Anda di halaman 1dari 18

Tugas Individu Ekonomi Sumberdaya Perikanan:

TERRITORIAL USE RIGHT FOR FISHING


“Hak Penggunaan Teritorial dalam Perikanan”

Khusnul Khatimah
L012181007

Program Studi Ilmu Perikanan


Sekolah Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Makassar
2018
I. PENDAHULUAN

Salah satu penyebab utama terjadinya penangkapan ikan berlebihan (overfishing) di


perairan laut dunia, termasuk Indonesia, adalah akses terbuka perikanan (fisheries open access).
Akses terbuka perikanan terjadi bila aturan pengelolaan yang diterapkan belum mampu
mencegah terjadinya perlombaan menangkap ikan (race to fish). Nelayan terus termotivasi untuk
menangkap ikan sebanyak-banyaknya karena jika tidak, maka nelayan lain yang akan
menangkapnya. Jika dibiarkan, hal ini dapat berujung pada kepunahan sumber daya laut milik
bersama (tragedy of the commons). Padahal di wilayah perairan laut Indonesia, apalagi di dekat
pantai, banyak nelayan skala kecil yang menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
sehari-hari yang notabene saat ini dibebaskan dari aturan pengelolaan perikanan. Dari hal
tersebut menunjukkan bahwa adanya ketidakadilan yang akan dirasakan oleh nelayan kecil dari
segi perolehan hasil tangkapan karena akan tersaingi oleh nelayan yang menggunakan kapal
yang lebih besar dengan alat tangkap yang lebih modern.
Mengkhususkan wilayah penangkapan ikan untuk kelompok masyarakat termasuk
masyarakat adat atau menentukan kuota tangkapan ikan untuk kelompok nelayan bisa mengatasi
masalah penangkapan ikan berlebihan di Indonesia. Pengelolaan perikanan semacam ini dikenal
dengan sebutan Hak Pengelolaan Perikanan (HPP) atau rights-based fisheries management, yang
memadukan kearifan lokal dan sains perikanan.
Salah satu cara yang telah banyak dilakukan oleh beberapa negara di seluruh dunia adalah
pemberlakuan hak penggunaan teritorial (territorial use rights in fishing/ TURF) yang berwujud
wilayah penangkapan dengan batas-batas yang jelas di laut. Untuk lebih memahami mengenai
hak penggunaan territorial dalam perikanan maka dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
defenisi dari TURF, prinsip desain pembuatan TURF, manfaat, aspek pertimbangan dalam
pemilihan jenis TURF dan tipe-tipe system TURF yang umum digunakan dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan.
II. POKOK BAHASAN

A. Pengertian TURF (Territorial Use Right for Fishing)


Hak penangkapan berbasis area, biasanya disebut sebagai Hak Kepemilikan Teritorial
untuk program Perikanan, atau TURF, mengalokasikan hak eksklusif yang aman untuk
memancing di area tertentu bagi kelompok pengguna, atau dalam kasus yang jarang terjadi pada
individu. TURF yang dirancang dengan baik memiliki kontrol yang tepat terhadap mortalitas
ikan dan meminta nelayan bertanggung jawab untuk mematuhi kontrol ini. TURF biasanya
dialokasikan dan dikelola untuk/oleh sekelompok nelayan yang terorganisir yang disebut
Koperasi.
Sebagian besar sistem TURF tidak memberikan kepemilikan daerah penangkapan ikan.
Mereka mengalokasikan hak panen eksklusif untuk satu atau lebih spesies laut di daerah tertentu.
TURF ideal untuk spesies seperti abalone yang tidak akan bergerak melampaui batas TURF,
tetapi juga dapat dirancang untuk spesies seluler. TURF dapat dikelola secara mandiri, atau
menjadi bagian dari sistem TURF yang lebih luas. Jaringan TURF yang dirancang dengan baik
dapat digunakan untuk mengelola perikanan yang lebih kompleks, termasuk daerah yang
memiliki spesies bergerak dan banyak kelompok nelayan.

B. Cara Pembuatan TURF


Desain TURF secara umum dapat diselesaikan dengan dua cara (Aburto et al., 2012):
1. Desain TURF atau sistem TURF digerakkan oleh komunitas lokal, dan badan pemerintah
nasional atau regional menyediakan kerangka kerja bagi TURF agar berhasil melalui hukum,
dukungan operasional dan keuangan. Sebagai contoh, hak-hak teritorial berbasis masyarakat
yang telah ada selama berabad-abad sekarang diakui secara resmi oleh hukum nasional di
Fiji, Vanuatu, Papua New Guinea, Samoa, Kepulauan Solomon dan Palau (Aswani, 2005).
2. Desain TURF atau sistem TURF digerakkan oleh pemerintah, dan hak istimewa
penangkapan ikan dan tanggung jawab manajemen dialokasikan kepada pengguna
berdasarkan kerangka kerja nasional atau regional.
Tidak ada pendekatan yang secara inheren lebih baik dari pendekatan lainnya, tetapi
pendekatan yang dipilih dapat menentukan siapa yang membuat keputusan desain. Dalam kedua
kasus tersebut, peran masing-masing badan pengelola harus didefinisikan dengan jelas. Desain
TURF mungkin akan mencapai keberhasilan yang optimal ketika keputusan dibuat bersama oleh
pemangku kepentingan lokal dan manajer perikanan pemerintah dengan menggabungkan kedua
pendekatan tersebut.
Dalam pembuatan TURF perlu diketahui dan dipahami prinsip-prinsip desain dari TURF
itu sendiri yaitu:
1. Tentukan batas TURF untuk memastikan integritas setiap unit fungsional biologis
untuk semua spesies yang dikelola.
2. Definisikan peserta yang memenuhi syarat berdasarkan unit fungsional sosial yang
akan memiliki kapasitas terbaik untuk mengelola bersama sumber daya agar tetap
dalam batas biologis.
3. Ketika faktor sosial atau politik dihadapkan pada TURFs yang relatif kecil terhadap
unit fungsional biologis, kembangkan jaringan TURF terkoordinasi untuk mencapai
manajemen yang sesuai secara biologis.
4. Tentukan dengan jelas dan jelaskan batas-batas TURF untuk membantu penegakan.
Pertimbangkan distribusi spasial nelayan yang ada dan pengguna lain dalam
mendefinisikan batas-batas TURF.
5. Kembangkan mekanisme untuk memastikan Koperasi bertanggung jawab terhadap
batas tangkapannya
6. Tentukan dengan jelas peran dan tanggung jawab manajer perikanan, koperasi, dan
entitas lain untuk mencerminkan sasaran program serta kekuatan dan kemampuan
relatif masing-masing kelompok.
7. Membangun sistem administrasi koperasi dengan proses yang jelas untuk pengambilan
keputusan dan peraturan atau kontrak untuk memformalkan aturan, peran dan
tanggung jawab.

C. Manfaat dari TURF


Efektivitas dari system TURF semakin populer dan telah banyak diimplementasikan di
berbagai negara dunia. Penelitian dan pengalaman dari TURFs yang sukses di seluruh dunia
telah berulang kali menunjukkan bahwa sistem ini secara langsung menguntungkan masyarakat
lokal dan mendorong pengelolaan sumber daya laut. Program-program ini sering dirancang
untuk:
 Meningkatkan manajemen dalam skala yang baik. Keilmuan lokal dan partisipasi
masyarakat dalam manajemen TURF memungkinkan pengambilan keputusan yang sesuai
dengan kondisi setempat.
 Secara langsung menguntungkan konservasi habitat. Dengan mengalokasikan area
laut tertentu, TURF mendorong konservasi stok ikan dan ekosistem laut. Nelayan diberi
penghargaan karena melindungi habitat dan menangkap ikan secara bertanggung jawab.
 Secara langsung memberi manfaat bagi masyarakat kecil yang bergantung pada
perikanan setempat. TURF dapat meningkatkan pendapatan nelayan artisanal dan
mendukung ketahanan pangan bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya.

D. TURF Cadangan
TURF-Cadangan adalah TURF yang dipasang atau ditentukan sebagai wilayah cadangan
tanpa pengambilan, dimana pada area ini tidak diperbolehkan adanya aktivitas penangkapan
ikan. Teori dan praktik menunjukkan bahwa nelayan memiliki insentif yang lebih besar untuk
menerapkan dan menegakkan Cagar Alam-TURF karena mereka secara langsung mendapat
manfaat dari ikan yang berasal dari TURF cadangan yang tidak diambil tadi ke TURF mereka.
Kombinasi pengelolaan perikanan ini semakin diminati, yang memungkinkan nelayan setempat
untuk memetik hasil sebagai penatalayan yang bertanggung jawab atas perikanan mereka.

E. Penggunaan atau Pengaplikasian TURF


TURF telah digunakan dalam berbagai perikanan di seluruh dunia, dan fitur desain mereka
sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan tujuan masing-masing perikanan. Karena
mereka menempatkan tanggung jawab manajemen ditangan pengguna lokal, TURF cenderung
menjadi pendekatan yang berharga untuk membatasi masalah penangkapan ikan berlebihan di
tempat-tempat di mana sumber daya pemerintah terbatas. TURF memberdayakan nelayan dan
masyarakat setempat untuk mengendalikan dan mengawasi perikanan mereka sendiri melalui
sistem hak penangkapan ikan, tanggung jawab, dan penghargaan yang kuat.
Di antara program hak penangkapan ikan berbasis area terbesar di dunia, Chili adalah
negara yang dianggap sukses dalam menerapkan system TURF ini. Sistem TURF Sumber Daya
Benthic Nasional Chili mengelola salah satu spesies bernilai tertinggi di negara ini yaitu siput
laut atau disebut "loco". Sejak pelaksanaan TURF lebih dari 10 tahun yang lalu, pendaratan
meningkat sebanyak lima kali lipat, ukuran rata-rata organisme individu dan hasil tangkapan per
unit pun otomatis meningkat. Sistem ini telah diperluas untuk mengelola puluhan spesies
lainnya.

F. Pertimbangan dalam penentuan jenis turf terbaik untuk perikanan


Sebelum merancang sistem TURF, penting untuk mempertimbangkan konteks dimana
TURF akan digunakan dan bagaimana karakteristik sosial dan ekologi perikanan akan
mempengaruhi desain dan hasil TURF. TURF telah digunakan dalam berbagai konteks biologis,
geopolitik dan sosioekonomi, dari yang relatif sederhana hingga sangat kompleks. Kompleksitas
dalam perikanan dapat diatasi dengan mendesain TURF yang disesuaikan secara tepat.
Perikanan bervariasi dalam kompleksitas pada karakteristik sumber daya dan
penggunanya, dan fitur desain utama telah memungkinkan manajemen TURF yang efektif pada
semua tingkat kerumitan. Kunci untuk desain TURF yang efektif adalah memecah perikanan
menjadi satu atau banyak TURF tunggal yang cocok dengan karakteristik biologis dan sosial
perikanan. Tabel A memberikan contoh faktor yang mempengaruhi kompleksitas pengguna dan
kompleksitas sumber daya, dan menginformasikan skala yang tepat untuk implementasi TURF.

Tabel A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompleksitas dalam Sistem Turf


RENDAH TINGGI

• Spesies tunggal atau • Spesies berganda yang


sedikit yang ditargetkan ditargetkan
Spesies • Spesies yang sangat
•rendah hingga sedang bergerak yang bergerak di
KOMPLEKSITAS
dengan sedikit hubungan antara berbagai daerah
SUMBER DAYA
ekologis di antara area penangkapan ikan
penangkapan • Tingkat interaksi yang
• Interaksi tingkat rendah tinggi dengan spesies lain
dengan spesies lain
• Komunitas nelayan • Nelayan sangat tersebar
secara geografis terdefinisi • Perikanan terjadi di
dengan baik daerah padat penduduk
• Komunitas nelayan • Nelayan menggunakan
secara geografis terisolasi gigi benturan tinggi,
• Nelayan menggunakan beberapa jenis roda gigi;
peralatan yang berdampak menargetkan beberapa
rendah dan selektif; spesies
menargetkan spesies • Nelayan adalah berbagai
KOMPLEKSITAS
tertentu jenis pengguna yang
PENGGUNA
• Nelayan diorganisasikan heterogen, tidak
ke dalam kelompok yang terkoordinasi dan berbeda
didefinisikan secara jelas dapat mengakses sumber

• Sedikit konflik antar daya yang sama di area

pengguna; tekanan rendah yang sama

dari pengguna luar • Konflik antar pengguna


adalah hal yang umum;
tekanan tinggi dari
pengguna luar

Mengatasi kompleksitas dimulai dengan memahami karakteristik biologis dari perikanan dan
karakteristik sosial penggunanya. Oleh karena itu dalam makalah ini, “unit fungsional” disajikan
sebagai cara untuk memikirkan dimensi kerumitan dalam perikanan:
 Unit fungsional biologis - Rentang geografis dari stok yang mandiri atau sub-stok ikan
(berdasarkan pergerakan ikan dewasa dan skala spasial penyebaran larva). Unit
fungsional biologis akan mencerminkan skala spasial yang paling tepat untuk mengelola
perikanan untuk menjamin keberlanjutan stok.
 Unit fungsional sosial - Sekelompok orang yang memiliki kapasitas untuk mengatur dan
berpartisipasi dalam mengelola perikanan mereka. Unit fungsional sosial sering kali
berbentuk Koperasi.
Perikanan mungkin memiliki satu atau beberapa unit fungsional yang eksplisit secara
spasial (biologis atau sosial), atau mungkin ada unit fungsional yang tumpang tindih mewakili
spesies ikan yang berbeda atau kelompok pengguna yang berbeda. Dalam perikanan yang paling
sederhana, unit fungsional sosial dan unit fungsional biologis akan menjadi kongruen. Namun,
dalam perikanan yang lebih kompleks, para manajer memiliki tantangan untuk merancang TURF
yang efektif di mana unit fungsional biologis dan sosial tidak selaras.

G. Tipe-tipe TURF yang digunakan di beberapa negara di dunia

Para ahli menyebutkan bahwa ada empat tipe TURF yang biasa digunakan. Sebagian besar
sistem TURF termasuk dalam salah satu dari empat kategori ini. Setiap jenis TURF
menggunakan hipotetis perikanan dan diagram hubungan konseptual antara unit fungsional
biologis dan sosial. Dengan adanya pengetahuan mengenai tipe-tipe TURF diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam mengidentifikasi fitur desain yang diperlukan untuk mengelola
sumber daya pada skala yang sesuai.

a. Turf Type 1
Pada tipe ini, komunitas yang terpadu dan kohesif menempati area ungu dan menargetkan
spesies invertebrata yang menetap di patch karang yang ditunjukkan oleh daerah yang diarsir.
Masyarakat berada di daerah terpencil di garis pantai. Dalam hal ini, agak mudah untuk
merancang TURF yang tepat karena unit fungsional sosial dan unit fungsional biologis adalah
kongruen (misalnya, TURF hipotetis yang diwakili oleh garis putus-putus).
Perikanan 1 adalah contoh dari apa yang telah kita definisikan di sini sebagai TURF Tipe
1. Jenis TURF ini umumnya terjadi untuk spesies bentik yang memiliki sedikit gerakan di daerah
penangkapan ikan, dan di daerah di mana kelompok pengguna secara geografis didefinisikan dan
sering terisolasi dari satu sama lain. Misalnya, Koperasi Lobster Vigia Chico Meksiko adalah
berbasis masyarakat yang memiliki hak khusus untuk memanen lobster di dalam teluk tertutup.
b. Turf Type 2
Perikanan 2 mencakup bagian besar dari garis pantai terpencil dan memiliki banyak
spesies, termasuk beberapa spesies bergerak dengan rentang yang tumpang tindih. Ada satu
komunitas di daerah tersebut, dan mereka memanen semua sumber daya ini. Semua nelayan
dalam komunitas diatur dan mematuhi aturan penangkapan ikan yang ditetapkan oleh pemimpin
komunitas yang dihormati. Dalam perikanan ini, ada berbagai unit fungsional biologis yang
mewakili kisaran setiap spesies yang ditargetkan. Namun, karena hanya ada satu unit fungsional
sosial, satu TURF mencakup semua rentang sumber daya yang dipanen.
Perikanan tipe 2 jarang terjadi karena spesies yang sering bepergian melintasi wilayah
yang luas, sehingga mungkin akan dimanfaatkan oleh banyak kelompok pengguna. Namun, jenis
perikanan ini dapat terjadi di mana kelompok pengguna tunggal menangkap ikan yang besar dan
/atau daerah terpencil, atau di mana spesies memiliki dinamika populasi yang terlokalisasi. Hak-
hak adat teritorial yang dilaksanakan oleh Distrik Safata dan komunitas pesisir yang sama di
Samoa dapat dicirikan sebagaiTipe 2. Para pengguna sumber daya Safata diwakili oleh Komite
Distrik yang mengawasi manajemen TURF. Mereka menargetkan beragam spesies ikan karang
dan invertebrata yang memiliki interaksi ekologi yang kompleks.

c. Turf Type 3
Pada perikanan hipotesis 3, ada tiga komunitas (oranye, ungu dan kuning) yang
menargetkan satu spesies ikan karang yang terdapat di dekat pantai, yang diwakili oleh daerah
yang diarsir. Nelayan dari setiap komunitas melakukan perjalanan ke berbagai bagian terumbu
karang, tergantung di mana mereka berharap menemukan ikan yang paling banyak. Dalam setiap
komunitas, ada ikatan keluarga yang kuat dan ikatan sosial. Namun, ada perbedaan budaya
antara komunitas, dan perselisihan antara anggota komunitas yang berbeda tidak jarang terjadi.
Tiga skenario desain TURF yang mungkin ditunjukkan di bawah ini, dengan variasi berdasarkan
pada bagaimana unit fungsional sosial dan biologis diintegrasikan ke dalam desain.
Dalam Skenario A, TURF tunggal yang mencakup seluruh area penangkapan ikan dibagi
antara tiga komunitas. TURF ini diskalakan untuk mencerminkan stok (unit fungsional biologis)
dan perilaku penangkapan ikan saat ini, tetapi ini akan memerlukan koordinasi yang substansial
antara tiga komunitas yang berbeda untuk mengelola perikanan. Daripada bersaing satu sama
lain untuk berbagi hasil tangkapan, masyarakat bekerja bersama untuk mengelola perikanan
secara berkelanjutan dan menegakkan batas TURF.
Dalam Skenario B, area penangkapan dibagi di antara komunitas menjadi tiga TURF
individu. Skenario ini diskalakan ke unit fungsional sosial. Setiap komunitas bertanggung jawab
secara individual untuk memastikan keberlanjutan penangkapan ikan dalam TURF yang
ditetapkan. Kecuali ada kesepakatan akses antara TURF, skenario ini membatasi nelayan untuk
memancing di TURF mereka sendiri, daripada bepergian ke seluruh karang seperti yang telah
mereka lakukan di masa lalu. Heterogenitas dalam jumlah besar spesies ikan sepanjang terumbu
dapat menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak merata dan persepsi ketidakadilan. Karena
ketiga komunitas ini memancing stok yang sama, tekanan penangkapan dari satu komunitas akan
mempengaruhi sumber daya yang dipanen satu sama lain.
Dalam Skenario C, daerah penangkapan ikan dibagi dengan cara yang sama seperti dalam
Skenario B, tetapi badan manajemen regional (yang ditunjuk oleh garis putus-putus abu-abu)
mengawasi pengelolaan berkelanjutan dari stok dengan menetapkan target biologis dan
menunjuk target individu untuk setiap TURF. Setiap komunitas bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan dalam TURF sendiri. Badan manajemen juga dapat memfasilitasi
koordinasi antara tiga TURF, seperti untuk pengumpulan data atau dengan membuat perjanjian
akses timbal balik antara TURFs. Badan pengelola regional memungkinkan Skenario C untuk
mencerminkan unit fungsional sosial dan biologis dalam Perikanan 3.
Kompleksitas Perikanan 3 menunjukkan tantangan untuk memilih skala yang tepat untuk
sistem TURF Tipe 3. Setiap skenario menyajikan manfaat dan pengorbanannya sendiri. Skenario
C mungkin merupakan opsi manajemen yang paling tepat karena membahas unit fungsional
sosial dan biologis, tetapi Skenario A atau B mungkin paling praktis untuk beberapa perikanan.
Menentukan desain mana yang akan digunakan akan secara hati-hati mempertimbangkan
pengorbanan dan memahami tantangan yang mungkin paling praktis dapat diatasi. Misalnya,
menetapkan dan memberlakukan batas penangkapan yang tepat untuk setiap TURF dalam
Skenario B dapat memastikan panen berkelanjutan dan mungkin lebih praktis daripada mengatur
nelayan dalam TURF berskala biologis.
Skenario yang dikembangkan untuk Perikanan 3 hanyalah beberapa dari banyak pilihan
desain, dan desain pada akhirnya harus ditentukan oleh tujuan program TURF, biologi sumber
daya dan karakteristik nelayan. Hak Penggunaan Wilayah untuk Sistem Perikanan The Mexican
Baja California FEDECOOP Benthic Species mencontohkan TURF Tipe 3, di mana nelayan dan
manajer perikanan telah merancang sistem manajemen seperti Skenario C di bawah ini. Koperasi
secara kolektif mencakup seluruh subpopulasi lobster, tetapi wilayah tersebut dibagi menjadi
konsesi berdasarkan lokasi masing-masing komunitas nelayan. FEDECOOP, Federasi Koperasi
Perikanan Daerah, mengkoordinasikan manajemen di 13 Koperasi berbasis masyarakat yang
berpartisipasi.
d. Turf Type 4
Perikanan hipotesis 4 memiliki banyak spesies berbeda dengan rentang yang luas dan
tumpang tindih, dan ditargetkan oleh beberapa jenis nelayan di beberapa komunitas. Perikanan
ini memiliki banyak unit fungsional biologis dan sosial yang tidak kongruen. Dengan demikian,
desain TURF agak kompleks, dan ada banyak pilihan desain.
Salah satu pendekatan, seperti yang ditunjukkan di bawah ini, adalah untuk mendefinisikan
TURF berdasarkan batas-batas sosial dan untuk mengkoordinasikan seluruh TURF sebagaimana
diperlukan untuk mengatasi skala biologis dari setiap spesies yang ditargetkan. Mungkin ada unit
fungsional sosial yang tumpang tindih karena nelayan dapat mengidentifikasi dengan berbagai
kelompok, seperti nelayan yang menggunakan jenis roda yang sama yang berasal dari komunitas
yang berbeda, atau nelayan di komunitas mereka sendiri. Mungkin yang terbaik adalah
mengalokasikan TURF ke unit fungsional sosial yang paling mampu membantu mengelola
perikanan dengan koordinasi di seluruh TURF untuk memenuhi tujuan biologis dari program.
The Japanese Common Fishing Right System adalah contoh penting dari sistem TURF
Tipe 4. Dalam sistem ini, pemerintah mengalokasikan semua sumber daya perikanan pesisir
(baik yang tidak bergerak maupun bergerak) kepada Koperasi yang ditentukan oleh batas
geopolitik. Organisasi nelayan khusus perikanan memenuhi fungsi manajemen tambahan di
dalam dan di antara TURF, dan komite koordinasi tambahan mengelola spesies bermigrasi dan
luas.

H. Karakteristik TURF

Dalam Territorial Use Right for Fisheries (TURFs), kewenangan untuk pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya perikanan diberikan kepada masyarakat setempat.
Ada beberapa karakteristik dari TURFs diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Security (Keamanan)
Kepemilikan hak tangkap/pengelolaan sumberdaya dilindungi oleh hukum lokal/hukum
adat istiadat daerah setempat (tidak melibatkan pihak lain)
b. Exclusivity
Sistem TURFs adalah sistem yang mengatur kepemilikan/pengelolaan sumberdaya yang
berdasarkan teritori (batas daerah). Jika sumberdaya yang dikelola merupakan sumberdaya
yang hidup di perairan, dimana dengan sangat mudah untuk berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain (migrasi) maka akan ada kesulitan untuk menjaga eksklusivitas
kepemilikan sumberdaya.
c. Permanence (Durasi kepemilikan hak)
Durasi kepemilikan hak adalah sangat panjang. Hal ini untuk sebagai kompensasi besarnya
modal pengelolaan sumberdaya.
d. Transferability
Hak pengelolaan tidak dipindah tangankan ke pihak lain (outsiders). Pengalihan hak dapat
dilakukan ke grup yang merupakan bagian dari teritori tersebut (daerah sekitar
sumberdaya).

I. Sistem Manajemen TURF


Negara yang dikenal memiliki system TURF yang besar adalah Jepang dan Chili. TURF
telah diterapkan secara luas di perikanan pesisir kedua negara tersebut. Sebagian besar perairan
pesisir Jepang dibagi menjadi TURF yang dikelola oleh Asosiasi Koperasi Perikanan lokal
(FCAs). Untuk mengelola perikanan secara kolektif dalam TURF mereka, anggota FCA secara
spontan selanjutnya dibagi lagi menjadi Organisasi Manajemen Perikanan (FMO) yang lebih
kecil dan lebih khusus. FMO biasanya mengelola perikanan satu spesies dalam TURF yang lebih
besar. Perikanan yang dikelola oleh FMO termasuk spesies yang menetap dan bergerak,
menggunakan peralatan yang mencakup segalanya mulai dari menyelam hingga trawl bawah. Di
Chili, pantai dekat pantai juga dibagi menjadi TURF yang dikelola oleh organisasi nelayan
setempat yang bertanggung jawab untuk menggunakan dan mengelola sumber daya dalam setiap
TURF. Sistem TURF Chili dibagi menjadi unit spasial yang secara lokal disebut Manajemen dan
Pemanfaatan Sumber Daya Benthic (MEAs) (González 1996; Montecinos 2000).
Ada beberapa aspek umum dalam system TURF di Jepang dan Chili. Keduanya dimulai
dengan unit tata ruang (TURF) yang terdefinisi dengan baik yang dengan jelas menggambarkan
zona spasial di lingkungan pesisir dekat pantai. Di kedua sistem, hak akses eksklusif diberikan
kepada kelompok nelayan yang didefinisikan dengan baik yang terkait dengan koperasi nelayan
setempat. Akhirnya, di kedua sistem, nelayan mengelola sendiri dengan menerapkan dan
menegakkan berbagai strategi, umumnya dipandu oleh batasan dan target tingkat federal yang
menyeluruh. Yang sangat penting dari perspektif penelitian, masing-masing sistem mengandung
ratusan lembaga manajemen kolektif yang relatif otonom, masing-masing memiliki praktik
sendiri yang sesuai dengan kondisi setempat, peningkatan kelompok pengguna, dan prakondisi
historis. Luasnya evolusi kelembagaan ini menyajikan sejumlah besar variasi yang dapat
digunakan untuk mempelajari faktor-faktor yang menentukan atau menghambat keberhasilan
berbagai lembaga manajemen kolektif.

Meskipun kedua sistem memiliki elemen yang sama, pengalaman historis dan tingkat
kematangan institusi mereka sangat berbeda. Sebagai contoh, sistem TURF Jepang memiliki
asal-usulnya di lembaga-lembaga yang dikembangkan di era feodal beberapa abad yang lalu.
Sistem Jepang dengan demikian sangat matang, dan telah berevolusi perlahan dengan cara
bottom-up (Makino dan Sakamoto 2002). Sebaliknya, sistem TURF Chili diperkenalkan baru-
baru ini (pada awal 1990-an) oleh pemerintah nasional dalam menanggapi bukti kegagalan
manajemen dalam perikanan kerang (Castilla 1994; González 1996; Castilla et al. 1998; Bernal
et al. 1999; Meltzoff, Lichtensztajn, dan Stotz 2002; Gelcich et al. 2005). Sistem Chili masih
mengalami evolusi dan perubahan yang cepat.

Informasi ilmiah yang diperlukan untuk mengelola kedua sistem dikumpulkan dan
disebarluaskan melalui kemitraan antara TURF dan agen federal yang bertanggung jawab atas
pengawasan mereka. Kedua sistem menyerahkan tanggung jawab untuk manajemen kepada
organisasi nelayan setempat, tetapi keduanya dibatasi oleh batasan Total Allowable Catch (TAC)
dan panduan konservasi yang ditetapkan di tingkat federal. Dalam sistem Jepang, ilmuwan
ekstensi lokal memainkan peran penghubung antara FCA dan pemerintah federal, melakukan
sains yang menginformasikan pengaturan TAC dan memantau kinerja untuk memastikan
penggunaan sumber daya yang berkelanjutan. Di Chile, badan pengatur federal menetapkan
batas TAC, batas ukuran, dan pembatasan peralatan yang kemudian dikelola sendiri di tingkat
lokal. Kesehatan sumber daya dan status persediaan dievaluasi setiap tahun untuk setiap MEA
oleh konsultan ahli biologi, dan informasi tersebut digunakan oleh regulator federal untuk
memodifikasi peraturan jika diperlukan.
III. KESIMPULAN

Territorial Use Rights for Fisheries (TURF) adalah pendekatan pengelolaan perikanan
yang menyelaraskan insentif dan keberlanjutan. TURF merujuk kepada lokasi tertentu yang
dikelola secara khusus oleh kelompok pengguna tertentu dalam kesepakatan pengelolaan
sumberdaya perikanan yang mengikat penggunanya. Pendekatan TURF sangat cocok untuk
sumberdaya perikanan yang tidak bergerak dan keluar dari batas TURF yang ditetapkan.
Pengguna TURF biasanya tergabung dalam sebuah organisasi nelayan, yang memiliki
mekanisme pembagian manfaat yang jelas. Pada beberapa kasus TURF seperti di Vanuatu,
Samoa, Papua New Guinea dan Solomon, masyarakat lokal membuat desain berdasarkan adat
dan kemudian pemerintah setempat atau nasional memberikan dukungan. Pada contoh kasus
lainnya pemerintah nasional membuat kerangka kerja dan dilaksanakan dalam bentuk ko-
manajemen bersama kelompok masyarakat lokal.
DAFTAR PUSTAKA

Digdo, A.A. 2017. Desain Pengelolaan Perikanan Berbasis Hak (Turf) dengan Pendekatan
Sistem Sosial-Ekologi (Ses) Lamun di Desa Bahoi, Sulawesi Utara [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Halim, A. 2017. Pengelolaan perikanan berbasis hak berpotensi mengurangi penangkapan


ikan berlebihan [Online]. http://theconversation.com/pengelolaan-perikanan-berbasis-
hak-berpotensi-mengurangi-penangkapan-ikan-berlebihan-85807. Institut Pertanian
Bogor.

Poon, S. E. and Bonzon, K. (2013). Catch Share Design Manual, Volume 3: Territorial Use
Rights for Fishing. Environmental Defense Fund.

Wilen, J.E. & Uchida, H. 2012. The Economics of Territorial Use Rights Fisheries, or TURFs.
Marine Resource Economics, Volume 22, pp. 391–406.

Anda mungkin juga menyukai