunan peraturan
dan prosedur serta kepatuhan anggota terhadap peraturan dan prosedur
dalam organisasi atau lembaga tersebut.
17
3. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat luas
memperkenalkan organisasi yang akan dibentuk.
4. Menominasikan dan menentukan kelompok-kelompok masyarakat yang
akan menjadi anggota organisasi.
5. Menyusun aturan main organisasi, termasuk AD/ART dalam kerangka
kemitraan dengan unit pengelola kawasan yang akan dibentuk.
6. Melegalisasi orgnanisasi masyarakat yang dibentuk sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
Kriteria keanggotaan kelompok atau organisasi yang akan dibentuk
harus jelas dan disusun melalui proses yang transparan dan berkeadilan.
Anggota-anggota hendaknya mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi
yang sama yaitu memanfaatkan sumber daya perikanan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup dan sumber mata pencaharian. Persyaratan keanggotaan
dapat ditentukan oleh Rapat Anggota dan diketahui oleh unit organisasi
pengelola kawasan konservasi.
Beberapa kriteria dasar keanggotaan meliputi:
Penduduk setempat;
Nelayan atau pemanfaat sumber daya laut lainnya;
Berpartisipasi dalam upaya pelestarian KKP;
Memiliki ikatan sejarah dan/atau budaya dengan masyarakat dan
lingkungan sekitar KKP;
Memiliki keanggotaan dalam suatu organisasi yang sudah ada (nelayan,
masyarakat, atau kekerabatan);
Memiliki hubungan dengan sumber daya dan/atau berada dekat sumber
daya;
Patuh terhadap peraturan kelompok pengelola.
Kelompok mitra pengelola harus menetapkan persyaratan yang ketat
untuk memastikan komitmen dari seluruh anggotanya agar patuh terhadap
berbagai aturan dan kesepakatan yang telah dibuat dengan unit pengelola
kawasan. Jumlah anggota suatu kelompok atau organisasi dapat ditentukan
berdasarkan potensi dan karakteristik stok sumber daya yang dikelola dan
peran dari masing-masing anggota.
18
para ahli yang kompeten dibidang perikanan, lingkungan, sosial dan
ekonomi.
Penentuan tujuan harus memadukan antara data/informasi ilmiah
mengenai kondisi perikanan dan lingkungannya dengan: a) kondisi setempat
saat itu dan yang akan datang berdasarkan pengamatan empiris, b) hal-hal
yang bersifat praktis terkait kondisi dan tingkah laku jenis perikanan yang
akan dikelola, c) kesadaran akan pentingnya konservasi sumber daya ikan,
dan d) hal-hal terkait lainya yang sifatnya dinamis. Tujuan pemanfaatan
Subzona tidak boleh bertentangan dengan visi-misi KKP sebagaimana tertera
dalam Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP.
19
c) dukungan keberlanjutan usaha perikanan tangkap untuk jangka panjang.
Pemanfaatan Subzona melalui perjanjian kemitraan harus menjamin
kepentingan kolektif masyarakat dengan mendistribusikan manfaat dari
pengelolaan sumber daya perikanan secara adil. Masyarakat harus
mendapatkan jaminan bahwa manfaat dan keuntungan yang diperoleh
melalui upaya pengelolaan saat ini, tetap akan menjadi hak mereka di masa
yang akan datang. Dengan demikan masyarakat mendapat insentif untuk
terus mengelola sumber daya ikan secara bersama-sama dan berkelanjutan.
Perhatian juga harus diberikan pada peningkatan kualitas maupun nilai
tambah perikanan pasca panen. Selain itu, pengelolaan rantai produksi,
rantai pasokan maupun rantai pasar yang tepat akan dapat meningkatkan
keuntungan bagi kelompok masyarakat penerima manfaat Subzona.
20
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan-ikan ekonomis penting sudah tentu
menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan masyarakat sehingga
perlu dijamin kelestariannya.
Jenis ikan yang dikelola dapat berupa satu jenis (spesies) ikan saja atau
beberapa jenis (spesies) ikan, tergantung pada tujuan pengelolaan dan
karakteristik sumber daya yang ada. Spesies ikan yang dimaksud termasuk
ikan yang berenang bebas (fin-fish) dan hewan yang pergerakannya relative
terbatas di dasar laut (seperti kekerangan, udang, teripang, rajungan, lola,
dll).
21
murah dan efisien. Selain itu lokasi yang mudah dijangkau akan
memudahkan pengawasan oleh kelompok masyarakat tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan batas-batas Subzona
adalah sebagai berikut:
1. Sebagian atau seluruh zona perikanan berkelanjutan kawasan
konservasi perairan
2. Mempertimbangkan jangkauan dan kapasitas pengelolaan
masyarakat
3. Batas-batas geografis harus mudah diketahui dan diidentifikasi
4. Mencakup keseluruhan atau sebagian besar habitat penting
sumber daya ikan target.
5. Memperhitungkan lokasi-lokasi penting seperti tempat pendaratan
ikan, lokasi pelelangan, pelabuhan, pengolahan dan pusat
distribusi.
6. Berdekatan atau berdampingan dengan zona inti untuk
memanfaatkan secara optimal limpahan ikan yang dihasilkan.
22
1. Opsi-opsi pendekatan pengelolaan perikanan (pengaturan jenis dan
ukuran unit penangkapan ikan, jumlah unit penangkapan ikan yang
diperbolehkan, ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap, waktu
dan lokasi penangkapan, dan lain sebagainya yang sesuai dengan
kondisi perikanan setempat).
2. Tentang organisasi pemanfaatan Subzona (bentuk organisasi,
mekanisme pengambilan keputusan, struktur organisasi,
keanggotaan, dan lain-lain).
3. Rencana kerja beserta indikator capaian yang terukur dengan tata
waktu yang jelas sesuai dengan tujuan yang disepakati bersama,
termasuk pelaksanaan rencana kerja pemantauan dan evaluasi.
4. Mekanisme pengawasan, penegakan hukum dan sanksi bagi
pelanggaran yang ditemukan.
5. Kesepakatan-kesepakatan antara kelompok masyarakat pengusul
jika ada.
6. Biaya yang dibutuhkan dan sumber pendanaan yang diharapkan.
23
4. Kepala satuan unit organisasi pengelola sebelum melakukan
penandatangan Perjanjian Kemitraan wajib melaporkan kepada Direktur
Jenderal atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
24
ikan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak
bersifat merusak lingkungan dan sesuai dengan kesepakatan antara
kelompok masyarakat dengan unit organisasi pengelola KKP.
4.3.3.2 Lokasi
Subzona penangkapan ikan hanya dapat diberikan di dalam zona
perikanan berkelanjutan di dalam KKP dengan memperhatikan keberadaan
zona inti dan kesesuaiannya dengan zona-zona lain di sekelilingnya. Lokasi
dan luasan Subzona disesuaikan dengan pertimbangan ilmiah, kondisi
sumber daya dan habitat, praktek penangkapan ikan saat ini, dan kapasitas
mitra kelompok masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari Subzona.
25
a) mengelola kegiatan penangkapan ikan sesuai perjanjian kemitraan;
b) melakukan pemantauan dan melaporkan kegiatan penangkapan ikan
yang melanggar hukum dan/atau melanggar perjanjian kemitraan; dan
c) menjalankan rencana pengelolaan perikanan, termasuk ketentuan jenis
alat tangkap yang dipergunakan sesuai dengan perjanjian kemitraan yang
telah disepakati.
Para mitra bersama-sama melaksanakan rencana pengelolaan Subzona
sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing. Dalam
pelaksanaannya, unit organisasi pengelola KKP melakukan pembinaan
terhadap kelompok masyarakat mitra antara lain dalam bentuk bimbingan,
dukungan, sosialisasi, dan/atau penyuluhan pengelolaan KKP, pengelolaan
perikanan, dan lainnya.
26
Penggunaan aplikasi teknologi informasi untuk memantau kegiatan,
musim, harga dan lain sebagainya.
27
Aspek ini mencakupi penentuan untuk apa evaluasi dilakukan. Tujuan
harus ditentukan dengan singkat dan jelas serta dipahami bersama.
Sebagai contoh, tujuan bisa berupa upaya untuk mengetahui dampak
pengelolaan Subzona di zona perikanan berkelanjutan secara
keseluruhan atau hanya untuk mengetahui capaian pelaksanaan suatu
kegiatan yang tertera pada rencana kerja.
2) Menyusun desain evaluasi.
Desain evaluasi termasuk penyusunan kuesioner survei, penentuan
enumerator lapangan serta metoda pengumpulan data. Bisa juga data
dan informasi dikumpulkan melalui laporan atau dokumen-dokumen
yang telah dipublikasikan sebelumnya.
3) Mendiskusikan rencana pelaksanaan evaluasi.
Rencana evaluasi perlu disepakati tahapan pelaksanaannya, karena akan
terkait antara lain dengan tata waktu, biaya, tahapan, metode, dan
sumber perolehan data dan informasi.
4) Menentukan pelaku evaluasi.
Memastikan siapa saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas masing-
masing tahapan pelaksanaan kegiatan evaluasi.
5) Melaksanakan evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam rentang waktu tertentu dan
sesuai dengan rencana kerja pengelolaan.
6) Mendesiminasikan hasil evaluasi.
Hasil evaluasi sebaiknya disebarluaskan ke pihak terkait, sehingga dapat
menjadi dasar pihak lain untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dan
mendorong partisipasi aktif pemangku kepentingan lainnya dalam upaya
pengelolaan perikanan.
28
29
BAB 5. PENUTUP
Lembar Pengesahan
DIREKTUR JENDERAL
No. Jabatan Paraf
PENGELOLAAN RUANG LAUT,
1. Sekretaris Ditjen PRL
2. Direktur KKHL
3. Kabag Hukum,
Kepegawaian, dan
Organisasi
BRAHMANTYA SATYAMURTI POERWADI
30